Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

(ALKALOID)

MATA KULIAH : KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM


DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. rer. Nat. H. MUHARRAM. , M. Si
(19610507 198803 1002)

DISUSUN OLEH :
Liberata Haigi (202084204013)

PENDIDIKAN KIMIA A
JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Mahakuasa karena memberi rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang
berjudul “Alkaloid” dengan baik.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkah menambah
wawasan serta pengetahuan para pembaca mengenai karakter senyawa alkaloid, prosedur
umum, prosedur khusus isolasi target, hasil dan kesimpulan dari senyawa alkaloid. Penyusun
juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran
karena mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tan saran yang membangun.
Melalui kata pengantar ini penyusun terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
pemakluman bila mana terdapat kesalahan pada makalah ini. Dan dengan penulis memberikan
makalah ini dengan rasa terima kasih dan semoga memberikan manfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGATANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………..5
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN
A. Karakteristik Alkaloid……………………………………………………………………………6
B. Berdasarkan Asal-usul………..………………………………………………………………...6
C. Prinsip Dasar Pembentukan Alkaloid……………………………………………………11
D. Klafikasi……………………………………………………………………………………………….12
E. Fungsi Alkaloid…………………………………………………………………………….………12
F. Tanaman Penghasil Alkaloid………………………………………………………….…….13
G. Prosedur Umum Pengujian Alkaloid…………………………………..……….……….14
H. Prosedur Khusus Pengujian Alkaloid………………………………….……….……….15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………………………………..…………….16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..………………………………….17
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa
kimia (chemodiversity) yang kemungkinan terkandung didalamnya baik yang
berupa metabolism primer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan
lemak yang digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya
ataupun senyawa kimia dari hasil metabolism sekunder (metabolit sekunder)
seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa metabolit
sekunder merupakan senyawa kimia umumnya mempunyai kemampuan
bioaktifitas dab berfubgsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama
penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Hal ini memacu
dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit
sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan . Seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti teknik pemisahan, metode analisis,dan
uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang diperoleh
dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.
Metabolit sekunder juga disebut metabolit khusus adalah istilah untuk
jalur dan molekul kecil produk dari metabolisme yang baik tidak mutlak
diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme. Senyawa kimia sebagai hasil
metabolit sekunder telah banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma
makanan, obat-obatan dan sebagainya. Serta banyak jenis tumbuhan yang
digunakan sebagai obat-obatan, dikenal sebagai obat tradisional sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan
mengetahui senyawa kimia yang bermanfaat sebagai obat. Indonesia
merupakan salah satu negara beriklim tropis yang terdiri dari beribu-ribu pulau
yang kaya sumber alam terutama tumbuh-tumbuhan yang sangat beraneka
ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai ramuan obat yang
penggunaannya didsarkan secara turun-temurun maka para peneliti kimia telah
melakukan penyedilikan terhadap kandungan kimia tanaman tersebut. Ilmu
yang mepelajari zat yang berkhasiat dan tumbuhan meliputi identifikasi, isolasi,
serta penetapan kadarnya dikenal dengan ilmu fitokimia.
Sejarah alkaloid hampir tua peradaban manusia. Manusia telah
menggunakan obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman,
kedokteran, the dan racun.
Obat-obat yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah
kering (Apium Papaver Somniferum). Opium ini telah figunakan sebagai obat-
obatan dan sifatnya sebagai analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada tahun
1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama
narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebioh lanjut
terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin. Selain itu, pada tahun 1817-
1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris,
melanjutkan penelitian dibidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara
alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhin, Emetin,
Brusin, Piperin, Kaffeun, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.

Menurut Cordel (1981), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman


berbunga (angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung
alkaloid adalah liliaceae, solamae, solanace dan rubiacea. Karena alkaloid
sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagaian besar pada tanaman
berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman.
Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan family tanaman tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakter senyawa alkaloid?
2. Bagaimana prosedur umum dan prosedur khusus isolasi target, hasil dan
kesimpulan dari senyawa alkaloid.

C. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui bagaimana karakter senyawa alkaloid dan bagaimana
prosedur umum dan prosedur khusus isolasi target, hasil dan kesimpulan dari
senyawa alkaloid.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK ALKALOID
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan dialam .
hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar
alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan
pteridofia mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain alkaloid adalah
senyawa organic yang terdapat dialam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan
karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar
heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai antispamodia, kokain sebagai
anestetik local, dan strisina sebagai stimulant syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada beberapa
pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen) terdapat didalam
rantai lurus atau alifatis.
Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara
karakteristik di dalam tumbuh-tumbuhan, dan sering dibedahkan berdasarkan kereaktifan
fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar
diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali
(bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang electron bebas yang dimiliki oleh nitrogen
sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid
sudah berjalan bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa
sebagaia hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid bebas
biasanya berupa senyawa padat, berbentuk Kristal tidak berwarna (berberina dan serpetina
berwarna kuning ), mengandung paling sedikit satu buah atom N (nitrogen) yang bersifat
basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Alkaloid seringkali optic aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optic yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa
kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu
isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Gritter, 1995).

B. BERDASARKAN ASAL-USUL
1. Berdasarkan asal-usul Molekul
a) Pseudoalkaloid
Memiliki karakteristik seperti alkaloid tetapi tidak berasal dari asam amino,
misalnya alkaloid terpen (aconitin: alkaloid diterpen) dan alkaloid dari jalur
metabolism asetat (coniin), sifat kebasaan rendah.
b) Protoalkaloid
Amin sederhana dimana atom nitrogennya bukan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik, bersigat basa dan berasal dari asam amino, misalnya meskalin.

2. Berdasarkan cincin heterosiklik Nitrogen

3. Berdasarkan asal-usul Biogenetik


a. Alkaloid heterosiklis yang berasal dari asam amino

1. Oritin
2. Tirosin
3. Fenilalanin

4. Triptofan
5. Asam antranilat

quinazoline quinoline Acridine

6. Asam nikotinat

7. Histidine

b. Alkaloid heterosiklis yang berasal dari nukleotid purin


c. Alkaloid yang terbentuk melalui transaminase: terpenoid alkaloid
Larkspur (Delphinium)
Monkshood (Aconitum)

Flgure 3-2 Aconitine

d. Alkaloid yang terbentuk melalui transaminase dimana N atom terletak pada eksosklis

Flgure 3-13

C. PRINSIP DASAR PEMBENTUKAN ALAKLOID


Asam amino merupakan senyawa organic yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari
amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merupakan
standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanine, argarin, asparagin, asam
aspartate, sisttein, asam glutamate, glumatin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin,
metionin, fenilalanine, prolin, serine, threonine, triptopan, tyrosine, and valin (4). Dari 20
jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam
amino yaitu ortinin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisklik, fenilalanin dan tirosin yang
menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi
utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol.
Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur
poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi
yang mendasari pembentukkan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan
karbonion dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.
Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi sekunder
yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis struktur alkanoida. Salah satu dari reaksi
sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para
dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus
metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N- metil ataupun oksidasi dari gugus
amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil
yang berasal dari jalur mevalonate, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh
reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan
esterifkasi menghasilkan hiosiamin (2).

D. KLAFIKASI ALKALOID
Metode klafikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur
nitrogen yang dikandungannya, yaitu :
1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam cincin
heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi alkaloid pirolidin, alkaloid indol, alkaloid
piperidin, alkaloid tropan, alkaloid histamine, imizadol dan guanidine, alkaloid
isokuinolin, alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin.
2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dana mina alifatis, seperti eferdrina.
3. Alkaloid putressin, spermin dan spermidine, misalnya pausina.
4. Alkaloid peptide merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida.
5. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina.

E. FUNGSI ALKALOID
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama
karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya dibidang farmasi, tetapi
fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan peranannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Gritter, 1995):
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam
hewan (salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun
banyak alkaloid ditumbun dan tidak mengalami metabolism lebih lanjut meskipun
sangat kekurang nitrogen.
3. Sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit.
4. Sebagai pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan
keseimbangan ion.
5. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau
pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung
fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat
‘manusia sentris’.
6. Alkaloid dapat berkalu sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa
alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Bebrapa alkaloid merangsang perkecambahan
yang lainnya menghambat.
7. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagain besar bersifat basa,
dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam
tumbuhan.
Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis
adalah morfin yang diisolasi 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman
memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkaloid dari tanaman berry solanum
khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan intestinal yang berhubungan
dengan AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba termasuk terhadap Giarde
dan Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek
mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang
potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid
kuartener planar aromatic seperti berberin dan Harman dihubungkan dengan
kemanpuan mereka untuk berinterakalasi dengan DNA.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telaah umum dikenal
dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid (Nama Trival) Aktivitas Biologi
Nikotin Stimulan pada syaraf otonom
Morfin Analgesik
Kodein Analgesik , obat batuk
Atropin Obat tetes mata
Skopolamin Sedatif menjelang operasi
Kokain Analgesik
Piperin Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin Obat malaria
Vinkristin Obat kanker
Ergotamine Analgesik pada migraine
Reserpine Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin Analgesik dan antitusif
Vinblastine Anti neoplastik, obat kanker
Saponin Antibakteri

F. TANAMAN PENGHASIL ALKALOID


Senyawa alkaloid merupakan senyawa organic terbanyak ditemukan di alam. Hampir
seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Secara organoleptic, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi
mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar,
biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteri, fungi (jamur), tumbuhan
dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik
ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh
alkaloid. Istilah “alkaloid” (berarti “mirip alkali”, karena dianggap bersifat basa) pertama kali
dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman)
untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat
basa ( pada waktu itu sudah dikenal, misalnya morfina, striknina, serta solanina). Hingga
sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat
beragam, sehingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat mengandung alkaloid-
alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida yang memiliki efek fisiologis
untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin
dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur
dapat menurunkan tekanan darah.
Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin termasuk
dalam golongan alkaloid yang terdapat dalam family Solanaceae. Nikotin dalam jumlah
banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada
tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman
kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses
biosintesisnya terjadi diakar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari
biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai
bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi
serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
Kecubung adalah tumbuhan pengahasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak
ribuan tahun, di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens,
namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan
kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun
(menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian tanaman kecubung
dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh bagiannya mengandung
alkaloid atau disebut hiosamin (atropine) dan scopolamine, seperti pada tanaman Atropa
belladonna. Alkanoid ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar.
Biji kecubung mengandung hoisin dan lemak, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak,
encok, eksim, dan radang anak telinga.
Kopi juga termasuk kedalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid. Kopi
terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil
metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit.
Buah pare dalam Bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasan Asia
Tropis. Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung
momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinya mengandung
saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang
nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan, membersihkan darah bagi
wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk
menyembuhkan mencret pada bayi.

G. PROSEDUR UMUM PENGUJIAN ALKALOID


Secara umum senyawa alkaloid diekstrak dari tumbuhan menggunakan bebrapa pelarut
untuk menghilangkan lemak yang tercampur, kemudian ekstraknya dibasakan dengan
larutan NH310% dan Al203. Campuran ini selanjutnya dipisahkan secara kromatografi kolom
dan diidentifikasi. Indentifikasi senyawa alkaloid dapat dilakukn dengan metode fisika,
dengan cara penyinaran Kromatogram dibawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm.
Beberapa alkaloid memberikan warna fluoresensi biru atau kuning dibawah sinar tersebut,
serta metode kimia dengan menggunakan pereaksi tertentu, seperti pereaksi dragendorf
membentuk endapan jingga-merah.
R – N = R + K[BiI4] R2N+K[BiI4] (endapan jingga)
R3N+ + K[BiI4] K(R3N) [BiI4] (endapan jingga)
Identifikasi selanjutnya adalah dengan spektroskopi u;traviolet dan sinar tampak yang
memberikan keterangan tentang tipe sturuktur molekulnya. Panjang gelombang maksimum
yang diberikan oleh suatu senyawa dapat digunakan sebagai perkiraan awal terhadap jenis
senyawa tersebut. Cara identifikasi lainnya adalah dengan menggunakan spektroskopi
inframerah yang memberikan informasi tentang gugus-gugus fungsional dalam suatu
senyawa. Pada umumnya senyawa alkaloid memberikan serapan khas pada daerah
frekuensi 3480-3205 cm-1 –N-H ), 2100-1980 cm-1 (=N+-H), 1660-1480 cm-1 (C=N-), 1350-
1000 cm-1 (-C-N-) dan beberapa serapan lainnya yang khas untuk masing-masing.

H. PROSEDUR KHUSUS PENGUJIAN ALKALOID


Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang
mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan kering yang
direkluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol
dan kumpulan filtrate diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring,
diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer
atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara
larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali kedalam larutan asam. Jika
larutan asam ini menghasilakan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti
tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan
adanya alkaloid quartener.
Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam
tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah
menjadi basa bebas dengan larutan encer ammonia. Hasil yang diperoleh kemudian
diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi
hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair
kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer, Dragendorff atau
Bauchardat, perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan
menggunakan larutan encer standar alkaloid khusu seperti brusin.
Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahkan jenis alkaloid. Pereaksi
sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki
berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsten, atau jood. Pereaksi mayer
mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung
bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair . Pereaksi Bouchardat mirip dengan
pereaski Wagner dan mengandung kalium jodida dan job. Pereaksi asam silikotungstat
mengandung kompleks silicon diaoksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut
menunujukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang
berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitive dibandingkan pereaksi
wagner atau dragendorff.
Kromatografi dengan penyerap yang cock merupakan metode yang lazim untuk
memisahkan alkaloid murni dan campruan yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan
kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk
mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat
umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk
senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa bebererapa sistem tak jenuh,
terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan
pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat,
jodoplatinat, uao jood, dan antimony (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan
kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi
jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan)
memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot.
Pereaksi serium ammonium sulfat (CAS) berasam (asam sukfat atau fosfat) memberikan
warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor
ultraungu alkaloid.
Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkaloid
Rauvolfia. Alkaloid Cincona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu
(UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan
ninhidrin. Glikosida stereoidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanillin-asam fosfat.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan
bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari ganguan hama penyakit untuk
tumbuhan itu sendiri atau lingkungan. Alkaloid adalah senyawa organic yang terdapat
dialam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan
hewan.
DAFTAR PUSTAKA

Cordell, Geoffrey A. 1981. Introduction to Alkaloids. John Wiley & Sons : New York

Manfred Hesse. 1986. Alkaloid Chemistry, A Wiley-Intersciance Publication. John


Wiley & Sons : New York.

Gritter, R. J. 1991. Pengatantar Kromatografi Terbitan ke-2. ITB : Bandung.

Widi, Restu Kartiko. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam
Batang Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr) (Screening anda Identification
of Alkaloid Compounds in Kayu Kuning Stem (Arcangelisia Flava Merr).
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai