Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLIT SEKUNDER

PERCOBAAN II
ALKOLOID

OLEH :

NAMA : WA ODE NARVIA


STAMBUK : F1D1 18 043
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN PEMBIMBING : WINDI EGIDYA PUTRI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus adalah istilah

untuk jalur dan molekul kecil produk dari metabolisme yang tidak mutlak

diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme. Senyawa kimia sebagai hasil

metabolit sekunder telah banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma

makanan, obat-obatan dan sebagainya. Banyak jenis tumbuhan yang digunakan

sebagai obat-obatan, dikenal sebagai obat tradisional sehingga perlu dilakukan

penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui

senyawa kimia yang bermanfaat sebagai obat. ndonesia merupakan salah satu

negara beriklim tropis yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang kaya sumber alam

terutama tumbuh-tumbuhan yang sangat beraneka ragam.

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan di alam. Alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas

dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Alkaloid terdapat pada tumbuhan

dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung

alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa

organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini

disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut

dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat

memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.

Fungsi alkaloid bagi tumbuhan begitu jelas diketahui. Beberapa jenis

alkaloid memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis serangga predator.


Jaringan tumbuhan terdapat alkaloid yang memberikan rasa pahit pada jaringan

tersebut. Beberapa alkaloid juga dapat menghambat pertumbuhan jamur pada

tumbuhan. Alkaloid juga telah sejak lama dikenal manfaatnya dalam dunia

kesehatan. Salah satu yang terkenal adalah morfin yang digunakan untuk menahan

rasa sakit. Morfin dalam jumlah sedikit dapat bermanfaat bagi kesehatan terutama

untuk menghilangkan rasa sakit dalam operasi. Berdasarkan uraian diatas, maka

dilakukan praktikum Alkaloid.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mempelajari cara isolasi alkaloid dari tumbuhan?

2. Bagaimana membandingkan kadar alkaloid dari berbagai jenis tumbuhan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari cara isolasi alkaloid dari tumbuhan.

2. Untuk membandingkan kadar alkaloid dari berbagai jenis tumbuhan.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mempelajari cara isolasi alkaloid dari tumbuhan.

2. Dapat membandingkan kadar alkaloid dari berbagai jenis tumbuhan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki

atom nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Sebagian

besar senyawa alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan, terutama angiosperm.

Lebih dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid. Alkaloid dapat

ditemukan pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji, daun, ranting, akar

dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus

dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan

tumbuhan. Alkaloid dapat ditemui pada berbagai bagian tanaman seperti akar,

batang, daun, dan biji. (Ningrum, dkk., 2016)

B. Sifat Kimia Senyawa Alkaloid

Sifat kimia senyawa alkaloid yaitu antara lain Alkaloid dapat berbentuk

cair yaitu koinin, nikotin dan spartein, dalam tumbuhan berada dalam bentuk

bebas, berbentuk N-oksida atau dalam bentuk garamnya dan umumnya

mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air

tetapi larut dalam kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relatif

nonpolar. Kebanyakan alkaloid bersifat basa, sifat tersebut tergantung pada

adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan

dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka

ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.

Senyawa trietilamin lebih basa dari pada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih

basa dari pada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan
bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan

elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan adalah alkaloid dapat bersifat

netral atau bahkan sedikit asam (Kusrahman, 2012)

C. Golongan Alkaloid

Ada tiga kelompok senyawa alkaloid yang mempunyai inti piridin, yaitu

alkaloid kuinolin, alkaloid isokuinolin dan alkaloid piridin. Alkaloid yang

mengandung inti isokuinolin mempunyai serapan inframerah yang khas pada

daerah 1271 cm-1, 1360 cm-1, dan 1505 cm-1. Serapan ini diperkuat oleh

spektroskopi ultraviolet dan sinar tampak yang menunjukkan adanya tiga buah

panjang gelombang maksimum pada daerah 230 nm, 266 nm dan 351 nm dalam

pelarut metanol. Alkaloid yang mengandung inti kuinolin mempunyai serapan

inframerah yang khas pada daerah 1235 cm-1, 1510 cm-1 dan 1030 cm-l atau

1619 cm-1. Serapan ini diperkuat oleh spektroskopi ultraviolet dan sinar tampak

yang menunjukkan adanya tiga buah panjang gelombang maksimum pada daerah

236 nm, 278 nm dan 332 nm dalam pelarut etanol. Spektra ultraviolet dan sinar

tampak serta spektra inframerah senyawa alkaloid hasil penjaringan dengan

metoda pembasaan ini berbeda dengan spektra senyawa alkaloid yang

mengandung inti kuinolin dan isokuinolin (Widih dan Indriati, 2007)

D. Isolasi Alkaloid

Isolasi senyawa alkaloid dilakukan dengan menambahkan asam asetat

pada ekstrak etanol sampai suasana menjadi asam, sehingga alkaloid akan
membentuk garam alkaloid. Garam alkaloid ini kemudian dipartisi menggunakan

etil asetat, sehingga didapatkan dua lapisan. Lapisan atas adalah etil astat dan

lapisan bawah adalah lapisan asam dimana alkaloid teikat pada lapisan ini. Untuk

membebaskan alkaloid dari bentuk garamnya, maka ditambahkan ammonium

hidroksida sampai suasana menjadi basa, sehinnga alkaloid akan terbentuk

menjadi basa alkaloid kembali. Larutan ini kemudian diekstraksi menggunakna

etil asetat sehingga akan terbentuk dua lapisan, lapisan etil asetat yang

mengandung alkaloid dan lapisan basa yang mengandung air. Jadi, untuk

mengetahui apakah pada isolat yang didapatkan mengandung alkaloid maka

ditambahkan dragendorff, terbentuknya endapan merah bata berarti positif adanya

alkaloid (Murtadlo. Dkk., 2013)

E. Manfaat Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada

berbagai jenis tumbuhan, baik di bagian daun, biji, ranting dan kulit kayu. Hampir

semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu,

ada yang sangat beracun tetapi adapula yang sangat berguna dalam pengobatan,

misalnya kuinin, morfin dan striknin. Bidang kesehatan alkaloid mempunyai efek

berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit,

antimikroba, obat penenang dan obat penyakit jantung (Robinson, 1995 dalam

Simbala, 2008). Pada tumbuhan, alkaloid berfungsi sebagai pelindung dari

serangga hama, penguat tumbuh-tumbuhan serta sebagai pengatur kerja hormone

(Djoronga, dkk., 2014)


III.METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 November 2020, pada

pukul 15.30-Selesai dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Botani, Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan pada praktikum alkaloid


No. Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Kembang kol (Brassica oleracea), Sebagai bahan pengamatan
Daun pepaya (Carica papaya) dan
Pare (Momordica charantia)
2. Asam asetat 10% Sebagai larutan yang memisahkan
senyawa-senyawa pada bahan yang
diamati
3. Ammonium hidroksida Untuk mengendapkan ekstrak
4. Kertas whatman 41 Untuk menyaring ekstrak
5. Tissue Untuk membersihkan alat yang
digunakan
6. Kertas label Untuk pemberi tanda pada tabung reaksi
7. Aluminium foil Sebagai wadah dari sampel

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan pada praktikum alkaloid


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Timbangan analitik Untuk menimbang bahan yang akan diamati
2. Mortal Untuk mengerus bahan yang diamati
3. Gelas ukur Untuk menukur larutan yang diambil
Tabel 2. Lanjutan
1 2 3
4. Pipet tetes Untuk mengambil larutan
5. Tabung Reaksi Untuk menempatkan ekstrak
6. Rak tabung Untuk menempatkan tabung reaksi
7. Gelas Kimia Untuk menempatkan sampel yang akan dipanaskan
8. Corong Untuk memudahkan penyaringan
9. Hot plate Untuk memanaskan larutan

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menimbang masing-masing bahan Kembang kol (Brassica oleracea), Daun

pepaya (Carica papaya) dan Pare (Momordica charantia) sebanyak 0,2 gram

2. Menggerus bahan dan memindahkan sampel pada tabung reaksi dan

menambahkan 10 ml asam asetat 10%.

3. Mendiamkan sampel selama 4 jam.

4. Menyaring sampel dan memanaskan ekstraknya pada hot plate hingga menjadi

¼ bagian.

5. Menambahkan amonium hidroksida 10-15 tetes ke dalam ekstrak hingga

terdapat endapan.

6. Menyaring dan mengeringkan residu, kemudian menimbang residu tersebut.

7. Menghitung total kadar alkaloid dengan rumus Total kadar alkaloid = (Berat

kertas saring + Residu) - Berat kertas saring awal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan kadar alkaloid


No Nama sampel Berat Kertas Berat kertas Total kadar
saring awal (g) saring+residu alkaloid (g)
1 2 3 4 5
1. Kembang kol 0,26 0,34 0,08
(Brassica oleracea)
2. Daun papaya 0,27 0,36 0,09
(Carica papaya)
3. Pare (Momordica 0,28 0,32 0,04
charantia)

B. Analisis Data

Total kadar alkaloid = (Berat kertas saring + Residu) – Berat kertas saring awal

Kembang Kol = 0,34-0,26

= 0,08 g

Daun Pepaya = 0,36-0,27

= 0,09 g

Pare = 0,32-0,28

= 0,04 g

C. Pembahasan

Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi

(jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah

dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam- basa. Alkaloid biasanya pahit dan

sangat beracun. Alkaloid ini diklasifikasikan lagi berdasarkan tipe dasar kimia

pada nitrogen yang terkandung dalam bentuk heterosiklik. Klasifikasi alkaloid

tersebut meliputi pirrolizidine alkaloids, peperidine alkaloids, pyridine alkaloids,


indole alkaloids, quinolizidine alkaloids, steroid alkaloids, policyclic diterpene

alkaloids, indolizidine alkaloids, tryptamine alkaloids, tropane alkaloids, fescue

alkaloid dan miscellaneous alkaloid.

Praktikum ini di lakukan dengan cara ditimbang terlebih dahulu

Kembang kol (Brassica oleracea), Daun pepaya (Carica papaya) dan Pare

(Momordica charantia) sebanyak 0,2 gram, lalu bahan di gerus dan di pindahkan ke

dalam tabung reaksi dengan di tambahkan 10 ml asam asetat 10 %. Asam asetat

di gunakan sebagai larutan yang memisahkan senyawa-senyawa pada sampel yang

diamati atau dapat mengeluarkan kadar alkaloid dari sampel. Langkah berikutnya sampel

tersebut di diamkan selama 4 jam. Selanjutnya sampel yang telah di diamkan

tersebut di saring dan hanya ektraknya diambil kemudian di panaskan dengan hot

plate menjadi seperempat bagian. Setelah di panaskan sampel kemuadian di

tambahkan ammonium hidroksida sebanyak 10-15 tetes . larutan ini berfungsi

sebagai mengendapkan ekstrak. Langkah terakhir sampel dan ditimbang.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh total kadar alkaloid pada

kembang kol (Brassica oleracea) sebesar 0,08 g, daun papaya (Carica papaya)

0,09 g dan pare (Momordica charantia) 0,04 g. Kadar alkaloid tertinggi terdapat

pada daun papaya (Carica papaya) dan kadar alkaloid terendah terdapat pada pare

(Momordica charantia). Perbedaan kadar alkaloid pada jenis tumbuhan

disebabkan oleh distribusi alkaloid yang berbeda pada tiap organ tumbuhan.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kadar alkaloid hasil ekstraksi adalah

penggunaan pelarut, kuantitas pelarut dan suhu ekstraksi. Senyawa alkaloid dapat

larut karena pengaruh suhu pada proses pemanasan. kadar alkaloid hasil ekstraksi
jug dipengaruhi oleh kondisi sampel sebelum penambahan larutan asam. Sampel

yang dikeringkan terlebih dahulu akan memudahkan alkaloid terdistribusi

kedalam pelarut.

V. PENUTUP
A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Proses ekstraksi senyawa alakloid adalah sampel tumbuhan yang telah

ditimbang, digerus lalu direaksikan dengan larutan asam asetat konsentrasi

10%. Ekstrak tanaman yang diperoleh dilakukan penyaringan dan pemanasan,

lalu penambahan ammonium hidroksida hingga terbentuk endapan. Endapan

yang terbentuk dipisahkan kemudian dikeringkan dan timbang beratnya. Kadar

alkaloid dihitung berdasarkan rumus yang telah diketahui.

2. Berdasarkan hasil pengamatan kadar alkaloid tertinggi terdapat pada pada daun

papaya (Carica papaya) yaitu sebesar 0,09 g, diikuti kembang kol (Brassica

oleracea) sebesar 0,08 g dan kadar alkaloid terendah pada pare (Momordica

charantia) 0,04 g.

B. Saran

Saran yang dapat diajukkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk praktikan, agar mengikuti praktikum dengan serius apalagi dimasa

pandemi saat ini, kita tidak dapat melakukan praktikum secara langsung,

sehingga perhatian praktikan terhadap praktikum sangat diperlukan.

2. Untuk asisten, agar selalu memberikan motivasi kepada praktikan agar dapat

melakukan praktikum dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Djoronga, M. I., Pandiangan, D., Kondou, F. E, F., Tangapo, A. M., 2014,
Penapisan Alkaloid Pada Tumbuhan Paku dari Halmahera Utara, Jurnal
Mipa Unsrat Online, 3(2): 102-107

Kusrahman, A, 2012, Isolasi, Karakterisasi Senyawa Aktif dan Uji Farmaka


Ekstrak Biji Kebiul pada Mencit (Mus musculus) serta Penerapannya
dalam Pembelajaran Kimia di SMAN 1 Bengkulu Selatan, Skripsi,
Program Pascasarjana (S2) Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Bengkulu
Murtadlo, Y., Kusrini, D dan Fachriyah, E., 2013, Isolasi, Identifikasi Senyawa
Alkaloid Total Daun Tempuyung (Sonchus Arvensis Linn) Dan Uji
Sitotoksik Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test),Jurnal
Chem Info, 1(1): 379 – 385

Ningrum, R., Purwanti, E dan Sukarsono, 2016, Identifikasi Senyawa Alkaloid


dari Batang Karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) sebagai Bahan Ajar
Biologi untuk SMA Kelas X, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(3):
231-236.

Widih, R. K dan Indriati, T., 2007, Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid
dalam Batang Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr), Jurnal Ilmu
Dasar, 8(2): 24-29

Anda mungkin juga menyukai