Anda di halaman 1dari 3

Aplikasi Kromatografi Partisi

 Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas
karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang
dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom.
Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel
diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes
demi tetes dari atas kolom.
Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut
yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut
akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang.
Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada
koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan
membentuk beberapa lapisan.
Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan
spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan
berikut.
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).
 Kromaografi partisi dapat juga digunakan dalam kromatografi kertas, berikut beberapa
contoh kromtografi kertas menggunakan metode partisi :
1. Untuk memisahkan dan mengidentifikasi asam amino.
Langkah langkah pemisahn dan identifikasi asam amino mengguakan metode
partisi yaitu :
• Pembuatan larutan pengemulsi (fase gerak)

25 ml n-Butanol + 6 mL Asetat
glasial + 25 mL Akuades

• Dicampur sambil dikocok


• Ditempatkan dalam lemari kromatografi
• Dijenuhkan dengan uapnya
Eluen

 Menentukan komponen Asam amino


Kertas Kromatografi
(4x10) cm batas bawah sebesar 1 cm, batas atas 0,5 cm
• Dibuat
• Dioven ± 5 menit
• + 1 tetes 3 macam larutan standart (A, B, C) melalui pipet kapiler
dimana jarak tiap sampel sebesar 1 cm
• Diteteskan satu sampel pada KLT (S)
• Dioven selama ± 5 menit

Plat KLT yang sudah


ditetesi sampel
Plat KLT yang sudah ditetesi sampel

• Dimasukkan dalam lemari kromatografi yang sudah berisi eluen


• Diamati proses kromatografi
• Dikeluarkan dari lemari kromatografi setelah eluen
Noda yang tidak berwarna pada KLT

• Dioven 5 menit pada suhu 105 -100°C


• Disemprot dengan ninhidrin
Noda yang tidak berwarna pada KLT
• Diletakkan dibawah sinar UV
• Ditentukan batas atas luen
• Dilingkari jarak tempuh sampel
• Dihitung harga RF

Harga RF tiap asam amino

Pemisahan asam amino dengan cara kromatografi kertas disebabkan adanya


perbedaan koefisien partisi antara air dan pelarut organik. Perbedaan koefisien partisi
menunjukkan perbedaan laju rambatan pada permukaan kertas dari air dan pelarut
organik yang merambat secara perlahan.
Fase air akan tertahan dengan kuat di pori-pori kertas karena adanya interaksi
yang kuat antara air dengan gugus hidroksil dari selulosa kertas saring. etika kertas
kromatografi yang telah ditotolkan sampel asam amino, maka akan terjadi pemisahan,
dimana pelarut organik merambat ke atas melalui kapiler kertas mengangkut
campuran asam amino yang ada ditotolkan pada kertas kromatografi. Asam amino
yang paling larut di dalam pelarut organik, akan diangkut paling cepat dan asam
amino yang paling kurang larut akan tertinggal paling bawah.
Molekul-molekul nonpolar dalam campuran akan memiliki sedikit interaksi
dengan molekul-molekul air dan molekul-molekul yang melekat pada selulosa, dan
karena akan menghabisakan banyak waktunya untuk larut dalam pelarut yang
bergerak. Maka sampel yang paling atas merupakan sampel yang paling larut dalam
pelarut yang artinya bersifat paling non polar dibandingkan sampel asam amino
lainnya. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak sepanjang kertas diangkut oleh
pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang relativ tinggi.
2. Untuk memisahkan Untuk memisahkan dan mengidentifikasi karbohidrat
3. Untuk memisahkan dan mengidentifikasi alkaloid.
4. Untuk memisahkan dan mengidentifikasi glikosida
 Metode kromatografi dapat juga diaplikasikan dalam kromatografi lapis tipis
Contoh aplikasi lapis tipis menggunakan metode partisi yaitu dengan
menggunakan fase diam berupa Serbuk selulosa dengan fase gerak berupa asam
amino, nukleotida, karbohidrat,gula, alkohol, asam karboksilat, asam lemak. Proses
pembuatan fasa diam lapis tipis dilakukan dengan cara membuat serbuk halus menjadi
bubur berair lalu ditebarkan pada papan penyangga. Proses penebaran dapat dilakukan
dengan cara penuangan, pencelupan, pembentangan, atau penyemprotan.
Untuk membantu pelekatan lapis tipis tersebut pada papan penyangga perlu
ditambahkan zat pengikat seperti gips, barium sulfat, polivinil alkohol, atau kanji.
Untuk menghindari penyerapan air kembali, maka lapisan tipis dapat disimpan dalam
desikator. Fasa gerak yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis sering disebut
dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya
merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan
perbandingan tertentu. Eluen dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen
sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai