Anda di halaman 1dari 25

Metode Sintesis Nanomaterial

Top Down Method


Bayu Prasetya 02511850010001
Putra R F 02511850010002
Bayu Muhmmad Aji 02511950010008
Teknologi Nanomaterial
• Pengembangan nanoteknologi atau teknologi rekayasa zat bersekala
nanometer belumlah tergolong lama. Orang yang pertama kali
menciptakan istilah “nanoteknologi” adalah Profesor Nario Taniguchi
dari Tokyo Science University pada tahun 1940. Ia mulai mempelajari
mekanisme pembuatan nanomaterial dari kristal kuarts, silikon dan
keramik alumina dengan menggunakan mesin ultrasonik.
• Material berskala nano merupakan material yang sangat atraktif kerena
memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda dibandingkan dengan yang
diperlihatkan pada skala makroskopisnya. Terdapat berbagai fenomena
quantum atraktif yang timbul sebagai akibat pengecilan ukuran
material hingga ke dimensi nano.
Sintesis Nanomaterial Berdasarkan
Pendekatannya
• Metode top down : metode pembuatan nanomaterial dari
material berukuran besar yang kemudian diproses sehingga
menjadi ukuran yang lebih kecil dan lebih kecil lagi sampai
pada skala nano.
• Metode Bottom Up
• Metode Combination of Both (Campuran)
Top-down Versus Bottom-up
Top Down Process Bottom Up Process

Start with bulk wafer


Start with bulk wafer

Apply layer of Alter area of wafer


photoresist where structure is to be
created by adding
polymer or seed crystals
Expose wafer with UV or other techniques.
light through mask
and etch wafer Grow or assemble
the structure on the
area determined by
Etched wafer with the seed crystals or
desired pattern polymer. (self
assembly)
Similar results can be obtained through bottom-up and top-down processes
Kelebihan metode top down
• Proses yang dilakukan mudah
• Prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan bottom up

Kekurangan metode top down


• Proses sangat lama
• Tidak cocok untuk produksi skala besar
• Ukuran yang dihasilkan tidak homogen
• Mudah terkontaminasi
Contoh metode top down

• Ball Milling
• Ultrasonic Milling
• Chemical Fabrication
• Laser Ablation System
Ball Milling
• Teknologi ball milling yaitu menggunakan energi
tumbukan antara bola-bola penghancur dann
dinding wadahnya. Untuk mendapatkan partikel
nano dalam jumlah banyak dan dalam waktu
relatif pendek, dilakukan inovasi pada mesin ball
mill, dengan merubah putaran mill menjadi
berlintasan planet (planetary) di dalam
wadahnya yang memiliki tuas pada kedua sisi,
untuk mengatur sudut putaran yang optimal.
Dan distabilisasi dengan meng-gunakan larutan
kimia seperti  polyvinyl alcohol (PVA) atau 
polyethilene glycol (PEG)  sehingga membentuk
nanokoloid yang stabil (Fahlefi, 2010)
Ultrasonic Milling
• Prosesnya dengan cara menggunakan gelombang ultrasonik dengan
rentang frekuensi 20 kHz – 10 MHz. Gelombang ultrasonik
ditembakkan ke dalam mediium cair untuk menghasilkan kavitasi
bubble yang dapat membuat partikel memiliki diameter dalam skala
nano. Gelombang ultrasonik bila berada di dalam medium cair akan
dapat menimbulkan acoustic cavitation. Selama proses cavitation
akan terjadi bubble collapse (ketidakstabilan gelembung), yaitu
pecahnya gelombang akibat suara. Akibatnya akan terjadi peristiwa
hotspot yang melibatkan energi yang sangat tinggi. Dimana hotspot
adalah pemanasan lokal yang sangat intens sekitar 5000 K pada
tekanan sekitar 1000 atm, laju pemanasan dan pendinginannya
sekitar 1010 K/s
Chemical Fabrication
• Metode pabrikasi kimiawi adalah salah satu metode
yang dilakukan untuk mendapatkan nanomaterial. Salah
satu metodenya adalah anodizing processes. Anodizing
proses adalah dimana benda kerja dijadikan anoda
dalam sel elektrolitik, hal ini dilakukan untuk
membentuk lapisan pada permukaan atau endapan
yang lebih kecil atau dalam bentuk nano.
Laser Ablation System
• Ablasi laser adalah metode untuk membuat berbagai
jenis nanopartikel yaitu semiconductor quantum dots,
carbon nanotubes, nanowires, and core shell
nanoparticles. Dalam metode ini, partikel nano
dihasilkan oleh nukleasi dan pertumbuhan spesies yang
diuapkan dengan laser dalam gas.
Review Jurnal 1
Scotch-tape-like efoliation effect of
graphene quantum dots for efficient
preparation of graphene nanosheets in
water
Sintesis graphene nanosheets (GNs) dari
Graphene Quantum Dots (GQDs) dengan
metode liquid phase exfoliation (LPE) untuk
meningkatkan exfoliation yield dan
scalability
Metode
• Pada penelitian ini digunakan metode elektrokimia pada GQDs teroksidasi
yang memiliki struktur kristal kokoh dan gugus ikatan hidrofilik pada tepi.
• Menggunakan metode electrochemical exfoliation dengan anoda:
Polyacrylonitrile-based carbon fibre (PAN-CF), katoda: Ti, dan elektrolit:
larutan NH3H2O
• Setelah 12 jam PAN-CF dikelupas lalu elektrolit disaring dengan membran
milipore 0,1 μm.
• Dilakukan thermal decomposition pada hasil penyaringan untuk
mereduksi NH3
• Hasil akhir berupa endapan GQD berwarna cokelat.
Metode (Cont)
Exfoliation GNs
• Sonication-assisted exfoliation grafit di dalam dispersi GQDs
Grafit ditambahkan ke dispersi, dilanjutkan tip sonication (400W, 20 kHz) selama
30 – 120 menit pada temperatur ruang.
Kemudian dispersi disaring dengan membran milipore 0,1 μm.
• Pelepasan GQDs
Hasil penyaringan di redispersi lalu disaring lagi dan diulang beberapa kali.
Dilakukan redispersi akhir dengan akuades pada bath sonication selama 10
menit lalu di centrifuged dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit
Hasil dikeringkan dengan vacuum drying pada suhu 373K.
Hasil pengamatan SEM graphene nanosheets
Review Jurnal 2

Facile ball-milled synthesis of SnS2-


carbon nanocomposites with superior
lithium storage
Sintesis SnS2-Carbon ((SnS2/C-x (x=40, 50,
60wt %)) nanocomposites dari microsized tin
disulfide (SnS2, particle size<10µm, purity
99%) dan microsized graphite (C, particle
size<10µm) menggunakan metode ball
milling
Metode
• Bahan yang digunakan untuk sistesis nanocomposit menggunakan SnS2 berukuran mikro
< 10 µm dengan kemurnian 99 % dan graphite berukuran mikro dengan ukuran < 10 µm
yang dibeli dari Sinopharm Chemical Reagent Co., Ltd., China.
• SnS2 akan digiling untuk mereduksi besar partikel didalam vertical rotating ball mill
dengan kecepatan 400 rpm didalam planetary ball-mill machine (Fritsch P6, Germany)
selama 20 jam pada temperature ruang pada atmosfir argon dengan tekanan 100 kPa.
• Graphite yang berukuran mikro kemudian dimasukan kedalam stainless steel miling
container dan dicampur dengan SnS2 NPs dengan berat yang berbeda-beda (40 %, 50 %
dan 60 % graphite)
• Kemudian SnS2-C nanocomposites diproduksi pada mesin yang sama dengan waktu
penggilingan selama 20 jam dengan kondisi yang sama. Serbuk yang telah digiling
dihilangkan dari ball milling container dengan glove box yang diisi gas argon untuk
mendapatkan hasil akhir nanocomposite
Hasil
In the present work, a high
energy ball-milling method
isadopted to synthesize
SnS2-carbon
nanocomposites as
promising high-capacity
anode materials for
reversible lithium storage
Review Jurnal 3
Multifunctional Iron Oxide Magnetic
Nanoparticle for Biomedical Application

Penggunaan Besi Oksida Multifungsi


Magnetik Dalam Aplikasi Biomedis
Metode
• Menggunakan LaSis (Laser Ablation
System) dimana target material berada
didalam larutan suspensi yang kemudian
ditembak dengan sinar laser, titik dimana
target terkena sinar laser akan
terdisintegrasi menjadi nanoparticle
plasma yang kemudian melayang-layang
didalam larutan suspensi sebagai
nanoparticle dari material target
Tujuan
• Penggunaan nanoparticle iron oxide untuk deteksi dan
isolasi sel makrofag dalam aliran darah. Makrofag
bertugas memakan material asing dalam tubuh dan
dapat menjadi indicator jika ada yang tidak beres
dalam tubuh. Makrofag jumlahnya sedikit, sehingga
sulit untuk ditemukan. Metode yang biasa digunakan
untuk mendeteksi makrofag adalah dengan
menggunakan pigmen, namun tetap memakan waktu
yang lama. Penyuntikan larutan suspense yang
mengandung nanoparticle besi oksida merangsang
makrofag untuk memakan partikel nano tersebut
sehingga mereka dapat dideteksi dengan magnetic
observation dan diisolasi dari darah dengan
menggunakan neodymium magnet
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai