(ABKC4701)
“STRUKTUR KRISTAL”
DOSEN PENGAMPU
KELOMPOK 1
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang materi Struktur Kristal ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas Mata
Kuliah Fisika Zat Padat. Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-
teman maka disusunlah makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini
diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat
tugas kami di perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses
perkuliahan. Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan
dari berbagai pihak, maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terkait. Dalam menyusun makalah ini kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya. Sebagai pemula
tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga makalah
ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
BAB III...............................................................................................................................14
KESIMPULAN....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi merupakan planet yang memiliki beraneka ragam sumber daya alam.
Hal ini sangat menguntungkan bagi manusia karena dengan banyaknya sumber
daya alam yang ada, maka akan banyak pula material yang dapat digunakan oleh
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari “kristal” biasanya merujuk pada benda
padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu serta indah di pandang mata
Zat padat seperti benda yang kontinu dan percobaan telah membuktikan
bahwa semua zat padat tersusun dari bagian-bagian tertentu dari atom-atom atau
molekul-molekul. Atom-atom ini tidak tersebar secara random (acak) tetapi
tersusun sangat teratur, susunan atom yang sedemikian disebut dengan kristal.
Namun demikian tidak semua zat padat adalah kristal, karena pada beberapa zat
padat atom-atomnya ada yang tersebar secara acak dengan kata lain dikatakan
kristal tak terstruktur. Dalam kenyataannya tidak ada perbedaan yang mendasar
antara benda-benda ini dengan zat cair.
Struktur kristal mempunyai beberapa tipe yang tergantung pada geometri dari
susunan atomnya, pengetahuan tentang geometri dari susunan atom ini sangat
penting dalam fisika zat padat, sebab struktur ini biasannya mempengaruhi sifat-
sifat zat padat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kristal ?
2. Bagaimana menentukan sel primitif menggunakan metode Wigner-Seitz?
3. Bagaimana tipe kisi dua dimensi dan tiga dimensi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kristal.
2. Untuk menentukan sel primitif menggunakan metode Wigner-Seitz.
3. Untuk mengetahui tipe kisi dua dimensi dan satu dimensi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kristal
2
B. Kristal dan Amorf
Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan kristal, akan tetapi
pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang dimiliki tidak
teratur dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena proses
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat
menempati lokasi kisinya. Bahan seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus
yaitu memiliki struktur yang identik dengan amorf. Susunan dua-dimensional
simetris dari dua jenis atom yang berbeda antara kristal dan amorf ditunjukan
pada gambar 1.
(Sumber : Astra;2015)
1. Kisi Kristal
Menurut Suud & Hufri (1998). Susunan titik-titik dapat dibentuk sebagai
bayangan ruang dibagi atas tiga
kumpulan bidang-bidang. Bidang-
bidang pada masing-masing kumpulan
tersebut sejajar dan sama jenisnya.
2. Basis
4
Gambar 4 Hubungan logis kisi dan basis
(Sumber : Astra,2015)
5
yang “diangkat” dari Kristal sebenarnya. Kisi ini diperoleh dengan mengisi ruang
dengan sederet kubus yang identik, yang merupakan sel satuan (unit cell) dalam
sistem itu. Satu sel satuan mengandung semua informasi structural mengenai
Kristal itu, sebab pada dasarnya Kristal dapat dibangun dengan membuat banyak
sekali salinan sel satuan tunggal dan menumpuknya [ CITATION Oxt03 \l 1033 ].
Selalu ada satu titik kisi per sel primitif. Jika sel primitif adalah pipa paralel
dengan titik-titik kisi di masing-masing dari delapan sudut, masing-masing titik
kisi dibagi di antara delapan sel, sehingga jumlah total titik kisi dalam sel adalah
1
satu:8 × =1. Volume pipa paralel dengan sumbu a 1, a 2, a 3 adalah
8
oleh analisis vektor dasar. Dasar yang terkait dengan sel primitif disebut dasar
primitif. Tidak ada basis yang mengandung atom lebih sedikit dari pada yang
mengandung dasar primitive [ CITATION Placeholder1 \l 2057 ]
6
Gambar (5). Sel Primitif Wigner-Seitz
Sel satuan non-primitif atau sel konvesional adalah sel yang mempunyai
luas atau volume bukan yang terkecil artinya mempunyai luas atau volume yang
besarnya merupakan kelipatan dari sel primitive. untuk sel non-primitif memiliki
lebih dan satu titik kisi per sel.
Kisi kristal dapat dibawa atau dipetakan ke dalam diri mereka sendiri oleh
translasi kisi T dan oleh berbagai operasi simetri lainnya. Operasi simetri yang
khas adalah rotasi sekitar sumbu yang melewati titik kisi. kisi-kisi dapat
ditemukan seperti sumbu rotasi satu, dua, tiga, empat, dan enam kali lipat
7
membawa kisi ke dalam dirinya sendiri, sesuai dengan rotasi oleh
2π 2π 2π 2π
2π , , , , dan radian dan dengan kelipatan integral rotasi ini. sumbu
2 3 4 6
rotasi disumbangkan oleh symbol 1, 2, 3, 4 dan 6.
Kisi umum seperti ini dikenal sebagai kisi miring dan tidak berubah di
bawah rotasi π dan 2 π tentang titik kisi. Tetapi kisi-kisi khusus dari tipe miring
bisa tidak berubah di bawah rotasi 2π/3, 2π/4, atau 2π/6, atau di bawah pantulan
cermin. Kita harus memaksakan kondisi restriksi pada a 1 dan a 2 jika kita ingin
membangun kisi yang lebih bervarian di bawah satu atau lebih operasi baru. Ada
empat jenis pembatasan, dan masing-masing mengarah ke apa yang kita sebut
jenis kisi khusus.
1) Sudut 𝜑 = 90o
8
jumlah titik kisi pada:
9
c. Kisi bujur sangkar
d. Kisi heksagonal
10
1) Harga 𝑎1 ≠ 𝑎2 , sudut 𝜑=90o
2) Sel satuannya berbentuk segi panjang berpusat, jumlah titik kisi pada:
a. Triklinik.
b. Monoklinik.
c. Orthombik.
d. Tetragonal.
e. Kubik.
f. Trigonal.
g. Heksagonal.
Menurut Suud & Hufri (1998), Pembagian dalam sistem ditunjukkan pada
tabel dalam bentuk hubungan sumbu yang menggambarkan sel. Sel pada Gambar
6 adalah sel konvensional, hanya sel sc yang merupakan sel primitif. Biasanya sel
nonprimitif memiliki hubungan yang lebih nyata dengan operasi titik simetri
daripada yang dimiliki sel primitif.
Dalam tiga dimensi, terdapat 14 kisi Bravais terbentuk dengan
mengombinasikan salah satu dari tujuh sistem kristal (atau sistem aksial) dengan
11
salah satu pusat kisi. Masing-masing kisi bravais menunjukkan jenis kisi yang
berbeda. Adapun pusat-pusat kisi tersebut sebagai berikut.
a. Kisi primitif atau sederhana (P); titik kisi hanya terletak di sudutnya saja.
b. Kisi Body centered (I); terdapat tambahan satu titik kisi yang terletak di pusat
sel.
c. Kisi Face centered (F); terdapat tambahan 6 titik kisi yang terletak di pusat
masing-masing permukaan sel.
d. Kisi Base centered (A, B, atau C); terdapat tambahan satu titik kisi pada salah
satu pusat permukaan sel.
Banyaknya kombinasi dari kisi Bravais ini berjumlah 42, namun tidak semua
kombinasi sistem kristal dan pusat kisi ini dibutuhkan untuk menggambarkan kisi-
kisi yang mungkin terbentuk karena sebenarnya beberapa kombinasi ini bersifat
ekuivalen dengan yang lainnya. Keempat belas kisi Bravais ditampilkan dalam
gambar berikut.
12
Gambar 6. Kisi Bravais
(Sumber : Suud & Hufri, 1998)
13
Terdapat tiga kisi pada sistem kubik yaitu:
14
Gambar 7. Bentuk Struktur Kristal BCC, a) Penggambaran Satu Unit Sel Bola Pejal, b) Gambar Unit Sel
dengan Ukuran Bola Pejal yang Sudah Diperkecil, c) Kumpulan dari Banyak Atom.
Struktur kristal FCC atom-atomnya terletak pada bagian sudut dan juga di
pusat dari semua permukaan kubus. Untuk struktur kristal FCC, masing-masing
atom yang terletak di sudut dibagi-bagi ke dalam delapan unit sel, oleh karena itu
atom face-centered yang terletak pada bagian sisi terbagi menjadi dua. Total atom
yang dimiliki oleh struktur kristal FCC ada 4 yang diperoleh dari penjumlahan
satu per delapan dari masing-masing atom yang terletak di delapan sudut dengan
setengah bagian atom yang terletak di enam permukaan sel yang dapat dilihat
dalam Gambar 7 (Beiser, A. 1992)
Gambar 8. Bentuk Struktur Kristal FCC, a) Penggambaran Satu Unit Sel Bola Pejal, b) Gambar
Unit Sel dengan Ukuran Bola Pejal yang Sudah Diperkecil, c) Kumpulan dari Banyak Atom.
(Sumber : Suud & Hufri, 1998)
15
BAB III
KESIMPULAN
16
2π/6, atau di bawah pantulan cermin, dan untuk tipe kisi tiga dimensi
grup titik simetri pada tiga dimensi memiliki 14 tipe kisi berbeda pada kisi
yang umum adalah triklinik, dan ada 13 kisi khusus.
17
DAFTAR PUSTAKA
Astra, I. M. (2015). Pengantar FIsika Zat Padat. Jakarta: Universitas Terbuka.
Beiser, A. (1992). Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Kittel, C. (2005). Introductions to Solid State Physics. John WIlley & Sons, Inc:
2005.
Parno. (2012). Pendahuan Fisika Zat Padat. Malang: Universitas Negeri Malang.
Suud, Ibnu, & Hufri. (1998). Struktur dan Ikatan Kristal. Padang: IKIP.
18