Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ALKALOID

Disusun oleh Kelompok 1 kelas 2D:

1.APRI YANI (P0 7539019112)

2.CINDY MARIA THERESIA SIANTURI (P0 7539019113)

3.DITA PUTRI CINTYA (P07539019114)

4.DWI ANANDA (P07539019115)

5.ESIKA OKTAVIA BR SINULINGGA (P07539019117)

6.EVELINA MUNTHE (P07539019118)

7.FIKRIYAH HAFNI MATONDANG (P07539019119)

Dosen Pembimbing :

Ahmad Purnawarman Faisal,M.Farm

POLTEKKES KEMENKES MEDAN

JURUSAN FARMASI

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
danLimpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
”Alkaloid” dengan lancar.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan para pembaca mengenai karakteristik,sifat fisika kimia,metode
ekstraksi,serta jurnal/penelitian identifikasi/isolasi dari senyawa alkaloid. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu,penyusun mengharapkan adanya kritik,saran,dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.
Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
pemakluman bila mana terdapat kesalahan pada makalah ini. Dan dengan ini kami menyusun
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga dapat memberikan manfaat bagi para
pembacanya.

Medan,03 Februari 03-02-2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Karakteristik Alkaloid............................................................................6
B. Sifat fisika kimia Alkaloid......................................................................8
C. Metode ekstraksi..................................................................................10
D. Identifikasi alkaloid...............................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa kimia yang


kemungkinan terkandung di dalamnya baik yang berupa metabolisme primer seperti protein,
karbohidrat dan lemak yang digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya
ataupun senyawa kimia dari hasil metabolisme sekunder seperti
terpenoid,steroid,kumarin,flavonoid,dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan
senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri dan
lingkungannya. Hal ini memicu dilakukannya penelitian danpenulusuran senyawa kimia
terutama metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,seperti teknik pemisahan,metode analisis,dan uji
farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang diperoleh dari tumbuhan
sebagai obat atau bahan baku obat.
Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia.Manusia telah menggunakan obat-
obatan yang mengandung alakaloid dalam minuman,kedokteran,teh dan racun.
Obat-obat yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium,getah kering Apium
papaver somniferum. Opium telah digunakan sebagai obat-obatan dan sifatnya sebagai
analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada tahun 1803,Derosne mengisolasi alkaloid semi
murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian
lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin. Selain itu,pada tahun 1817-1820
di Laboratorium Pelleteir dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris,melanjutkan penelitian di
bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat
tersebut adalah Stikhin,Emetin,Brusin,Piperin,Kaffein,Quinin,
Sinkhonin dan Kolkhisin.

4
Menurut Cordell 1981,sebagai besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga
(angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah
liliaceae,solamae,solanace dan rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu kelompok enyawa yang
terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga,maka para ilmuwan sangat tertarik pada
sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili tanaman
tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakter senyawa alkaloid?
2. Bagaimana prosedur umum dan prosedur khusus isolasi target,hasil dan kesimpulan
dari senyawa alkaloid?

C. TUJUAN
Mengetahui bagaimana karakter senyawa alkaloid dan bagaimana prosedur
umum dan prosedur khusus isolasi target,target dan keinginan dari senyawa alkaloid.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK ALKALOID
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan
untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali
dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa
tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat
memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai
pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia,
kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen) terdapat di
dalam rantai lurus atau alifatis.
Meyer’sConversationLexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara
karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan
fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar
diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat
basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat
mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan
bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai
hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus
ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat,
berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering
kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun
dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan

6
mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Gritter,
1995).

B. SIFAT ALKALOID
1. Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom
N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer,
sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari
struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa
padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin
berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah).
Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan proto alkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat
larut dalam air.

2. Sifat-SifatKimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan
elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen
naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan
senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang
berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan
elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan
sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering
berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai

7
persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan
senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam
bentuk garamnya.

C. METODE EKSTRAKSI

1. Soxhletasi

Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan
pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut
terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.

Prinsip soxhletasi: Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan
penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT,
atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Keuntungan metode ini adalah :

a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur

Kerugian metode ini adalah:
a. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

8
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat
yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif.

2. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi
refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Prinsip refluks:Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,
uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada
pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

9
Keuntungan metode ini adalah :
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung.
Kerugian metode ini adalah :
Membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.

Alat refluks

D. IDENTIFIKASI/ ISOLASI SENYAWA ALKALOID


ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ALKALOID DARI DAUN ALPUKAT (PERSEA
AMERICANA MILL)

Ekstraksi: Pada tahap ekstraksi sampel berupa serbuk halus daun alpukat diekstraksi
dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol. Tahap Maserasi dilakukan selama 4 x 24
jam, setiap 24 jam dilakukan penyaringan dan dimaserasi kembali dengan memakai metanol
yang baru. Maserat yang diperoleh disatukan dan dievaporasi pada suhu 30-400C dengan
menggunakan alat penguap vakum dan diperoleh ekstrak kental metanol.

10
Tahap selanjutnya, ekstrak kental metanol disuspensi dengan metanol-air dan dipartisi
dengan pelarut n-heksan, diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi air. Fraksi n-heksan dievaporasi
menghasilkan ekstrak n-heksan. Fraksi air dipartisi dengan pelarut etil asetat diperoleh fraksi air
dan fraksi etil asetat. Hasil Partisi dari fraksi-fraksi dievaporasi pada suhu 30-40°C sampai
diperoleh ekstrak air dan ekstrak etil asetat. Masing-masing ekstrak diuji fitokimia.
Uji Fitokimia: Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang
terdapat didalam sampel tumbuhan tersebut dengan menggunakan modifikasi metode
Farnsworth (Sermakkani dan V. Thangapandian 2010). Daun alpukat diuji fitokimia untuk
melihat kandungan metabolit sekunder. Uji Fitokimia meliputi uji flavonoid, uji alkaloid, uji
steroid, terpenoid dan saponin.
Uji Alkaloid: Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 gr dilarutkan dengan 10 mL kloroform
amoniak lalu hasilnya dibagi menjadi dua bagian yang sama. Untuk bagian pertama
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 2 N perbandingan volumenya sama. Lapisan asam diambil
dan dibagi menjadi tiga bagian dan dilakukan pengujian menggunakan pereaksi fitokimia yaitu
pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, dan pereaksi Wagner. Untuk bagian kedua diuji
menggunakan pereaksi Hager. Hasil uji positif mangandung alkaloid jika terbentuk endapan.
Ekstrak etil-asetat dan ekstrak n-hexan menunjukkan hasil positif karena ada endapan hijau
diperkirakan ini ialah kompleks kalium-alkaloid.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam.
Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstrasi bahan tumbuhan memakai asam yang
melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium
karbonat dan sebagainya lalu basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform,
eter, dan sebagainya. Alkaloid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dan fraksinasi.
Karaketerisasi dari alkaloid juga dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer Infra
Red dan Spektrofotometer Uv-Vis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Cordell, Geoffrey A. 1981. Introduction to Alkaloids. John Wiley & Sons : New York
Manfred Hesse. 1986. Alkaloid Chemistry, A Wiley-Intersciance Publicatin. John Wiley & Sons :
New York.
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi Terbitan ke-2. ITB : Bandung.
Widi, Restu Kartiko. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang Kayu
Kuning (ArcangelisiaFlavaMerr)(ScreeningandIdentificationof Alkaloid Compounds in Kayu
Kuning Stem(ArcangelisiaFlavaMerr)). Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1.

13

Anda mungkin juga menyukai