Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

(ABKC4701)

“STRUKTUR KRISTAL”

DOSEN PENGAMPU

Dr. Mustika Wati, M.Sc.

KELOMPOK 1

Maulana Ahmad Mudzzakir 17101212210017

Sulastri Wulan Dari 1710121320009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang materi Struktur Kristal ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas Mata
Kuliah Fisika Zat Padat. Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-
teman maka disusunlah makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini
diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat
tugas kami di perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses
perkuliahan. Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan
dari berbagai pihak, maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terkait. Dalam menyusun makalah ini kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya. Sebagai pemula
tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga makalah
ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Aamiin.

Banjarmasin, 06 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
BAB III...............................................................................................................................14
KESIMPULAN....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bumi merupakan planet yang memiliki beraneka ragam sumber daya alam.
Hal ini sangat menguntungkan bagi manusia karena dengan banyaknya sumber
daya alam yang ada, maka akan banyak pula material yang dapat digunakan oleh
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari “kristal” biasanya merujuk pada benda
padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu serta indah di pandang mata
Zat padat seperti benda yang kontinu dan percobaan telah membuktikan
bahwa semua zat padat tersusun dari bagian-bagian tertentu dari atom-atom atau
molekul-molekul. Atom-atom ini tidak tersebar secara random (acak) tetapi
tersusun sangat teratur, susunan atom yang sedemikian disebut dengan kristal.
Namun demikian tidak semua zat padat adalah kristal, karena pada beberapa zat
padat atom-atomnya ada yang tersebar secara acak dengan kata lain dikatakan
kristal tak terstruktur. Dalam kenyataannya tidak ada perbedaan yang mendasar
antara benda-benda ini dengan zat cair.
Struktur kristal mempunyai beberapa tipe yang tergantung pada geometri dari
susunan atomnya, pengetahuan tentang geometri dari susunan atom ini sangat
penting dalam fisika zat padat, sebab struktur ini biasannya mempengaruhi sifat-
sifat zat padat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kristal ?
2. Bagaimana menentukan sel primitif menggunakan metode Wigner-Seitz?
3. Bagaimana tipe kisi dua dimensi dan tiga dimensi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kristal.
2. Untuk menentukan sel primitif menggunakan metode Wigner-Seitz.
3. Untuk mengetahui tipe kisi dua dimensi dan satu dimensi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kristal

Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau molekul-


molekul zat padat yang memiliki susunan berulang dan jarak yang teratur
dalam tiga dimensi. Pada hubungan lokal yang teratur, suatu kristal harus
memiliki rentang yang panjang pada koordinasi atom-atom atau ion dalam
pola tiga dimensi sehingga menghasilkan rentang yang panjang sebagai
karakteristik dari bentuk kristal tersebut.

Material zat padat dapat diklasifikasikan berdasatkan keteraturan, di mana


atom atau ion tersusun secara teratur antara atom yang satu dengan yang lainnya
(atau disebut kristal), sebuah material kristal merupakan suatu kondisi dimana
atom terletak dalam susunan yang berulang dalam jarak atomik yang besar (Astra,
2015).

2
B. Kristal dan Amorf

Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi
pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang dimiliki tidak
teratur dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena proses
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat
menempati lokasi kisinya. Bahan seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus
yaitu memiliki struktur yang identik dengan amorf. Susunan dua-dimensional
simetris dari dua jenis atom yang berbeda antara kristal dan amorf ditunjukan
pada gambar 1.

Gambar 1. (a). Susunan atom kristal, (b). Susunan atom amorf.

(Sumber : Astra;2015)

1. Kisi Kristal

Menurut Suud & Hufri (1998). Susunan titik-titik dapat dibentuk sebagai
bayangan ruang dibagi atas tiga
kumpulan bidang-bidang. Bidang-
bidang pada masing-masing kumpulan
tersebut sejajar dan sama jenisnya.

Gambar 2. Titik kisi (Sumber : Suud


& Hufri, 1998)
Suatu kumpulan titik-titik yang dibentuk memiliki sifat-sifat yang tertentu, dia
merupakan titik-titik kişi yang didefinisikan sebagai suatu titik-titik dalam ruang
yang sedemikian rupa susunannya sehingga setiap titik dikelilingi oleh tetangga
yang identik.

2. Basis

Sebuah basis atom ditambahkan


pada setiap titik kisi, dengan setiap basis
yang identik dalam komposisi, susunan,
dan orientasi.Gambar disamping
menunjukkan bagaimana struktur kristal
terbentuk dengan menambahkan sebuah
basis pada setiap titik kisi. Kisi
Gambar 3. (a). Ruang kisi, (b). Basis, (c). Struktur
ditunjukkan oleh titik pada gambar 3a dan
kisi
gambar 3b, tetapi pada gambar 3c titik-
titik tersebut dihilangkan (Astra, 2015).

C. Operasi Vektor Translasi


Kisi didefinisikan sebagai tiga vektor pokok translasi a1, a2, dan a3 sebuah
kisi barisan periodik reguler dari titik-titik dalam ruang. Kisi adalah abstraksi
matematika; struktur kristal yang terbentuk saat basis atom ditambahkan pada
setiap titik kisi. Menurut (Astra, 2015) hubungan logisnya adalah:

4
Gambar 4 Hubungan logis kisi dan basis

(Sumber : Astra,2015)

Astra (2015) juga menjelaskan bahwa sebuah operasi kisi didefinisikan


sebagai perpindahan dari kristal dengan vektor translasi kristal yang dapat
dituliskan sebagai :

𝑇 = 𝑢1𝑎1 + 𝑢2𝑎2 + 𝑢3𝑎3 (1)

Dua titik sembarangan dihubungkan oleh vektor seperti pesamaan diatas


dalam sebuah struktur dapat memiliki lebih dari satu kisi dan dalam satu kisinya
bisa memiliki lebih dari satu sumbu.

3. Sel Satuan dalam Kristal

Tapak-identik dalam kristal berulang secara teratur disebabkan oleh urutan


jangka panjang didalam susunan atomnya. Susunan tiga dimensi yang terdiri dari
semua titik di dalam kristal, yang mempunyai lingkungan yang sama dalam
orientasi yang sama dinamakan Kisi Kristal. Kisi seperti ini merupakan abstraksi

5
yang “diangkat” dari Kristal sebenarnya. Kisi ini diperoleh dengan mengisi ruang
dengan sederet kubus yang identik, yang merupakan sel satuan (unit cell) dalam
sistem itu. Satu sel satuan mengandung semua informasi structural mengenai
Kristal itu, sebab pada dasarnya Kristal dapat dibangun dengan membuat banyak
sekali salinan sel satuan tunggal dan menumpuknya [ CITATION Oxt03 \l 1033 ].

4. Sel Kisi Primitif

Paralel yang ditentukan oleh sumbu primitif a 1, a 2, a 3 disebut sel primitif.


Sel primitif adalah jenis sel atau sel satuan. (Unit kata sifat berlebihan dan tidak
diperlukan). Sebuah sel akan mengisi semua space dengan pengulangan operasi
terjemahan kristal yang cocok. Sel primitif adalah sel volume minimum. Ada
banyak cara untuk memilih sumbu primitif dan sel primitif untuk kisi tertentu.
Jumlah atom dalam sel primitif atau dasar primitif selalu sama untuk struktur
kristal yang diberikan.

Selalu ada satu titik kisi per sel primitif. Jika sel primitif adalah pipa paralel
dengan titik-titik kisi di masing-masing dari delapan sudut, masing-masing titik
kisi dibagi di antara delapan sel, sehingga jumlah total titik kisi dalam sel adalah

1
satu:8 × =1. Volume pipa paralel dengan sumbu a 1, a 2, a 3 adalah
8

V c =|a1 ∙ a 2 × a3| (2)

oleh analisis vektor dasar. Dasar yang terkait dengan sel primitif disebut dasar
primitif. Tidak ada basis yang mengandung atom lebih sedikit dari pada yang
mengandung dasar primitive [ CITATION Placeholder1 \l 2057 ]

6
Gambar (5). Sel Primitif Wigner-Seitz

(Sumber : [ CITATION Placeholder1 \l 2057 ])

Cara penentuan Sel Primitif menggunakan metode Wigner-Seitz yaitu:

1) Ambil salah satu kisi sebagai acuan (biasanya ditengah).


2) Titik kisi yang diambil sebagai acuan dihubungkan dengan titik kisi terdekat
disekitarnya.
3) Di tengah-tengah garis penghubung, buatlah garis tegak lurus terhadap garis
penghubung.
4) Luas terkecil (2 dimensi) atau volume terkecil (3 dimensi) yang dilingkupi oleh
garis-garis atau bidang-bidang ini yang disebut sel primitif Wigner-Seitz
[ CITATION Placeholder1 \l 2057 ]
5. Sel Non Primitif

Sel satuan non-primitif atau sel konvesional adalah sel yang mempunyai
luas atau volume bukan yang terkecil artinya mempunyai luas atau volume yang
besarnya merupakan kelipatan dari sel primitive. untuk sel non-primitif memiliki
lebih dan satu titik kisi per sel.

 Tipe Dasar Kisi

Kisi kristal dapat dibawa atau dipetakan ke dalam diri mereka sendiri oleh
translasi kisi T dan oleh berbagai operasi simetri lainnya. Operasi simetri yang
khas adalah rotasi sekitar sumbu yang melewati titik kisi. kisi-kisi dapat
ditemukan seperti sumbu rotasi satu, dua, tiga, empat, dan enam kali lipat

7
membawa kisi ke dalam dirinya sendiri, sesuai dengan rotasi oleh

2π 2π 2π 2π
2π , , , , dan radian dan dengan kelipatan integral rotasi ini. sumbu
2 3 4 6
rotasi disumbangkan oleh symbol 1, 2, 3, 4 dan 6.

 Tipe Kisi Dua Dimensi

Kisi umum seperti ini dikenal sebagai kisi miring dan tidak berubah di
bawah rotasi π dan 2 π tentang titik kisi. Tetapi kisi-kisi khusus dari tipe miring
bisa tidak berubah di bawah rotasi 2π/3, 2π/4, atau 2π/6, atau di bawah pantulan
cermin. Kita harus memaksakan kondisi restriksi pada a 1 dan a 2 jika kita ingin
membangun kisi yang lebih bervarian di bawah satu atau lebih operasi baru. Ada
empat jenis pembatasan, dan masing-masing mengarah ke apa yang kita sebut
jenis kisi khusus.

6. Macam Kisi Dua Dimensi


a. Kisi Miring

Pada kisi miring:

1) Sudut 𝜑 = 90o

2) Sel satuannya berbentuk jajaran genjang, harga 𝑎1 ≠ [𝑎2].

8
jumlah titik kisi pada:

a) sel primitif: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ.

b) sel konvensional: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ

b. Kisi Segi Panjang

Pada kisi segi panjang:

1) Harga 𝑎1 = 𝑎2, sudut 𝜑 = 90o

2) Sel satuannya berbentuk segi empat panjang

jumlah titik kisi pada:

a) sel primitif: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ.

b) sel konvensional: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ

9
c. Kisi bujur sangkar

Pada kisi bujur sangkar:

1) Harga 𝑎1 = 𝑎2 , sudut 𝜑=90o

2) Sel satuannya berbentuk bujur sangkar, jumlah titik kisi pada:

a) sel primitif: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ.


b) sel konvensional: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ (Astra, 2015).

d. Kisi heksagonal

1) Harga 𝑎1 = 𝑎2 , sudut 𝜑=120o


2) Sel satuannya berbentuk belah ketupat, jumlah titik kisi pada:
a) Sel primitif: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ.
b) Sel konvensional: 6×1/3 +1=1 𝑏𝑢𝑎ℎ (Astra, 2015).

e. Kisi segi panjang berpusat

10
1) Harga 𝑎1 ≠ 𝑎2 , sudut 𝜑=90o

2) Sel satuannya berbentuk segi panjang berpusat, jumlah titik kisi pada:

a) sel primitif: 4×1/4 =1 𝑏𝑢𝑎ℎ;


b) sel konvensional:4×1/4 +1=2𝑏𝑢𝑎ℎ
(Astra, 2015).

7. Tipe Kisi Tiga Dimensi


Grup titik simetri pada tiga dimensi memiliki 14 tipe kisi berbeda pada kisi
yang umum adalah triklinik, dan ada 13 kisi khusus. Kisi dikelompokkan agar
memudahkan dalam sistem klasifikasi berdasarkan tujuh tipe sel seperti berikut.

a. Triklinik.

b. Monoklinik.
c. Orthombik.
d. Tetragonal.
e. Kubik.
f. Trigonal.
g. Heksagonal.
Menurut Suud & Hufri (1998), Pembagian dalam sistem ditunjukkan pada
tabel dalam bentuk hubungan sumbu yang menggambarkan sel. Sel pada Gambar
6 adalah sel konvensional, hanya sel sc yang merupakan sel primitif. Biasanya sel
nonprimitif memiliki hubungan yang lebih nyata dengan operasi titik simetri
daripada yang dimiliki sel primitif.
Dalam tiga dimensi, terdapat 14 kisi Bravais terbentuk dengan
mengombinasikan salah satu dari tujuh sistem kristal (atau sistem aksial) dengan

11
salah satu pusat kisi. Masing-masing kisi bravais menunjukkan jenis kisi yang
berbeda. Adapun pusat-pusat kisi tersebut sebagai berikut.

a. Kisi primitif atau sederhana (P); titik kisi hanya terletak di sudutnya saja.

b. Kisi Body centered (I); terdapat tambahan satu titik kisi yang terletak di pusat
sel.

c. Kisi Face centered (F); terdapat tambahan 6 titik kisi yang terletak di pusat
masing-masing permukaan sel.

d. Kisi Base centered (A, B, atau C); terdapat tambahan satu titik kisi pada salah
satu pusat permukaan sel.
Banyaknya kombinasi dari kisi Bravais ini berjumlah 42, namun tidak semua
kombinasi sistem kristal dan pusat kisi ini dibutuhkan untuk menggambarkan kisi-
kisi yang mungkin terbentuk karena sebenarnya beberapa kombinasi ini bersifat
ekuivalen dengan yang lainnya. Keempat belas kisi Bravais ditampilkan dalam
gambar berikut.

12
Gambar 6. Kisi Bravais
(Sumber : Suud & Hufri, 1998)

13
Terdapat tiga kisi pada sistem kubik yaitu:

a. kisi kubik sederhana (simple cubic);

b. kisi kubik pusat badan (Body-centered) (bcc);

c. dan kisi kubik pusat muka (face-centered) (fcc).

D. Struktur Kristal Kubik


a. Struktur Simple Cubic (SC) atau Kubik Sederhana
Menurut Parno (2012), pada struktur kubik sederhana atom-atom terletak
di bagian sudut saja sehingga hanya bersinggungan di sepanjang sisi kubus.
Dengan total atom yang berada dalam sebuah unit sel dengan struktur SC
berjumlah 1 yang diperoleh dari penjumlahan seperdelapan atom yang terletak di
sudut. Struktur ini kurang rapat dan memiliki bilangan koordinasi yang berjumlah
enam. Bilangan koordinasi diartikan sebagai banyaknya atom tetangga terdekat
atau banyaknya atom yang bersentuhan.

b. Struktur Body Centered-Cubic (BCC)

Struktur ini terdapat atom-atom yang terletak di semua sudut (delapan


sudut) dan atom tunggal di bagian pusat kubus. Masing-masing unit sel BCC
memiliki dua atom; satu atom berasal dari penjumlahan satu per delapan atom
yang terletak di delapan sudut kubus dan satu lagi berasal dari atom yang terletak
di pusat kubus, ketika posisi atom yang terletak di bagian sudut dengan di bagian
pusat adalah sama. Bilangan koordinasi untuk struktur kristal BCC adalah 8, dan
dapat dilihat pada Gambar 7 (Beiser, A. 1992).

14
Gambar 7. Bentuk Struktur Kristal BCC, a) Penggambaran Satu Unit Sel Bola Pejal, b) Gambar Unit Sel
dengan Ukuran Bola Pejal yang Sudah Diperkecil, c) Kumpulan dari Banyak Atom.

(Sumber : Suud & Hufri, 1998)

c. Struktur Face Centered-Cubic

Struktur kristal FCC atom-atomnya terletak pada bagian sudut dan juga di
pusat dari semua permukaan kubus. Untuk struktur kristal FCC, masing-masing
atom yang terletak di sudut dibagi-bagi ke dalam delapan unit sel, oleh karena itu
atom face-centered yang terletak pada bagian sisi terbagi menjadi dua. Total atom
yang dimiliki oleh struktur kristal FCC ada 4 yang diperoleh dari penjumlahan
satu per delapan dari masing-masing atom yang terletak di delapan sudut dengan
setengah bagian atom yang terletak di enam permukaan sel yang dapat dilihat
dalam Gambar 7 (Beiser, A. 1992)

Gambar 8. Bentuk Struktur Kristal FCC, a) Penggambaran Satu Unit Sel Bola Pejal, b) Gambar
Unit Sel dengan Ukuran Bola Pejal yang Sudah Diperkecil, c) Kumpulan dari Banyak Atom.
(Sumber : Suud & Hufri, 1998)

15
BAB III

KESIMPULAN

1. Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau molekul-


molekul zat padat yang memiliki susunan berulang dan jarak yang
teratur dalam tiga dimensi. Pada hubungan lokal yang teratur, suatu
kristal harus memiliki rentang yang panjang pada koordinasi atom-
atom atau ion dalam pola tiga dimensi sehingga menghasilkan
rentang yang panjang sebagai karakteristik dari bentuk kristal tersebut.
2. Cara penentuan Sel Primitif menggunakan metode Wigner-Seitz yaitu:
 Ambil salah satu kisi sebagai acuan (biasanya ditengah).
 Titik kisi yang diambil sebagai acuan dihubungkan dengan titik kisi
terdekat disekitarnya.
 Di tengah-tengah garis penghubung, buatlah garis tegak lurus terhadap
garis penghubung.
 Luas terkecil (2 dimensi) atau volume terkecil (3 dimensi) yang dilingkupi
oleh garis-garis atau bidang-bidang ini yang disebut sel primitif Wigner-
Seitz.
3. Tipe kisi dua dimensi umum seperti dikenal sebagai kisi miring dan tidak
berubah di bawah rotasi π dan 2 π tentang titik kisi. Tetapi kisi-kisi
khusus dari tipe miring bisa tidak berubah di bawah rotasi 2 π/3, 2π/4, atau

16
2π/6, atau di bawah pantulan cermin, dan untuk tipe kisi tiga dimensi
grup titik simetri pada tiga dimensi memiliki 14 tipe kisi berbeda pada kisi
yang umum adalah triklinik, dan ada 13 kisi khusus.

17
DAFTAR PUSTAKA
Astra, I. M. (2015). Pengantar FIsika Zat Padat. Jakarta: Universitas Terbuka.
Beiser, A. (1992). Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Kittel, C. (2005). Introductions to Solid State Physics. John WIlley & Sons, Inc:
2005.
Parno. (2012). Pendahuan Fisika Zat Padat. Malang: Universitas Negeri Malang.
Suud, Ibnu, & Hufri. (1998). Struktur dan Ikatan Kristal. Padang: IKIP.

18

Anda mungkin juga menyukai