Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan teknologi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan terus

mengalami perkembangan seiring ditemukannya metode dan teori-teori baru. Metode

dan teori-teori yang baru ini diharapkan mampu menambah lapangan minyak dan gas

yang baru dan dapat meningkatkan analisa serta probabilitas dalam melakukan

eksplorasi hidrokarbon.

Di daerah Sekayu - Sepintun, Sumatera Selatan sedang diadakan program

pengembangan daerah eksplorasi milik Cooper Energy. Data-data yang dibutuhkan

adalah data permukaan dan data bawah permukaan. Data permukaan berupa data

pengukuran stratigrafi (measured section) dan bawah permukaan berupa log sumur,

dan seismik. Salah satu hal yang menarik untuk dikaji dan dibahas dalam rangkaian

penelitian yang diadakan Cooper Energy adalah dinamika sedimentasi dan

lingkungan pengendapan sehingga diharapkan dari penelitian ini Cooper Energy

dapat mengkaji program pengembangan eksplorasi dan dapat mendukung data-data

yang belum pernah dikaji sebelumnya.

Lingkungan pengendapan adalah lingkungan tempat sedimen terendapkan.

Dalam lingkungan pengendapan itu bisa terdapat beberapa fasies yang mencerminkan

1
2

lingkungan pengendapan tersebut. Selain fasies, dinamika sedimentasi tiap

lingkungan pengendapan akan menunjukkan suatu dinamika yang berbeda antara

lingkungan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, studi fasies dan dinamika

sedimentasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam penentuan

lingkungan pengendapan.

Menurut Selley (1985), metode yang dapat dilakukan untuk menentukan

lingkungan pengendapan berdasarkan fasies ada lima parameter, yaitu geometri,

litologi, struktur sedimen, pola arus purba, dan fosil. Analisa yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisa litofasies. Litofasies adalah analisa fasies berdasarkan

parameter litologi. Parameter litologi ini bisa menjadi salah satu ciri suatu lingkungan

pengendapan yang pernah terbentuk sebelumnya. Dibutuhkan analisa asosiasi

litofasies untuk dapat menentukan kondisi lingkungan pengendapan secara lateral dan

vertikal.

Analisa asosiasi fasies yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan data permukaan dan bawah permukaan. Asosiasi fasies berdasarkan data

bawah permukaan menggunakan data log sumur. Korelasi fasies dari data sumur dan

permukaan ini digunakan untuk menunjukkan perubahan lateral dari suatu lingkungan

pengendapan.

Diharapkan dengan membandingkan data permukaan dan bawah permukaan

dapat mengetahui lingkungan pengendapan Formasi Muara Enim serta dinamika


3

sedimentasinya dan dapat menjadi acuan dalam pengembangan lapangan eksplorasi

Cooper Energy.

I.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Sumatera Provinsi Sumatera Selatan dan

termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan. Secara administratif daerah penelitian

termasuk dalam daerah Lubuk Napal – Babat kabupaten Musi Banyuasin provinsi

Sumatera Selatan. Secara geografis batasan daerah penelitian adalah koordinat

103°38’10” - 102°55’42” BT 2°41’15”- 2°10’20” LS (lihat Gambar 1.1). Akses

menuju lokasi penelitian ditempuh menggunakan pesawat dari Jakarta kemudian tiba

di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin di Palembang. Lokasi penelitian berada 130

km dari kota Palembang ke arah barat dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan

mobil. Kondisi medan berdasarkan fact finding di daerah penelitian cukup berat

karena dalam beberapa lokasi harus diakses dengan berjalan kaki dengan kondisi

jalan yang penuh lumpur karena berada di daerah rawa. Musim hujan yang sedang

berlangsung ketika penelitian diadakan juga memberikan faktor hambatan dalam

melakukan penelitian di daerah ini. Kondisi singkapan di lapangan didominasi

singkapan yang lapuk dan basah karena hujan, namun beberapa singkapan memiliki

kondisi yang ideal terutama singkapan dekat penambangan minyak dan batubara.
4

Gambar 1.1. Letak lokasi penelitian secara administratif.

Formasi yang terdapat di daerah penelitian menurut Suwarna dkk. (1992)

dalam Peta Geologi Lembar Bangko-Sarolangun adalah Formasi Gumai,Formasi Air

Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai dengan struktur berupa antiklin,

sinklin, sesar turun, dan sesar geser (Gambar 1.2).


5

Gambar 1.2. Informasi geologi di lokasi penelitian (Suwarna dkk,1992 dengan modifikasi)
tersusun atas 4 formasi dan struktur geologi berupa sesar dan lipatan.

I.3. Rumusan Masalah

Penelitian yang dilakukan di daerah Babat dan Lubuk Napal ini masih

sangat terbatas dan dapat dikatakan belum ada yang mengkaji geologi daerah

tersebut, sehingga permasalahan-permasalahan geologi di daerah ini masih perlu

kajian lebih lanjut. Beberapa peneliti seperti Tobing, (2007) mengkaji daerah

Tamiang yang terletak di utara daerah penelitian berkaitan dengan potensi gas dalam
6

batubara. Boyd, et.al. (1986) membagi fasies daerah penelitian menjadi sembilan

fasies berdasarkan litofasies dengan lingkungan pengendapan delta plain dan delta

front. Ginger dan Fielding (2005) mengkaji paleogeografi cekungan sumatera selatan

pada Kala Miosen dan menunjukkan kecenderungan terjadi penurunan muka air laut

relatif pada waktu ini.

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam

penelitian ini adalah penentuan lingkungan pengendapan dan dinamika sedimentasi

Formasi Muara Enim. Dinamika sedimentasi Formasi Muara Enim ini dapat berbeda

di tiap tempat, karena meskipun masih dalam satu formasi namun kondisi geologi dan

paleogeografi yang berbeda akan memberikan dinamika sedimentasi yang berbeda

pula. Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain waktu penelitian yang terbatas,

akses yang terbatas karena medan yang berat dan kondisi singkapan yang lapuk dan

basah karena dilakukan pada musim hujan. Selain itu dasar yang digunakan adalah

berdasarkan peneliti terdahulu yaitu, peta geologi lembar Sarolangun oleh

Suwarna,dkk. (1992) dengan setting tektonik dan struktur geologi oleh Tobing,

(2007) , De Coaster (1974) dan urutan stratigrafi oleh Tobing (2007) karena dasar-

dasar penelitian tersebut sesuai dengan kondisi daerah penelitian.

I.4. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah. Batasan-batasan tersebut antara

lain:
7

1. Peta geologi yang dijadikan acuan adalah Peta Geologi Regional Lembar

Bangko – Sarolangun (Suwarna, 1992) dan Palembang (Gafoer, 1995)

2. Data bawah permukaan berasal dari Cooper Energy

3. Objek penelitian difokuskan pada penentuan lingkungan pengendapan dan

dinamika sedimentasinya

4. Metode yang digunakan adalah melakukan pengukuran dan interpretasi

stratigrafi dari data permukaan dan bawah permukaan yang berupa log sumur

5. Umur dari Formasi Muara Enim berdasarkan dari Bauman et.al. (1973) yaitu

berumur Miosen akhir – Pliosen karena tidak ditemukannya fosil dari sampel

lapangan.

6. Sumur yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari satu sumur dan

dua lintasan seismik karena keterbatasan data yang ada

I.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

o Mengetahui fasies dan lingkungan pengendapan daerah penelitian.

o Mengetahui perubahan lingkungan pengendapan secara lateral dan vertikal.

o Mengetahui dinamika sedimentasi daerah penelitian.


8

I.6. Manfaat Penelitian

 Memberikan gambaran umum mengenai perubahan lingkungan pengendapan

dari lokasi penelitian sehingga dapat dijadikan acuan di masa depan bila

melakukan penelitian di daerah ini.

 Melatih kemampuan interpretasi peneliti melalui serangkaian penelitian

ilmiah yang sistematis dengan data, metode, dan jangka waktu tertentu.

 Membantu program pengembangan lapangan eksplorasi di daerah penelitian.

I.7. Luaran Penelitian

Penelitian ini merupakan hasil pengamatan lapangan dan akan didukung dengan

hasil interpretasi dari data permukaan serta bawah permukaan yang akan

diwujudkan dalam bentuk laporan akhir berupa skripsi.

I.8. Peneliti Terdahulu

Beberapa peneliti telah meneliti kajian geologi terkait dengan daerah penelitian,

diantaranya sebagai berikut :

1. van Bemmelen (1949) mempelajari cekungan Sumatera Selatan termasuk ke

dalam cekungan back-arc basin yang memiliki potensi hidrokarbon yang

ditandai dengan keberadaan rembesan minyak (oil seeps) di daerah ini.

2. De Coster (1974) mempelajari cekungan ini dibatasi oleh Selat Malaka di

bagian timur, Tinggian Tigapuluh di bagian utara dan Bukit Barisan yang

membentang membatasi daerah baratnya. Cekungan ini telah mengalami tiga


9

kali orogenesa yaitu pada Mesozoikum Tengah, Kapur Akhir hingga Tersier,

dan Pliosen hingga Pleistosen.

3. Suwarna dkk,(1992) dalam Peta Geologi Lembar Sarolangun menunjukkan

urutan stratigrafi dari tua ke muda ialah : Formasi Palepat yang terdiri dari

andesit, dasit dan diabas diendapkan secara tidak selaras di atasnya adalah

Formasi Asai yang terdiri dari batupasir malih, filit, batusabak, batulanau,

Formasi Rawas yang terdiri dari turbidit, wake kerikilan, batupasir, batulanau

dan Formasi Peneta terdiri dari batusabak, serpih, batulanau dan batupasir.

Secara tidak selaras diendapkan di atasnya Formasi Hulusimpang yang terdiri

dari breksi gunungapi, lava, tuf yang menjari dengan Formasi Papan Betupang

dengan litologi batupasir berselingan dengan breksi monomik, sisipan napal.

Formasi Kasiro terdiri dari serpih, batulempung dan batulanau selaras di atas

Formasi Papan Betupang. Formasi Gumai diendapkan secara selaras diatas

Formasi Kasiro dan memiliki litologi serpih berselingan dengan batupasir

halus, sisipan napal dan batugamping. Secara tidak selaras diendapkan Formasi

Air Benakat terdiri dari perselingan batulempung dan batupasir, sisipan

konglomerat. Secara selaras diendapkan Formasi Muara Enim di atasnya

dengan litologi batupasir, perselingan batpasir tufan dan batulempung, sisipan

batubara. Secara tidak selaras di atas Formasi Muara Enim diendapkan endapan

kuarter yang merupakan Formasi Kasai yang terdiri dari tuf, lahar, breksi

gunungapi.
10

4. Ginger dan Fielding (2005) mempelajari bahwa Formasi Muara Enim pada

Miosen Akhir dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik yang ditandai dengan

orogenesa Bukit Barisan dan menjadi suplai sedimen formasi ini dengan

lingkungan pengendapan fluvial-deltaik.

5. Pulunggono (1992), membagi pembentukan Cekungan Sumatera Selatan

menjadi tiga fase tektonik utama yang dimulai pada kala Eosen hingga

Pleistosen

6. Suwarna dan Kusumahbrata (2010) mempelajari lingkungan pengendapan dari

batubara Formasi Muara Enim berdasarkan dari analisa mikroskopis dan

makroskopis yang menghasilkan bahwa Formasi Muara Enim diendapkan di

lingkungan lower delta plain – area transgresif.

7. Tobing (2007), melakukan kajian potensi gas dalam batubara Formasi Muara

Enim di daerah Tamiang menggunakan metode pengukuran stratigrafi di

lapangan serta analisa kualitas batubara menghasilkan bahwa mayoritas seam

batubara ditemukan pada sayap sinklin dengan arah barat laut – tenggara

dengan panjang lebih dari 30 km dan sudut kemiringan 50 – 400.

8. Boyd et al.,(1986), melakukan kajian tentang sedimentologi pada Blok

Merangin yang merupakan bagian dari daerah penelitian dengan metode

pengukuran stratigrafi di lapangan menghasilkan fasies-fasies dan membaginya

menjadi sembilan litofasies dengan lingkungan deltaik.


11

Hal yang membedakan penelitian ini dengan Ginger dan Fielding (2005) adalah

bahwa Ginger menitikberatkan pada petroleum system Cekungan Sumatera Selatan

sedangkan pada penelitian ini difokuskan pada lingkungan pengendapan dan

dinamika sedimentasinya. Tobing (2007) melakukan penelitian tentang Formasi

Muara Enim terutama pada lapisan batubara berdasarkan dari data permukaan

sedangkan pada penelitian ini digunakan data permukaan dan bawah permukaan serta

tidak menggunakan analisa kualitas batubara. Boyd, et.al.(1986) melakukan kajian

tentang sedimentologi di daerah penelitian dari data permukaan Formasi Air Benakat

dan Muara Enim, sedangkan penelitian ini menggunakan data permukaan dan bawah

permukaan dari Formasi Muara Enim.

Anda mungkin juga menyukai