Anda di halaman 1dari 7

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Preparat Segar Meiosis


Gambar
No. Bahan Pewarnaan Aceto Pewarnaan Congo Literatur Keterangan
Orcein Red
1 2 3 4 5 6
1. 1 Bunga 1. Lapisan
Kembang dalam
Sepatu (Intine)
(Hibiscu 2. Lapisan
2 s rosa-
luar
sinensis
(Eksin)
3. Duri
3 (Echinate)

2. Bunga 1. Lapisan
1
Kancing luar
2 (Gomph (Eksin)
rena 2. Lapisan
globosa) dalam
(Intine)

3. Bunga 1. Lapisan
1 Waru dalam
(Hibiscu 2 (Intine)
s 2. Lapisan
tiliaceus) luar
3
(Eksin)
3. Duri
(Echinate)

Tabel 3.Lanjutan
1 2 3 4 5 6
4. Bunga 1. Lapisan
1 Pisang luar
(Musa sp.) (Eksin)
2. Lapisan
2 dalam
(Intine)

5. Kersen 1. Lapisan
1
(Muntingi luar
a (Eksin)
2 calabura) 2. Lapisan
dalam
(Intine)

6. Bunga 1 1. Lapisan
Kumis luar
Kucing (Eksin)
(Orthosiph 2. Lapisan
2 on dalam
aristatus)
- (Intine)

7. Alamanda 1. Lapisan
(Alamanda 1 luar
chatartica) (Eksine)
- 2. Lapisan
2 dalam
3 (Intine)
3. Duri
(Echinate)

Tabel 3.Lanjutan
1 2 3 4 5 6
8. Kembang 1. Lapisan
Kertas 1 luar
(Bougevill (Eksin
ea 2. Lapisan
2 spectabilis dalam
Wild.) (Intine)

B. Pembahasan

Pembelahan meiosis adalah suatu proses terjadinya pembelahan sel pada

sel-sel kelamin dari organisme-organisme yang melakukan proses reproduksi

dengan cara generatif ataupun seksual. Pembelahan meiosis biasanya sering

disebut dengan proses pembelahan sel secara reduksi, karena proses yang

dihasilkan adalah sel-sel anakan dengan jumlah kromosom setengah / separuh dari

kromosom indukannya. Hal ini sangat berhubungan dengan tujuan utama dari

pembelahan itu sendiri, yakni untuk mempertahankan agar sejumlah bagian

kromosom dari generasi ke generasi yang saling turun temurun akan selalu tetap

sehingga itu dapat membantu mempertahankan terhadap eksistensi dari jenis-jenis

yang ada.

Pengamatan ini menggunanakan bahan antara lain benang sari atau

(Pollen) dari kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), waru (Hibiscus tiliaceus),

alamanda (Alamanda chatartica), kembang kertas (Bougenvillea spectabilis),

kersen (Muntingia calabura), kembang kancing (Gomphrena globosa), kumis

kucing (Ortosiphon stamineeusi) dan pisang (Musa paradisiaca).

Pengamatan ini dilakukan dengan cara memisahkan pollen atau benang

sari dari bunga yang dibawa, kemudian memfiksasi dengan menggunakan larutan
fiksasitif farmer yaitu asam asetat glacial dan aquadest selama 30 menit. Langkah

selanjutnya melunakkan pollen dengan memasukkan pollen tersebut kedalam

larutan HCl 1 N selama 5-10 menit, setelah itu melakukan pewarnaan dengan

menggunakan pewarna aceto orcein dan congo red selama 30 menit. Langkah ini

menggunakan dua pewarna karena kedua perwana tersebut selain fungsi sebagai

pewarna, maka akan dilakukan perbandingan dari kedua warna tersebut. Langkah

terakhir yaitu melakukan metode squash, dimana metode squash ini adalah

memencet atau menekan pollen yang telah diletakkan pada kaca objek dan telah

ditutupi kaca penutup dengan menggunakan pensil berkaret, lalu di lewatkan

diatas bunsen dengan tujuan untuk mengeringkan pollen hasil dari metode squash

dan amati dibawah mikroskop.

Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan yang paling bagus adalah

pewarnaan pada sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) yaitu menggunakan pewarnaan

congo red dan Arceto orcein, selain kembang sepatu, waru (Hibiscus tiliaceus)

kembang kertas (Bougenvillea spectabilis), kersen (Muntingia calabura),

kembang kancing (Gomphrena globosa) dan pisang (Musa paradisiaca)

menggunakan pewarnaan yang sama dan terlihat jelas dimikroskop. Alamanda

(Alamanda chatartica) dan kumis kucing (Ortosiphon stamineeusi) menggunakan

juga dua pewarna tersebut namun tidak terlihat di bawah mikroskop.

Hasil pengamatan stuktur pollen kembang sepatu (Hibiscus rosa-

sinensis), waru (Hibiscus tiliaceus) dan alamanda (Alamanda catartica)

ditemukan lapisan dalam (Intine), lapisan luar (Eksin) dan duri (Echinate).

Struktur pollen pada kembang kertas (Bougenvillea spectabilis), kersen


(Muntingia calabura), kembang kancing (Gomphrena globosa), kumis kucing

(Ortosiphon stamineeusi) dan pisang (Musa paradisiaca), pada umummnya sama

hanya yang membedakan yaitu tidak ada duri atau Echinate.

Serbuk sari memiliki dinding tahan, yang di sini disebut sporoderm .

Lapisan sporoderm terdiri dari dua kompleks yaitu intine bagian dalam dan luar

exine. Mengelilingi sel sepenuhnya, tetapi biasanya lembut dan tidak terlalu tahan

lama. Terdiri dari dua atau tiga lapisan, dimana terluar memiliki kandungan pektin

tinggi yang memungkinkan mudah panjang exine tersebut . Lapisan dalam

terutama terdiri dari fibril selulosa, selama perkecambahan intine serbuk sari dari

tabung serbuk sari tumbuh .

Komponen utama exine adalah sporopollenin tangguh yang merupakan

exine dalam waktu sekitar enam nanometer granul . Ini terdiri dari dua lapisan:

Ektexine Endexine dalam dan luar. Intine (lapisan dalam) adalah dinding

pektoselulosa yang tipis yang mengelilingi butir pollen yang masak yang

berfungsi melindung di dalam sel serbuk sari. Exine adalah lapisan luar yang

komponen utamanya sporopolenin yaitu suatu substansi keras yang memberikan

daya tahan yang hebat kepada dinding butir pollen. Dinding pollen berfungsi

untuk melindungi inti sperma tumbuhan dari proses desikasi dan iradiasi selama

perpindahan dari anthera menuju stigma

V. PENUTUP

A.Kesimpulan
Kesimpulan yang terdapat dalam praktikum ini adalah serbuk sari

(pollen) pada masing-masing bahan yang dibawa mempunyai struktur yang sama

yaitu terdapat lapisan luar (Eksine),lapisan dalam (Intine) dan duri (Echinate).
B. Saran
Saran yang dapat diajukkan dalam praktikum ini adalah :
1. Untuk laboratorium, tetap terlihat bersih dan nyaman.
2. Untuk asisten, agar tetap selalu bersabar dalam membimbing kami dan selalu

memberikan pengarahan dengan baik.


3. Untuk praktikan, agar selalu disiplin dan mendengarkan arahan dari asisten

pembimbing.

Anda mungkin juga menyukai