Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional AVoER XI 2019

Palembang, 23-24 Oktober 2019


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

STUDI KARAKTERISTIK GEOKIMIA BATULEMPUNG BERDASARKAN ANALISA


SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) DAN ENERGY DISPERSIVE X-RAY
(EDX), DAERAH MERAPI DAN SEKITARNYA KABUPATEN LAHAT, SUMATERA
SELATAN

Falisa1, Hendri Chandra 2*, Harnani1

1
Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Palembang
2
Teknik Mesin, Universitas Sriwijaya, Palembang
*
Corresponding author: falisa@unsri.ac.id

ABSTRAK: Lingkungan batulempung sangat berpengaruh terhadap komposisi yang mendukung terbentuknya
batulempung tersebut. Batulempung yang terbentuk pada daerah yang berbeda mempunyai kenampakan fisik yang
berbeda pula . Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dari batu lempung tersebut berdasarkan
analisa Scanning Electron Microscope (SEM) dan di bantu dengan analisa Energy Dispersive X-Ray (EDX). Metode
yang digunakan adalah analisis dari data kuantitas mineral yang didapat dari data Scanning Electron Microscope (SEM)
dan bentuk mineral dari analisa Energy Dispersive X-Ray (EDX). Dari kedua tahapan metode yang digabungkan akan
didapat berupa interpretasi karakteristik dari batulempung tersebut. Berdasarkan data tiga sampel lapangan dan analisis
data maka batu lempung mempunyai kecenderungan bereaksi dengan asam HCL, hal ini erat hubungannya dengan
lingkungan pengendapan batulempung yang menjadi karakteristik lingkungan laut.

Kata Kunci : Batulempung, SEM, EDX. lingkungan laut

ABSTRACT : The claystone environment will determine the composition that supports the formation of the claystone.
Clay stones formed in different regions have different physical appearance . This research examines the characteristics
of this clay stone based on a Scanning Electron Microscope (SEM) analysis and assistance with Energy Dispersive X-
Ray (EDX) analysis. The method used is the analysis of data that receives minerals obtained from the Scanning
Electron Microscope (SEM) data and the mineral form from the Energy Dispersive X-Ray (EDX) analysis. From the
two stages that are combined will be the interpretation of the characteristics of the claystone. Based on data from three
field samples and data analysis, claystone has a preference for HCL acid, this is related to the clay depositional
environment that characterizes the marine environment

Keyword : Claystone, SEM, EDX. Marine Environment

PENDAHULUAN laut, atau binatang yang hidup di laut dangkal yang


kemudian tenggelam setelah mati. Lingkungan
Daerah Merapi dan sekitarnya terdapat singkapan batulempung sangat berpengaruh terhadap komposisi
batulempung yang bisa dijadikan acaun dalam penentuan yang mendukung terbentuknya batulempung tersebut.
karakteristik lingkungan pengendapannya. Dengan Lingkungan batulempung akan memberi gambaran
ukurannya yang halus dan tidak bisa diindentifikasi proses atau keadaan geologi daerah telitian. Hal ini
secara megaskopis atau kasat mata maka batulempung penting di ketahui lingkungan dan komposisi
ini mempunyai karakteristik tersendiri. Batulempung batulempung.
adalah batuan sedimen klastik yang mempunyai ukuran Berdasarkan (Worden & Burley, 2003) beberapa
butir lempung, termasuk di dalamnya butiran yang mineral indeks dapat digunakan dalam mendefinisikan
mempunyai diameter kurang dari 1 atau 2 mikron dan lingkungan dari suatu proses pengendapan, yang dapat
secara dominan disusun oleh silika (William dkk., 1954). dilihat dari kandungan unsur kimia tertentu. Dari hasil
Batulempung yang terbentuk pada daerah yang berbeda pengujian analisa SEM menampilkan hasil berupa
mempunyai kenampakan fisik yang berbeda pula morfologi permukaan sampel yang dapat menampilkan
(Dixon, 1992). bentuk kristal suatu mineral dan analisa EDX
Batulempung yang terbentuk di laut pada umumnya menghasilkan persentase unsur kimia yang terkandung
mempunyai perlapisan yang tebal, mengandung fosil pada sampel, yang berfungsi untuk menentukan

1001
Falisa, et al.

komposisi mineral yang terkandung pada batuan.


Sehingga penulis melakukan interpretasi terhadap
lingkungan pengendapan dari ketiga sampel berdasarkan
data hasil analisa SEM dan EDX.
Batulempung adalah batuan sedimen yang memiliki
ukuran butir sangat halus yaitu 1/256 mm. Dikarenakan
ukurannya yang halus, maka komposisinya sangat sulit
diketahui melalui mikroskop biasa. Namun dengan
bantuan mikroskop elektron, menggunakan analisa
Scanning Electron Microscope (SEM) dapat diketahui
komposisi mineral-mineral berukuran halus yang
terkandung pada batulempung (Pettijohn, 1987).
Metode analisa Scanning Electron Microscope
(SEM) terhadap sampel batuan yang berbutir halus,
dimana pada daerah penelitian merupakan batulempung
dengan penentuan mineral penyusun batulempung Gambar 1. Skema prinsip kerja mikroskop elektron
mengacu kepada Welton (2003). Dilakukannya analisa untuk menampilkan data analisa SEM-EDX (Modifikasi
SEM pada batulempung dikarenakan ukuran mineral dari Beck, 1997)
lempung yang sangat halus menjadikan pengamatan
pada mikroskop polarisasi pada analisa petrografi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
menampilkan resolusi yang kurang baik. Sehingga sulit karakteristik batulempung berdasarkan SEM dan EDX
untuk dilakukan penentuan jenis mineralnya. Dengan didaerah Merapi dan sekitarnya.
menggunakan metode analisa SEM pengamatan akan
menampilakan bentukan tiga dimensi pada butiran,
METODE PENELITIAN
khususnya pada ukuran butir yang sangat halus seperti
lempung hal ini untuk memudahkan penentuan jenis
Sample yang digunakan ini berasal dari daerah
mineral penyusunnya. Selain itu kelebihan lainnya dari
Merapi dan sekitarnya kabupaten Lahat, Sumatera
pengamatan SEM adalah menampilkan resolusi yang
Selatan. Metode sampling batuan dapat dilakukan
lebih besar dengan rentang pembesaran antara 10
dengan cara mengambil sampel dari singkapan yang
hingga 20.000 . Dalam mengidentifikasi mineral pada berada di tebing ataupun yang terdapat di dinding
analisa SEM yaitu berupa tampilan bentuk sungai. Teknik pengambilan sampel batuan dilakukan
permukaan/morfologi sampel. dengan sampel batuan yang ada di permukaan. Sampel
Analisis SEM memanfaatkan interaksi antara batuan dapat diambil secara langsung dari lokasi
elektron sumber dengan elektron penyusun sampel, pengamatan singkapan batuan yang ditemukan di
sehingga menghasilkan emisi elektron ataupun foton. lapangan dalam kondisi tidak lapuk (segar).
Sampel SEM akan diletakkan di dalam ruang sampel. Syarat sampel yang dapat dilakukan analisa SEM
Selanjutnya sampel akan ditembakkan dengan sinar adalah berupa padatan dalam bentuk butiran halus dan
elektron berenergi tinggi, maka terjadi interaksi antara dalam keadaan kering. Ukuran sampel yang dibutuhkan
elektron sumber dan elektron penyusun sampel. Hasil adalah berukuran kecil sehingga cukup untuk
dari interaksi elektron akan direkam oleh detector yang dimasukkan ke dalam ruang sampel SEM. Tahap awal
menghasilkan tampilan bentuk morfologi permukaan preparasi sampel untuk analisa SEM adalah
sampel pada layar pengamatan. Pada analisa SEM-EDX penghancuran sampel sehingga membentuk butiran
gambaran hasil analisa diambil dengan menggunakan halus.
alat Vega3 Tescan. Selain itu analisa dengan menggunakan teknik
Sedangkan proses analisis EDX terjadi pada saat Energy Dispersive X-ray (EDX) juga dilakukan untuk
proses penembakan sinar elektron pada titik tertentu. mendapatkan hasil kuantitatif unsur kimia yang
Interaksi antar elektron dapat menyebabkan emisi dari terkandung dalam sampel yang memudahkan dalam
sinar-X yang menampilkan grafik kehadiran unsur yang mengetahui mineral penyusun batuannya.
terkandung pada sampel. Skema prinsip kerja mikroskop
Adapun kelebihan teknik SEM yaitu terdapat sistem
elektron untuk menampilkan data analisa SEM-EDX
(gambar 1). Skema dari SEM dan EDX ini berdasarkan vakum pada electron-optical column dan sample
kandungan mineral secara kuantitastas dan bentuk kristal chamber yang bertujuan antara lain:
dari mineral akan di tunjukkan.  Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak
beraturan karena adanya molekul gas pada
lingkungan tersebut, yang dapat mengakibatkan
penurunan intensitas dan stabilitas.
 Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan
sampel atau mengendap pada sampel, baik gas yang
berasal dari sampel atau pun mikroskop. Karena

1002
Falisa, et al.

apabila hal tersebut terjadi, maka akan menurunkan HASIL DAN PEMBAHASAN
kontras dan membuat gelap detail.
 Dalam mengidentifikasi mineral dari hasil analisa Hasil data SEM menunjukkan dari 3 sampel yang ada
SEM-EDX dimulai dari mengidentifikasi grafik berdasarkan kuantitas unsur yang ada dalam sampel
yang didapatkan dari analisa EDX. Grafik akan batulempung terbagi menjadi 10 unsur yaitu; Oksigen
menampilkan puncak-puncak elemen unsur yang (O), Silika (Si), Aluminium (Al), Carbon (C), Calcium
terkandung pada sampel. Puncak tertinggi dari (Ca), Kalium (K), Ferium (Fe), Natrium (Na), Sulfur (S),
grafik merupakan unsur utama yang terdapat pada Magnesium (Mg). Tabel 1.
sampel. Dari unsur-unsur tertentu yang hadir pada Setiap sampel mempunyai persen yang berbeda dari
sampel akan disesuaikan terhadap rumus kimia tiap unsurnya yang mencerminkan kondisi dimana
mineral. Selanjutnya pada gambaran hasil analisa batulempung tersebut terbentuk atau lingkungan
akan disesuaikan dengan bentuk kristal mineral. pengendapannya.
 Contoh pengambaran hasil analisa SEM dan Disemua sampel kehadiran oksigen yang cukup
tampilan grafik kehadiran unsur hasil analisa EDX tinggi dengan nilai 51,94% - 53,84%. Untuk unsur silika
(Gambar 1) terbaca puncak kehadiran unsur dari mempunyai kuantitas dari 16,26% - 26,67%. Kehadiran
grafik analisa EDX hadir unsur silikon (Si) sebagai unsur aluminium yang mempunyai nilai 11,20% -
puncak tertinggi pada grafik, unsur aluminium (Al) 12,69%. Pada sampel NK-2 persen dari Karbonnya
dan potasium (K) pada grafik kehadiran menengah 0,35% paling rendah dan pada sampel NK-3 nilainya
dan kehadiran unsur aurum (Au). 4,54%. Untuk kandungan kalsium pada sampel
 Di identifikasi dari puncak tertinggi kehadiran unsur mempunyai nilai NK-1 dan NK-2 nilainya tidak terlalu
Si, maka sampel yang dilakukan analisa merupakan jauh yaitu berkisar 0,35% - 0,39% sedangkan untuk
kelompok mineral silikat. Selanjutnya kehadiran sampel NK-3 nilai kalsiumnya berbeda yaitu; 4,54%
unsur Al dan K disesuaikan dengan rumus kimia (tabel 1.).
kelompok mineral silikat, yaitu mineral K-Feldspar Perbedaan unsur tertentu akan menunjukkan
dengan formula KAlSi3O8, formula kimia dari karakterik dari lingkungan pengendapan dari sampel
batulempung.
mineral K-Feldspar yaitu KAlSi3O8 maka
Unsur-unsur yang mempengaruhi karakteristik
perbandingan grafik yang terbentuk untuk mineral tersebut bisa dilihat dari kemelimpahan unsur karbon,
K-Feldspar pada setiap unsur yang hadir kalsium, besi, belerang. Hal ini erat hubungannya
membentuk perbandingan unsur K : unsur Al : unsur dimana unsur tersebut terdapat pada suatu lingkungan
Si adalah 1:1:3. Sedangkan kehadiran unsur Au pengendapan.
dijelaskan bahwa perlakuan sampel menggunakan Bila sampel memiliki unsur yang sama berdasarkan
pelapisan konduktif, hal ini dilakukan untuk data SEM akan tetapi ketika dilihat dari hasil dari EDX
mencegah terjadinya akumulasi medan elektrostatis akan memperlihatkan perbedaan bentuk maka dapat di
pada sampel sehubungan pada saat pengambilan interpretasikan sebagai mineral yang berbeda. Dari
gambar permukaan sampel untuk analisa SEM. Pada perbedaan mineral tersebutlah lingkungan
penelitian ini penentuan bentuk kristal untuk hasil pengendapannya juga berbeda. Pada mineral pirit yang
analisa SEM, dalam mengidentifikasi mineralnya terkandung unsur logam atau besi dan belerang. Begitu
berdasarkan Welton (2003). juga siderit memiliki unsur yang sama akan tetapi bentuk
kristalnya berbeda maka lingkungan pengendapannya
juga berbeda.
Berdasarkan data SEM dan EDX maka dapat
diinterpretasika sampel batu lempung adalah;
 Sampel NK-1 dan NK-2 menunjukkan lingkungan
laut akan tetapi unsur belerangnya tidak ada.
 Sampel NK-3 kemelimpahan unsur kalsium
memperlihatkan lingkangan laut juga dan juga
hadirnya unsur belerang disini dinterpretasikan
sebagai mineral siderit
 Sampel NK-1 dan NK-3 memeliki nilai persen
karbon yang tinggi dibandingkan dengan sampel
NK-2.

Gambar 2 Gambaran mengidentifikasi grafik dari hasil


analisa EDX dan menyesuaikan bentuk kristal dari
gambaran permukaan sampel pada hasil analisa SEM
(Welton, 2003).

1003
Falisa, et al.

Tabel 1. Perbanding persen unsur ditiap sampel Press.


Browne, B. (2007). Atlas of Common Rock-forming
Minerals in Thin Section. Department of
Elements % % %
Geological Sciences California States
Claystone Claystone Claystone
University.
NK-1 NK-2 NK-3 Gafoer, S.T. dan Purnomo, J. (1986). Peta Geologi
O 52,51 51,94 53,84 Lembar Lahat Sumatera Selatan. Pusat Penelitian
Si 22,21 26,67 16,26 dan Pengembangan Geologi.
Al 11,71 12,69 11,20 Hermiyanto, M. H. (2013). Batuan Sedimen Halus
C 10,08 6,22 10,60 Kelompok Mandai Berdasarkan Analisa Scanning
Electron Microscope. Jurnal Sumber Daya Geologi
Ca 0,39 0,35 4,54
Vol. 23 No. 3. MacKenzi, W. S. and Guilford, C.
K 1,16 0,63 1,5 (1980). Atlas of Rock-forming Minerals in Thin
Fe 1,09 0,86 1,06 Section. Longman Group United Kingdom.
Na 0,27 0,07 0,9 Pettijohn, F.J. (1987). Sedimentary Rocks. Harper and
S - - 0,14 Row Publisher New York.
Mg 0,59 0,58 - Welton, J. E. (2003). SEM Petrology Atlas. The
American Association of Petroleum Geologist.
Worden, R. H. and Burley, S. D. (2003). Sandstone
Diagenesis The Evolution of sand to stone.
International Association of Sedimentologists.

Gambar 3. The morphology of the SEM-EDX analysis in


claystone samples was determined based on its
crystalline shape with 1,000 × (left) observation
magnification and 5,000 × magnification (right)

KESIMPULAN

Dari hasil kajian disimpulkan bahwa ;


1. Pada daerah telitian terdapat 3 sampel batulempung,
yang secara SEM memperlihatkan kuantitas dari
unsur-unsur yang terkandung pada sampel dan
secara EDX memperlihatkan bentuk atau morfologi
yang berbeda dari setiap mineral yan terkandung
2. Secara keseluruan sampel batu lempung
mempunyai lingkungan pengendapan laut.
3. Pada sampel batu lempung NK- 3 memperlihatkan
unsur kalsium yang lebih tinggi dari sampel
batulempung NK-1 dan NK-2.

DAFTAR PUSTAKA

Boggs, Sam Jr., 1995, Principles Of Sedimentology And


Stratigraphy, University of Oregon. (hal. 294-
298, 356-381).
Bohor, B. F. and Hughes, E. (1971). Scanning Electron
Microscope of Clays and Clay Minerals. Pergamon

1004

Anda mungkin juga menyukai