Anda di halaman 1dari 20

Lembar Pengesahan

REYNOLDS

Disahkan oleh :

Mengetahui,

Ivan Benedictus Halim


02111740000092

Nama : Muhammad Ichwanul Hakim


NRP : 02111840000144

LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
ABSTRAK Commented [IB1]: 3 paragraf

Fluida dibagi menjadi 2 macam, yaitu fluida statis dan fluida dinamis. Fluida
sendiri mempunyai 2 macam bentuk yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Penentuan
bentuk aliran ini didasarkan pada nilai bilangan reynoldnya. Dan untuk memahami
bilangan reynold itu sendiri maka dilakukanlah praktikum reynold aparatus. Serta
memahami bagaimana aliran dalam pipa.

Pada percobaan ini, peralatan dan bahan yang digunakan adalah bak air
transparan, pipa pemasukan air ke bak, pembuang kelebiha n permukaan air, pipa
transparan berdiameter 25 mm, keran pengatur air, tangki zat warna, nozzle zat warna.
Percobaan ini dilakukan dengan mengamati pola aliran dengan variable debit air yang
berbeda. Hasil yang didapat adalah pengamatan jenis aliran setiap kenaikan debit
sebanyak 10 liter per jam. Dari praktikum ini dapat diambil kesimpulan bilangan
reynold berbanding lurus dengan nilai debit air. Sehingga semakin besar nilai debit air
maka nilai bilangan reynold akan meningkat. Aliran laminar akan terbentuk apabila
nilai bilangan reynoldnya kurang dari 2300 dan aliran turbulen akan terbentu apabila
nilai bilangan reynoldnya lebih dari 2300

Berdasarkan dari praktikum bilangan Reynold, didapatkan bahwa nilai bilangan


Reynold dari suatu aliran fluida bergantung pada massa jenis fluida, kecepatan aliran
fluida, besar diameter pipa, dan viskositas fluida. Dari praktikum juga didapatkan
bahwa aliran fluida dalam pipa merupakan aliran laminar jika besar bilangan Reynold
kurang dari 2300 dan aliran turbulen jika bilangan Reynold lebih dari 2300.

Kata Kunci: Aliran Laminar, Aliran Turbulen, dan Reynold Number


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia industri, lingkup mekanika fluida sangat beragam, salah satunya
instalasi perpipaan. Perancangan suatu konstruksi pipa akan memperhitungkan
banyak factor. Salah satunya ialah jenis aliran yang melewati pipa tersebut. Jika
salah memperhitungkannya suatu aliran untuk memilih bahan, maka umur pipa
tersebut tidak akan lama.
Oleh karena itu dilaksanakan praktikum tentang Reynold apparatu ini untuk
memahami fenomena aliran dalam pipa dan prinsip dasar bilangan Reynold.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah
1. Bagaimana prinsip dasar bilangan Reynold?
2. Bagaimana fenomena aliran fluida dalam pipa?

1.3 tujuan praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. untuk mengetahui prinsip dasar bilangan Reynold
2. untuk memahami fenomena aliran dalam pipa
1.4 Batasan Masalah
Adapun Batasan masalah dari praktikum ini adalah
1. Steady Flow
Steady flow pada fluida adalah aliran fluida yang propertinya tidak berubah
terhadap waktu, sehingga pengambilan data dapat lebih mudah..
2. Incompressible Fluid
Incompresible fluid adalah fluida yang variasi densitasnya kurang dari 5%
dan mempunyai mach number dibawah 0.3, sehingga perubahan properties
fluida dapat diabaikan. Oleh karena itu, pengambilan data dapat lebih
mudah.
3. Percobaan dilakukan pada suhu kamar
Percobaan dilakukan pada suhu kamar agar menjaga properties fluida
tetap sama.
BAB 2
DASAR TEORI

1.1 Pengertian Fluida dan Jenis-jenisnya


2.1.2 Fluida
Fluida adalah sebuah zat yang akan terdeformasi (mengalami
perubahan bentuk secara terus menerus jika dikenai tegangan geser Commented [IB2]: justify

berapapun kecilnya tegangan geser tersebut)


2.1.3 Fluida Newtonian
Fluida Newtonian adalah fluida yang apbila dikenai tegangan geser
tersebut sebanding atau berbanding lurus dengan kecepatab
deformasi.
2.1.4 Fluida Non-Newtonian
Fluida non-newtonian adalah fluida yang apabila dikenai tegangan
geser tersebut tidak sebanding atau berbanding lurus dengan
kecepatan deformasi.

Gambar 2.1 Fluida non-newtonian


2.2 Streamline, Streakline, Pathline, Timeline
Streamline adalah sembarang garis yang dilukiskan dalam medan
aliran, dimana garis singgung pada setiap titik dalam garis tersebut
menyebabkan arah kecepatan lain.

Gambar 2.2 ilustrasi streamline


2.2.2 Streakline
Streakline adalah gabungan lintasan atau garis dari sejumlah
partikel yang bergerak dimana identitas partikel telah diketahui dan
partikel tersebut pernah melewati titik yang sama.

Gambar 2.3 ilustrasi streakline


2.2.3 Pathline
Pathline adalah lintasan yang dibentuk oleh sebuah partikel yang
bergerak dalam aliran.

Gambar 2.4 ilustrasi pathline

2.2.4 Timeline
Timeline adalah lintasan yang dibentuk oleh partikel yang mengalir
pada saat yang sama.

Gambar 2.5 ilustrasi timeline

2.3 Fluid as Continuum


2.3.1 Pengertian Fluid as Continuum
Fluid as Continuum adalah fluida yang merupakan satu kesatuan yang
makroskopis. Fluida merupakan zat yang terdiri dari molekul-molekul
dengan Gerakan yang konstan.
2.3.2 Diagram Fluid as Continuum

2.3.3 Aliran Viscous dan Aliran Inviscid


Disebut aliran viscous dimana viskositas fluida sangat berpengaruh
sehingga menyebabkan adanya tegangan geser dan kehilangan
energi(≠0). Disebut aliran inviscid dimana viskositas fluida
diasumsikan sama dengan nol(=0) atau viskositas tidak berpengaruh
sehingga aliran ini tidak memiliki tegangan geser (=0)
2.3.4 Aliran laminar dan Aliran Turbulen
Aliran laminar adalah aliran dimana struktur aliran dibentuk oleh
partikel fluida bergerak secara berlapis-lapis dimana setiap lapisan
bergerak diatas lainnya. Aliran turbulen adalah fluida yang partikel-
partikelnya bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan
berfluktuasi yang saling interaksi.
2.3.5 Aliran Incompressible dan Aliran Compressible
Aliran incompressible adalah aliran yang variasi densitasnya kurang
dari 5% dan mach number kurang 0,3. Aliran compressible adaah
aliran dengan variasi densitas lebih dari 5% dan mach number lebih
dari 0,3.
2.3.6 Aliran Internal dan Eksternal
Aliran internal adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan
benda sedangkan aliran eksternal adalah aliran fluida yang tidak
dibatasi permukaan benda.

2.4 Aliran Melalui Suatu Penampang


2.4.1 Aliran pada pipa

Gambar 2.6 Aliran pada pipa


Fluida yang mengalir dalam pipa akan menghasilkan suatu profil
kecepatan tertentu. Pada mulanya, aliran yang memiliki pipa memiliki profil
kecepatan yang rata atau uniform. Kemudian bagian fluida yang bersentuhan
dengan dinding pipa akan mengalami gesekan dengan dinding, sehingga
kecepatannya berkurang dan berangsur-angsur nol.
2.4.2 Aliran pada plat datar

Gambar 2.7 Aliran pada plat datar


Fluida yang mengalir melalui suatu plat datar akan mengalami
fenomena yang serupa pada pipa. Pada mulanya profilnya seragam,
kemudian bagian fluida yang bersentuhan langsung dengan
permukaan plat akan mengalami gesekan dengan plat, sehingga
kecepatan berkurang dan berangsur-angsur nol.
2.4.3 Silinder Pejal

Gambar 2.8 Aliran inviscid


Gambar 2.9 Aliran Viscous
Pada aliran inviscid, fluida yang mengalir mengalami Gerakan yang
bias diasumsikan nol tegangan gesernya, sedangkan aliran viscous
ialah aliran yang dipengaruhi tegangan geser dan mengalami
gesekan sehingga terjadi separasi. Separasi adalah peristiwa dimana
momentum yang digunakan untuk menggerakkan fluida sudah tidak
mampu menahan gaya geser dan tekanan balik.
2.5 Jenis Jenis Aliran
2.5.1 Aliran Laminer

Aliran laminar merupakan aliran yang memiliki struktur aliran yang


terbentuk oleh partikel fluida yang bergerak secara berlapis-lapis

Gambar 2.10 Aliran laminar


2.5.2 Aliran Turbulen
Aliran Turbulen adalah aliran dimana partikel-partikel bergerak
secara bercampur aduk dan acak, setiap partikel menumbuk partikel
lainnya sehingga terjadi pertukaran energi

Gambar 2.11 Aliran Turbulen

2.6 Penurunan Rumus Bilangan Reynold


Reynold number merupakan rasio antara gaya inersia terhadap gaya viscous,
dirumuskan sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan di dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Bak air transparan
2. Suplai air
3. Pelimpah
4. Pipa Transparan
5. Kran pengeluaran air
6. Tabung zat warna (dye)
7. Klep
8. Nozzle Injector

3.2 Skema Alat


Skema alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Skema Alat


3.3 Langkah Kerja Praktikum
Langkah-langkah kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Debit air diatur dengan mengatur klep pada flow meter hingga debit air menjadi
30 liter per jam.
2. Klep tabung tinta warna merah dibuka.
3. Pola aliran diamati.
4. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan.
5. Langkah 1-4 diulangi dengan variasi debit air yang berbeda. Kenaikan debit
adalah 10 liter per jam hingga 250 liter per jam.

3.4 Flowchart Langkah Kerja

Mulai

Bak air, suplai air, pelimpah,


pipa transparran, keran
pengeluaranair, klep

Q=30l/jam

Valve tinta merah dibuka

Amati pola aliran

Apakah debit sudah


mencapai 250 l/jam

Selesai
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

4.1 Data Percobaan


(Terlampir)

4.2 Flowchart Perhitungan


Adapun flowchart perhitungan dari peraktikum ini adalah sebagaiberikut

START

Perhitungan Luas
𝑑2
𝐴 = 𝜋.
4

Perhitungan
Kecepatan
𝑄
𝑉=
𝐴

Perhitungan
Bilangan Reynold
𝜌×𝑉×𝑑
𝑅𝑒 =
𝜇

Yes Semua data No


END Q telah
digunakan

Gambar 4.1 Flowchart perhitungan


4.3 Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan yang dilakukan berdasarkan data ke-3 adalah sebagai
berikut
4.3.1 Perhitungan Luas (A)
Adapun perhitungan luas sebagai berikut ;
𝐷 = 0,0245 𝑚
𝐷2
𝐴 = 𝜋.
4
0,02452
𝐴 = 3,14 ×
4

𝐴 = 4.712 × 10 𝑚2 −4

4.3.2 Perhitungan Debit Air (Q)


𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑄 = 50 ℎ𝑜𝑢𝑟
𝑚3
𝑄 = 1,38889 × 10−5
𝑠

4.3.3 Perhitungan Kecepatan (v)


Adapun perhitungan kecepetan sebagai berikut ;
𝐴 = 4.712 × 10−4 𝑚2
𝑚3
𝑄 = 1,38889 × 10−5
𝑠
𝑄
𝑣= 𝐴
1,38889 ×10−5
𝑣=
4.712 × 10−4

𝑣 = 0,02947559 𝑚/𝑠
𝑣 = 0,02948 𝑚/𝑠

4.3.4 Perhitungan Reynold Number (Re)


Adapun perhitungan Reynold number sebagai berikut.
𝜌 = 1000 kg/m3
D = 25 mm = 0.025 m
𝑚3
𝑄 = 1,38889 × 10−5
𝑠

𝜇 = 0.000893 𝑁. 𝑠⁄𝑚2

𝜌𝑣𝐿
Re =
𝜇

1000 × 0.08493 × 0,025


𝑅𝑒 =
0.000893

𝑅𝑒 =2377,659

4.3 Analisa Data


Pada praktikum Bilangan Reynold ini, terdapat dua jenis aliran yang akan
dibahas, yaitu aliran laminar dan turbulen. Aliran laminar adalah aliran fluida yang
gerak partikelnya membentuk garis-garis sejajar (tidak bertabrakan satu sama lain),
sehingga aliran fluida menjadi teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida
yang gerak partikelnya membentuk garis-garis aliran yang tidak teratur (saling
bertabrakan satu sama lain), sehingga aliran fluida menjadi tidak teratur dan saling
bercampur. Setiap aliran fluida pasti memiliki bilangan Reynold. Bilangan Reynold
dari aliran tersebut berfungsi sebagai indikator apakah aliran terebut aliran laminar atau
aliran turbulen.
Pada aliran yang berada di dalam pipa tertutup, aliran dari fluida dapat
dikatakan laminar apabila bilangan Reynold kurang dari 2300, dan dapat dikatakan
aliran turbulen apabila bilangan Reynold lebih dari 2300. Besar dari bilangan Reynold
dari suatu aliran bergantung pada massa jenis fluida, kecepatan aliran fluida, besar
diameter pipa, dan viskositas fluida. Debit dari aliran fluida juga berpengaruh terhadap
bilangan Reynold karena dengan bertambahnya debit dari aliran fluida dengan luas
penampang yang tetap, kecepatan aliran fluida akan semakin besar, sehingga
menyebabkan bilangan Reynold semakin besar. Jadi, semakin besar debit dari aliran
fluida, semakin besar juga bilangan Reynold-nya
Berdasarkan dari perngamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil aliran
laminar terjadi pada saat debit air 30 liter/jam hingga 50 liter/jam. Sedangkan aliran
turbulen terjadi pada saat debit air 60 liter/jam hingga 250 liter/jam. Berdasarkan hasil
perhitungan, aliran laminar terjadi pada saat debit air 30 liter/jam dengan nilai bilangan
Reynold sebesar 495.975 hingga 110 liter/jam dengan nilai bilangan Reynold sebesar
1818.575 dan aliran turbulen terjadi pada saat debit air 120 liter/jam dengan nilai
bilangan Reynold sebesar 1983.901 hingga pada saat debit air 250 liter/jam dengan
nilai bilangan Reynold sebesar 4133.127.
Berdasarkan hasil data pengamatan dan hasil data perhitungan, terjadi
perbedaan diantara keduanya. Perbedaan hasil aliran terjadi pada debit air 110 liter/jam
hingga debit air 140 liter/jam. Pada hasil pengamatan, aliran fluida sudah menjadi
aliran turbulen pada saat debit air mencapai 110 liter/jam sedangkan pada hasil
perhitungan, aliran baru menjadi aliran turbulen pada saat debit mencapai 140 liter/jam
dengan nilai bilangan Reynold sebesar 2314.551. Terjadinya perbedaan antara hasil
pengamatan dan hasil perhitungan disebabkan karena kurang telitinya praktikan dalam
mengamati aliran fluida yang terjadi.
.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum Reynold Number yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
a. Nilai Bilangan Reynold dari suatu aliran fluida bergantung pada massa
jenis fluida, kecepatan aliran fluida, besar diameter pipa, dan viskositas
fluida, sehingga semakin besar kecepatan aliran, massa jenis fluida, dan
besar diameter pipa, semkain besar juga bilangan Reynold dari aliran.
Sedangkan, semakin besar viskositas fluida, semakin kecil bilangan
Reynold dari aliran.
b. Aliran fluida dalam pipa merupakan aliran laminar jika besar bilangan
Reynold kurang dari 2300 dan aliran turbulen jika bilangan Reynold lebih
dari 2300.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum Reynold Number ini adalah sebagai berikut.
a. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pengamatan terhadap aliran
fluida agar data yang didapatkan lebih akurat.
b. Perlu adanya pembaruan alat agar data yang didapatkan bisa lebih akurat.
LAMPIRAN

Q D A U Ρ μ Jenis Aliran
No Re
(L/jam) (m) (m2) (m/s) (kg/m3) (N.s/m2) Teoritis Praktikum
1 30 0.02450 0.00047 0.01769 997 0.00087 495.97526 Laminar Laminar
2 40 0.02450 0.00047 0.02358 997 0.00087 661.30035 Laminar Laminar
3 50 0.02450 0.00047 0.02948 997 0.00087 826.62544 Laminar Laminar
4 60 0.02450 0.00047 0.03537 997 0.00087 991.95053 Laminar Laminar
5 70 0.02450 0.00047 0.04127 997 0.00087 1157.27561 Laminar Laminar
6 80 0.02450 0.00047 0.04716 997 0.00087 1322.60070 Laminar Laminar
7 90 0.02450 0.00047 0.05306 997 0.00087 1487.92579 Laminar Laminar
8 100 0.02450 0.00047 0.05895 997 0.00087 1653.25088 Laminar Laminar
9 110 0.02450 0.00047 0.06485 997 0.00087 1818.57596 Laminar Laminar
10 120 0.02450 0.00047 0.07074 997 0.00087 1983.90105 Laminar Turbulen
11 130 0.02450 0.00047 0.07664 997 0.00087 2149.22614 Laminar Turbulen
12 140 0.02450 0.00047 0.08253 997 0.00087 2314.55123 Turbulen Turbulen
13 150 0.02450 0.00047 0.08843 997 0.00087 2479.87631 Turbulen Turbulen
14 160 0.02450 0.00047 0.09432 997 0.00087 2645.20140 Turbulen Turbulen
15 170 0.02450 0.00047 0.10022 997 0.00087 2810.52649 Turbulen Turbulen
16 180 0.02450 0.00047 0.10611 997 0.00087 2975.85158 Turbulen Turbulen
17 190 0.02450 0.00047 0.11201 997 0.00087 3141.17666 Turbulen Turbulen
18 200 0.02450 0.00047 0.11790 997 0.00087 3306.50175 Turbulen Turbulen
19 210 0.02450 0.00047 0.12380 997 0.00087 3471.82684 Turbulen Turbulen
20 220 0.02450 0.00047 0.12969 997 0.00087 3637.15193 Turbulen Turbulen
21 230 0.02450 0.00047 0.13559 997 0.00087 3802.47701 Turbulen Turbulen
22 240 0.02450 0.00047 0.14148 997 0.00087 3967.80210 Turbulen Turbulen
23 250 0.02450 0.00047 0.14738 997 0.00087 4133.12719 Turbulen Turbulen

Anda mungkin juga menyukai