I. Outline
1. Aliran melalui rangkunan tabung (tube banks)
2. Soal dan Pembahasan nomor 4
II. Pembahasan
1. Aliran Melalui Rangkunan Tabung (Tube Bank)
Kebanyakan susunan alat penukar kalor terdiri dari susunan berkas tabung,
maka perpindahan panas dalam rangkunan tabung merupakan hal yang penting dalam
rancang-bangun dan analisa termal berbagai jenis alat penukar kalor. Perpindahan
panas dalam aliran melintang berkas tabung sangat tergantung pada pola aliran dan
derajat turbulensinya. Sedangkan pola aliran dan derajat turbulensi sangat dipengaruhi
oleh kecepatan fluida yang mengalir melintang berkas tabung dan ukuran serta susunan
tabung (tube arrangement). Karena pola alirannya sangat rumit untuk diselesaikan
secara analitis, maka persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan
koefisien perpindahan panas dalam aliran melintang berkas tabung didasarkan pada
data-data eksperimen.
Untuk perhitungan koefisien perpindahan panas pada berkas tabung yang
segaris (inline) atau selang-seling (staggered) dapat menggunakan korelasi yang
dikemukakan oleh Grinson berikut ini.
𝑛
𝑢 1/3
𝑁𝑢 = 𝐶 𝑅𝑒 𝑛 𝑃𝑟 1/3 = 𝐶 ( 𝑣∞ ) 𝑃𝑟𝑓 (1)
𝑓
Nilai konstanta C dan eksponen n dapat dilihat pada Tabel 1. menurut parameter
geometri yang digunakan untuk menggambarkan susunan berkas tabung dibawah ini.
𝑢∞ (𝑆𝑛 /2)
𝑢𝑚𝑎𝑥 = 1/2 (3)
[(𝑆𝑛 /2)2 +𝑆𝑝2 ] −𝑑
Penurunan tekanan untuk aliran gas melintas rangkunan tabung dapat dapat
dihitung dari persamaan berikut yang dinyatakan dalam bentuk paska
2𝑓 ′ 𝐺𝑚𝑎𝑥
2 𝑁 𝜇𝑤 0.14
∆𝑝 = (𝜇 ) (4)
𝜌 𝑏
Dimana Gmaks = kecepatan massa pada luas bidang aliran minimum, kg/m2 s
ρ = densitas ditentukan pada kondisi aliran bebas, kg/m3
N = Jumlah baris melintang
µb = Viskositas aliran bebas rata-rata
Faktor gesek empiris f’ untuk susunan selang-seling diberikan oleh Jakob sebagai
0,118
𝑓 ′ = {0.25 + [(𝑆 1.08
−0.16
} 𝑅𝑒𝑚𝑎𝑥 (5)
𝑛 −𝑑)/𝑑]
Sedangkan, untuk susunan sebaris diberikan
0.08𝑆𝑝 /𝑑
𝑓 ′ = {0.044 + −0.15
} 𝑅𝑒𝑚𝑎𝑥 (6)
[(𝑆𝑛 −𝑑)/𝑑0.43+1.13𝑑/𝑆𝑝 ]
Di mana semua sifat, kecuali Prw, dievaluasi pada T∞. Nilai konstanta diberikan pada
Tabel 3 untuk silinder yang memiliki lebih dari 20 baris. Untuk yang kurang dari 20
baris, maka berlaku faktor koreksi pada Tabel 4. Persamaan ini berlaku untuk 0,7 < Pr
< 500 dan 10 < Red, maks < 106.
Untuk gas, rasio angka Prandtl tidak mempunyai pengaruh banyak dan dapat
diabaikan. Sekali lagi, harap diperhatikan bahwa angka Reynolds didasarkan atas
kecepatan maksimum didalam rangkunan tabung.
Tabel 3. Konstanta Korelasi Zukauskas untuk Perpindahan Panas
pada Rangkunan Tabung 20 baris atau lebih
Pembahasan :
Pada heat exchanger, terdapat empat jenis yaitu shell & tube, pipa ganda, koil
pipa, dan pipa terbuka.
Pada perhitungan shell and tube heat exchanger, ada beberapa hal yang perlu
dicari, seperti area yang terbatasi dan kecepatan aliran massa, sehingga dapat mencari
nilai bilangan Reynolds untuk mengetahui kondisi aliran laminer atau turbulen.
ID × 𝐶′𝐵 N × 𝑎𝑡 ′
Cross flow area: 𝑎𝑡 = =
Pr× 144 144 × 𝑛𝑝𝑎𝑠𝑠
𝑚𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚
Laju alir massa: 𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
𝐺𝑡
Bilangan Reynolds: 𝑅𝑒 = 𝐼𝐷 ×
𝜇
Suhu perpindahan panas yang berlangsung juga dapat dianalisis melalui metode
LMTD (Log Mean Temperature Difference) yang menunjukan perubahan suhu yang
berlangsung antara fluida dingin dan fluida panas.
Pada heat exchanger terdapat faktor atau bilangan dimensi yang sebanding
dengan nilai bilangan Reynolds, yaitu bilangan Nusselt. Pada metode yang diajukan
oleh Kern, bilangan Nusselt disimbolkan dengan jH dan persamaannya diubah sebagai
berikut :
1
ℎ𝑖𝑜 × 𝐼𝐷 𝑐𝑝 × 𝜇 −3 𝜇 −0,14
𝑗𝐻 = ( )( ) ( )
𝑘 𝑘 𝜇𝑤
Koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada suatu alat pemindah panas
berlangsung secara konveksi dari fluida ke dinding, konduksi di dindingnya, dan
konveksi dari dinding ke lingkungan. Terdapat koefisien perpindahan panas bersih
yang berlangsung pada fluida dalam HE dan koefisien perpindahan panas kotor yang
berlangsung pada fluida luar. Perbedaan ini disebut sebagai faktor pengotor.
𝑈clean − 𝑈dirty
𝑅𝑓 =
𝑈clean × 𝑈dirty
Fouling atau pengotor merupakan pembentukan lapisan deposit pada permukaan
dari bahan atau senyawa pada proses perpindahan panas yang tidak diinginkan. Bahan
atau senyawa itu berupa kristal, sedimen, senyawa biologi, produk reaksi kimia,
ataupun korosi. Pembentukan lapisan deposit ini akan terus berkembang selama alat
penukar kalor dioperasikan. Penumpukan lapisan deposit pada permukaan alat penukar
kalor menimbulkan kenaikan pressure drop dan menurunkan efisiensi pertukaran
panasnya. Untuk menghindari penurunan performa alat penukar kalor yang terus
berlanjut, maka diperlukan suatu informasi yang jelas tentang tingkat pengotoran untuk
menentukan jadwal pembersihan. Lapisan pengotor dapat berasal dari partikel-partikel
atau senyawa lainnya yang terbawa oleh aliran fluida. Pertumbuhan lapisan ini dapat
didukung oleh permukaan deposit yang terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup
kuat. Gradien temperatur yang cukup besar antara aliran dengan permukaan dapat juga
meningkatkan kecepatan pertumbuhan deposit.
Faktor pengotoran didefinisikan sebagai:
1 1
𝑅𝑓 = −
𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛
Diketahui:
𝑙𝑏
𝑚̇𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 = 75.000
ℎ
𝑇1,𝑖𝑛 = 100𝑜 𝐹 (𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙) 𝑇1,𝑜𝑢𝑡 = 200𝑜 𝐹 (𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙)
N = 224
Dpipe = B= 7”
ID = L=
𝑚̇𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙
= 75.000
PT= 15/16
Ditanya: Rf = ?
Asumsi:
Pada Heat Exchanger, steam (fluida panas) mengalir pada tube sedangkan etilen
glikol (fluida dingin) mengalir pada shell. Pemilihan fluida ini disebabkan karena
uap yang terkondensasi bersifat korosif sehingga perawatan heat exchanger akan
lebih mudah jika uap dialirkan di dalam tube.
Steam diasumsikan memiliki sifat-sifat termal yang sama dengan air untuk
menentukan nilai viskositas.
Tidak ada aliran perpindahan kalor antara sistem dan lingkungan.
Kalor yang dilepas oleh steam hanya digunakan untuk berubah wujud menjadi cair
dan
tidak digunakan untuk menurunkan suhunya.
Steady state process
Aliran yang terdapat pada heat exchanger adalah aliran counter.
∆𝑇𝑙𝑚 = 91,024𝑜 𝐹
B. Menentukan Besarnya Kalor yang Berpindah (Q) dan Massa Steam yang
Masuk
Berdasarkan literatur, didapatkan nilai kalor jenis ethylene glycol pada rentang suhu
100-200°F sebesar 0,62 Btu/lb.oF dan kalor laten penguapan air sebesar 945,5 Btu/lb
𝑙𝑏 𝐵𝑡𝑢
𝑄𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇 = (75.000 ) × (0,62 𝑜 ) × (200𝑜 𝐹 − 100𝑜 𝐹)
ℎ 𝑙𝑏. 𝐹
𝐵𝑡𝑢
𝑄𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 = 4,65 × 106
ℎ
Menggunakan Asas Black
Sumber: Kern, D. Q., 1965. Process Heat Transfer. Paris: McGraw-Hill Book Company, Inc
Berdasarkan tabel diatas,maka didapat data untuk OD tube sebesar ¾ in dan 14 BWG
yaitu:
ID = 0,584 in = 0,0487 ft 𝑎𝑡 ′ = 0,268 in2 = 1,861×10-3 ft2
Selain itu, berdasarkan literatur, viskositas steam pada suhu 250°F sebesar 0,013 cp.
Karena bilangan Reynold sebesar 5,263 × 106 , maka aliran steam dalam heat
exchanger merupakan aliran yang turbulen.
Gambar 4. Grafik Re vs jH
Sumber : Kern, D. Q., 1965. Process Heat Transfer. Paris: McGraw-Hill Book Company, Inc
Karena bilangan Reynold sebesar 5,263 × 106 dan bilangan Reynold tersebut
termasuk ke dalam zona turbulen, maka
1
ℎ𝑖𝑜 × 𝐼𝐷 𝑐𝑝 × 𝜇 −3 𝜇 −0,14 𝑗𝐻 𝑘
𝑗𝐻 = ( )( ) ( ) → ℎ𝑖𝑜 = 1 ×
𝑘 𝑘 𝜇𝑤 𝑐𝑝 × 𝜇 − 𝐼𝐷
3 𝜇 −0,14
( ) (𝜇 )
( 𝑘 𝑤 )
𝐵𝑡𝑢
Berdasarkan literatur, diketahui nilai cp untuk steam sebesar 0,41 𝑙𝑏.𝑜 𝐹 dan k untuk
steam sebesar 9,9 × 10−3 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡.𝑜 𝐹
2,4 × 105
ℎ𝑖𝑜 = 1
−
𝐵𝑡𝑢 𝑙𝑏 3
(0,41 𝑜 ) × (0,013 𝑐𝑝) × (2,42 )
𝑙𝑏. 𝐹 𝑓𝑡. ℎ. 𝑐𝑝 0,013 𝑐𝑝 −0,14
( ) ( 1 𝑐𝑝 )
9,9 × 10−3 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡.𝑜 𝐹
( )
−3 𝑜 −3 𝑜
9,9 × 10 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡. 𝐹 9,9 × 10 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡. 𝐹
× ×
(0,0487 𝑓𝑡) (0,0487 𝑓𝑡)
𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑖𝑜 = 2,9 × 104
𝑓𝑡 2 .𝑜 𝐹
Tube pitch merupakan penjumlahan dari diameter tube dan jarak ruangan (C’). Jadi :
15 3
𝐶 ′ = 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ − 𝑂𝐷 = − = 0,1875 𝑖𝑛
16 4
𝐼𝐷 × 𝐶′ × 𝐵 (17,25 𝑖𝑛) × (0,1875 𝑖𝑛) × (7 𝑖𝑛)
𝑎𝑠 = = = 24,15 𝑖𝑛2 = 0,1677 𝑓𝑡 2
𝑃𝑡 15
(16 𝑖𝑛)
𝑙𝑏
𝑚𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 75000
𝐺𝑠 = = ℎ = 4,5 × 105 𝑙𝑏
𝑎𝑠 0,1677 𝑓𝑡 2 𝑓𝑡 2 . ℎ
Menentukan De
1 1 1 15 15 1
4 × (2 𝑃𝑇 × 0,86𝑃𝑇 − 8 𝜋𝑑𝑜2 ) 4 × (2 × 16 × 0,86 × 16 − 8 𝜋(0,75)2 )
𝐷𝑒 = =
1 1
𝜋𝑑 𝜋(0,75)
2 𝑜 2
𝐷𝑒 = 0,536 𝑖𝑛 = 0,0447 𝑓𝑡
1
𝑐𝑝 × 𝜇 𝐿 3 𝜇 0,14 𝑘
ℎ𝑖𝑜 = 1,86 [(𝑅𝑒) ( ) ( )] ( ) ( )
𝑘 𝐷𝑒 𝜇𝑤 𝐷𝑒
1
𝐵𝑡𝑢 𝑙𝑏 3 𝐵𝑡𝑢
(0,62 𝑜 ) × (11,17 ) 16 𝑓𝑡 5 𝑐𝑝 0,14 0,1503
𝑙𝑏. 𝐹 𝑓𝑡. ℎ ℎ. 𝑓𝑡.𝑜 𝐹
= 1,86 [(1,8 × 103 ) ( )( )] ( ) ( )
𝐵𝑡𝑢 0,0447 𝑓𝑡 1 𝑐𝑝 0,0447 𝑓𝑡
(0,1503 . 𝑓𝑡.𝑜 𝐹)
ℎ
𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑖𝑜 = 2426
𝑓𝑡 2 .𝑜 𝐹
E. Menghitung Rf
ℎ𝑜 × ℎ𝑖𝑜 2426 × 2,9 × 104 𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 = = 4
= 2238,72 2 𝑜
ℎ𝑜 + ℎ𝑖𝑜 2426 + 2,9 × 10 𝑓𝑡 . 𝐹. ℎ
Menghitung Utotal
Berdasarkan tabel 1, didapatkan a” = 0,1963 ft2
𝐴 = 𝑁 × 𝐿 × 𝑎′′ = 224 × 16 × 0,1963 𝑓𝑡 2 = 703,54 𝑓𝑡 2
Menghitung Udirty
𝐵𝑡𝑢
𝑄 4,65 × 106 𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 = = ℎ = 72,6
𝐴 × ∆𝑇𝑙𝑚 (703,54 𝑓𝑡 2 ) × (91,024𝑜 𝐹) 𝑓𝑡 2 .𝑜 𝐹. ℎ
Yunus, Asyari D. Perpindahan Panas dan Massa. Teknik Mesin. Jakarta: Universitas
Darma Persada
Edwards, John E. 2008. Design and Rating of Shell and Tube Heat Exchangers.
[Online].Pada:http://www.chemstations.com/content/documents/Technical_Articles/s
hell.pdf (Diakses pada 8 April 2017)
Handoyo, Yopi. 2012. Analisis Kinerja Alat Penukar Kalor Jenis Shell and Tube
Pendingin.