Anda di halaman 1dari 11

LTM - Perpindahan Kalor

Nama : Dimas Rahadi Pitoyo Dikumpulkan Tanggal: Rabu, 12 April 2017


NPM : 1506673473 Paraf : _____________
Kelompok : 10
Pemicu : Perpindahan Kalor Konveksi Paksa

I. Outline
1. Aliran melalui rangkunan tabung (tube banks)
2. Soal dan Pembahasan nomor 4

II. Pembahasan
1. Aliran Melalui Rangkunan Tabung (Tube Bank)
Kebanyakan susunan alat penukar kalor terdiri dari susunan berkas tabung,
maka perpindahan panas dalam rangkunan tabung merupakan hal yang penting dalam
rancang-bangun dan analisa termal berbagai jenis alat penukar kalor. Perpindahan
panas dalam aliran melintang berkas tabung sangat tergantung pada pola aliran dan
derajat turbulensinya. Sedangkan pola aliran dan derajat turbulensi sangat dipengaruhi
oleh kecepatan fluida yang mengalir melintang berkas tabung dan ukuran serta susunan
tabung (tube arrangement). Karena pola alirannya sangat rumit untuk diselesaikan
secara analitis, maka persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan
koefisien perpindahan panas dalam aliran melintang berkas tabung didasarkan pada
data-data eksperimen.
Untuk perhitungan koefisien perpindahan panas pada berkas tabung yang
segaris (inline) atau selang-seling (staggered) dapat menggunakan korelasi yang
dikemukakan oleh Grinson berikut ini.
𝑛
𝑢 1/3
𝑁𝑢 = 𝐶 𝑅𝑒 𝑛 𝑃𝑟 1/3 = 𝐶 ( 𝑣∞ ) 𝑃𝑟𝑓 (1)
𝑓

Nilai konstanta C dan eksponen n dapat dilihat pada Tabel 1. menurut parameter
geometri yang digunakan untuk menggambarkan susunan berkas tabung dibawah ini.

Gambar 1. Nomenklatur dan Susunan Tabung a) baris segaris


dan b) baris selang-seling
Sumber: J.P Holman, Heat Transfer ed 10
Tabel 1. Modifikasi Korelasi Grimson untuk Perpindahan Kalor
pada Rangkunan Tabung dengan 10 baris atau lebih, dari referensi 12.

Sumber: J.P Holman, Heat Transfer ed 10

Angka Reynolds didasarkan atas kecepatan maksimum yang terjadi pada


rangkunan tabung, yaitu kecepatan melalui bidang aliran yang minimum. Luas bidang
ini bergantung dari susunan geometri tabung. Nomenklatur untuk Tabel 1 ditunjukkan
pada Gambar 1, dimana data-data tersebut menyinggung rangukunan tabung yang
memiliki 10 baris atau lebih susunan tabung pada arah aliran. Pada rangkunan silinder
dengan jumlah baris yang lebih sedikit, digunakan rasio nilai h untuk baris N terhadap
10 baris yang diberikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rasio nilai h untuk baris N terhadap 10 baris

Sumber: J.P Holman, Heat Transfer ed 10

Penentuan Kecepatan aliran Maksimum


Pada aliran normal rangkunan tabung sebaris, kecepatan maksimum yang
terjadi melalui bidang aliran minimum (𝑆𝑛 − 𝑑), menghasilkan kecepatan aliran bebas
masuk 𝑢∞ . Sehingga,
𝑢𝑚𝑎𝑥 = 𝑢∞ [𝑆𝑛 /(𝑆𝑛 − 𝑑)] susunan sebaris (2)
Sama halnya dengan susunan bersilang, kecepatan maksimum akan dihasilkan
jika bidang aliran yang memasuki rangkunan tabung berada pada bidang aliran
minimum. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku untuk ruang tertutup pada arah paralel,
karena nilai 𝑆𝑝 yang kecil. Untuk kasus bersilang, aliran yang memasuki rangkunan
tabung melalui bidang (𝑆𝑛 − 𝑑) dan kemudian terbagi menjadi dua bidang
1/2
[(𝑆𝑛 /2)2 + 𝑆𝑝2 ] − 𝑑. Jika jumlah dua bidang kurang dari (𝑆𝑛 − 𝑑), maka kecepatan
maksimum dan bidang aliran minimum pada rangkunan tabung menjadi:

𝑢∞ (𝑆𝑛 /2)
𝑢𝑚𝑎𝑥 = 1/2 (3)
[(𝑆𝑛 /2)2 +𝑆𝑝2 ] −𝑑

Penurunan tekanan untuk aliran gas melintas rangkunan tabung dapat dapat
dihitung dari persamaan berikut yang dinyatakan dalam bentuk paska
2𝑓 ′ 𝐺𝑚𝑎𝑥
2 𝑁 𝜇𝑤 0.14
∆𝑝 = (𝜇 ) (4)
𝜌 𝑏

Dimana Gmaks = kecepatan massa pada luas bidang aliran minimum, kg/m2 s
ρ = densitas ditentukan pada kondisi aliran bebas, kg/m3
N = Jumlah baris melintang
µb = Viskositas aliran bebas rata-rata

Faktor gesek empiris f’ untuk susunan selang-seling diberikan oleh Jakob sebagai
0,118
𝑓 ′ = {0.25 + [(𝑆 1.08
−0.16
} 𝑅𝑒𝑚𝑎𝑥 (5)
𝑛 −𝑑)/𝑑]
Sedangkan, untuk susunan sebaris diberikan
0.08𝑆𝑝 /𝑑
𝑓 ′ = {0.044 + −0.15
} 𝑅𝑒𝑚𝑎𝑥 (6)
[(𝑆𝑛 −𝑑)/𝑑0.43+1.13𝑑/𝑆𝑝 ]

Zukauskas menyajikan informasi tambahan untuk berkas tabung, dengan


memperhitungkan tentang angka Reynolds yang luas, dan perbedaan-perbedaan sifat.
Sehingga persamaan korelasinya mempunyai bentuk:
̅𝑑
ℎ 𝑃𝑟 1/4
𝑛
𝑁𝑢 = 𝑘
= 𝐶𝑅𝑒𝑑,𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑟 0.36 (𝑃𝑟 ) (7)
𝑤

Di mana semua sifat, kecuali Prw, dievaluasi pada T∞. Nilai konstanta diberikan pada
Tabel 3 untuk silinder yang memiliki lebih dari 20 baris. Untuk yang kurang dari 20
baris, maka berlaku faktor koreksi pada Tabel 4. Persamaan ini berlaku untuk 0,7 < Pr
< 500 dan 10 < Red, maks < 106.
Untuk gas, rasio angka Prandtl tidak mempunyai pengaruh banyak dan dapat
diabaikan. Sekali lagi, harap diperhatikan bahwa angka Reynolds didasarkan atas
kecepatan maksimum didalam rangkunan tabung.
Tabel 3. Konstanta Korelasi Zukauskas untuk Perpindahan Panas
pada Rangkunan Tabung 20 baris atau lebih

Tabel 4. Rasio nilai h untuk baris N terhadap 10 baris

Sumber: J.P Holman, Heat Transfer ed 10

Perlu diketahui bahwa hubungan yang menyangkut data eksperimental mempunyai


ketidakpastian ± 25%.

2. Soal dan Pembahasan Nomor 4


75.000 lb/jam etilen glikol dipanaskan dari suhu 100oF menjadi 200oF menggunakan
uap pada suhu 250oF. Untuk tujuan tertentu, telah disediakan HE 1-2 dengan diameter
dalam 17 ¼ inch. HE tersebut memiliki 224 tabung jenis 14 BWG dengan diameter
luar tabung ¾ inch dan panjang 16’0’’. Tabung disusun dengan susunan triangular
pitch 15/16 –inch dan jarak antar baffles 7 inch. Berapakah faktor pengotor dari HE
tersebut?

Pembahasan :

Pada heat exchanger, terdapat empat jenis yaitu shell & tube, pipa ganda, koil
pipa, dan pipa terbuka.

Gambar 2. Tipe-Tipe Heat Exchanger


Sumber : image.google.com
Pada heat exchanger, terdapat dua jenis aliran, yaitu aliran parallel dimana aliran
fluida panas dan fluida dingin searah, dan aliran aliran counter dimana aliran fluida
panas dan fluida dingin tidak searah. Pada heat exchanger berjenis shell & tube,
terdapat dua jenis susunan tubes, yaitu rectangular pitch dan triangular pitch. Susunan
ini mempengaruhi luas permukaan yang terbasahi dan perpindahan kalor di dalam alat
pemindah panas. Jarak antara tubes tidak dapat ditempatkan terlalu dekat karena akan
berdampak pada perpindahan panasnya. Salah satu komponen dalam heat exchanger
adalah baffles, yaitu jarak pemisah dalam alat pemindah panas untuk menjaga kondisi
aliran turbulen sehingga perpindahan panasnya lebih maksimal. Pada soal ini, jenis
heat exchanger yang digunakan adalah heat exchanger tipe shell & tube.

Pada perhitungan shell and tube heat exchanger, ada beberapa hal yang perlu
dicari, seperti area yang terbatasi dan kecepatan aliran massa, sehingga dapat mencari
nilai bilangan Reynolds untuk mengetahui kondisi aliran laminer atau turbulen.
ID × 𝐶′𝐵 N × 𝑎𝑡 ′
Cross flow area: 𝑎𝑡 = =
Pr× 144 144 × 𝑛𝑝𝑎𝑠𝑠
𝑚𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚
Laju alir massa: 𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
𝐺𝑡
Bilangan Reynolds: 𝑅𝑒 = 𝐼𝐷 ×
𝜇
Suhu perpindahan panas yang berlangsung juga dapat dianalisis melalui metode
LMTD (Log Mean Temperature Difference) yang menunjukan perubahan suhu yang
berlangsung antara fluida dingin dan fluida panas.

(𝑇2,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇1,𝑜𝑢𝑡 ) − (𝑇2,𝑖𝑛 − 𝑇1,𝑖𝑛 )


∆𝑇𝑙𝑚 =
𝑇 − 𝑇1,𝑜𝑢𝑡
ln ( 2,𝑜𝑢𝑡
𝑇2,𝑖𝑛 − 𝑇1,𝑖𝑛 )

Pada heat exchanger terdapat faktor atau bilangan dimensi yang sebanding
dengan nilai bilangan Reynolds, yaitu bilangan Nusselt. Pada metode yang diajukan
oleh Kern, bilangan Nusselt disimbolkan dengan jH dan persamaannya diubah sebagai
berikut :
1
ℎ𝑖𝑜 × 𝐼𝐷 𝑐𝑝 × 𝜇 −3 𝜇 −0,14
𝑗𝐻 = ( )( ) ( )
𝑘 𝑘 𝜇𝑤
Koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada suatu alat pemindah panas
berlangsung secara konveksi dari fluida ke dinding, konduksi di dindingnya, dan
konveksi dari dinding ke lingkungan. Terdapat koefisien perpindahan panas bersih
yang berlangsung pada fluida dalam HE dan koefisien perpindahan panas kotor yang
berlangsung pada fluida luar. Perbedaan ini disebut sebagai faktor pengotor.
𝑈clean − 𝑈dirty
𝑅𝑓 =
𝑈clean × 𝑈dirty
Fouling atau pengotor merupakan pembentukan lapisan deposit pada permukaan
dari bahan atau senyawa pada proses perpindahan panas yang tidak diinginkan. Bahan
atau senyawa itu berupa kristal, sedimen, senyawa biologi, produk reaksi kimia,
ataupun korosi. Pembentukan lapisan deposit ini akan terus berkembang selama alat
penukar kalor dioperasikan. Penumpukan lapisan deposit pada permukaan alat penukar
kalor menimbulkan kenaikan pressure drop dan menurunkan efisiensi pertukaran
panasnya. Untuk menghindari penurunan performa alat penukar kalor yang terus
berlanjut, maka diperlukan suatu informasi yang jelas tentang tingkat pengotoran untuk
menentukan jadwal pembersihan. Lapisan pengotor dapat berasal dari partikel-partikel
atau senyawa lainnya yang terbawa oleh aliran fluida. Pertumbuhan lapisan ini dapat
didukung oleh permukaan deposit yang terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup
kuat. Gradien temperatur yang cukup besar antara aliran dengan permukaan dapat juga
meningkatkan kecepatan pertumbuhan deposit.
Faktor pengotoran didefinisikan sebagai:
1 1
𝑅𝑓 = −
𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛
Diketahui:
𝑙𝑏
𝑚̇𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 = 75.000

𝑇1,𝑖𝑛 = 100𝑜 𝐹 (𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙) 𝑇1,𝑜𝑢𝑡 = 200𝑜 𝐹 (𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙)

𝑇2,𝑖𝑛 = 250𝑜 𝐹 (𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚) 𝑇2,𝑜𝑢𝑡 = 250𝑜 𝐹 (𝑙𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑)

Gambaran Heat Exchanger

N = 224
Dpipe = B= 7”

ID = L=
𝑚̇𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙
= 75.000
PT= 15/16

Gambar 3. Gambaran Heat Exchanger Shell & Tube dan Sistem


Sumber : Dokumen Pribadi

Karakteristik Heat Exchanger


1. Tipe heat exchanger : HE 1-2 (1 shell dan 2 tubes)
2. Diameter dalam shell (ID) = 17,25 in
3. Jarak antar baffles (b) = 7 inch
4. Diameter luar tube (OD) = 0.75 inch
5. Panjang tube (L) = 16 ft
6. Jenis tube = 14 BWG
7. Pitch tube (Pt)= 15/16 inch
8. Jumlah tube (Nt) = 224
9. Passes tube side (npass) = 2
10. Passes shell side = 1

Ditanya: Rf = ?

Asumsi:
 Pada Heat Exchanger, steam (fluida panas) mengalir pada tube sedangkan etilen
glikol (fluida dingin) mengalir pada shell. Pemilihan fluida ini disebabkan karena
uap yang terkondensasi bersifat korosif sehingga perawatan heat exchanger akan
lebih mudah jika uap dialirkan di dalam tube.
 Steam diasumsikan memiliki sifat-sifat termal yang sama dengan air untuk
menentukan nilai viskositas.
 Tidak ada aliran perpindahan kalor antara sistem dan lingkungan.
 Kalor yang dilepas oleh steam hanya digunakan untuk berubah wujud menjadi cair
dan
tidak digunakan untuk menurunkan suhunya.
 Steady state process
 Aliran yang terdapat pada heat exchanger adalah aliran counter.

Langkah-Langkah untuk Menghitung nilai Rf :

A. Menentukan ∆𝑻𝒍𝒎 dengan metode LMTD

(𝑇2,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇1,𝑜𝑢𝑡 ) − (𝑇2,𝑖𝑛 − 𝑇1,𝑖𝑛 ) (250 − 200) − (250 − 100)


∆𝑇𝑙𝑚 = =
𝑇2,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇1,𝑜𝑢𝑡 250 − 200
ln ( 𝑇 − 𝑇 ) ln ( )
2,𝑖𝑛 1,𝑖𝑛 250 − 100

∆𝑇𝑙𝑚 = 91,024𝑜 𝐹

B. Menentukan Besarnya Kalor yang Berpindah (Q) dan Massa Steam yang
Masuk

Berdasarkan literatur, didapatkan nilai kalor jenis ethylene glycol pada rentang suhu
100-200°F sebesar 0,62 Btu/lb.oF dan kalor laten penguapan air sebesar 945,5 Btu/lb
𝑙𝑏 𝐵𝑡𝑢
𝑄𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇 = (75.000 ) × (0,62 𝑜 ) × (200𝑜 𝐹 − 100𝑜 𝐹)
ℎ 𝑙𝑏. 𝐹
𝐵𝑡𝑢
𝑄𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 = 4,65 × 106

Menggunakan Asas Black

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 (𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚) = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 (𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙)


𝑚̇𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 × 𝐿𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 = 𝑚̇𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 × 𝑐 × ∆𝑇
𝐵𝑡𝑢 𝐵𝑡𝑢
𝑚̇𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 × (945,5 ) = 4,65 × 106
𝑙𝑏 ℎ
𝑚̇𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 = 4918 𝑙𝑏/ℎ

C. Aliran dalam shell (aliran steam)

Tabel 5. Data Heat Exchanger

Sumber: Kern, D. Q., 1965. Process Heat Transfer. Paris: McGraw-Hill Book Company, Inc

Berdasarkan tabel diatas,maka didapat data untuk OD tube sebesar ¾ in dan 14 BWG
yaitu:
ID = 0,584 in = 0,0487 ft 𝑎𝑡 ′ = 0,268 in2 = 1,861×10-3 ft2

Selain itu, berdasarkan literatur, viskositas steam pada suhu 250°F sebesar 0,013 cp.

ID × 𝐶′𝐵 N × 𝑎𝑡 ′ 224 × (1.861 × 10−3 )


𝑎𝑡 = = = = 1,447 × 10−3 𝑓𝑡 2
Pr× 144 144 × 𝑛𝑝𝑎𝑠𝑠 144 × 2
𝑙𝑏
𝑚̇𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 4918 𝑙𝑏
𝐺𝑡 = = ℎ = 3,4 × 106
𝑎𝑡 1,447 × 10−3 𝑓𝑡 2 𝑓𝑡 2 . ℎ
𝑙𝑏
(0,0487 𝑓𝑡) × (3,4 × 106 2 )
𝐺𝑡 𝑓𝑡 . ℎ
𝑅𝑒 = 𝐼𝐷 × = = 5,263 × 106
𝜇 𝑙𝑏
(0,013 𝑐𝑝) × (2,42 )
𝑓𝑡. ℎ. 𝑐𝑝

Karena bilangan Reynold sebesar 5,263 × 106 , maka aliran steam dalam heat
exchanger merupakan aliran yang turbulen.
Gambar 4. Grafik Re vs jH
Sumber : Kern, D. Q., 1965. Process Heat Transfer. Paris: McGraw-Hill Book Company, Inc

Karena bilangan Reynold sebesar 5,263 × 106 dan bilangan Reynold tersebut
termasuk ke dalam zona turbulen, maka

𝑗𝐻 = 𝑅𝑒 0,8 = (5,263 × 106 )0,8 = 2,4 × 105

1
ℎ𝑖𝑜 × 𝐼𝐷 𝑐𝑝 × 𝜇 −3 𝜇 −0,14 𝑗𝐻 𝑘
𝑗𝐻 = ( )( ) ( ) → ℎ𝑖𝑜 = 1 ×
𝑘 𝑘 𝜇𝑤 𝑐𝑝 × 𝜇 − 𝐼𝐷
3 𝜇 −0,14
( ) (𝜇 )
( 𝑘 𝑤 )
𝐵𝑡𝑢
Berdasarkan literatur, diketahui nilai cp untuk steam sebesar 0,41 𝑙𝑏.𝑜 𝐹 dan k untuk
steam sebesar 9,9 × 10−3 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡.𝑜 𝐹

2,4 × 105
ℎ𝑖𝑜 = 1

𝐵𝑡𝑢 𝑙𝑏 3
(0,41 𝑜 ) × (0,013 𝑐𝑝) × (2,42 )
𝑙𝑏. 𝐹 𝑓𝑡. ℎ. 𝑐𝑝 0,013 𝑐𝑝 −0,14
( ) ( 1 𝑐𝑝 )
9,9 × 10−3 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡.𝑜 𝐹
( )
−3 𝑜 −3 𝑜
9,9 × 10 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡. 𝐹 9,9 × 10 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡. 𝐹
× ×
(0,0487 𝑓𝑡) (0,0487 𝑓𝑡)
𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑖𝑜 = 2,9 × 104
𝑓𝑡 2 .𝑜 𝐹

D. Aliran dalam tube (aliran ethylene glycol)


Berdasarkan literatur, nilai viskositas dari etilen glikol pada temperatur 150oF sebesar
5 cp atau 11,17 𝑙𝑏/𝑓𝑡 2 ℎ.

Tube pitch merupakan penjumlahan dari diameter tube dan jarak ruangan (C’). Jadi :
15 3
𝐶 ′ = 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ − 𝑂𝐷 = − = 0,1875 𝑖𝑛
16 4
𝐼𝐷 × 𝐶′ × 𝐵 (17,25 𝑖𝑛) × (0,1875 𝑖𝑛) × (7 𝑖𝑛)
𝑎𝑠 = = = 24,15 𝑖𝑛2 = 0,1677 𝑓𝑡 2
𝑃𝑡 15
(16 𝑖𝑛)
𝑙𝑏
𝑚𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 𝑔𝑙𝑦𝑐𝑜𝑙 75000
𝐺𝑠 = = ℎ = 4,5 × 105 𝑙𝑏
𝑎𝑠 0,1677 𝑓𝑡 2 𝑓𝑡 2 . ℎ

Menentukan De

1 1 1 15 15 1
4 × (2 𝑃𝑇 × 0,86𝑃𝑇 − 8 𝜋𝑑𝑜2 ) 4 × (2 × 16 × 0,86 × 16 − 8 𝜋(0,75)2 )
𝐷𝑒 = =
1 1
𝜋𝑑 𝜋(0,75)
2 𝑜 2
𝐷𝑒 = 0,536 𝑖𝑛 = 0,0447 𝑓𝑡

Menentukan Bilangan Reynold


𝑙𝑏
(0,0447𝑓𝑡) × (4,5 × 105 )
𝐺𝑠 𝑓𝑡 2 . ℎ
𝑅𝑒 = 𝐷𝑒 × = = 1,8 × 103
𝜇 𝑙𝑏
(11,17 )
𝑓𝑡. ℎ
Karena bilangan Reynold sebesar 1,8 × 103 maka aliran steam dalam heat echanger
merupakan aliran yang laminer. Berdasarkan gambar 1, didapatkan nilai hio.
Berdasarkan literatur, nilai k etilen glikol sebesar 0,1503 𝐵𝑡𝑢/ℎ. 𝑓𝑡.𝑜 𝐹 dan cp etilen
𝐵𝑡𝑢
glikol sebesar 0,62 𝑙𝑏.𝑜 𝐹

1
𝑐𝑝 × 𝜇 𝐿 3 𝜇 0,14 𝑘
ℎ𝑖𝑜 = 1,86 [(𝑅𝑒) ( ) ( )] ( ) ( )
𝑘 𝐷𝑒 𝜇𝑤 𝐷𝑒
1
𝐵𝑡𝑢 𝑙𝑏 3 𝐵𝑡𝑢
(0,62 𝑜 ) × (11,17 ) 16 𝑓𝑡 5 𝑐𝑝 0,14 0,1503
𝑙𝑏. 𝐹 𝑓𝑡. ℎ ℎ. 𝑓𝑡.𝑜 𝐹
= 1,86 [(1,8 × 103 ) ( )( )] ( ) ( )
𝐵𝑡𝑢 0,0447 𝑓𝑡 1 𝑐𝑝 0,0447 𝑓𝑡
(0,1503 . 𝑓𝑡.𝑜 𝐹)

𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑖𝑜 = 2426
𝑓𝑡 2 .𝑜 𝐹

E. Menghitung Rf
ℎ𝑜 × ℎ𝑖𝑜 2426 × 2,9 × 104 𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 = = 4
= 2238,72 2 𝑜
ℎ𝑜 + ℎ𝑖𝑜 2426 + 2,9 × 10 𝑓𝑡 . 𝐹. ℎ
Menghitung Utotal
Berdasarkan tabel 1, didapatkan a” = 0,1963 ft2
𝐴 = 𝑁 × 𝐿 × 𝑎′′ = 224 × 16 × 0,1963 𝑓𝑡 2 = 703,54 𝑓𝑡 2
Menghitung Udirty
𝐵𝑡𝑢
𝑄 4,65 × 106 𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 = = ℎ = 72,6
𝐴 × ∆𝑇𝑙𝑚 (703,54 𝑓𝑡 2 ) × (91,024𝑜 𝐹) 𝑓𝑡 2 .𝑜 𝐹. ℎ

𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 − 𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 2238,72 − 72,6 ℎ. 𝑓𝑡 2 .𝑜 𝐹


𝑅𝑓 = = = 0,01333
𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛 × 𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 2238,72 × 72,6 𝐵𝑡𝑢

Jadi, dirt factor sebesar 𝟎, 𝟎𝟏𝟑𝟑𝟑 h.ft2.oF/Btu

III. Daftar Pustaka


Cengel, Y. A. 2003. Heat Transfer: Practical Approach. Second Edition. New York:
Mc-Graw Hill Companies, Inc

Dwi, Indira Wibawa. Heat Exchanger. Teknik Kimia. Lampung: Universitas


Lampung.
Holman, J.P. 2010 . Heat Transfer 10th Edition. NewYork: MC Graw-Hill

Yunus, Asyari D. Perpindahan Panas dan Massa. Teknik Mesin. Jakarta: Universitas
Darma Persada

Edwards, John E. 2008. Design and Rating of Shell and Tube Heat Exchangers.
[Online].Pada:http://www.chemstations.com/content/documents/Technical_Articles/s
hell.pdf (Diakses pada 8 April 2017)
Handoyo, Yopi. 2012. Analisis Kinerja Alat Penukar Kalor Jenis Shell and Tube
Pendingin.

Anda mungkin juga menyukai