Crystalline and Non-Crystalline Materials (Bahan

Kristal dan Non-Kristal)

3.13. Single Crystal (Kristal Tunggal)
For a crystalline solid, when the periodic and repeated arrangement
of atoms is perfect or extends throughout the entirety of the
specimen without interruption, the result is a single crystal.
Untuk bahan kristal padat, ketika secara terus menerus dan
berulang penyusunan atom-atomnya sempurna ataudiperluas sampai
mencakup keseluruhan bahan tanpa gangguan, hasilnya adalah
Kristal tunggal.
Single crystal exist in nature, but may also be produced artificially.
They are ordinarily difficult to grow, because the environment must
be carefully controlled.
Kristal tunggal terdapat di alam, tetapi juga bisa diproduksi secara
buatan. Mereka biasanya sulit untuk tumbuh, akibat dari
lingkungannya yang harus dikontrol dengan hati-hati.
If the extremities of a single crystal are permitted to grow without
any external
constraint, the crystal will assume a regular geometric shape having
flat faces,
as with some of the gem stones; the shape is indicative of the crystal
structure.
Jika ekstrimitas dari Kristal tunggal memungkinkan untuk
berkembang tanpa adanya penghambat dari luar, crystal akan
membentuk bentuk geometris yang memiliki permukaan rata, seperti
beberapa batu permata, bentuknya menunjukkan struktur Kristal.

Figure 1 Garnet single crystal that was found in Tongbei, Fujian Province, China

Within the past few years, single crystals have become extremely
important in many of our modern technologies, in particular
electronic microcircuits, which employ single crystals of silicon and
other semiconductors.
Dalam beberapa tahun belakangan, Kristal tunggal telah menjadi
sangat penting dalam banyak teknologi modern kita, khususnya di
mikrosirkuit elektronik, yang mana menggunakan Kristal tunggal
pada silicon dan semikonduktor lainnya.
3.14. Polycrystalline (Kristal Banyak)
Most crystalline solids are composed of a collection of many small
crystals or grains; such materials are termed polycrystalline.
Banyak Kristal padat terbentuk dari sekumpulan banyak Kristal kecil
ataubutir-butiran. Material yang seperti itu dinamakan polikristal.
The solidification of polycrystalline specimens have some various
stage. First of all, small crystals or nuclei form at various position. The
small grains grow by the successive addition from the surrounding
liquid of atom to the structure of each. The extremities of adjacent
grains impinge one on another as the solidification process almost
complete. The solidification complete.
Pemadatan polikristal memiliki beberapa tahapan berbeda.
Pertama-tama Kristal-kristal kecil atau inti-intinya berada di posisi
yang berbeda-beda. Butir-butiran kecil tumbuh terus menerus dari
cairan di sekitar masing-masing struktur atom. Bagian-bagian dari
butiran-butiran yang berdekatan saling tumpang tindih satu sama
lain saat proses pemadatan hampir selesai. Proses pemadatan
selesai.

3.15. Anisotropy
The physical properties of single crystals of some substances
depend on the crystallographic direction in which measurements are
taken. This directionality of properties is termed anisotropy, and it is
associated with the variance of atomic or ionic spacing with
crystallographic direction. Substances in which measured properties
are independent of the direction of measurement are isotropic.
Sifat fisik dari Kristal tunggal pada beberapa substansi tergantung
dari arah kristalografinya yang digunakan dalam pengukuran. Sifat
arahnya ini dinamakan anisotropy, dan berkaitan dengan variasi
jarak atom atau ion dengan arah kristalografi. Substansi yang sifat
pengukurannya hanya berdasarkan pengukuran arahnya saja disebut
isotropis.
The extent and magnitude of anisotropic effects in crystalline
materials are functions of the symmetry of the crystal structure; the
degree of anisotropy increases with decreasing structural symmetry
--- triclinic structures normally are highly anisotropic.
Tingkatan dan besarnya efek anisotropis pada bahan Kristal
berkaitan dengan fungsi simetri dari struktur Kristal; tingkatan
anistropi bertambah dengan berkurangnya struktur simetris--Struktur triklinik normalnya memiliki anisotropis yang tinggi.
For many polycrystalline materials, the crystallographic orientations
of the individual grains are totally random. Under these
circumstances, even though each grain may be anisotropic, a
specimen composed of the grain aggregate behaves isotropically.
Untuk banyak material polikristal, orientasi kristalografi dari masingmasing butirannya benar-benar acak. Dalam situasi ini, meskipun
masing-masing butiran bisa jadi anisotropi, satu specimen yang
terbentuk dari kumpulan butiran-butiran tersebut bersifat isotropi.
The magnetic properties of some iron alloys used in transformer
cores are
Anisotropic. Energy losses in transformer cores are minimized by
utilizing polycrystalline sheets of these alloys into which have been
introduced a magnetic texture.

Sifat magnet pada beberapa campuran besi digunakan pada inti

trafo bersifat anisotropi. Hilangnya eneenergyda trafo diperkecil
dengan memanfaatkan lapisan polikristal dari campuran ini yang
mana telah dikenal dengan tekstur magnetik.

3.16. X-RAY DIFFRACTION DETERMINATION OF CRYSTAL

STRUCTURE
The Diffraction Phenomenon
Diffraction occurs when a wave encounters a series of regularly
spaced obstacles that (1) are capable of scattering the wave, and (2)
have spacings that are comparable in magnitude to the wavelength.
Difraksi terjadi ketika sebuah gelombang membentur penghalang
yang mampu memecah gelombang dan memiliki ruang yang
sebanding dengan panjang gelombang.
X-Ray Diffraction and Brags Law
X-rays are a form of electromagnetic radiation that have high
energies and short wavelengths. When a beam of x-rays impinges on
a solid material, a portion of this beam will be scattered in all
directions by the electrons associated with each atom or ion that lies
within the beams path.
Sinar X adalah bentuk radiasi elektromagnetik yang memiliki energy
tinggi dan panjang gelombang yang pendek. Ketika laser sinar x
mengenai material padat, porsi dari sinar ini akan terpecah ke
berbagai arah dengan elektron yang berhubungan dengan masingmasing atom atau ion yang berada tepat pada lintasan sinar.
n = dhkl sin + dhkl sin
= 2dhkl sin
The equation above is known as Braggs Law; which n represent the
order of reflection may be any integer (1,2,3,) consisten with sin
not exceeding unity. Thus, we have a simple expression relating the
x-ray wavelength and interatomic spacing to the angle of diffracted
beam. If Braggs law is not satisfied, then the interference will be

non-constructive in nature so as to yield a very low density diffraction

beam.
Rumus diatas diketahui sebagai hukum Bragg; yang mana mewakili
urutan pantulan bisa jadi dalam bilangan bulat sebanding dengan sin
tanpa melebihi kesatuannya. Dari itukita memiliki penyampaian
sederhana berhubungan dengan panjang gelombang sinar x dan
ruang antar atom ke sudut difraksi sinar. Jika hukum bragg tidak
menemukan penyelesaiannya, maka interferensinya akan jadi tidak
konstrukrif
pada
alam
berkaitan
atau
sama
dengan
menghasilkankepadatansinar difraksi yang rendah.
Diffraction Techniques
One common diffraction technique employs a powdered or
polycrystalline specimen consisting of many fine and randomly
oriented particles that are exposed to monochromatic x-radiation.
Each powder particle (or grain) is a crystal, and having a large
number of them with random orientations ensures that some
particles are properly oriented such that every possible set of
crystallographic planes will be available for diffraction.
Satu teknik difraksi yang umum melibatkan sejenis bubuk atau
polikristal
yang mengandung banyak partikel baik dan arahnya acak yang mana
terbongkar dengan radiasi X monokromatis. Masing-masing partikel
bubuk atau butir adalah Kristal dan memiliki banyak dari Kristalkristal itu dengan arah yang acak memastikan bahwa beberapa
partikel terarah dengan baik sehingga memungkinkan setiap
kemungkinan bidang kristalografi akan tersedia untuk difraksi.
The diffractometer is an apparatus used to determine the angles at
which diffraction occurs for powdered specimens; its features are
represented schematically in the Figure.
Difrktometer adalah sebuah alat yang biasa digunakan untuk
menentukan sudut terjadinya difraksi untuk bahan bubuk; Cara
kerjanya ditampilkan secara skematis pada gambar.
A specimen S in the form of a flat plate is supported so that
rotations about the axis labeled O are possible; this axis is
perpendicular to the plane of the page. The monochromatic x-ray
beam is generated at point T, and the intensities of diffracted beams

are detected with a counter labeled C in the figure. The specimen, xray source, and counter are all coplanar.
Bahan S dalam bentuk lempengan tipis dibantu agar memungkinkan
perputaran searah sumbu O; sumbu ini tegak lurus dengan bidang.
Sinar X monokromatis berasal dari titik T, dan intensitas dari sinar
difraksinya dideteksi dengan perlawan label C pada gambar. Bahan,
sumber sinar X, dan pembalik berada pada satu bidang.
One of the primary uses of x-ray diffractometry is for the
determination of crystal structure. The unit cell size and geometry
may be resolved from the angular positions of the diffraction peaks,
whereas arrangement of atoms within the unit cell is associated with
the relative intensities of these peaks.
Satu penggunaan utama dari pengukuran difraksi sinar X adalah
untuk menentukan struktur Kristal. Ukuran dan geometri unit sel
dapat dipecahkan dari posisi sudut difraksi, yang mana pengaturan
atom-atomnya pada unit sel berkaitan dengan intensitas relatif
ketajamannya.
X-rays, as well as electron and neutron beams, are also used in
other types of material investigations. For example, crystallographic
orientations of single crystals are possible using x-ray diffraction (or
Laue) photographs.
Sinar X diketahui juga sebagai sinar elektron dan neutron, juga bisa
digunakan pada tipe lain pengujian material. Sebagai contoh, arah
kristalografi dari Kristal tunggal memungkinkan dengan difraksi X-ray
atau fotografi Laue.
3.17. NONCRYSTALLINE SOLIDS
noncrystalline solids lack a systematic and regular arrangement of
atoms over relatively large atomic distances. Sometimes such
materials are also called amorphous (meaning literally without
form), or supercooled liquids, inasmuch as their atomic structure
resembles that of a liquid.
Padatan nonkristal kekurangan susunan atom-atom yang sistematis
dan teratur pada jarak antar atom yang jauh. Terkadang material
seperti itu juga bisa disebut amorphous (secara bahasa artinya

tanpa bentuk), atau cairan yang sangat beku, karena kurang lebih
struktur atomnya menyerupai cairan itu.
An amorphous condition may be illustrated by comparison of the
crystalline and noncrystalline structures of the ceramic compound
silicon dioxide (SiO2), which may exist in both states.
Kondisi amorphous bisa diilustrasikan dengan perbandingan antara
struktur Kristal dan nonkristal dari keramik berbahan silikon dioksida
yang berada di kedua kondisi
Figures a and b present two-dimensional schematic diagrams for
both structures of SiO2. Even though each silicon ion bonds to three
oxygen ions for both states, beyond this, the structure is much more
disordered and irregular for the noncrystalline structure.
Gambar a dan b menampilkan skema diagram 2 dimensi untuk
kedua struktur SiO2. Meskipun masing-masing ion silikon terikat ke 3
ion oksigen pada kedua keadaan, diluar ini, strukturnya jauh lebih
tidak teratur untuk struktur nonkristal
Amorphous materials, therefore, are characterized by atomic or
molecular structures that are relatively complex and become ordered
only with some difficulty.
Oleh karena itu, material amorfos dikarakteristikkan dengan struktur
atom atau molekul yang cenderung rumit dan menjadi teratur hanya
dengan beberapa usaha.
Furthermore, rapidly cooling through the freezing temperature
favors the formation of a noncrystalline solid, since little time is
allowed for the ordering process.
Lebih lanjutnya, pendinginan yang cepat melalui suhu beku
mempengaruhi formasi dari padatan nonkristal, berkaitan dengan
singkatnya waktu yang diizinkan untuk proses pengaturan.
Metals normally form crystalline solids, but some ceramics material
are crystalline, whereas other inorganic glasses, are amorphous.
Polymers may be completely noncrystalline and semicrystalline
consisting of varying degrees of crystallinity.

Logam umumnya dalam bentuk padatan Kristal, tapi beberapa

material keramik juga Kristal, dimana kaca inorganic lainnya adalah
amorfos. Polimer bisa saja sepenuhnya nonkristal atau semikristal
terdiri dari bervariasinya tingkatan Kristal.