Anda di halaman 1dari 20

ABSTRAK

Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia terhadap gaya viskos
yang mendefinisikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang
berbeda misalnya laminar dan turbulen.
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air
transparan, pipa pemasukan air, pembuangan kelebihan air untuk
mempertahankan tinggi muka air, pipa transparan berdiameter 24,5mm, kran
pengatur aliran air, tangki zat pewarna, ,pengatur aliran zat pewarna, nozel zat
pewarna.Untuk melakukan percobaan Reynold Apparatus mula-mula debit air
diatur dengan valve pada flow meter hingga debit air mencapai 30 liter/jam lalu
valve tabung tinta warna dibuka. Kemudian pola aliran yang terjadi diamati. Dan
hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan,langkah diatas diulangi sampai
mencapai 250 liter/jam dengan pertambahan debit 10liter/jam.
Kata kunci: Bilangan Reynolds
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluida merupakan zat cair yang dapat mengalir dan memberikan sedikit
hambatan terhadap permukaan bentuk ketika ditekan. Fluida dapat bersifat
cair,gas maupun padat. Tanpa disadari setiap hari kita pasti pernah melihat aliran
air seperti air sungai, air selokan, air yang meluncur/air terjun dan aliran air dalam
pipa, adanya aliran cepat atau lambat. Ada tiga faktor yang bisa mempengaruhi
keadaan aliran yaitu kekentalan zat cair, rapat massa zat cair dan diameeter pipa.
Pada dunia industri khususnya pembangkitan listrik fluida seperti air
minyak, bahkan udara sangat dibutuhkan. Fluida-fluida tersebut tentunya disaluran
melalui pipa-pipa. Aliran fluida didalam pipa tersebut sangat memengaruhi usia
pakai dan kondisinya sehingga diperlukan suatu penelitian khusus mengenai pola
dan keadaan suatu aliran. Salah satu sifat dan keadaan aliran fluida tersebut dapat
dipelajari dan didalami melalui bilangan Reynold. Bilangan Reynold digunakan
untuk menentukan pola aliran fluida merupakan aliran laminer atau turbulen.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
1.Bagaimana prinsip dasar bilangan Reynolds?
2.Bagaimana fenomena aliran fluida dalam pipa?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.Untuk memahami prinsip dasar bilangan Reynolds
2.Untuk memahami fenomena aliran dalam pipa

1.4 Batasan Masalah


1 Steady flow
Steady flow pada fluida adalah aliran fluida pada titik di suatu posisi
yang propertinya tidak berubah terhadap waktu. Hal ini dilakukan agar
praktikan mudah dalam mendapatkan data dan perhitungan aliran
fluida dimanapun dan kapanpun.
2 Incompresible flow
Incompresible flow adalah aliran yang variasi densitas nya dapat
diabaikan dikarenakan variasi densitasnya kurang dari 5% dan Mach
number kurang dari 0.3. Hal ini agar mempermudah praktikan dalam
pengambilan data dan perhitungan, karena densitasnya dianggap
diabaikan perubahannya.
3 Percobaan dilakukan pada suhu kamar
Pada percobaan ini, dilakukan di suhu kamar yaitu 26o C, hal ini
dikarenakan agar suhu tidak merubah properti dalam fluida.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian fluida dan jenis-jenisnya.


2.1.1. Pengertian fluida
Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara kontinu (terus
menerus) bila terkena tegangan geser, berapapun kecilnya tegangan geser
itu. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan, dan
gaya ini yang dibagi oleh luas permukaan tersebut adalah tegangan geser
rata-rata permukaan tersebut. Dalam ilmu mekanika fluida, tegangan geser
pada aliran laminar dua dimensi arah x ditunjukkan pada persamaan 2.1
hukum newton viskositas dibawah ini
𝑑𝑢
𝜏 = 𝜇 𝑑𝑦 ..............................(2.1)

𝜏 : tegangan geser
𝜇 : viskositas dinamik
𝑢: kecepatan pada jarak dari dinding
𝑑𝑦:perubahan kecepatan dibagi dengan jarak sepanjang mana
perubahan tersebut terjadi
Gambar 2.1 dibawah ini menunjukkan fenomena aliran fluida yang
terdeformasi pada dinding akibat viskositas fluida yang mengakibatkan
tegangan geser sehingga terjadinya variasi kecepatan pada fluida.

Gambar 2.1 Variasi tegangan fluida


2.1.2. Jenis-jenis fluida
Fluida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Fluida Newtonian dan Fluida
Non-Newtonian.
2.1.2.1. Fluida Newtonian
Fluida Newtonian adalah fluida yang memiliki kurva
tegangan/regangan yang linier. Fluida jenis ini viskositasnya hanya
bergantung pada waktu dan temperatur sehingga fluida akan terus
mengalir sekalipun terdapat gaya pada fluida. Artinya, gaya tidak
akan berpengaruh pada viskositas fluida tersebut. Contoh fluida
jenis ini adalah air.
2.1.2.2. Fluida Non-Newtonian
Kebalikan dari fluida Newtonian, fluida non-newtonian
adalah fluida yang akan mengalami perubahan viskositas jika
terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut. Contoh fluida jenis
ini adalah lumpur.

Gambar 2.2. Kurva Tegangan Geser dengan LAju Tegangan Geser Untuk Fluida
Newtonian dan Fluida Non-Newtonian

2.2. Streamline, Streakline, Pathline, Timeline.


2.2.1. Streamline
Gambar 2.3 Streamline
Garis yang dilukiskan dalam aliran dimana garis singgung pada
setiap titik tersebut menyatakan arah kecepatan aliran.

2.2.2. Streakline
Gabungan lintasan dari sejumlah partikel yang bergerak dimana
identitas partikel telah diketahui dan partikel tersebut pernah melewati titik
yang sama.

Gambar 2.4 Streakline


2.2.3. Pathline
Lintasan yang dibentuk oleh sebuah partikel yang bergerak dalam
aliran.

Gambar 2.5 Pathline


2.2.4. Timeline
Garis atau lintasan yang dibentuk oleh sejumlah partikel yang
mengalir pada saat yang sama

Gambar 2.6 Timeline


2.3. Fluid As Continuum.
Fluid As Continuum adalah anggapan bahwa fluida merupakan satu
kesatuan yang makroskopis.
Fluida merupakan zat yang terdiri dari molekul-molekul dengan gerakan
yang konstan. Molekul-molekul tersebut memiliki pengaruh dan akibat, dan kita
dapat mengukurnya dengan mengambil rata-ratanya dan tidak berurusan hanya
dengan satu molekul saja.
Dengan adanya asumsi Fluid As Continuum tersebut maka fluida memiliki
harga tertentu di setiap titik dan ruang, sehingga properti seperti densitas,
temepratur, kecepatan, dan sebagainya merupakan fungsi posisi dan waktu.

Gambar 2.7 Diagram Klasifikasi Continuum Fluid Mechanics


2.3.1. Aliran viscous dan inviscid
Aliran viscous atau aliran fluida nyata adalah aliran yang
dipengaruhi oleh viskositas. Adanya viskositas menyebabkan adanya
tegangan geser dan kehilangan energi. Pada aliran ini terjadi gesekan
antarai fluida dengan dasar/dinding saluran atau pipa.
Aliran inviscid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak
dipengaruhi viskositas/kekentalan sehingga aliran ini tidak memiliki
tegangan geser dan kehilangan energi. Dalam kenyataannya aliran fluida
ideal tidak ada. Aliran fluida juga diklasifikasikan menjadi aliran internal
dan aliran eksternal
Menurut jenis alirannya, Fluid As Continuum dibagi 2 yaitu laminar dan
turbulent.
2.3.2. Aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah adalah aliran dimana struktur aliran dibentuk
oleh partikel-partikelfluida bergerak secara berlapis-lapis dimana setia
lapisan bergerak diatas aliran lainnya. Berdasarkan bilangan Reynolds
aliran dapat dikatakan aliran laminar jika Re < 2300 pada aliran dalam
pipa.
Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya
bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang
saling interaksi. Akibat dari hal tersebut garis alir antar partikel fluidanya
saling berpotongan. Berdasarkan bilangan Reynolds aliran dapat dikatakan
aliran turbulent jika Re > 2300 pada aliran dalam pipa.

Gambar 2.8 Aliran Turbulen dan Laminar


Berdasarkan tempat terjadinya, Fluid As Continuum dibagi 2 yaitu aliran
internal dan aliran eksternal.
2.3.3. Aliran internal dan eksternal
Aliran internal adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan
benda. Oleh karena itu lapisan batas tidak dapat berkembang tanpa dibatasi
oleh permukaan.
Aliran eksternal adalah aliran fluida yang tidak dibatasi oleh
permukaan benda, namun seakan-akan permukaan benda lah yang dibatasi
oleh aliran fluida tersebut. Dengan tidak dibatasi tersebut, aliran fluida
dapat bergerak lurus tanpa terhalangi oleh permukaan benda.
Berdasarkan variasi densitas nya, aliran fluida dapat dibedakan menjadi
aliran inkompresibel dan aliran kompresibel.
2.3.4. Aliran incompressible dan compressible
Aliran incompressible adalah aliran yang variasi densitas nya dapat
diabaikan dikarenakan variasi densitasnya tidak lebih dari 5% dan Mach
number kurang dari 0.3M Aliran inkompresibel umumnya adalah aliran
fluida zat cair.
Aliran compressible adalah aliran dengan variasi densitas lebih dari
5% dan Mach number lebih dari 0.3M sehingga variasi densitas nya tidak
dapat diabaikan dalam perhitungan. Aliran kompresibel umumnya adalah
aliran fluida berupa gas.

2.4. Aliran yang melalui suatu penampang.


Berikut adalah ilustrasi mengenai aliran pada pipa, aliran pada plat datar,
dan aliran pada silindris pejal.
2.4.1. Aliran pada pipa

Gambar 2.9. Aliran Pada Pipa


Saat dua Boundary Layer terbentuk di ujung body pipa bagian atas dan
bagian bawah, dan kedua Boundary Layer terus meningkat. Dan pada saat
Boundary Layer atas dan bawah saling bertemu, kemudian Boundary
Layer konstan dan terus terjadi sampai body pipa habis. Profil
kecepatannya, v maksimumnya di titik bertemunya boundary layer,
kecepatannya terus menurun dari titik bertemunya Boundary Layer sampai
mendekati dinding pipa, dan kecepatan didinding pipa nol. Profil
kecepatan tersebut akan terjadi dan besarnya sama sampai body pipa habis.
2.4.2. Aliran pada plat datar

Gambar 2.10Aliran Pada Plat Datar


Aliran pada plat datar merupakan aliran eksternal. Boundary layer
yang terbentuk hanya ada satu pada bagian body bawah seperti pada
gambar 2.10, berbeda dengan aliran dalam pipa. Daerah dibawah
Boundary layer merupakan daerah viscous dan daerah diatas boundary
layer merupakan daerah inviscid. Pada fluida yang berada pada daerah
viscous akan terkena tegangan geser. Dimulai dari tegangan geser terkecil
yang berada sepanjang garis A dan terbesar sepanjang garis B. Pada daerah
inviscid, tegangan geser sangat kecil sehingga dapat dianggap 0

2.4.3. Aliran pada silinder pejal


2.4.3.1. Aliran Inviscid
Gambar 2.11 Aliran Inviscid pada silinder pejal
Aliran dimana tegangan gesernya nol.𝜏𝑦𝑥 = 0. 𝜇adalah koefisien
geser, koefisien gesernya nol sehingga tegangan gesernya nol. Ini
dikarenakan tidak ada fluida yang tidak mempunyai viskositas.
Apabila suatu benda (bola) terkena aliran yang uniform maka pada
titik A dan titik E kecepatannya adalah relatif rendah,sedangkan di
titik D akan menjadi kecepatannya menjadi tinggi. Jadi, titik
stagnasi (stagnation point) terdapat pada titik A dan titik E di titik
ini kecepatannya relatif rendah dan mendekati 0, sedangkan
tekanannya sangat besar. Definisi titik stagnasi adalah tititk dimana
fluida berkecepatan mendekati nol tanpa melalui gaya gesek dan
tekanannya maksimum. Dan titik D tekanannya minimum. Aliran
menuju titik ini dikarenakan fluida tidak mempunyai kekentalan
2.4.3.2. Aliran Viscous

Gambar 2.12 Aliran Pada Silinder Pejal


Aliran Viscous adalah aliran dimana viskositas fluida sangat
berpengaruh sehingga menghasilkan tegangan geser aliran pada
dinding saluran. 𝜏𝑦𝑥 ≠ 0. Pada titik A adalah titik Stagnasi, titik
Stagnasi adalah dimana saat kecepatan menabrak body sehingga
kecepatannya mendekati nol hingga kecepatannya nol, tekanannya
maksimum dan tidak terjadi gaya geser. Kemudian kecepatan menuju
ke titik B dimana kecepatannya maksimum dan tekanannya minimum.
Titik B ini ada diatas body dan dibawah body. Kemudian titik C
adalah titik Separasi. Titik Separasi adalah dimana terjadinya
tegangan geser dan tekanan balik (Adverse Pressure Gradient), dan
tekanan dari titik B lebih kecil dari Adverse Pressure Gradient. Maka
kecepatan fluida ini akan mengalami vortex dan akhirnya kecepatan
aliran tersebut meninggalkan body dan menjauh dari body, kemudian
menimbulkan Wake. Wake adalah daerah bertekanan rendah yang
dibentuk oleh terpisahnya boundary layer bagian atas dan bagian
bawah. Wake juga menyebabkan Drag Force. Jika wake yang timbul
semakin besar maka Drag Force makin besar. Jika mempunyai energi
lebih besar, separasi bisa tertunda dan wake menyempit. Untuk
mengurangi wake dengan cara Streamlining a Body. Streamlining a
Body ini mengurangi adverse pressure gradient, menunda terjadinya
separasi dan menyempitnya daerah wake maka Drag Force juga
mengecil

2.5. Bilangan Reynolds


Bilangan Reynolds menentukan apakah suatu aliran dapat dikatakan aliran
laminar atau turbulen. Klasifikasi bilangan Reynolds tergantung pada tempat
dimana aliran tersebut mengalir. Untuk aliran pada pipa bilangan Reynolds <
2300 dapat dikatakan sebagai aliran laminar, sedangkan aliran dengan bilangan
Reynolds > 2300 dapat dikatakan sebagai aliran turbulent. Untuk aliran diantara
dua plat datar bilangan Reynolds < 1400 dapat dikatakan sebagai aliran laminar
sedangkan aliran dengan bilangan Reynolds > 1400 dapat dikatan sebagai aliran
turbulent. Untuk aliran pada plat datar bilangan Reynolds < 105 dapat dikatakan
sebagai aliran laminar sedangkan aliran dengan bilangan Reynolds > 105 dapat
dikatakan sebagai aliran turbulent
Bilangan Reynolds menentukan perbandingan antara gaya inersia dengan
gaya viskos pada aliran fluida. Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak
berdimensi. Maka penurunan rumusnya adalah
Gaya Inersia 𝜌.𝑣s 𝜌 𝑣s L
Re = = = ................... (rumus 2.1)
Gaya Viskos 𝜇/𝐿 𝜇

Dimana :
Re = Bilangan Reynolds
ρ = Densitas (kg/m3)
𝑣s = Kecepatan Fluida (m/s)
μ = Viskositas absolut Fluida Dinamis
LH = diameter hidrolik (m)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Bak air transparan
2. Suplai air
3. Pelimpah kelebihan air
4. Pipa transparan berdiameter 24.5 cm
5. Keran pengeluaran air
6. Tabung zat warna (dye)
7. Klep pengatur aliran zat warna

3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan

3.4. Langkah-Langkah Percobaan


Pertama, debit air diatur dengan mengatur valve pada flow meter hingga
debit air menjadi 30 liter/jam. Kemudian, valve tabung tinta warna merah dibuka.
Pola aliran yang terjadi diamati. Hasil pengamatan dicatat pada lembar
pengamatan yang tersedia. Langkah-langkah tersebut diulangi dengan variasi
debit air yang berbeda.Kenaikan debit pada percobaan ini adalah 10 liter/jam
hingga mencapai debit 250 liter/jam.
BAB IV
ANALISA PERCOBAAN

4.1 Tabel data percobaan


(terlampir)

4.2 Contoh perhitungan


Contoh perhitungan menggunakan data yang diambil dari data ke-2
Diketahui :
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑚3
Q = 40 = 0,00001111
𝑗𝑎𝑚 𝑠

Dpipa= 0.0245 m
𝑘𝑔
ρ = 997 𝑚3
𝜋
A = 4 𝑑 2 = 0,000471 m2
𝑄 𝑚
V = 𝐴 = 0,024 𝑠
𝑘𝑔
μ = 0,000874 𝑚.𝑠
𝜌𝑥𝑉𝑥𝑑
Re =
𝜇
𝑘𝑔 𝑚
997 𝑥 0,024 𝑥 0.0245 𝑚
𝑚3 𝑠
= 𝑘𝑔
0,000874
𝑚.𝑠

= 658,73
karena bilangan Reynold telah diketahui sebesar 658,73 sehingga pada
percobaan data ke-2 termasuk golongan aliran laminar
Contoh perhitungan menggunakan data yang diambil dari data ke-12
Diketahui :
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑚3
Q = 140 = 0,00003333
𝑗𝑎𝑚 𝑠

Dpipa = 0.0245 m
𝑘𝑔
Ρ = 997 𝑚3
𝜋
A = 4 𝑑2 = 0,000471m2
𝑄 𝑚
V = 𝐴 = 0,083 𝑠
𝑘𝑔
μ = 0,000874 𝑚.𝑠
𝜌𝑥𝑉𝑥𝑑
Re= 𝜇
𝑘𝑔 𝑚
997 𝑥 0,083 𝑥 0.0245 𝑚
𝑚3 𝑠
= 𝑘𝑔
0,000874
𝑚.𝑠

= 2.305,55
karena bilangan Reynold telah diketahui sebesar 2.305,55 sehingga pada
percobaan data ke-12 termasuk golongan aliran Turbulent

4.3 Analisa Data


Aliran laminar adalah aliran dimana struktur aliran dibentuk oleh partikel-
partikel fluida yang bergerak secara berlapis-lapis, dimana setiap lapisan bergerak
diatas lapisan lainnya. Aliran turbulent adalah aliran dimana partikel-partikel
fluida bergerak secara bercampur aduk (mixing) dan acak, setiap partikel
menumbuk partikel lainnya sehingga terjadi pertukaran energi. Bilangan Reynold
adalah suatu bilangan tak berdimensi yang dapat menunjukkan jenis suatu aliran,
apakah aliran tersebut laminar atau turbulen. Definisi lain dari Bilangan Reynold
adalah rasio antara gaya inersia dengan gaya viskos. Nilai Bilangan Reynold
sangat penting dalam menentukan jenis aliran, sehingga jika kita mengetahui jenis
alirannya, kita dapat menentukan material apa yang tahan terhadap jenis aliran
seperti itu.
𝜌𝑥𝑉𝑥𝑑
Re = 𝜇

Penentu aliran laminar, aliran transisi atau aliran turbulent dilihat dari
besarnya bilangan Re. Pada aliran pada pipa jika bilangan Re < 2300 maka dapat
dikatakan aliran fluida merupakan aliran laminar dan apabila bilangan Re > 2300
maka dapat dikatakan aliran fluida merupakan aliran turbulent. Jika nilai bilangan
Re= 2300 maka dapat dikatakan aliran fluida merupakan aliran transisi. Pada
praktikum ini digunakan variasi debit yaitu 30 Liter/hour, 40 Liter/hour, 50
Liter/hour, 60 Liter/hour, 70 Liter/hour, 80 Liter/hour, 90 Liter/hour, 100
Liter/hour, 110 Liter/hour, 120 Liter/hour, 130 Liter/hour, 140 Liter/hour, 150
Liter/hour, 160 Liter/hour, 170 Liter/hour, 180 Liter/hour, 190 Liter/hour, 200
Liter/hour, 210 Liter/hour, 220 Liter/hour, 230 Liter/hour, 240 Liter/hour, dan 250
Liter/hour.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Reynold sebesar 494,5 aliran laminer
pada debit 30 Liter/hour, 658,73 aliran laminer pada debit 40 Liter/hour, 823,41
aliran laminer pada debit 50 Liter/hour, 988,09 aliran laminer pada debit 60
Liter/hour, 1152,78 aliran laminer pada debit 70 Liter/hour, 1317,46 aliran
laminer pada debit 80 Liter/hour, 1482,14 aliran laminer pada debit 90 Liter/hour,
1646,82 aliran laminer pada debit 100 Liter/hour, 1811,5 aliran laminer pada debit
110 Liter/hour, 1976,19 aliran laminer pada debit 120 Liter/hour, 2140,87 aliran
laminer pada debit 130 Liter/hour, 2305,55 aliran turbulen pada debit 140
Liter/hour, 2470,23 aliran turbulen pada debit 150 Liter/hour, 2634,92 aliran
turbulen pada debit 160 Liter/hour, 2799,6 aliran turbulen pada debit 170
Liter/hour, 2964,28 aliran turbulen pada debit 180 Liter/hour, 3128,96 aliran
turbulen pada debit 190 Liter/hour, 3293,64 aliran turbulen pada debit 200
Liter/hour, 3458,33 aliran turbulen pada debit 210 Liter/hour, 3623,01 aliran
turbulen pada debit 220 Liter/hour, 3787,69 aliran turbulen pada debit 230
Liter/hour, 3952,37 aliran turbulen pada debit 240 Liter/hour, dan 4117,06 aliran
turbulen pada debit 250 Liter/hour. Sedangkan dari hasil praktikum didapatkan
aliran laminer pada debit 30 Liter/hour, aliran laminer pada debit 40 Liter/hour,
aliran laminer pada debit 50 Liter/hour, aliran laminer pada debit 60 Liter/hour,
aliran laminer pada debit 70 Liter/hour, aliran laminer pada debit 80 Liter/hour,
aliran laminer pada debit 90 Liter/hour, aliran laminer pada debit 100 Liter/hour,
aliran laminer pada debit 110 Liter/hour, aliran laminer pada debit 120 Liter/hour,
aliran turbulen pada debit 130 Liter/hour, aliran turbulen pada debit 140
Liter/hour, aliran turbulen pada debit 150 Liter/hour, aliran turbulen pada debit
160 Liter/hour, aliran turbulen pada debit 170 Liter/hour, aliran turbulen pada
debit 180 Liter/hour, aliran turbulen pada debit 190 Liter/hour, aliran turbulen
pada debit 200 Liter/hour, aliran turbulen pada debit 210 Liter/hour, aliran
turbulen pada debit 220 Liter/hour, aliran turbulen pada debit 230 Liter/hour,
aliran turbulen pada debit 240 Liter/hour, dan aliran turbulen pada debit 250
Liter/hour.
Dari Tabel Hasil Perhitungan didapatkan hasil jenis aliran pada debit air dari
30 Liter/hour hingga 130 Liter/hour dengan Re hingga sebesar 2140,87 adalah
aliran Laminar Kemudian memasuki debit 140 liter/hour, aliran yang terjadi
adalah turbulen dengan Re sebesar 2305,55 hingga percobaan yang terakhir yaitu
debit 250 liter/hour. Bedasarkan pengamatan hasil percobaan dan perhitungan
teoritis terdapat beberapa perbedaan pada penentu pola aliran. Perbedaan aliran
terjadi pada pengamatan hasil percobaan saat debit air 130 Liter/hour dimana
alirannya terlihat turbulent. Sedangkan pada perhitungan teoritis saat debit air 130
Liter/hour, aliran dianggap Laminar. Perbedaan ini bisa terjadi karena terdapat
beberapa factor kesalahan, antara lain adalah dye (cairan warna) langsung turun ke
dasar pipa transparan setelah keluar membuat praktikan dalam mengamati
menjadi lebih sulit, kondisi praktikan yang menurun membuat pengamatan pada
aliran kurang akurat dan dinding bak air kotor sehingga pengelihatan kurang teliti.

Anda mungkin juga menyukai