Kelompok 6
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCA SAKTI
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas Berkah,
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah
Kimia Bahan Alam Laut mengenai Alkaloida.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Kimia Bahan Alam Laut. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Alkaloid bagi pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata Kimia Bahan Alam
Laut yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi perbaikan makalah ini.
Penulis
Kelompok 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di Negara ini (Rahmawan, 2008 dalam Aksara,
tertinggi kedua di dunia setelah Brazil, Indonesia dikenal terdapat lebih dari 20.000
jenis tumbuhan obat. Namun baru 1.000 jenis saja yang sudah di data, sedangkan
baru sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional (Arief,
tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa bahan alam hayati yang memegang
peranan penting dalam pemanfaatan zat kimia berkhasiat. Hal ini didukung oleh
penelitian ilmiah, sehingga secara fungsional tidak lagi dipandang sebagai bahan
Penggunaan senyawa bahan alam sebagai obat bukan hal baru, sejak manusia ada
menggunakan senyawa bahan alam secara turun temurun dan dipergunakan sampai
sekarang. Berbagai tumbuhan liar maupun yang dipelihara secara tradisional dapat
dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid (Wink, 2008). Alkaloid dapat
ditemukan pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji, daun, ranting, akar dan
kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
fungsinya dalam tumbuhan hampir sama. Menurut Liebig hai ini disebabkan karena
1.3 Manfaat
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Alkaloid
Br Br
N N
H H
(4.3)
Suatu bisindol (4.37) telah diisolasi dari alga biru-hijau Rivularia firma
dilaporkan bersifat anti-inflamasi. Dragmacidin (4.38) ditemukan pada spons
Dragmascidon sp bersifat toksit terhadap P388 dengan IC50 3,7 μg/ml dan juga
terhadap paru-paru A549, usus besar KCT-8 dan sel payudara MDAMB dengan IC50
1-10 μg/ml. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh dragmacidon A (4.39) diisolasi
dari spons Pasifik Hexadella sp. dikumpulkan dari pantai Inggris-Columbia, bersifat
sitotoksik terhadap sel L1210 dengan ID50 10 μg/ml.
H
N
Br
Br
Br
Br
N
H
(4.37)
H R1
N
H H
N N
O
R2 NH
(4.40) : R1 = R2 = H
(4.41) : R1 = OH, R2 = H
(4.42) : R1 = OH, R2 = Br
Fascaplisin (4.44) sebagai pigmen merah darah yang diperoleh dari spons Fiji
Fascaplysinopsis sp. Fascaplisin, menunjukkan sifat antimikroba dan sitotoksik.
Citorellamin (4,45) dilaporkan aktif terhadap sel L1210 dengan IC50 = 3,7 μg/ml
(Roll et al 1985). Citorellamin merupakan alkolid disulfida simetris yang ditemukan
pada tunika Polycitorella mariae dilaporkan pula memiliki sifat aktif terhadap
berbagai mikroorganisme.
Br
Cl
H2
S N NH
HN N S
H2
Cl
(4.45)
Br
β-Karbolin termasuk turunan alkaloid triptofan yang banyak ditemukan pada bahan
alam laut. Pada Riterella sigilinoides telah dilaporkan sejumlah alkaloid eudistomin
antara lain eudistomin B (4.46), C (4.47) dan D (4.48). Eudistomin B-C dilaporkan
toksik terhadap sel L1210 (IC50 = 3,4; 0,36 dan 2,4 μg/ml) dan sel L5178Y (IC 50 =
3,1; 0,42 dan 1,8 μg/ml) sedangkan eudistomin K dilaporkan sangat aktif terhadap
P388. Dari Eudistoma juga telah ditemukan eudistomin tetrasiklik yaitu eudistomin
E (4.49), K (4.50) dan L (4.51) ketiganya memiliki aktivitas antimikroba, anti virus
yang sangat kuat.
Br
Br
HO
N
CH3
N N
H
H2N N
H
H2N
(4.46) S-CH3
(4.47)
CH3
R1
HO Br
O
N
R2
N
N S
R N
CH3
3 H
H2 N
(4.49) : R1 =Br, R2 = OH, R3 = H
(4.48)
(4.50) : R1 = H, R2 = H, R3 = Br (4.51) :
R1 = H, R2 = Br, R3 = H
struktur pirolinil-β-karbolin.
HO
N
Br Br N
N
H N
NH H
N
(4.52) Br (4.53)
N
N
H
HO N
(4.53)
Pada kulit tanaman Okinawa Eudistoma glaucus telah ditemukan pula
turunan eudistomin A (4.53), senyawa ini menunjukkan aktivitas antagonis
kalmodulin yang kuat dan merupakan antagonis kalmodulin pertama berasal dari
laut. Senyawa ini sekitar 15 kali lebih kuat dari W-7, sebuah antagonis kalmodulin
terkenal. Telah dilaporkan pula bahwa eudistomin-B dapat berfungsi menghambat
Na+, K+ ATP-ase, tetapi mengaktifkan ATP-ase oktomiosin, sedangkan eudistomin-
C menunjukkan aktivitas antagonis kalmodulin
Chartelline A (4.54) adalah β-laktam alkaloid indol yang unik, menunjukan sifat
sitotoksisitas secara in vitro terhadap KB, dan sel PS, telah diisolasi dari Chartella
papyraceayang dikumpulkan di perairan utara Inggris.
Cl
H
O N Br
Br
Br CH3
N CH3
Br
(4.54)
NCH3
Isopren NCH3
Br N Br N
H
H
(4.56)
(4.55)
(O)
(
O
)
H
HO
O
N
CH3
CH3 O
N O
B N
H
Br N r
H (4.58)
(4.57)
Grossularin-1 (4.59) dan grossularin-2 (4.60) dapat pula digolongkan
kedalam kelompok alkaloid indol karena struktur memiliki unit-unit indol. Keduanya
telah diisolasi daritunika Dendrodoa grosularia (Guyot 1989), toksit terhadap sel
L1210 (IC50 = 4 μg/ml), juga sangat toksit terhadap tumor usus besar dengan nilai
IC50 = 0,001 μg/ml
N(CH3)2
N(CH3)2
N NH
N NH
O
O
N N
H
N
N
H
H
(4.59) OH
(4.60)
N N
N N
H H H H
HOH HOH
N N
N H
H C N
l
(4.61) (4.62)
N
N R
N
H H
N
H
H OH
N N
(4.64) : R = H
(4.63)
O (4.65) : R = OH
N
N
H
O
N
N (4.66)
CH3
R2 N
N
N
(4.67) : R1 = CH3, R2 = H
(4.68) ; R1 = H, R2 = H (4.70)
(4.69) ; R1 = H R2 = CH3
H3C R
H3 C S-CH3
N
N
O
O
H2N N H2N N
X Cl
(4.72) ; R = SCH3, X = Cl
(4.73) : R = SCH3, X = H (4.71)
(4.74) ; R = H, X = Cl
(4.76); R = H
(4.75) (4.77); R = CH3
O O
N
HO3S N
HO
O
N
O H
O
O O
(4.78)
(4.79)
CH3
N NH2
N
COOH
HO
COOH
NH
OH
(4.80)
OH
HN
HO
(4.89)
(4.93) = R1 = R2 = H
(4.94) = R1 = R2 = OH
(4.97)
(4.98)
(4.99) (4.100)
Biard melaporkan hasil isolasi dan elusidasi struktur dari alkaloid laut
lepadiformine (4.101) dari bagian kulit tanaman laut Clavelina lepadiformis pada
tahun 1994 dan kemudian dari C. moluccensis. Lepadiformine menunjukkan
aktivitas sitotoksik terhadap berbagai lini sel tumor. Baru-baru ini, ditemukan bahwa
lepadiformine sangat aktif in vivo dan in vitro dalam sistem kardiovaskular. Struktur
lepadiformine ditentukan berdasarkan analisis luas spektral. Baru-baru ini,
Kibayashi et al., melaporkan total sintesis dari (-) lepadiformine.
Asmarines A (4.102) dan B (4.103) diisolasi dari ekstrak etil asetat spons
laut Raspailia sp.yang dikumpulkan dari invertebrata laut pada Laut Merah.
Alkaoilds ini menunjukkan aktivitas sitotoksik kuat terhadap empat baris sel kanker
manusia. Struktur asmarine A dipastikan dengan analisis difraksi sinar-X. Sintesis
total alkaloid ini baru-baru ini telah dicapai.
(4.101)
(4.102)
(4.103) = 5’ Epi
(4.104)
Senyawa (4.105) diisolasi sebagai padatan optik aktif setelah pemisahan
berulang pada kromatografi. Rumus molekul senyawa ditentukan sebagai C 32H51N2O
oleh HR-FABMS (m/z 479,40007, calcd 479,40014). Rumus molekul menunjukkan
adanya sembilan derajat ketidakjenuhan.
(4.105) = m = 2, n = 3
(4.106) = m = 1. n = 3
(4.107) = m = 1, n = 4
(4.108) = m=1 n=5
(4.109) = m = 2, n = 5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Sebagian besar
dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid (Wink, 2008). Alkaloid dapat
ditemukan pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji, daun, ranting, akar dan
kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan
3.2 Saran
Berikut saran kami dari penulisan makalah ini adalah perlu dilakukan
pendelaman pengetahuan mengenai Alkaloid.
DAFTAR PUSTAKA
Akee R.K., Carroll T.R., Yoshida W.Y., Scheuer P.J., Stout T.J., Clardy J. 1990. Two
Imidazole Alkaloids From The Marine Sponge. J. Org. Chem. 55:1944– 1946.
Anderson RJ, Wolfe MS, Faulkner DJ. 1974, Autotoxic Antibiotic Production By A
Marine Chromobacterium. Mar Biol. 27:281–285.
Berlinck, R.G.S.; Britton, R.; Piers, E.; Lim, L.; Roberge, M.; Moreira da Rocha, R.;
Andersen, R.J. 1998, Granulatimide and Isogranulatimide, Aromatic Alkaloids with
G2 Checkpoint Inhibition Activity Isolated From The Brazilian Ascidian Didemnum
granulatum: Structure Elucidation and Synthesis. J. Org. Chem. 63, 9850-9856
Biard, J. F.; Guyot, S.; Roussakis, C.; Verbist, J. F.; Vercauteren, J.; Weber, J. F.;
Boukef, K. 1994, Tetrahedron Lett. 35, 2691.
Carmely S., Ilan M., Kashman Y. 1989. 2-Amino Imidazole Alkaloids From The
Marine Sponge Leucetta chagosensis. Tetrahedron Lett. 45:2193–2200.
Copp B.R., Blunt J.W., Keyzers R.A., Munro M.H.G and Pannell, L.K., 1989. A
Biologically Active 1,2,3-Trithiane Derivate From The New Zealand Ascidian
Aplidium sp. D. Tetrahedron Lett. 30(28):3703–3706.
El Sayed, K. L., Kelly, M., Kara, U. K., Ang, K. H., Katsuyama, I., Dunbar, D.C., Khan, A.
A., and Hamann, M.T., 2001, New Manzamine Alkaloids With Potent Activity Against
Infectious Disease, J. Am. Chem. Soc., 123, 1804 - 1808.
Ichiba, T.; Sakai, R.; Kohmoto, T.; Saucy, G.; Higa, T. 1988, Tetrahedron Lett. 29, 3083-3086.
Roll, D.M., Ireland, C.M., Lu, H.S.M., Clardy, J. 1985, Fascaplysin, An Unusual
Antimicrobial Pigment From The Marine Sponge Fascaplysinopsis sp. J. Org. Chem. 53,
3276-8.
Kobayashi, J., Murayama, T., and Ohizumi, Y. 1989. Theonelladins A-D, Novel
Antineoplastic Pyridine Alkaloids From The Okinawa Sponge Theonella swinhoei.
Tetrahedron Lett. 30, 4833