Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI TERMODINAMIKA DAN KESETIMBANGAN

TERMODINAMIKA KARET

Oleh:

Yoga Andika Putra / 652016012

Program Studi Kimia

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015
I. TUJUAN
1. Menentukan hubungan panjang regangan dan suhu yang diberikan pada alat.
2. Menentukan nilai k dari persamaan berdasar grafik.
3. Menentukan faktor yang mempengaruhi sifat renggangan karet gelang.

II. PENDAHULUAN
Dalam praktikum kali ini mengenai termodinamika karet yang ingin mengetahui
pengaruh suhu terhadap regangan karet sesuai dengan hukum hooke. Hukum hooke ini
sendiri adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya yang terjadi karena sifat elastisitas
dari sebuah pegas yang dibuat oleh Robert Hooke seorang ilmuan Inggris. Gaya hooke
ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi
normalnya. Sesuai dengan persamaan
Atau,
F = -kx (k=konstanta pegas)
(x=jarak perubahan pegas dari posisi normal)

Tanda (-) menyatakan bahwa arah F berlawanan dengan arah perubahan panjang, x
disini menurut hooke diukur dari posisi kesetimbangan pegas.

Atau

F = k∆𝑙, dengan k = pT (p=tetapan)(k=konstanta pegas)

Atau persamaan lain,


F = kl + c
= pTI + c

Berdasar model itu F akan berbanding lurus dengan T untuk regangan tertentu.
Dengan mengukur F pada beberapa suhu akan dapat ditentukan sejauh mana model
kumparan acak akan dapat digunakan untuk karet yang tervulkanisasi. (NN.,2010)
Pegas dalam percobaan kali ini menggunakan karet dan bebannya berupa kaleng
yang diisi dengan air. Karet sendiri merupakan polimer alam yang bila tervulkanisasi
memiliki sifat elastis yang baik dan dapat diregangkan dengan gaya tertentu tapi akan
kembali pada ukuran semula bila tidak ada gaya yang bekerja. Ini disebabkan adanya
ikatan silang yang berada diantara polimer, bila tidak ada gaya yang bekerja pada karet
bentuk dari molekul polimer akan menjadi lebih teratur dan entropi dari karet
berkurang. Sehingga sifat elastisitas dari karet dipengaruhi oleh suhu dan dapat
dijadikan sebagai pengganti pegas dalam analisa termodinamis.
Elastisitas sendiri adalah kecenderungan bahan padat untuk kembali ke bentuk
aslinya setelah diberi gaya Sedangkan beban yang digunakan dapat berupa apa saja
yang dapat digunakan. Percobaan kali ini dilakukan dengan menaikan suhu yang
asumsinya dengan kenaikan suhu keadaan dakil zat akan cenderung lebih acak dan oleh
karena itu diduga F yang diperlukan untuk perpanjangan tertentu akan menjadi lebih
besar pula. (Halliday,1991)

III. BAHAN DAN METODE


 Alat dan Bahan
1. Karet gelang
2. Batang kaca
3. Kaleng
4. Pipa termometer
5. Selang air
6. Kawat penjepit neraca
7. Statif
8. Sirkulator
9. Gelas beaker
10. Alat ukur gaya
11. Sumbat karet
12. Satu set alat regangan karet
13. Penggaris
14. Air
 Metode
1. Dirancang alat sesuai dengan yang telah ditentukan.
2. Ditimbang massa kaleng kosong.
3. Diatur panjang karet gelang dengan menggeser batang kaca.
4. Dimasukkan air kedalam kaleng (untuk suhu ruang) .
5. Ditarik batang kaca yang sudah terdapat karet gelang diatasnya sampai keadaan
setimbang.
6. Diukur panjang karet dilakukan pengulangan 2 kali untuk setiap percobaan (maks-min
atau min-maks).
7. Dihitung nilai F dari massanya (kaleng).
8. Dipanaskan air sebelumnya dan setelah panas dialirkan kedalam termostat.
9. Ditunggu dan dicatat suhunya.
10. Ditambahkan air dalam kaleng.
11. Ditarik batang kaca sampai keadaan setimbang.
12. Diukur panjang karet yang dihasilkan.
13. Dilakukan pengulangan dengan menambahkan air secara bertahap dan dilakukan setiap
percobaan sebanyak 2 kali pengulangan.
14. Diusahakan volume air yang digunakan setiap seri sama agar dapat memudahkan
perhitungan.
IV. HASIL PENGAMATAN

Pengukuran F sebagai fungsi panjang (l) dan suhu (T) dari karet
Massa kaleng : 60,49 gram
Suhu ruang : 20 °C
A1. Pengukuran pada T1= 20 °C
Minimal-maksimal
Volume 10 20 30 40 50 60
air (mL)
L1 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
L2 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
Maksimal-minimal
Volume 60 50 40 30 20 10
air (mL)
L1 (cm) 10,5 10,2 10 9,5 9,4 9,1
L2 (cm) 10,5 10,2 10 9,5 9,4 9,1

A2. Penukuran pada T2= 56 °C


Minimal-maksimal
Volume 10 20 30 40 50 60
air (mL)
L1 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
L2 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
Maksimal-minimal
Volume 60 50 40 30 20 10
air (mL)
L1 (cm) 10 9,8 9,7 9,4 9,2 9
L2 (cm) 10 9,8 9,7 9,4 9,2 9
V. JAWAB PERTANYAAN

4. Nilai rata-rata untuk hasil percobaan :


a.1. Nilai rata-rata 1

Untuk T = 20 °C
Minimal-maksimal
Volume 10 20 30 40 50 60
air (mL)
L1 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
L2 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
Rata-rata 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
Maksimal-minimal
Volume 60 50 40 30 20 10
air (mL)
L1 (cm) 10,5 10,2 10 9,5 9,4 9,1
L2 (cm) 10,5 10,2 10 9,5 9,4 9,1
Rata-rata 10,5 10,2 10 9,5 9,4 9,1
Untuk T = 56 °C
Minimal-maksimal
Volume 10 20 30 40 50 60
air (mL)
L1 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
L2 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
Rata-rata 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
Maksimal-minimal
Volume 60 50 40 30 20 10
air (mL)
L1 (cm) 10 9,8 9,7 9,4 9,2 9
L2 (cm) 10 9,8 9,7 9,4 9,2 9
Rata-rata 10 9,8 9,4 9,7 9,8 9
Bila maks-min serta min-maks digabung T = 20 °C

Volume air (mL) 10 20 30 40 50 60


L1 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
L2 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
L3 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
L4 (cm) 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
Rata-rata 9,1 9,4 9,5 10 10,2 10,5
Bila maks-min serta min-maks digabung T = 56 °C

Volume air (mL) 10 20 30 40 50 60


L1 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
L2 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
L3 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
L4 (cm) 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10
Rata-rata 9 9,2 9,4 9,7 9,8 10

a.2. Ralat dalam l


Maks-min dan min-maks digabung pada T = 20 °C
Volume (mL) Hasil Besaran/satuan Angka Ralat
Pengukuran Pembacaan
10 l = 9,1 cm → l/cm 9,1 (9,1 ± 0,5) 10−3
l/cm = 9,1 l/10−3 m 9,1 m
20 l = 9,4 cm → l/cm 9,4 (9,4 ± 0,5) 10−3
l/cm = 9,4 l/10−3 m 9,4 m
30 l = 9,5 cm → l/cm 9,5 (9,5 ± 0,5) 10−3
l/cm = 10,125 l/10−3 m 9,5 m
40 l = 10 cm → l/cm 10 (10 ± 0,5) 10−3
l/cm = 10 l/10−3 m 10 m
50 l = 10,2 cm → l/cm 10,2 (10,2 ± 0,5)
l/cm = 10,2 l/10−3 m 10,2 10−3 m
60 l = 10,5 cm → l/cm 10,5 (10,5 ± 0,5)
l/cm = 10,5 l/10−3 m 10,5 10−3 m
Min-maks dan maks-min digabung pada T = 56 °C

Volume (mL) Hasil Besaran/satuan Angka Ralat


Pengukuran Pembacaan
10 l = 9 cm → l/cm l/cm 9 (9 ± 0,5) 10−3
=9 l/10−3 m 9 m
20 l = 9,2 cm → l/cm 9,2 (9,2 ± 0,5) 10−3
l/cm = 9,2 l/10−3 m 9,2 m
30 l = 9,4 cm → l/cm 9,4 (9,4 ± 0,5) 10−3
l/cm = 9,4 l/10−3 m 9,4 m
40 l = 9,7 cm → l/cm 9,7 (9,7 ± 0,5) 10−3
l/cm = 9,7 l/10−3 m 9,7 m
50 l = 9,8 cm → l/cm 9,8 (9,8 ± 0,5) 10−3
l/cm = 9,8 l/10−3 m 9,8 m
60 l = 10 cm → l/cm 10 (10 ± 0,5) 10−3
l/cm = 10 l/10−3 m 10 m

a.3. Gaya regang F


pada penambahan volume 10 ml
𝜌air = 0,998gram/ml
g = 9,8m/s 2
𝐹 = {massa kaleng+(volume air×𝜌air )} × g
= {60,49 × 10−3 + (10 × 0,998)} × 10−3 × 9,8
= 0,098 N
pada penambahan volume 20 ml
𝐹 = {massa kaleng+(volume air×𝜌air )} × g
= {60,49 × 10−3 + (20 × 0,998)} × 10−3 × 9,8
= 0,196 N
pada penambahan volume 30 ml
𝐹 = {massa kaleng+(volume air×𝜌air )} × g
= {60,49 × 10−3 + (30 × 0,998)} × 10−3 × 9,8
= 0,294 N
pada penambahan volume 40 ml
𝐹 = {massa kaleng+(volume air×𝜌air )} × g
= {60,48 × 10−3 + (40 × 0,998)} × 10−3 × 9,8
= 0,392 N
pada penambahan volume 50 ml
𝐹 = {massa kaleng+(volume air×𝜌air )} × g
= {60,48 × 10−3 + (50 × 0,998)} × 10−3 × 9,8
= 0,49 N
pada penambahan volume 60 ml
𝐹 = {massa kaleng+(volume air×𝜌air )} × g
= {60,48 × 10−3 + (60 × 0,998)} × 10−3 × 9,8
= 0,588 N

Ralat dalam F
Ralat dalam F utnuk volume 10 mL adalah
∆𝐹 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (0,06049 × 0,0005) + (0,097 × 0,0005)
= 0,000030245 + 0,0000489
= 0,00000791
= 0,000008
Ralat gaya = ( 0,098 ± 0,00008) N

Ralat dalam F utnuk volume 20 mL adalah


∆𝐹 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (0,06049 × 0,0005) + (0,194 × 0,0005)
= 0,000030245 + 0,0000978
= 0,000128
= 0,0001
Ralat gaya = ( 0,196 ± 0,0001) N

Ralat dalam F utnuk volume 30 mL adalah


∆𝐹 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (0,06049 × 0,0005) + (0,291 × 0,0005)
= 0,000030245 + 0,0001455
= 0,0001757
= 0,0002
Ralat gaya = ( 0,294 ± 0,0002) N

Ralat dalam F utnuk volume 40 mL adalah


∆𝐹 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (0,06049 × 0,0005) + (0,388 × 0,0005)
= 0,000030245 + 0,000194
= 0,0002245
= 0,0002
Ralat gaya = ( 0,392 ± 0,0002) N
Ralat dalam F utnuk volume 50 mL adalah
∆𝐹 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (0,06049 × 0,0005) + (0,485 × 0,0005)
= 0,000030245 + 0,0002425
= 0,000272
= 0,0003
Ralat gaya = ( 0,49 ± 0,0003) N

Ralat dalam F utnuk volume 60 mL adalah


∆𝐹 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (0,06049 × 0,0005) + (0,582 × 0,0005)
= 0,000030245 + 0,000291
= 0,000321
= 0,00032
Ralat gaya = ( 0,588 ± 0,00032) N

b. Grafik dari F sebagai fungsi l pada masing-masing T1 dan T2 (termasuk persegi


panjang ralat)

Untuk T1 = 20 °C

Gaya yang Panjang regangan (l)


diberikan (N)
0,098 9,1
0,196 9,4
0,294 9,5
0,392 10
0,49 10,2
0,588 10,5
Untuk T2 = 56°C

Gaya yang Panjang regangan (l)


diberikan (N)
0,098 9
0,196 9,2
0,294 9,4
0,392 9,7
0,49 9,8
0,588 10

Grafik T1 (F sebagai fungsi l)

Panjang regangan (l)


11
10.5
10
9.5 Panjang
9 regangan
(l)
8.5
8
0.49
0.294
0.098
0.196

0.392

0.588

Grafik T2 (F sebagai fungsi l)

Panjang regangan (l)


10.5

10

9.5
Panjang
9 regangan (l)

8.5
5. Nilai dari k, pada T1 dan T2
a. Untuk T1 = 20 °C

F 0,588  0,098 0,49


Grafik nilai k = = = = 35
l (10,5  9,1) . 10 -2
(1,4) . 10 -2

Untuk T2 = 56 °C

F 0,588 - 0,098 0,49


Grafik nilai k = = = = 49
l (10  9) . 10 -2
(1) . 10 -2

b. Nilai dari F sebagai funsi panjang l pada T1 (=F1) dan T2 (=F2), persamaan
(5a)

Untuk T1 = 20°C = 293 K


Grafik k = 35 mis: F = 0,588 N l = 10,5 cm = 0,105 m

F=kl+c

c =F–kl

= 0,588 – (35 x 0,105)

= - 3,087

Untuk T2 = 56°C = 329 K

Grafik k = 49 mis: F = 0,588 N l = 10 cm = 0,1 m

F=kl+c

c =F–kl

= 0,588 – (49 x 0,1)

= - 4,312

𝛿𝐹 𝐹2−𝐹1
c. Nilai dari T[ ] =[ ] sebagai funsi panjang l
𝛿𝑙 l 𝑇2−𝑇1

 F   F2  F1  49  4,312  35  3,087 14  1,225


T  =   = =
  T  l  T2  T1  329 K  293K 70

=(0,2 l – 0,0175) N/K = 1,576 x 10-3 N/K


𝜹𝑺 𝜹𝑼
Nilai dari [ 𝜹𝒍 ]l dan [ 𝜹𝒍 ]T pada suhu T1

 S   F 
  l  = -   T  = (0,00805 l – 0,000627) N/K = 0,008657 N/K
T l

 U   F 
  l  = F –T   T 
T l

= (35 –3,087) – 293 (0,167 – 0,013 l)

= 31,913 - ( 49,599 - 3,861 l)

= (40,121 l – 0,776)

6. Ralat dalam nilai k dan c persamaan (5a) yang ditentukan dari grafik

T1 = 24℃ = 297 K
𝑘 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (1,23 × 0,0005) + (0,119 × 0,0005)
= 0,000615 + 0,0000595
= 0,0006745
= 0,00068
Ralat k = ( 36,26 ± 0,00068) N
T2 = 54℃ = 327 K
𝑘 = (a × ∆𝑏) + (b × ∆𝑎)
= (1,23 × 0,0005) + (0,114 × 0,0005)
= 0,000615 + 0,000057
= 0,000672
= 0,00067
Ralat k = ( 41,28 ± 0,00067) N
 F 
   0.1 
Ralat   T  l = 
0.1
   100%
 (0,167  - 0,013) 327  297 
 0.1 
=   0.333 %
 (0,167  - 0,013) 

Ralat dalam nilai c = ralat F dalam grafik:  0.0005 N


Dalam perhitungan seharusnya ralat k pada suhu 297 K lebih kecil dibanding pada suhu 327
K. Namun, dalam perhitungan lebih besar ini dikarenakan suhu ruangan yaitu pada T1 297
K yang lebih stabil daripada suhu tinggi pada T2 327 K sehingga dapat mempengaruhi ralat,
akan tetapi dalam percobaan diperoleh sebaliknya.

b. Gunakan ralat ini untuk memperkirakan ralat dari perhitungan pertanyaan 6 pada ∆𝑙 =
1
∆𝑙 yang maksimal
2
T1 = 24C = 297 K
Ralat maksimum yang mungkin terjadi:
 F 
 
= ralat F + ralat T + ralat   T  l
 1   0.1 
=0,00062+   100%  +   0.333 %
 297   (0,167  - 0,013) 
0,1
= (0,00062 + 0,337 + 0.333 + )%
((0,167  - 0,013))
0,1
=  (0,671 + )%
((0,167  - 0,013))

T2 = 52C = 333,15 K
Ralat maksimum yang mungkin terjadi:
 F 
 
= ralat F + ralat T + ralat   T  l
 1   0.1 
=0,00062 +   100%  +   0.333 %
 327   (0,167  - 0,013) 
0,1
= (0,00062 + 0,306 + 0,333 )%
(0,167  - 0,013)
0,1
=  (0,6396 + )%
(0,167  - 0,013)

𝜹𝑼 𝜹𝑺
7. Dalam perghitungan dianggap bahwa nilai dari [ 𝜹𝒍 ]T dan [ 𝜹𝒍 ]T tidak
tergantung dari T. Rencanakan percobaan untuk meneliti apakah anggapan
ini berlaku!
Dalam percobaaan dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sama, namun dengan
perlakuan yang berbeda, yaitu dengan menjaga panajng karet yang digunakan tetap sama
pada setiap percobaan. Hal selanjutnya dengan dilakukan penambahan gaya F tidak
dengan penambahan/pengurangan volume air, melainkan dengan menaikkan/menurunkan
suhu secara berkala.
Lalu dibuatlah grafik F sebagai fungsi T. Jika didapat grafik linier, maka
 S   F 
  l  = -   T  tidak tergantung oleh T.
T  l
 U   F 
Kemudian dihitunglah  = F – T   , jika nilai yang didapat sama, maka
  l  T   T l
 U 
  l  tidak tergantung oleh T.
T

8. a. Periksa apakah k=aT berlaku !


a1 k T1 36, 26 297 0,122
 = = = 0,97
a 2 k T2 41, 28 327 0,126

a1  1 1 
Ralat yang mungkin terjadi pada nilai     100% =  0,643%
a 2  327 297 
a1
Ralat nyata  0,643%  0,97 = 0.624%
a2
Karena a1 sama dengan a2, maka dapat dibuktikan bahwa k = aT

b. Berdasarkan hasil percobaan: bolehkan model kumparan acak digunakan untuk


karet? Beri penjelasannya
Berdasar hasil percobaan kesimpulan saya model kumparan acak pada karet dapat
digunakan. Menggunakan rumus F = k l + c dimana k = aT secara konsep nilai a
dianggap sama untuk setiap seri pengukuran sehingga dapat dilihat pada persamaan
dengan suhu yang berbeda a1 sama dengan a2, dan perbandingannya = 1,00. Hasil yang
terjadi pun didapat perbandingan a1 / a2 sebesar 0,97 hampir sama dengan 1,00. Begitu
pula dengan apa yang dapat dilihat dari grafik. Bahwa bentuknya linear dan sejajar
dengan T serta berbanding lurus dengan F.
𝟏
9. Kerjakan persamaan (l) pada ∆𝒍 = ∆𝒍 maksimal
𝟐
Pada suhu T1 dan l = ½ l yang maksimal. perubahan energi dalam (U) menentukan
sifat regangan karet karena U dapat terjadi pada suhu yang rendah yaitu T1 297 K .
 U 
 
Sedangkan untuk S terjadi pada suhu tinggi yaitu T2 327 K. Maka diperoleh   l  T 
 S 
  l 
T dimana keduanya tidak bergantung pada T karena dianggap konstan, karena suhu

disini hanya sebagai tanda saja, yakni T1 untuk suhu awal dan T2 untuk suhu akhir.
 U 
 
Sehingga perubahan   l  T yang akan menentukan sifat dari regangan karet yang diuji.
Jika yang terjadi pada kedua nilai tersebut adalah perubahan, maka perubahan U tetap
yang menentukan sifat dari regangan karet itu sendiri
Nilainya berarti
Untuk 24 °C (T1) Untuk 54 °C (T2)
1 1
∆𝑙 = ∆𝑙 maksimal ∆𝑙 = ∆𝑙 maksimal
2 2
1 1
∆𝑙 = 11,925 𝑐𝑚 ∆𝑙 = 11,375 𝑐𝑚
2 2
∆𝑙 = 5,96 𝑐𝑚 ∆𝑙 = 5,69 𝑐𝑚
VI. PEMBAHASAN

Pada percobaan yang berjudul termodinamika karet dilakukan untuk melihat pengaruh
perubahan suhu pada gaya regangan karet secara termodinamis. Untuk mengukur panjang
regangan karet dengan cara penambahan atau pengurangan volume air pada kaleng yang sudah
disiapkan. Besarnya volume pada percobaan ini berturut-turut adalah 10,20,30,40,50,60,
penambahan volume dari minimal ke maksimal dan sebaliknya. Hasil pengukuran yaitu dari
maksimal ke minimal semakin lama semakin pendek dan dari minimal ke maksimal karet
semakin lama semakin panjang . Gaya yang bekerja tiap pengukuran akan terus bertambah sesuai
dengan penambahan volume maka jika semakin berat, semakin tinggi pula gaya gravitasinya,
dan hal ini mampu merenggangkan karet gelang yang ada didalam.(Giancoli,2001)

Pengukuran panjang karet yang pertama dilakukan pada suhu ruang, dengan suhu 200C .
pengukuran kedua dilakukan pada suhu 560C. Perbedaan suhu ini dimaksudkan agar dapat
mengetahui perbedaan regangan karet yang saat itu terjadi.

Dari setiap percobaan baik pada suhu ruang 200C dan suhu 560C selalu dilakukan secara
diplo. Pada pengukuran seri suhu 20 0C untuk tahap minimal-maksimal dan juga sebaliknya
maksimal-minimal didapat hasil diplo panjang yang sama. Pada pengukuran seri suhu 560C
untuk tahap minimal-maksimal dan juga sebaliknya maksimal-minimal didapat hasil diplo
panjang yang sama.

Dengan membandingkan kedua percobaan suhu yang berdeda, dihasilkan pengukuran


panjang karet pada suhu kamar dan suhu tinggi menunjukkan bahwa pada suhu kamar nilai dari
panjang karet lebih besar dibandingkan dengan panjang karet pada suhu setelah pemanasan. Hal
ini menunjukan bentuk elastisitas karet dipengaruhi oleh suhu, selain itu juga dapat
dimungkinkan jika sewaktu karet dialiri kalor maka ikatan polimer pada karet terputus . Dimana
semakin tinggi suhu maka sifat elastisitas karet akan semakin berkurang. Bertambahnya suhu
mengakibatkan gaya regang karet menjadi kecil sehingga panjang karet akan semakin pendek.
VII. KESIMPULAN
1. Dapat ditentukan hubungan panjang regangan dan suhu yang diberikan pada alat
adalah semakin tinggi suhu maka panjang regangan akan semakin pendek (suhu
berbanding terbalik dengan panjang regangan).
2. Dapat ditentukan nilai k dari persamaan berdasar grafik adalah :
T1 suhu 20°C = 35
T2 suhu 56°C = 49
3. Dapat ditentukan faktor yang mempengaruhi sifat renggangan karet gelang adalah
perubahan energi dalam (U ) dan perubahan entropi (S).

VIII. DAFTAR PUSTAKA


NN.2010.Praktikum Kimia Fisika I.Salatiga: UKSW
Halliday dan Resnick.1991.Fisika Jilid I Terjemahan.Jakarta:Penerbit Erlangga
Giancoli, H Douglas.2001.Fisika Edisi ke-5.Jakarta:Erlangga

IX. LAMPIRAN
1. Tugas awal
2. Laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai