Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR SEMI PADAT

“SALEP ”

Dosen Pengampu : apt. Dewi Ekowati, M.Sc.

Disusun Oleh :

Maharani Putri Wijayanti (24185381A)

Kelompok A

2021/2022

S1 FARMASI

UNIVERSITAS SETIABUDI

SURAKARTA
TUJUAN :

1. Membuat dan melakukan pengujian terhadap sediaan salep

2. Menentukan meliputi daya menyebar, daya proteksi, daya melekat dan disolusi

Sediaan salep

DASAR TEORI :
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salepyang cocok. Salep menurut sifat farmakologi dan penetrasinya
berfungsi untuk: melindungi kulit, menghasilkan efek lokal, melunakan kulit atau
selaput lendir. Basis salep yang ideal harusmemiliki syarat - syarat sebagai berikut :
Tidak menghambat penyembuhan, netral (baik terhadapkulit maupun obatnya), non
iritatif, stabil dalam penyimpanan ( tidak tengik, tidak merubanwarna). bercampur
baik dengan obatnya;

Basis salep digolongkn dalam 4 kelompok besar :

1. Basis salep hidrokarbon. Bersifat lemak, bebas air, dasar salep ini biasa
untuk emolicn. Sangat lengket dikulit dan sukar dicuci. Contohnya ; Vaselin
album, flavum, Petrolatum, Parafin, Minyak mineral

2. Dasis salep absorpsi. Basis salep absorpsi dibagi menjadi dua : Basis salep
yang mampu menyerap air seperti adeps lanae dan hydrophillic petrolatum .
Basis salep yang masih bisamenyerap air yang ditambahkan seperti cold
cream , lanolin. Dasar salep absorpsi tidak mudah dicuci dengan air, karena
fase kontinyu adalah rninyak.

3. Basis salep yang larut dalam air. Basis salep ini anhidrus. larut dalam air
dan mudah dicuci dengan air. Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung
oleh basis salep tanpa perubahan viskositas. Sebagai contoh yang baik adalah
polyethylene glikol ointment USP.

R/ Polyethylenglycol 4000..........40%

Polyethylenglycol 400..........60%
4. Basis salep emulsi. Basis salep yang.dapat dibersihkan dengan air
merupakan emulsiminyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian
dengan air. Basis salep emulsisering disebut sebagai bahan dasar salep tercuci
air. Sebagai contoh hydrophillic oitmentdan vanishing cream.Salep biasa
digunakan sebagai pelindung, pelunak kulit dan sebagai vehiculum
(pembawa).

Salep yang baik seharusnya memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Stabil : selama pemakaian dan penyimpanan harus stabil, karena


dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, dll.

b. Lunak : karena salep dipergunakan pada kulit yang relative lebih lunak
terutama salep untuk obat dimana dipergunakan pada kulit yang luka. Untuk
itu salep harus mempunyai daya sebar yang baik, namun dapat memenuhi
persyaratan yang lain.

c. Mudah dipakai : supaya mudah dipakai konsistensi harus tidak terlalu keras
dan tidak pula terlalu encer serta dapat melekat pada kulit selama diperlukan.

d. Proteksi untuk salep tertentu diperlukan kemampuan melindungi kulit dari


pengaruh luar baik berupa sifat asam, basa, debu, sinar matahari, dll.

e. Basis yang cocok : tidak boleh menghambat kerja obat yang dikandungnya,
tidakmengiritasi kulit atau efek samping yang tidak dikehendaki. Basis harus
dapat melepaskan obatnya sehingga obatnya dapat berkhasiat.

f. Homogen : bahan obat harus terbagi homogen agar setiap pemakaian


mempunyai khasiat yang sama.

Salep dibuat dengan dua cara, yaitu cara pelelehan dan pencampuran. Metode
pelelehan atau peleburan semua atau beberapa komponen dan salep dicampurkan
dengan cara meleburbersama dan didinginkan dengan cara pengadukan yang konstan
sampai mengental. Komponen yang tidak ikut dilebur biasanya ditambahkan pada
campuran yang sudah mengental. Komponen yang mudah menguap biasanya
ditambahkan terakhir saat temperatur diri campuran sudah cukup rendah, sehingga
komponen tidak menguap dan tidak menyebabkan penguraian. Serbuk yang tidak
larut biasanya digerus dengan sebagian dasar salep. Sedang untuk metode
pencampuran, komponen dari salep dicampuri bersama-sama sampai sediaan
homogen.

Absorpsi perkutan didefinisikan masuknya bahan obat dari luar kulit masuk
kedalam aliran darah. Absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada preparat
dermatologi seperti cairan, gel, salep,pasta dan krim tidak hanya tergantung dari sifat
kimia dan fisika dari bahan obat saja tapi juga pada sifat apabila dimasukkan kedalam
pembawa farmasetika dan pada kondisi dari kulit.

Penetrasi obat kedalam kulit melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat
atau kelenjar lemak antara sel-sel dari selaput tanduk. Cara utama untuk penetrasi
obat umumnya melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada melalui folikel rambut
atau kelenjar keringat, karena luas permukaan lebih kecil dibanding dengan daerah
kulit yang tidak mengandung eleman anotomi ini.

Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi


langsung obat melaluistratum corneum, stratum corneum bertindak sebagai jaringan
keratin akan berlaku sebagaimembran buatan yang semi permeabel dan molekul obat
mempenetrasi dengan cara difusi pasif.

Bahan-bahan yang larut dalam minyak dan air merupakan bahan yang baik
untuk difusi melaluisratum corneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-
lapisan kulit. Penetrasi lapisan kulit dapat terjadi dengan cara difusi melalui: penetrasi
tra'selular, interselular, dan transappendageal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan dari obat adalah obat itu
sendiri, sifat dari pembawa, kondisi dari kulit dan adanya uap air, Absorpsi perkutan
ini digunakan pada kulit yang sehat, luka pada kulit yang berbeda-beda akan
menyebabkan perbedaan dalam absorpsi obat dapat melepaskan obat.

Bahan dalam formula salep dalam percobaan kali ini memiliki fungsi masing
masing antara lain :

1. Asam Salisilat : Zat aktif


2. Na Benzoa : Pengawet
3. BHT : Antioksidan
4. Etanol : Pelarut
5. Vaselin : Basis Salep
6. Aquadest : Pelarut

Alat dan Bahan :

Alat : Alat daya menyebar alat daya melekat, viskometer

Bahan : Asam Salisilat, Na Benzoat, BHT, Etanol, Vaselin, Aquadest

Formula Salep

Asam Salisilat 3% 3/100 x 50kg = 1,5 kg


Na Benzoat 0,5% 0,5/100 x 50kg = 0,25 kg (250 gram)
BHT 0,1% 0,1/100 x 50 kg = 0,05 kg (50 gram)
Etanol qs Secukupnya
Vaselin Album Ad 50 kg = 50 kg - (1,5 +
Aquadest Secukupnya

Cara Kerja :

A. Pembuatan Salep

1. Salep Basis Hidrokarbon

Menimbang Cera alba dan vaselin album,lalu memasukkan kedua bahan ke


dalam cawan porselen kemudian dilebur dalam penangas air.

Mengaduk basis yang telah meleleh hingga homogen dalam mortir

Kemudian menaambahkan propil paraben dan alfa tokoferol dan diaduk


hingga homogen dalam mortir, zat aktif ditambahkan demi sedikit, lalu
diaduk hingga homogen.
2. Salep Basis Absorpsi

Menimbang Cera alba dan vaselin album,lalu memasukkan kedua bahan ke


dalam cawan porselen kemudian dilebur dalam penangas air.

Mengaduk basis yang telah meleleh hingga homogen dalam mortir, lalu
menambahkan lanolin anhidrat, dan diaduk lagi hingga semua bahan
tercampur homogen,

Kemudian menaambahkan propil paraben dan alfa tokoferol dan diaduk


hingga homogen dalam mortir, zat aktif ditambahkan demi sedikit, lalu
diaduk hingga homogen.

3. Salep Basis Larut Air

Menimbang PEG 4000 kemudian masukkan ke cawan porselen lalu dilebur


dalam penangas air.

Mengaduk basis yang telah meleleh hingga homogen dalam mortir,

Menambahkan PEG 400, lalu diaduk sampai terbentuk massa yang kental
dan homogendan ditambahkan metil paraben dan alfa tokoferol, kemudian
diaduk hingga homogen. Zat aktif ditambahkan sedikit demi sedikit, lalu
diaduk hingga homogen
B. Uji Homogenitas Salep

Mengoleskan salep pada sekeping kaca atau bahan transparan yang


cocok

Mengamati apakah sediaan salep menunjukkan suasana yang homogen

C. Uji Daya Menyebar Salep

Menimbang 0,5 g salep. Letakkan ditengah alat (kaca bulat)

Menimbang dahulu satu lagi kaca yang lain. Letakkan kaca tersebut di atas
masa salep dan biarkan selama 1 menit.

Mengukur berapa diameter salep yang menyebar (dengan mengambil


panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi).

Menambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah


salep yang menyebar seperti sebelumnya

Meneruskan uji dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50 g


dan catat diameter salep yang menyebar setelha 1 menit.

Mengulangi masing-masing 3 kali untuk tiap salep yang tersisa


Membuat grafik hubungan antara beban dan luas yang menyebar

D. Uji Daya Lekat Salep

Meletakkan salep (secukupnya) diatas obyek glass yang telah ditentukan


luasnya

Meletakkan obyek glass yang lain diatas salep tersebut. Tekan dengan
beban 1 kg selama 5 menit.

Pasang obyek glass pada alat uji.

Lepaskan beban seberat 80 g dan cacat waktunya hingga kedua obyek glass
tersebut terlepas

Mengulangi masing-masing 3 kali untuk tiap salep yang tersisa

Ulangi sebanyak 3 kali.

Lakukan tes untuk formula salep yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan.
E. Uji Kemampuan Proteksi

Ambil sepotong kertas saring (10 x10 cm). Basahilah dengan larutan
fenoptalein untuk indicator. Setelah itu kertas saring dikeringkan

Olesi kertas tersebut pada No.1 dengan salep yang akan dicoba (satu lapis)
seperti lazimnya orang mempergunakan salep

Pada kertas saring yang lain, buatlah suatu areal (2,5 x 2,5 cm) dengan
parafin padat yang dilelehkan. Setelah kering / dingin akan didapat areal
yang dibatasi dengan parafin padat.

Tempelkan kertas No. 3 diatas kertas sebelumnya (kertas No.2)

Tetesi areal ini dengan sedikit larutan KOH 0,1 N

Lihatlah sebalik kertas yang dibasahi dengan larutan fenoplatein pada


waktu 15 : 30 : 45 : 60 detik : 3 dan 5 menit. Apakah ada noda berwarna
merah / kemerahan pada kertas tersebut.

Kalau tidak ada noda berarti salep dapat memberikan proteksi terhadap
cairan (larutan KOH).

Lakukan percobaan untuk salep yang lain


F. Uji Viskositas

Memasang Viskotester pada klemnya dengan arah horizontal / tegak lurus


dengan arah klem

Rotor kemudian dipasang pada viskotester dengan menguncinya berlawanan


arah jarum jam

Masukkan sampel ke dalam mangkuk, kemudian alat dihidupkan.

Catat berapa kekentalan sampel setelah jarum pada viskositas stabil

G. Uji pH

Uji pH dilakukan menggunakan pH meter

Mula-mula elektroda dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7

Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan. Nilai pH yang muncul di


layar dicatat. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang.
HASIL

E. Hasil Daya Lekat

Formula Lama Melekat (detik)


1 A 3,6
2 B 30,2
3 C 42,5

F. Hasil Uji pH

Formula pH
A 5,65
B 6,40
C 5,93

G. Hasil Uji Kemampuan Proteksi


Waktu Pengukuran (detik)
Formul 15 detik 30 detik 45 detik 60 detik 3 menit 5 menit
a
A - merah merah merah merah merah
B - - merah merah merah merah
C 1 - merah merah merah merah

PEMBAHASAN

Pada uji organoleptiku sediaan berbentuk semi padat (salep),berwarna putih


pucat untu formula A, kuning pucat untuk formula B, dan putih untuk formula C. Uji
organoleptik ini bertujuan untuk melihat apabila terjadi perubahan fase.
Pada uji homogenitas formula salep menunjukan hasil yang homogen di atas
kaca, tidak terlihat apabila ada partikel-partikel yang kasar. Uji homogenitas ini
bertujuan untuk mengetahui kehomogenan zat aktif dalam basis, sehingga setiap kali
salep tersebut digunakan maka dosisnya sama, selain itu uji ini juga bertujuan untuk
mengetahui apabila masih ada partikel obat yang terlalu kasar sehingga dikhawatirkan
menimbulkan iritasi pada kulit.
Pada uji viskositas, sediaan memiliki formula A memiliki viskositas sebesar
138, formula B sebesar 146 dan formula C sebesar 220. Uji viskositas bertujuan untuk
mengetahui kekentalan dari sediaan salep.
Pada uji daya sebar salep, sediaan memiliki daya sebar yang dapat dikatakan
masih kurang apabila merujuk pada standar. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan sediaan menyebar pada kulit, untuk menjamin pemberian obat berjalan
dengan baik (Maulidaniar dkk,2012).
Pada uji daya lekat, sediaan memiliki daya lekat yang baik untuk formula B
dan C karena keduanya lebih dari waktu standar yaitu 4 detik dan kurang baik untuk
formula A karena kurang dari waktu standar yaitu 4 detik. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui formula mana yang melekat paling lama pada kulit.
Pada uji pH, sediaan formula A dan C memiliki pH yang dapat dikatakan baik
sesuai dengan pH kulit yaitu 4-6 formula B kurang baik karena lebih dari 6. Uji ini
bertujuan untuk memastikan bahwa salep memiliki pH yang tidak terlalu basa
sehingga menyebabkan kulit kering dan terlalu asam sehingga menyebabkan kulit
iritasi (Yosipovitch,2003).
Pada uji kemampuan proteksi, sediaan memiliki daya proteksi yang kurang
baik. Menurut standar salep yang memiliki daya proteksi yang baik adalah yang tidak
muncul noda merah pada kertas saring setelah ditetesi KOH 0,1 N . Dapat
disimpulkan begini karena basis yang digunakan adalah basis yang mudah menyerap
air dari larutan KOH sehingga efek perhitungannya rendah sehingga dapat
disimpulkan daya proteksinya kurang baik (Anonim,2011).

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


1. Formula yang memiliki mutu fisik terbaik, adalah formula C dengan pH yang
sesuai dengan pH kulit, daya lekat yang baik yaitu lebih dari 4 detik, dan juga
homogen. Dengan catatan masih harus diperbaiki pada kemampuan proteksinya dan
juga daya sebarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi kelima. Direktorat


Jendral Bina Kesehatan dan Alat Kesehatan

Ansel, Howard C. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press

Anda mungkin juga menyukai