Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TUGAS SISTEM DINAMIS

PEMODELAN DAN ANALISIS SISTEM GERAK ELEKTROMEKANIS


PADA ALTERNATOR MOBIL

Oleh : Didin Merlinnovi (2112 100 051)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
A. Alternator
Alternator pada mobil merupakan komponen yang penting di bagian mobil terutama
untuk sistem kelistrikan. Alternator merupakan peralatan elektromekanis pada mesin
kendaraan khususnya mobil yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik
arus bolak-balik. Generator listrik arus bolak-balik ini biasa disebut dengan alternator. Jadi
m hfungsi alternator adalah penghasil listrik untuk kebutuhan kendaraan mobil seperti AC
mobil, lampu penerangan, menghidupkan starter mobil, TV/DVD, dan lain-lain.
Altenator atau sering disebut dengan dinamo ampere merupakan komponen yang
paling berperan dalam sistem pengisian. Alternator berfungsi untuk menghasilkan listrik yang
kemudian disimpan dalam aki (charge). Cara kerja Altenator bergerak oleh karena adanya
gerakan tali kipas yang dihubungkan pada poros engkol (poros utama). Jadi selama mesin
berputar, alternator akan ikut berputar. Putaran alternator inilah yang menghasilkan listrik
pada aki. Jadi aki selalu bisa dicharge saat mesin hidup. Tegangan yang dihasilkan alternator
diatur oleh regulator sehingga sesuai dengan karakteristik sistem kelistrikannya pada unitnya.

B. Cara Kerja Alternator

Prinsipnya, tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh regulator sehingga


sesuai dengan karakteristik sistem kelistrikannya pada unitnya. Adapun arus yang masuk ke
battery (sebagai arus pengisian) dapat dimonitor melalui A meter atau charging lamp yang
dihubungkan serie dengan terminal R alternator dan terminal ACC starting switch. Field coil
( rotor coil ) mendapat arus penguat sehingga pada rotor coil timbul medan magnet. Bila
alternator diputar oleh engine, maka medan magnet pada rotor coil akan dipotong oleh
konduktor pada staior coil. Sehingga pada stator coil akan timbul arus listrik. Tegangan bolak
balik yang keluar dari stator kemudian diserahkan oleh diode sehingga menjadi arus searah.
Fungsi semi conduktor regulator adalah mengontrol arus penguat ke field coil ( rotor coil )
sehingga tegangan yang dihasilkan alternator antara 27.5 s/d 29.5 volt.

C. Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui simulasi pengaruh besar torsi dari
poros engkol terhadap arus yang dihasilkan pada alternator.
D. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam permasalahan ini adalah
1. Besarnya 1 > 2 > 3 .
2. Simulasi yang dilakukan hanya pada fan sampai dengan rotor.
3. Inputan berupa nilai torsional dari poros engkol yang berbentuk sinusoidal
function.

E. Model Fisik Alternator

Gambar 1. Model Fisik Alternator


F. Model Dinamis Alternator

Kt1 Kt2
Kt3
J1 J2 J3

B1 B2
Fan Bearing
Rotor

Gambar 2. Model Dinamis Alternator

G. Model Matematis Alternator

Free Body Diagram Fan

Ta

J11

Kt1 (1 2 )
Gambar 3. Free(Body Diagram Fan
Type equation here.
Persamaan Gerak Sistem :

M=0

J11 + Kt1 (1 - 2 ) = Fa sin

J11 + Kt11 - 2 = Fa sin

State Variabel

1 = 1
1
1 = [ Fa sin - Kt11 + Kt12 ]
1
Free Body Diagram Bearing
Kt1 (1 2 )

J22
Kt2 (2 3 )

B1 2

Gambar 4. Free Body Bearing

Persamaan Gerak Sistem :

M=0
- J22 - B1 2 Kt2 (2 - 3 ) + Kt1 (1 - 2 ) = 0
- J22 - B1 2 Kt22 + Kt23 + Kt11 Kt12 = 0
- J22 - B1 2 ( Kt1 + Kt2 ) 2 + Kt23 + Kt11 = 0
State Variabel
2 = 2
1
2 = [- B1 2 ( Kt1 + Kt2 ) 2 + Kt23 + Kt11 ]
2

Free Body Diagram Rotor

Te
Kt2 (2 - 3 )
J33

B2 3
Kt33

Gambar 5. Free Body Diagram Rotor

Persamaan Gerak Sistem :

M=0
- J33 B2 3 Kt33 + Kt2 (2 - 3 ) + Te = 0
- J33 B2 3 Kt33 + Kt22 Kt23 + Te = 0
- J33 B2 3 (Kt2 + Kt3) 3 + Kt22 + Te = 0
State Variable
3 = 3
1
3 = [ B2 3 (Kt2 + Kt3) 3 + Kt22 + Te ]
3

Sirkuit Elektromekanis Rotor

Gambar 6. Skema Elektrik Rotor



. + + () = 0

1
= [ () . ]

Dimana:
em = e(t) = (2.N.B.l.r) 3
Sehingga state variable menjadi
1
= [+ (2. N. B. l. r) 3 . ]

H. Parameter Simulasi
Tabel 1. Parameter Simulasi

No Parameter Nilai
1 Momen inersia fan (J1) 1 kgm2
2 Momen inersia bearing (J2) 1 kgm2
3 Momen inersia rotor (J3) 1.5 kgm2
4 Koefisien torsional damping 1 Ns/m
bearing (B1)
5 Koefisien torsional damping rotor 1 Ns/m
(B2)
6 Koefisian torsional stiffness poros 100 N/m
1 (KT1)
7 Koefisian torsional stiffness poros 100 N/m
2 (KT2)
8 Koefisian torsional stiffness poros 100 N/m
3 (KT3)
9 Jumlah lilitan (N) 20
10 Hambatan (R) 0.5 0hm
11 Kuat medan magnet(B) 0.7 tesla
12 Panjang kawat (L) 0.15 m
13 Jari jari rotor (r) 0.07 m

I. Block Diagram

Gambar 7. Block Diagram Alternator


J. Analisa Grafik dan Pembahasan

Pada simulasi sistem alternator ini, digunakan variasi torsi awal(Ta ) menggunakan
input step pada fan yaitu sebesar 16 Nm, 24 Nm, dan 30 Nm, yang secara berurutan
ditunjukkan pada data1, data2, dan data3 yang terdapat pada gambar 8 dan gambar 9. Torsi
awal (Ta) dari fan ini akan mempengaruhi putaran poros satu, bearing, poros dua dan rotor
yang terdapat magnet di dalamnya. Perputaran rotor inilah yang dapat menimbulkan arus
listrik. Sehingga secara tidak langsung besarnya arus yang dihasilkan tergantung dari torsi
awal (Ta) pada fan.

-13
x 10

data1
0
data2
data3
-1

-2

-3

-4
Torsi

-5

-6

-7

-8

-9

-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Time

Gambar 8. Grafik Torsi (Nm) pada fan terhadap waktu (s) menggunakan sinusoidal input
-6
x 10

1.5
data1
data2
data3

0.5
Current

-0.5

-1

-1.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Time

Gambar 9. Grafik kuat arus(A) terhadap waktu (s) dengan variasi perubahan torsi
menggunakan sinusodal input

Grafik pada gambar 8 menunjukkan torsi awal(Ta) pada bearing terhadap waktu
menggunakan input sinusoidal, sedangkan gambar 9 merupakan grafik kuat arus terhadap
waktu dengan variasi torsi menggunakan input sinusoidal. Pada gambar 8, grafik input torsi
awal (Ta) memiliki sinusoidal time 4 s, ini menunjukkan bahwa input pertama kali diberikan
pada saat 4 s yang besarnya bervariasi antara 16 Nm, 24Nm, dan 30Nm, yang kemudian
konstan hingga mencapai 10 s dan seterusnya. Pada gambar 8, grafik kuat arus terhadap
waktu, diperoleh respon yang hampir sama pada setiap variasi torsi awal(Ta ), yaitu mencapai
kondisi steady state setelah 8 detik.

Grafik pada gambar 8 dan gambar 9 mennjukkan bahwa semakin besar torsi awal(Ta)
yang diberikan, maka semakin besar pula arus listrik yang dihasilkan, dan semakin cepat pula
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan arus listrik. Hal ini sesuai dengan rumusan
dimana torsi awal (Ta) pada fan berbanding lurus dengan laju putaran poros satu, bearing,
poros dua, dan laju putaran rotor yang kemudian akan menghasilkan arus listrik. Sehingga
semakin besar laju putaran fan, maka laju perputaran rotor magnet akan semakin besar,
akibatnya semakin besar pula laju perubahan fluks magnetik yang dilingkungi kumparan. Ggl
induksi dan arus listrik induksi yang dihasilkanakan semakin besar pula sehingga arus listrik
yang disuplai ke aki lebih besar pula.

Anda mungkin juga menyukai