Anda di halaman 1dari 14

REGULASI MINERAL DAN BATUBARA

DAERAH KALIMANTAN TIMUR


Dosen Pengampu: Budhi Setiawan, M. T.

Kelompok 2:
Sultan Martua Lumban Tobing (03071181320039)
Afifah Sholihah (03071181419007)
Dania Rizkie (03071181520015)
Pandu Deya Ananke (03071281419053)
Dhiny Rossesari (03071281419062)
Fauzan Nurrachman Harsi (03071281419095)
Hierarki Perundangan
UU No. 4 tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 32 tahun 2009
Tentang Peraturan Perlindungan Lingkungan Hidup

PP No. 1 tahun 2014


tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara

Perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 23 tahun


2010 tentang kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara

Permen ESDM No. 28 tahun 2009


tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan
Mineral dan Batubara

Pergub Kaltim No. 4 tahun 2015


tentang Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan
Mineral Bukan Logam dan Batuan di Provinsi Kalimantan Timur
Perundangan Terkait

UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Pertambangan;

UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup;

PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha


Pertambangan Mineral Dan Batubara;

PERMEN ESDM Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara


Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan Dan Sistem
Informasi Wilayah Pertambangan Mineral Dan Batubara;

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan


Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara;
UU No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Penentuan Daerah
• BAB IV Pasal 6 (Kewenangan Pengelolaan Pertambangan Minerba) ayat 1 poin
e, f, g.
• Pasal 7 poin b, c, d
• BAB V (Wilayah Pertambangan) Pasal 10
• Luas daerah IPR pasal 68 ayat 1
• Luas daerah IPK pasal 83
• Pertambangan Mineral Logam pasal 52 ayat 1 (IUP Eksplorasi) dan pasal 53 (IUP
Operasi Produksi)
• Pertambangan Mineral Bukan Logam pasal 54 dan pasal 55 ayat 1 (IUP
Eksplorasi); pasal 56 (IUP Operasi Produksi)
• Pertambangan Batubara pasal 60, pasal 61 ayat (IUP Eksplorasi Batubara) dan
pasal 62 (IUP Operasi Produksi Batubara)
Lanjutan UU No. 4 tahun 2009…..

Syarat mendapatkan IUP


• Pasal 64
• Pasal 65 ayat 1 (syarat administrasi, teknis, lingkungan dan finansial)

Tingkatan Pengajuan IUP


• Pasal 37
• IUP IPR pasal 67
• IUP IPK pasal 74

Hak dan Kewajiban


• Hak Pemegang IUP pasal 90, 93 dan 95
• Hak IPR pasal 69, Kewajiban IPR pasal 70
• Hak IUPK pasal 77 ayat 1, Kewajiban IUPK pasal 81 ayat 1, 2 dan pasal 86 ayat 1
UU No. 32 Tahun 2009
tentang Peraturan Perlindungan Lingkungan Hidup

Perizinan
• Perizinan peraturan perlindungan lingkungan hidup diatur dalam pasal 36-40

Hak dan Kewajiban


• Hak dan Kewajiban diatur dalam pasal 65-68

Sanksi
• Sanksi Administrasi pasal 76-83
• Sanksi pidana pasal 97-120
PP No. 1 tahun 2014
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara

Syarat mendapatkan IUP


• Membuat WIUP (Pasal 10 – pasal 21)
• Membuat IUP (Pasal 23 - pasal 27)

Tingkatan Pengajuan IUP


• IUP Eksplorasi (pasal 28 – pasal 33)
• IUP Operasi Produksi (pasal 34 – pasal 41)

Sanksi
• Sanksi Administratif (pasal 110)
Permen ESDM No. 28 tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan
Mineral dan Batubara

Mekanisme Permohonan IUJP


• Bab IV bagian kedua

Hak dan Kewajiban


• Bagian ketiga pasal 5

Sanksi Administratif
• Pasal 31-35
Pergub Kaltim No. 4 tahun 2015
tentang Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Mineral dan
Mineral bukan Logam dan Batuan di Provinsi Kalimantan Timur

Penentuan Daerah
• Pasal 11

Syarat mendapatkan IUP


• BAB V pasal 8

Mekanisme Permohonan IUP


• Pasal 10

Hak dan Kewajiban


• Kewajiban pemegang IUP (Pasal 12 ayat 2, pasal 13 ayat 3, pasal 16, pasal 17 ayat 1 &
4, pasal 21 ayat 1 &2.
ANALISA KONTRADIKSI ANTAR
REGULASI PERTAMBANGAN
• Berdasarkan hasil analisis 5 aspek, yaitu penentuan daerah, syarat
mendapatkan IUP, tingkatan pengajuan IUP, hak dan kewajiban, dan sanksi
terhadap pelanggaran berdasarkan peraturan yang terkandung di dalam
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, UU No.
32 tahun 2009 tentang Peraturan Perlindungan Lingkungan Hidup, PP No. 1
tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara, Permen ESDM No. 28 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Pergub Kaltim No. 4
tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan
Mineral Bukan Logam dan Batuan di Provinsi Kalimantan Timur hanya ada
sedikit kontradiksi ,yaitu antara UU No. 4 tahun 2009 dan Pergub Kaltim No. 4
tahun 2015.
• Ditinjau dari segi penentuan luasan daerah IUP semua peraturan sama-
sama memberi luasan yang sama besar. Seperti pada UU No. 4 tahun 2009
sebagai berikut : IUP Eksplorasi mineral bukan logam diberi WIUP dengan
luas paling sedikit 500 (lima ratus) hektar dan paling banyak 25.000 (dua
puluh lima ribu) hektar lalu IUP Operasi Produksi mineral bukan logam diberi
WIUP dengan luas paling banyak 5.000 (lima ribu) hektar. Sedangkan untuk
eksplorasian produksi batubara Pemegang IUP Eksplorasi Batubara diberi
WIUP dengan luas paling sedikit 5.000 (lima ribu) hektar dan paling banyak
50.000 (lima puluhribu) hektar. Pemegang IlJP Operasi Produksi batubara
diberi WIUP dengan luas paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektar. Pada
pasal 11 ayat (1) dan (2) Pergub KalTim No. 4 Th. 2015 menjelaskan hal yang
sama. Tetapi ada kondisi tertentu yang dapat mengubah luasan IUP
tersebut. Hal ini dijelaskan pada Pasal 11 ayat (3) yang berbunyi “Sesuai
dengan kondisi dan potensi produksi komoditi pertambangan di daerah,
maka dapat dilakukan penyesuaian batasan luas WIUP kepada pemegang
IUP di Provinsi Kalimantan Timur.”
• Dari semua peraturan tersebut bisa disimpulkan bahwa pihak yang berhak
memberikan IUP adalah : (a). bupati/walikota apabila WIUP berada di
dalarn satu wilayah kabupaten/ kota; (b). gubernur apabila WIUP berada
pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi setelah
mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota seternpat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan (c). Menteri apabila WIUP
berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari
gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Ditinjau dari segi hak dan kewajiban yang tercantum di dalam UU, PP,
Permen, seta Pergub yang dianalisa, Pemegang IUP dan IUPK memiliki hak
untuk rnelakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertarnbangan,
baik kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi serta dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana umum untuk keperluan
pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan untuk kewajiban pemegang IUP wajib melakukan
reklamasi pascatambang yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
reklamsi dan pascatambang yang telah disetujui oleh Gubernur serta
membayar pajak sesuai dengan UU No. 32 Th. 2009 pasal 65-68.
• Sanksi untuk pemegang IUP yang melanggar peraturan pusat maupun
daerah mengenai lingkungan diserahkan kepada menteri maupun daerah.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam
pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Sanksi
administratif terdiri atas:
• a. teguran tertulis;
• b. paksaan pemerintah;
• c. pembekuan izin lingkungan ; atau
• d. pencabutan izin lingkungan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai