Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BIOSINTESIS NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN

Disusun Oleh :

Thimarhana Nusa Pratiwi (A1F015032)

Dosen Pembimbing :

i
KATA PENGANTAR

ii
ABSTRAK
Biosintesis nanopartikel emas telah dicapai melalui pengurangan larutan asam
kloroaurat dengan biomassa kering alga hijau eplitik air tawar, crisp Prasiola,
yang dikumpulkan dan ekosistem sungai ketinggian tinggi di negara bagian
Arunachal Pradesh, India. Nanopartikel yang disintesisi ditandai dengan difraksi
sinar-X serbuk(UV,XRD), miskroskop elektron transmisi (FT), FT-IR dan studi
DLS. Spektrum UV-Vis dari nanopartikel emas yang disintesis menunjukkan
resonansi plasmon permukaan (SPR) sekitar 535 nm setelah 12 jam. Pola bedak
XDR melengkapi bukti pembentukkan struktur kubik berpusat muka emas yang
memiliki ukuran kristal rata – rata 9,8 nm. Gambar TEM menunjukkan
nanopartikel menjadi bentuknya hampir bulat dengan ukuran berkisar antara 5-25
nm.
Kata kunci : nanopartikel emas, alga hijau, ekstrakseluler

ABSTRACT
Biosynthesis of gold nanoparticles has been achieved via reduction
of an aqueous chloroauric acid solution with dried biomass of a
freshwater epilithic green alga, Prasiola crispa, collected from a
high altitude river ecosystem in Arunachal Pradesh state, India. The
synthesized nanoparticles were characterized by UV–visible,
powder X-ray diffraction (XRD), transmission electron microscopy
(TEM), FT-IR, and DLS studies. The UV–visible spectrum of the
synthesized gold nanoparticles showed a surface plasmon resonance
(SPR) around 535 nm after 12 h. The powder XRD pattern furnished
evidence for the formation of face-centered cubic structure of gold
having average crystallite size 9.8 nm. The TEM images showed the
nanoparticles to be nearly spherical in shape with sizes in the range
of 5–25 nm.
Key word : gold nanoparticles, green alga, ekstraceluler

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR GAMBAR

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi berbasis


nano atau sering disebut dengan nanoteknologi. Nanoteknologi mengacu secara
luas pada aplikasi bidang sains dan teknologi dengan tema kendali tingkat
molekul dalam skala kecil 1 m, normalnya 1-100 nm. Nanoteknologi digunakan
pada berbagai bidang seperti ilmu farmasi, sains, aplikasi fisika, material dan
koloidal, kimia supramolekular, serta teknik mesin dan teknik listrik.
Nanoteknologi dapat dilihat sebagai perluasan sains ke dalam skala nano.
Nanoteknologi meliputi proses, pemisahan ,perubahan bentuk dari material oleh
satu atom atau satu molekul.

Salah satu bagian nanoteknologi yang merupakan aspek penting adalah


nanopartikel karena sudah diaplikasikan dalam berbagai hal. Sifat antibakteri
nanopartikel logam sangat menjanjikan karena besarnya perbandingan luas
permukaan dan volume. Nanopartikel telah digunakan dalam berbagai bidang
seperti medis, perbaiakan jaringan tubuh, gene delivery, drug delivery, optik,
mekanik, industri makanan, lingkungan, industri luar angkasa, perangkat optik,
dan masih banyak lagi .

Secara umum, sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan metode top -


down (fisika) dan metode bottom-up (kimia). Pada metode top-down, material
yang besar dipecah menjadi partikel yang lebih halus dengan berbagai teknik.
Sedangkan dalam metode bottomup, nanopartikel dapat disintesis dengan reduksi
garam logam menggunakan bahan kimia. Sintesis dengan metoda ini
menimbulkan kekhawatiran terhadap penggunaan bahan kimia karena sangat
beracun untuk lingkungan. Metode ini juga tidak efektif karena dapat
menyebabkan kerugian untuk sintesis nanopartikel skala industri.

Biosintesis nanomaterial menjadi pilihan alternatif yang menarik


dbandingkan dengan metode kimia dan fisika. Nanomaterial telah menciptakan

1
titik persimpangan antara nanoteknolgi dan bioteknologi yang menyebabkan
pengembangan bahan baru yang memiliki banyak pengaplikasiannya. Bebepara
peneliti telah menemukan sintesis sederhana untuk nanopartikel logam yang
memanfaatkan ekstrak biomaterial sebagai sumber agen reduksi. Biosintesis
nanopartikel oleh berbagai organisme laut telah ditinjau secara komprehensi. Di
antara nanopartikel metalik, nanopartikel emas saat ini sedang dalam penyelidikan
intensif karena penerapannya yang luas pada perangkat optoelektronik,
biosensor,dan katalisis.

Beberapa organisme seperti alga, bakteri,jamur, dan lain – lain telah


berhasil digunakan untuk biosintesis nanopartikel emas. Seperti Cyanobacteria da
ganggang hijau baru –baru ini terbukti mampu mensintesis nanopartikel emas.
Pengunaan rumput laut coklat, sargassum wightii, juga dapat mensintesisi
nanopartikel emas. Selain rumput laut mikroalga seperti diatom (Navicula atomus,
Diadesmis gallica) juga diketahui mampu menghasilkan nanopartikel emas dan
nanocompusites emas silika. Bioreduksi asam kloroga dengan ekstrak daun
geranium dan jamur endofiliknya, Colletotrichum sp, Menyebabkan pembentukan
nanopartikel emas dengan berbagai bentuk. Biosintesis Nanopartikel Au maupun
Ag menggunakan ekstrak jamur yang dapat dimakan, Volvariella Volvacea juga
tercatat.

Alga hijau air tawar, Crispy prasiola yang berada di ekosistem beriklim
sedang. Dianggap sebagai model untuk mensintesis, menggumpulkan dan
memetabolisme berbagai zat penyerapan UV yang disebut mycosporine seperti
asam amino (MAA) sebagai bagian keseluruhan untnuk mengurangi efek merusak
radiasi ultraviolet lingkungan (UVR). Dengan demikian penelitian ini dilakukaan
untuk biosintesis nanopartikel emas menggunakan alga hijau air tawar, P cripa,
yang berfungsi sebgai reduktan dan stabilizer. Nanopartikel emas yang telah
dibentuk akan dikarakterisasi dengan Ultraviolet-Visibel (UV-Vis), X-Ray
Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FT-IR), Delsa Nano S (DLS)
dan Transmission Electron Microscope (TEM).

2
1.2 Batasan Masalah
1. Alga hijau yang digunakan untuk penelitian adalah alga hijau, P crispa
yang dikumpulkan dari ekosistem sungai berilkim sedang dengan
ketinggian dari kabupaten kameng barat (90130’-92140’ bujur timur dan
26154’-28101’ lintang timur) negara bagian arunachal pradesh, India
Timur Laut
2. Konsentrasi asam kloroaurat yang digunakan (10-3M)
3. Karakterisasi nanopartikel emas menggunakan Spektrofotometri UV-Vis,
XRD, DLS, TEM, FT-IR,
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah seperti
berikut :
1. Apakah ekstrakselular menggunakan biomassa kering alga hijau air tawar,
P crispa dapat mensintesis nanopartikel emas?
2. Bagaimana karakteristik dari nanopartikel emas yang di hasilkan
menggunakan biomassa kering alga hijau air tawar, P crispa ?
3. Apa yang berfungsi sebagai penstabil dan zat pereduksi dari ekstrakselular
yang menggunakan biomassa kering alga hijau air tawar, P crispa ?
1.4 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah didapatkan lah tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Mempelajari proses sintesis nanopartikel perak dari biomassa kering alga
hijau air tawar P crispa
2. Memperlajari karakter dan bentuk nanopartikel emas
3. Mempelajari zat yang berfungsi sebagai pereduksi dan penstabil
nanopartikel emas
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi pada pengembangan proses
pembuatan nanopartikel emas yang menggunakan bioreduktor ekstrakselular dari
biomassa kering alga hijau air tawar P crispa.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Nanoteknologi
Nanoteknologi mendeskripsikan ilmu mengenai sistem serta pelaratan
yang berukuran nanometer. Nanoteknologi berkaitan dengan struktur materi yang
mempunyai dimensi permiliar (10−9 ). Nanoteknologi adalah suatu teknologi
yang dihasilkan dengan memanfaatkan sifat – sifat molukel atau suatu atom
apabila berukuran nanometer. Sebuah nanopartikel adalah suatu partikel
berukuran nanometer (nm).

2.1.1.1 Nanopartikel
Nanopartikel didefiniskan sebagai partikel yang memiliki ukuran 1-100
nm. Sifat dari suatu material akan berubah seiring dengan ukuran yang semakin
mendekati ukuran nano. Nanopartikel terkadangan memiliki sifat terlihat yang
tidak terduga karena dengan ukuran yang cukup kecil tetapi dapat
menghamburkan cahaya dibandingkan mengabsorpsinya. Nanopartikel dapat
dibuat dengan metode kimia ataupun metode fisika. Metode fisika (top down)
yaitu dengan cara memecah padatan logam menjadi partikel – partikel kecil
berukuran nano. Sedangkan metode kimia yang dilakukan dengan reaksi kimia
yang menyebabkan ukuran dari partikel atom dari prekursor yang dhasilkan bisa
berukuran nano. Ion -ion logam yang dapat dijadikan nanopartikel seperti logam
Au, Pt, Ag, Pd. Sedangkan contoh dari zat pereduksi adalah natrium sitrat (
𝑁𝑎3 𝐶6 𝐻5 𝑂7).

2.1.1.2 Nanopartiek Emas

Nanopartikel metalik saat ini yang menjadi penelitiian intensif adalah


nanopartikel emas karena dalam penerapannya yang luas pada perangkat
optoeloktronik, biosensor dan katalisis. Terbentuknya nanopartikel emas dengan
ditandai perubahan warna menjadi merah dan analisis pada spektrofotometer UV-
Vis akan terbentuk puncak serapan maksimal 510-560 nm(Sharma et al.,
2014)Nanopartikel emas dapat diproduksi menggunakan metode kimia yang
beragam diantaranya adalah reduksi kimia, fotokimia, dan sonokimia, namun

4
produksi nanopartikel yang ramah lingkungan mulai gencar dikembangkan.
Biosintesis dengan metode reduksi dalam preparasi nanopartikel emas merupakan
suatu metode dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai agen pereduksi.
Mikroorganisme yang digunakan adalah jamur, khamir, dan bakteri. Pada proses
sintesis nanopartikel dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur,
kecepatan pengadukan, zat penstabil, pH larutan dan konsentrasi. Faktor-faktor
tersebut menentukan ukuran dari partikel emas yang dihasilkan.

2.1.2 Biosintesis Nanopartikel

Biosintesis merupakan metode pembuatan partikel nano dari suatu logam


yang menggunakan pereduksi yang berasal dari tanaman. Prinsip biosintesis
dengan metode reduksi dalam preparasi nanopartikel ialah memanfaatkan
tanaman dan mikroorganisme seperti bakteri dan khamir sebagai pereduksi.
Biosintesis nanopartikel oleh berbagai organisme laut telah ditinjau secara
komprehensi(Sharma et al., 2014) Di antara nanopartikel metalik, nanopartikel
emas saat ini sedang dalam penyelidikan intensif karena penerapannya yang luas
pada perangkat optoelektronik, biosensor,dan katalisis.
Beberapa organisme seperti alga, bakteri,jamur, dan lain – lain telah
berhasil digunakan untuk biosintesis nanopartikel emas. Seperti Cyanobacteria da
ganggang hijau baru –baru ini terbukti mampu mensintesis nanopartikel emas.
Pengunaan rumput laut coklat, sargassum wightii, juga dapat mensintesisi
nanopartikel emas. Selain rumput laut mikroalga seperti diatom (Navicula atomus,
Diadesmis gallica) juga diketahui mampu menghasilkan nanopartikel emas dan
nanocompusites emas silika. Bioreduksi asam kloroga dengan ekstrak daun
geranium dan jamur endofiliknya, Colletotrichum sp, Menyebabkan pembentukan
nanopartikel emas dengan berbagai bentuk.

2.1.3 Karakterisasi Nanopartikel

2.1.3.1 Spektrofotometri UV-Vis


Menganalisis kadar suatu logam dalam suatu sampel ada beberapa analisis
yang dapat digunakan, salah satunya untuk analisis sampel berwarna adalah
metode spektrofotometri sinar tampak. Dalam penggunaan dewasa ini, istilah

5
spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi cahaya
oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi,
demikian pula pengukuran pengabsorpsian yang menyendiri pada suatu panjang
gelombang tertentu.
Spektrofotometri adalah metode dengan alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorpsi, jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Pada spektrofotometri UV-Vis terjadi interaksi cahaya sinar tampak dengan
suatu larutan berwarna yang menyerap sinar tampak (yang dipancarkan), sehingga
sampel yang akan dianalisis harus dalam bentuk larutan berwarna (Hendayana,
1994). Suatu zat memiliki warna karna adanya proses penyerapan sinar tampak.
Warna yang dapat diamati oleh mata telanjang adalah warna komplementer dari
sinar tampak yang diserap oleh suatu zat. Misalnya zat/objek menyerap sinar
tampak merah maka warna kompelenternya adalah hijau, jadi warna yang dapat
diamati dengan mata telanjang adalah warna hijau. Pada tabel 2.1 dapat diamati
spektrum cahaya tampak dan warna-warna komplementernya.

Tabel 2.1 Spektrum cahaya tampak dan warna-warna komplementer


panjang
gelombang (nm) warna yang diserap warna yang diamati
410 Violet kuning hijau
430 Biru Violet Kuning
480 Biru Jingga
500 Hijau Biru Merah
530 Hijau Merah ungu
560 Kuning Hijau Violet
580 Kuning Biru Violet
610 Jingga Biru
680 Merah Hijau Biru
720 Merah Ungu Hijau
(Day dan Underwood, 2002).

2.1.3.2 XRD

6
X-Ray Difraction (XRD) merupakan suatu teknik pengujian yang
digunakan untuk menetukan unsur dan senyawa kimia, struktur kristal, parameter
kisi , voleme kisi dan lain-lainTeknik mengujian ini tidak merusak material yang a
kan diuji maupun manusia.

2.1.3.3 TEM

TEM (Transmission Electron Miscroscopy) adalah teknik mikroskop


dimana elektron ditransmisikan melalui specimen ultra tipis, berinteraksi dengan
specimen dan dilewatkan. Gambar terbentuk dari interaksi antara transmisi
elektron melewati specimen, gambar dibesarkan dan fokus pada alat
penggambaran. Analisis TEM dapat melihat perbesaran dengan resolusi tinggi
diatas 500.000 kali. Analisis ini dapat melihat perbesaran hingga kristal atau pun
kolom atom suatu molekul.

2.1.3.4 DLS

DLS (Dinamyc Light Scattering) yang memanfaatkan hamburan


inframerah. DLS disebut juga sebagai Spektrofotokopi Kolerasi Foton. Hamburan
inframerah ditembakkan oleh alat ke sampel sehingga akan bereaksi menghasilkan
gerak Brown (gerak acak dari koloidal partikel yang sangat kecil dalam cairan
akibat dari benturan dengan molekul – molekul yang ada dalam zat cair). Semakin
kecil ukuran partikel, maka gerak brown semakin cepat. Ukutan yang diukur
dengan DLS yaitu diameter dari lingkaran partikel yang terdifusi dengan
kecepatan yang sama pada saat pengukuran. Kecepatan fluktuasi intensitas
tertentu tergantung pada ukuran partikel. Analisa distribusi ukuran pada partikel
berdasarkan pada ukuran maksimum yang dihasilkan dalam persentase volume
sampel tertentu(Napsah & Wahyuningsih, 2014)

2.1.3.5 FT-IR

FTIR ( Fourier Transform Infrared) merupakan metode analisa dengan


memanfaatkan spektroskopi sinar infrared yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kandungan gugus kompleks pada senyawa dengan melihat ikatan
– ikatan yang dihasilkan. Pada FTIR radiasi infrared ditembakkan pada sampel.

7
Sebagian dari radiasi infrared diserap oleh sampel dan sebagian lainnya
diteruskan. Frekuensi dari suatu vibrasi akan menentukan spectrum yang
dihasilkan dengan penggambarkan transmitan. Darsi spectrum inilah dilhat ikatan
– ikatan apa saja yang berubah maupun yang dihasilkan dari sampel(Krisnawan,
2009)

2.1.4 Alga Hijau Air Tawar Prasiola Crispy

Prasiola adalah genius yang menarik secara ekologis karena


kemampuannya tumbuh secara subseari pada berbagai substrata keras, seringkali
beberapa meter diatas permukaan laut. Sebagai konsekuensi hidup dibawah
kondisi terestrial, Prasiola mengalami amplitudo terkuat dari semua parameter
lingkungan yang berlaku termasuk UV, dan karenanya spesie genus telah
mengembangkan berbagai mekanisme perindungan morfologi, fisiologi dan
biokimia seperti dinding sel tebal sebagai ukuan melawan dehidrasi(Holzinger,
Karsten, Lütz, & Wiencke, 2006). Crispa prasiola adalah alga yang hidup di
ekosistem beriklim sedang. Spesies ini dianggap sebagai model untuk
mensintesis, menggumpulkan dan memetabolisme berbagai zat
penyerap UV yang disebut mycosporine seperti asam amino (MAA)
sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk mengurangi efek
merusak dari radiasi ultraviolet lingkungan(Sharma et al., 2014).
Kandungan protein didalam alga hijau, P crispa adalah sebagai
bioreduktsi dan penstabil dari annaopartikel emas.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Nanopartikel emas dapat diproduksi menggunakan metode kimia yang


beragam diantaranya adalah reduksi kimia, fotokimia, dan sonokimia (Chou &
Lu; 2008), namun produksi nanopartikel yang ramah lingkungan mulai gencar
dikembangkan. Biosintesis dengan metode reduksi dalam preparasi nanopartikel
emas merupakan suatu metode dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai
agen pereduksi. Mikroorganisme yang digunakan adalah jamur, khamir, dan
bakteri (Irdhawati & Taufantri, 2016)

8
2.3 Hipotesis

1. Apakah ekstrakseluler dari alga hijau P crispa bisa mensintesis nanopartikel


emas ?

9
2.4 Kerangka Berfikir

Nanopartikel Metalik
Penggunaan Nanopartikel sudah
dalam penelitian
sangat banyak dalam kehidupan.
intensif

Nanopartikel Nanopartikel
Emas Perak

Pembuatan nanopartikel menggunakan metode


fisika dan kimia masih banyak kekurangan dan
terlalu mahal

Dibutuhkan alternatif dalam sintesis


nanopartikel yang ramah lingkungan

Biosintesis nanopartikel metode


pembuatan alternatif

Biosintesis Biosintesis
nanopartikel nanopartikel
dengan tumbuhan dengan
mikroorganisme

Biosisntesis nanopartikel ems


menggunakan ekstrakselular alga
hijau,P Crispa

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bahan

Alga hijau, P crispa yang dikumpulkan dari ekosistem sungai berilkim sedang
dengan ketinggian dari kabupaten kameng barat (90130’-92140’ bujur timur dan
26154’-28101’ lintang timur) negara bagian arunachal pradesh, India Timur Laut,
Air tawar, Air suling, Asam Kloroaurat

3.2 Alat
Mortir kaca, spektrofotometer UV( UV Shimadzu 1601), XRD (Difraktometer
sinar-X Bruker AXS D8-Advance) , TEM, DLS menggunakan Delsa Nano
S,Beckman Coulter, AS. FT-IR( Spektrometer Shimadzu varian 4300 pada pelet
KBr).

3.3 Prosedur percobaan


3.3.1 Persiapan Ekstrakseluler alga hijau, P crispa
Spesies alga dibersihkan dengan air tawar selanjutnya dengan air
suling, kemudian dikeringkan selama seminggu. Setelah kering
kemudian digiling dalam mortir kaca.
3.3.2 Biosintesis nanopartikel emas
1. 1 g bubuk alga kering ditambahkan kelarutan asam kloroaurat 100 ml
(10-3 M) dan diaduk selama 12 jam.
2. Perubahan warna diamati serta pencatatan sepktrum UV-visible,
perubahan warna yang diinginkan yaitu dari larutan kuning terang
berubah menjadi ungu menunjukkan adanya pembentukan emas
koloid.
3. Supernatan yang mengandung partikel nano emas dikumpulkan
dengan sentrifugasi pada 10.000 rpm.
4. Biomassa hijau yang sarat dengan nanopartikel emas itu dicuci
berulang kali dengan air suling ganda dan dikeringkan.
3.3.3. Karaterisasi nanopartikel

11
Spektrum penyerapan direkam pada spektrofotometer UV Shimadzu
1601, Pengukura XDR dilakukan pada sebuah difraktometer sinar-X
bruker AXS D8-Advance dengan Cu-kɑ radiasi (𝝺 1.5481 Å) dengan
Kecepatan memindai 21/menit. Kisi – kisi TEM disiapkan
dengan menggunakan beberapa tetes partikel nano yang
diikuti pengeringan. Distribusi ukuran partikel ditentukan
oleh teknik hamburan cahaya dinamis (DLS) menggunakan
Delsa Nano S, Beckam Coulter As. Spektrum FT-IR dicatat
pada spektrometer Shimadzu Varian 4300 KBr.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Nanopartikel emas yang dibuat melalui biosintesis dengan bioreduktor


larutan asam kloroaurat dengan biomassa kering dari alga hijau, P.cripsa.
nanopartikel yang disintesis itu ditandai dengan penelitian UV-
visible,XRD,TEM,DLS, dan FT-IR. Nanopartikel emas menunjukan SPR sekitar
510-560 nm.

Gambar 1. Spekrtum UV-Vis tergantung waktu dari nanopartikel


emas. (A) Larutan asam kloroaurat dan (B) larutan
emas Koloid

Spektrum UV-Vis terlihat tergantung waktu dari


nanopartikel emas yang disintesis menunjukkan pita SPR sekitar
530 nm setelah 1 jam yang merah bergeser dan muncul sekitar
535 nm stelah 12 jam. Pergeseran merah ini seiring dengan
meningkatnya intensitas SPR yang stabil dengan jelas
menunjukkan bahwa ukuran dan hasil nanopartikel secara
bertahap meningkat seiring waktu. Pada gambar menunjukkan
perubahan warna dari kuning muda ke ungu. Nanopartikel yang
disintesisi ditutupi dengan biomolekul terdispersi dengan baik
dalamlarutan dan cukup stabil (sampai 3 bulan) seperti yang

13
ditunjukan oleh referensi warna ungu dari larutan dan posisi pita
SPR stabil.
Selanjutnya karakterisasi nanopartikel Emas menggunakan XRD
didapatkan sebagai berikut :

Gambar 2. Pola XRD nanopartikel emas


Pola XRD dari biomassa hijau menunjukkan lima fraksi
terluar pada 2θ¼ 38.621, 44.721, 65.021, 77.841, and 81.901 yang sesuia
dengan bidang (111),(200),(220),(311) dan (222) dari struktur kubik emas
berpusat muka (kelompok ruang (Fm3m, JCPDS file No.89-3697). Tidak ada
puncak yang disebabkan oleh kotoran yang diamati. Difraksi difarksi yang
luas dengan jeas menunjukkan ukuran kristal yang dikurangi. Ukuran kristal
rata – rata yang diperkirakan oleh formula Debye-Scherrer menggunakan
Gaussian fit Ditemukan 9,8 nm.
Selanjutnya karakterisasi nanopartikel emas menggunakan
TEM yang disiapkan dengan menggunakan beberapa tetes
partikel nanoperalatan didapatkan hasil sebagai berikut:

14
Gambar 3. Gambar TEM
Dari gambar EM yang dihasilkan, menunjukkan bahawa
nanopartikel emas yang disintesis hampir berbentuk bola dengan
ukuran berkisar antara 5-25 nm. Citra HRTEM menunjukkan
garis kisi antara dua bidang yang berdekatan menjadi 0,233 nm
yang sesuai dengan pemisahan antarplanar dari bidang (111)
struktur kubik emas berpusat muka. Pola difraksi elektron (ED)
menunjukkan sifat polikristal dari bahan yang disintesis.
Karakterisasi nanopartikel emas selanjutnya dilakukan
dengan studi DLS. Didapatkan hasil sebgai berikut :

Gambar 4. Grafik DLS

15
Intensitas diferensial yang terkait dengan distribusi ukuran partikel nanopartikel
emas diperoleh dari studi DLS. Diameter partikel rata – rata dengan diameter rata
– rata kumulatif masing – masing ditentukan 10.078,6 nm dan 30,1 nm. Ukuran
partikel yang lebih besar dan lebih banyak polydispersitas yang diamati pada studi
DLS dibandingkan TEM dikaitkan dengan fakta bahwa ukuran terukur termasuk
juga biomaterial yang mencakup permukaan nanopartikel emas.

Karakterisasi terakhir untuk nanopartikel emas ini dapat menggunakan FTIR, dan
didapatkan hasil dari FTIR sebgai berikut :

Gambar 5. Grafik FTIR

Spetrum FT-IR dari biomassa hijau kukus yang dikeringkan menunjukkan


pita pada 3191 dan 1150 𝑐𝑚−1 karena geteran peregangan N-H dan C-N dari
amina alifatik primer. Band pada 2925 𝑐𝑚−1 muncul karena peregangan C-H, dan
pada 1650 dan 1415 𝑐𝑚−1 sesuai dengan amida | polipeptida dan perataan
simetris kelompok karboksilat dalam residu asam amino dari molekul protein.
Band pada 996 dan 810 𝑐𝑚−1 dapat ditugaskan ke peregangan C-O-C dan
perkembengkokan N-H diluar pesawat masing – masing. Ini memberikan indikasi
yang jelas akan adanya protein dan molekul organik lainnya dalam bahan yang
mungkin dihasilkan oleh P.crispa secara ekstrakseluler. Jadi molekul protein yang
tertutup permukaan memberikan stabilitas dan mencegah aglomerasi nanopartikel.
Bioreduksi asam kloroaurat oleh ganggang dapat terjadi intraseluler atau
ekstraseluler. Warna hijau dari biomassa alga tidak berubah bahkan setelah

16
bioreduktsi lengkap, mengesampingkan jalur intraseluler. Bioreduksi disini
diperkirakan mengikuti jalur ekstrakseluler seperti yang ditunjukkan oleh warna
ungu larutan dan juga munculnya pita serapan sekitar 535 nm. Pemanfaatan
ekstrak tumbuhan untuk sintesis struktur nano emas cukup banyak dimana –
mana. Dalam banyak penelitian semacam itu, air bertanggung jawab untuk
pengurangan bio diperoleh pada kondisi mendidih. Bakteri anaerobik, alga
Shewanella, telah digunakan unuk mengakses nanopartiekl emas dimana gas
hidrogen bertindak sebagai donor elektron. Ekstraksi biosintesis ekstraseluler
nanopartikel emas monodispersi oleh aktinomiset, thermomonospora sp, juga
tercatat. Namun, dibutuhkan waku hampir 120 jam untuk bioreduksi secara
sempurna. Sebagai perbandingan, sintesis ini dilakukan pada suhu kamar dan
melibatkan waktu yang jauh lebih rendah tanpa butuh agen pereduksi eksternal.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Proses biosintesis Ekstrakseluler menggunakan biomassa kering alga hijau air
tawar, P cripsa, menghasilkan nanopartikel yang sangat stabil, tanpa
menggunakan zat pereda eksternal. Molekul protein yang ada di alga berfungsi
dua kali lipat sebagai zat pereduksi dan penstabil. Strategi saat ini adalah facile,
satu langkah dan ramah lingkungan untuk sintesis berskala besar nanopartikel
emas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Holzinger, A., Karsten, U., Lütz, C., & Wiencke, C. (2006).


Ultrastructure and photosynthesis in the supralittoral green
macroalga Prasiola crispa from Spitsbergen (Norway) under UV
exposure. Phycologia, 45(2), 168–177.
https://doi.org/10.2216/05-20.1

Irdhawati, I., & Taufantri, Y. (2016). SINTESIS DAN


KARAKTERISASI GRAFENA DENGAN METODE
REDUKSI GRAFIT OKSIDA MENGGUNAKAN
PEREDUKSI Zn. Jurnal Kimia VALENSI, 2(1), 17–23.
https://doi.org/10.15408/jkv.v2i1.2233

Krisnawan, A. (2009). Karakterisasi Sampel Paduan Magnesium Jenis


Az9 1D Dengan Berbagai Variasi Waktu Milling Menggunakan
X-Ray Fluoresence ( Xrf ) Dan X-Ray Difraction ( Xrd )
Program Studi Fisika Universitas Islam Negeri.

Napsah, R., & Wahyuningsih, I. I. S. (2014). Preparasi nanopartikel


kitosan-tpp/ ekstrak etanol daging buah mahkota dewa (, 11(1),
7–12.

Sharma, B., Purkayastha, D. D., Hazra, S., Gogoi, L., Bhattacharjee,


C. R., Ghosh, N. N., & Rout, J. (2014). Biosynthesis of gold
nanoparticles using a freshwater green alga, Prasiola crispa.
Materials Letters, 116, 94–97.
https://doi.org/10.1016/j.matlet.2013.10.107

19

Anda mungkin juga menyukai