Anda di halaman 1dari 22

BAB III

TOLERANSI GEOMETRIK
Toleransi merupakan istilah yang dikaitkan pada suatu keadaan dimana
penyimpangan atau suatu bentuk kesalahan masih bisa diterima (ditolerir). Untuk
membuat komponen mesin dengan geometri yang sempurna, yang tidak mentolerir
sedikitpun kesalahan geometrik, bisa dikatakan hampir tidak mungkin. Kesalahan
geometrik akan terjadi pada produk yang dihasilkan. Bagi produk yang dibuat lebih
dari satu (batch production, mass production) besarnya kesalahan suatu produk akan
berbeda terhadap produk yang lainnya sehingga dikatakan suatu proses duplikasi
ideal tidak mungkin dicapai. Dalam proses pemesinan misalnya, berbagai sumber
penyebab terjadinya penyimpangan geomerik ini adalah;
1. Keterbatasan mesin perkakas untuk diatur gerakannya karena keterbatasan
kecermatan pemosisian pahat (tools) relatif terhadap benda kerja (workpiece),
misalnya bagi mesin bubut kecermatannya hanya 0,01 mm.
2. Lenturan akibat adanya gaya pemotongan menyebabkan posisi mata potong
pahat akan berubah sehingga dimensi produk tidak akan mencapai harga yang
diinginkan/diset.
3. Keausan pahat menyebabkan perubahan gaya potong yang berarti lenturan
pada pahat dan/atau benda kerja berubah, jadi dimensi produk pun berubah.
4. Getaran yang terjadi dalam proses pemesinan akan selalu diikuti dengan
penaikan kekasaran permukaan benda kerja.
5. Panas yang timbul pada sistem transmisi daya mesin perkakas maupun panas
yang timbul pada mata potong pahat akan menyebabkan pemuaian yang bisa
menimbulkan perubahan posisi pahat relatif terhadap benda kerja.
Disamping kesalahan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber kesalahan diatas dalam
proses pengukuran, untuk menentukan kualitas geomerik produk, akan timbul pula
kesalahan pengukuran. Meskipun besarnya kesalahan geomerik tersebut secara
umum dikatakan kecil (dalam orde satuan, puluhan atau ratusan mikrometer) tetapi
sudah cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas rakitan yang pada gilirannya akan
mempengaruhi kualitas fungsional mesin yang bersangkutan.
Suatu produk (komponen mesin) bisa dipandang terdiri atas beberapa elemen
geometrik ini akan mempunyai fungsi tersendiri. Kesalahan yang cukup besar
mungkin bisa diterima pada salah satu atau beberapa elemen geometriknya sehingga
55

dalam hal ini dikatakan sebagai geometrik-tak-penting karena tidak menimbulkan


masalah dalam proses pembuatannya. Sesuai dengan perancangan komponen mesin
akan mempunyai permukaan yang bersatu dengan permukaan komponen mesin
lainnya sewaktu mereka dirakit. Dalam hal terakhir ini permukaan tersebut
mempunyai elemen geometrik-penting.
Bagi geometrik penting ini perlu dirancang toleransinya yang berarti
menentukan suatu daerah yang dibatasi oleh harga maksimum dan minimumnya
sehingga elemen geometrik yang dimaksud harus terletak dalam daerah toleransi
tersebut. Daerah toleransi ini pun mempunyai bentuk/geomerik tersendiri dengan
ukuran yang beragam sesuai dengan jenis atau cara pemberian toleransi bagi elemen
geometrik penting yang bersangkutan.
3.1 Jenis Toleransi Geometrik
Elemen Geometrik dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu: ukuran
(dimensi), bentuk, posisi, dan kehalusan permukaan. Masing-masing elemen tersebut
bisa dipandang sebagai hal yang terpisah akan tetapi dalam kenyataannya mereka
saling terkait sehingga membentuk produk (komponen mesin) dengan ciri tertentu
(spesifik). Hal ini disebabkan setiap proses pembuatan dapat menimbulkan ciri yang
spesifik atas elemen geometrik produk yang dihasilkan. Sementara itu sesuai dengan
kebutuhan fungsionalnya misalnya hubungannya dengan perakitan, elemen
geometrik perlu dirancang spesifikasinya. Oleh sebab itu, ISO (International
Standardization Organization) menerbitkan beberapa standar yang berkaitan dengan
toleransi

geometrik

guna mempermudah

perancangan

toleransi

geometrik,

pembuatan produk maupun pengontrolan kualitas geometrik produk.


3.1.1 Toleransi Ukuran/Dimensi
Suatu ukuran luar, misalnya diameter poros, dapat masuk dalam suatu
ukuran-dalam, misalnya diameter lubang, asalkan mereka mempunyai ukuran-dasar
yang sama. Poros dan lubang tersebut dalam hal ini dikatakan mempunyai suaian
yang tertentu sesuai dengan ukuran-sebenarnya dari poros dan lubang yang
bersangkutan. Untuk pasangan poros dan lubang lainnya yang dibuat secara massal
suaian yang terbentuk antara masing-masing pasangan akan dijamin sama secara
fungsional asalkan ukuran sebenarnya dari setiap poros dan lubang tidak keluar dari
daerah toleransinya masing-masing. Gambar 3.1 menunjukkan pasangan antara poros
56

dan lubang yang dalam contoh ini untuk setiap pasangan poros dan lubang yang
dalam contoh ini untuk setiap pasangan poros dan lubang dengan masing-masing
ukuran sebenarnya yang manapun akan selalu terjadi suaian yang longgar

Gambar 3.1 Suaian Longgar untuk Poros dan Lubang


Poros dan Lubang; dengan ukuran-dasar yang sama, berpasangan sehingga
membentuk suatu suaian tertentu. Gambar 3.1 merupakan contoh suaian longgar
karena daerah toleransi poros terletak dibawah" Daerah toleransi lubang. Perhatikan
cara penggambaran daerah toleransinya dimana diimajinasikan kedua macam ukuran
(diameter) tersebut semuanya bersatu/menempel dibagian bawah.
Daerah toleransi suatu poros yang diimajinasikan sebagai daerah yang
dibatasi oleh garis batas atas dan garis batas bawah. Daerah toleransi ini letaknya
bisa dirancang disebelah atas, bawah atau menempel pada garis-nol (ukuran dasar).
Berdasarkan imajinasi seperti ini maka bisa didefinisikan penyimpangan atas (es)
dan penyimpangan bawah (ei), dan IT (toleransi) yang merupakan selisih jarak antara
es dan ei.

57

Bagi suatu ukuran/dimensi ISO menggambarkan daerah toleransinya sebagai


suatu bidang yang dibatasi oleh garis atas dan garis bawah masing-masing
mempunyai jarak tertentu terhadap garis nol yaitu garis yang persis pada ukuran
dasar. Secara skematik daerah toleransi tersebut ditunjukkan sebagaimana gambar
3.2. Diatas garis nol jarak garis batas tersebut diberi nilai positif dan dibawah garis
nol diberi tanda negatif. Garis batas disebelah atas mempunyai penyimpangan
terhadap garis nol dinamakan sebagai penyimpangan-atas (es untuk poros, ES untuk
lubang) dan garis batas bawah mempunyai penyimpangan-bawah (ei untuk poros, EI
untuk lubang). Baik penyimpangan atas maupun penyimpangan bawah dapat
mempunyai harga positif ataupun negatif. Menurut ISO cara penyantuman toleransi
ukuran pada gambar teknik adalah dengan menyatakan ukuran-dasar yang diikuti
dengan simbol-huruf dan angka sebagai contoh berikut,
20 g6 (untuk poros), dan 20 H5 (untuk lubang),
sehingga apabila mereka disatukan dapat ditulis sbb,
20 H5 g6
Simbul huruf (g atau H) tersebut menyatakan jarak garis batas terdekat
dengan garis nol dan disebut sebagai penyimpangan-fundamaental. Simbol angka (5
atau 6) diatas menyatakan besar-daerah-toleransi (IT). Semua huruf abjad kecuali
i,l,o,q dan w (atau I,L,O,Q,W) digunakan untuk menyatakan penyimpangan
fundamental. Bagi setiap huruf harga penyimpangannya akan berbeda dengan huruf
lainnya dan khusus untuk huruf h (poros) atau H (lubang) penyimpangan
fundamentalnya berharga nol, lihat gambar 3.2. Ukuran dasar menentukan besar
kecilnya penyimpangan fundamental bagi suatu simbol huruf. Demikian pula halnya
untuk besar daerah toleransi yang dalam hal ini diwakili oleh simbul angka juga
ditentukan oleh besar kecilnya ukuran dasar. Dengan kata lain, harga numerik dari
simbol huruf dan angka ini merupakan fungsi dari ukuran dasar. Tabel 4.1
menunjukkan suatu contoh harga numerik untuk penyimpangan fundamental dan
besar daerah toleransi.

58

Gambar 3.2 Penyimpangan Untuk Simbol Huruf


Penyimpangan fundamental yang diwakili oleh huruf (huruf besar untuk
lubang dan huruf kecil untuk poros) yang menyatakan posisi daerah toleransi
terhadap garis nol (ukuran dasar). Besar daerah toleransi tidak ditunjukkan karena
tergantung pada simbol angka. Pada gambar 3.2 hanya diperlihatkan arah
pembesarannya, dimana mulai dari huruf a s.d. h daerah toleransi membuka ke
bawah, selanjutnya s.d.z membuka ke atas. Bagi lubang, hal sebaliknya yang berlaku.
Tabel 3.1 Contoh Harga Penyimpangan Fundamental dan Besar Daerah Toleransi
Ukuran

Penyimpangan Fundamental (m)

Daerah Toleransi (m)

Dasar (mm)

>10 s.d. 18

-16

16

-6

12

-5

11

18

27

>18 s.d. 30

-20

20

-7

15

-7

13

21

33

>30 s.d. 50

-25

25

-9

17

-8

11

16

25

39

Berdasarkan tabel 3.1 tersebut maka bagi contoh pernyataan toleransi ukuran dengan
simbol huruf dan angka seperti yang ditunjukkan dimuka dapat diketahui harga
toleransi numeriknya yaitu,
Poros, 20 g6 berarti

20

0.007
0.020

; dan Lubang, 20 H5 berarti

59

20

0.009
0

Apabila poros dan lubang tersebut disatukan (20 H5-g6) pasti terjadi kelonggaran.
Kelonggaran terbesar yang mungkin terjadi adalah bila poros mempunyai ukuran
persis pada batas terkecil (20-0,020 = 19,98 mm) dan lubang pada ukuran terbesar
(20 + 0,009 = 20,009 mm). Oleh sebab itu,
Kelonggaran maks = 20,009 19,980 = 0,029 mm dan
Kelonggaran min = 20,000 19,993 = 0,007 mm.
Suatu suaian yang setaraf dengan suaian di atas (20 H5-g6) bisa dibentuk dengan
mempertukarkan simbol huruf bagi poros dan lubang yang bersangkutan yaitu,
20 G5-h6
Harga masing-masing toleransi dari suaian yang setaraf ini adalah,

0.016

Poros, 20 h6 berarti 20 0.013 ;dan Lubang, 20 G5 berarti 20 0.007


Sehingga kelonggaran maksimum atau minimum yang mungkin terjadi adalah,
Kelonggaran maks. = 20,016 19,987 = 0,029 mm, dan
Kelonggaran min. = 20,007 20,000 = 0,007 mm.
Dari contoh diatas terlihat bahwa dengan menganut sistem toleransi ISO maka
pertukaran simbol huruf dimungkinkan tanpa mengubah jenis suaian dan
karakteristik suaian (kelonggaran maksimum dan minimum yang tetap). Hal ini
kedua suaian menganut jenis satuan suaian yang berbeda (satuan poros bila
mengandung simbol huruf h atau satuan lubang bila mempunyai simbol huruf H).
Seperti gambar 3.3.
Dalam perancangan suaian ISO menganjurkan untuk memilih dan
menetapkan (membiasakan) salah satu sistem satuan suaian. Sistem Satuan Lubang
(lubang dengan simbol huruf H) mempunyai keuntungan ditinjau dari poros
pembuatan. Dalam satuan lubang ini suaian yang diinginkan dapat dipilih dengan
cara mengubah toleransi porosnya (mengubah simbol huruf bagi poros). Dengan
demikian dalam produksi massal (misalkan untuk satu jenis ukuran dasar) hanya
diperlukan jumlah perkakas potong (satu reamer untuk penghalusan lubang) dan alat
ukur (satu kaliber poros pemeriksa lubang) yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan sistem satuan poros. Gambar 3.3 menunjukkan tiga macam suaian (longgar,
pas, dan paksa) dengan sistem suaian satuan poros dan Sistem suaian satuan
lubang. Pertukaran antara kedua sistem suaian dilaksanakan dengan mudah yaitu
hanya dengan mempertukarkan simbol hurufnya dengan hasil suaian yang setaraf.

60

Misalnya suaian longgar satuan lubang 20 H5-g6 diubah menjadi suaian longgar
satuan poros 20 G5-h6. Demikian pula untuk jenis suaian yang lain (pas 20 H5-n6
menjadi 20 N5-h6, paksa 20 H5-p6 menjadi 20 P5-h6).

Gambar 3.3 Macam-macam Suaian


Sistem Satuan Poros (poros dengan simbol h) jarang dipakai kecuali kalau
industri pemesinan yang bersangkutan banyak mengerjakan kontruksi dengan
menitikberatkan pada poros sebagai acuan. PHILIPS sebagai industri elektronika
menggunakan sistem satuan poros karena dalam pembuatan PCBnya digunakan
stamping (punch & dies) yang banyak menggunakan pelubang berupa poros. Dengan
kemajuan teknologi pembuatan dan pengukuran saat ini boleh dikatakan kedua
sistem satuan suaian ini tidak berbeda. Meskipun demikian dianjurkan untuk tetap
memilih salah satu sistem saja yang diterapkan demi untuk menjaga kebiasaan dan
kelangsungan acuan/standard pabrik.
Meskipun standar ISO menetapkan berbagai kemungkinan jenis suaian
dengan menggunakan salah satu sistem suaian dengan kombinasi simbol huruf dan
angka yang sembarang akan tetapi demi untuk mempermudah perancangan dan
pembuatan maka dianjurkan untuk membatasi jenis suaian. Tabel 3.2 merupakan
suatu contoh jenis suaian yang dianjurkan untuk berbagai keperluan. Dengan
memilih dan membatasi jenis suaian lebih jauh lagi (makin sedikit) maka akan lebih
menguntungkan.

61

Tabel 3.2 Jenis Suaian yang dianjurkan untuk berbagai keperluan.

Hal 7

62

3.1.2

Toleransi Bentuk dan Posisi

Menurut konsep ISO, toleransi dimensi/ukuran ini berlaku pada setiap


penampang dari bentuk geometrik (poros/lubang) yang bersangkutan. Apabila ukuran
sebenarnya dari benda ukur (produk) ini ternyata masuk dalam daerah toleransi yang
dimaksud berarti ukuran tersebut baik. Hal ini berlaku pula bagi penampang pada
posisi lain dari poros/lubang yang bersangkutan. Meskipun demikian toleransi
ukuran/dimensi ini tidak membahas mengenai hubungan antara satu penampang
terhadap penampang lain bagi poros /lubang yang bersangkutan. Dalam hal ini
dianggap poros/lubang yang bersangkutan mempunyai sumbu yang ideal. Pada
kenyataannya tidak ada satupun elemen geometrik yang bisa dibuat secara ideal.
Oleh sebab itu diperlukan suatu jenis toleransi yang lain yaitu Toleransi Bentuk dan
Posisi.
Sebenarnya dalam beberapa kasus toleransi ukuran/dimensi ini bisa
membatasi terjadinya kesalahan bentuk dan posisi misalnya kebulatan, posisi sumbu,
ketegaklurusan, kesilindrisan dan sebagainya. Jika harga toleransi ukuran/dimensi ini
diperkecil maka kesalahan-kesalahan bentuk dan posisi seperti ini otomatis juga
diperkecil. Akan tetapi pengecilan harga toleransi (simbol angka diperkecil !) akan
mempersulit proses pembuatan dan ongkos pembuatan menjadi naik. Oleh sebab itu,
pemakaian Toleransi Bentuk dan Posisi sangat dianjurkan sebab:
-

Ukuran dan bentuk/posisi merupakan elemen geometrik yang berbeda yang


seharusnya ditangani secara berbeda.

Menjamin sifat ketertukaran (interchangeability) yang merupakan falsafah


dasar dari produksi massal.

Mempermudah proses pembuatan.

Memperjelas metode pengukuran sehingga menghindarkan terjadinya


kesalahan pengertian toleransi yang tercantum pada gambar teknik
(memperlancar komunikasi).

Jenis toleransi bentuk dan posisi yang dianjurkan ISO beserta notasi yang digunakan
ditunjukkan seperti pada tabel 3.3. Pada gambar teknik simbol ini diletakkan pada
suatu kotak dimana tercantum pula harga toleransinya. Kemudian kotak toleransi63

bentuk dan posisi ini dihubungkan dengan elemen geometrik yang diberi toleransi
dengan anak-panah dan segitiga-terbalik dipakai untuk menunjukkan elemendasar/acuannya. Pemakaian suatu jenis toleransi bentu/posisi dengan menunjukkan
elemen yang diberi toleransi dan elemen dasarnya (bila diperlukan) dengan suatu
cara yang tertentu akan menghasilkan suatu arti yang spesifik. Dalam hal ini daerah
toleransi yang dimaksud (diimajinasikan/dibayangkan) bisa berupa bidang yang
dibatasi dua garis sejajar, ruang yang dibatasi dua bidang sejajar atau ruang yang
dibatasi oleh permukaan dua silindris konsentrik dan sebagainya, tergantung dari
cara pemberian toleransi tersebut. Tabel 3.3 adalah merupakan contoh pemakaian
toleransi bentuk dan posisi beserta penjelasan daerah toleransi yang diimajinasikan.
Tabel 3.3 Jenis Toleransi Bentuk dan Posisi menurut ISO

Hah 8

Seperti halnya dengan toleransi dimensi/ukuran maka bila tidak diperlukan


benar toleransi bentuk dan posisi ini pun tidak perlu dicantumkan. Pertimbangan atas
perlu tidaknya pemakaian toleransi geometrik tidaklah semata-mata ditentukan oleh
perancang melainkan juga oleh bagian pembuatan, perakitan atau bahkan bagian
pemeliharaan mesin/perkakas dan jasa purna jual (after sale service). Apabila
menurut pengalaman, bila ternyata suatu jenis kesalahan bentuk/posisi tidak akan
banyak mempengaruhi fungsional mesin/alat yang bersangkutan maka harga
64

toleransi bentuk/posisinya perlu diperbesar atau dihilangkan saja. Demikian pula


halnya bila suatu cara pembuatan ternyata akan menghasilkan bentuk/posisi yang
cukup baik (kesalahannya kecil) maka dalam pemeriksaannya bisa diabaikan.
Kecuali untuk komponen yang akan dibuat oleh pabrik lain (subcontracted part)
maka penyantuman toleransi geometrik diusahakan sesedikit mungkin.
3.1.3

Kehalusan Permukaan

Seperti halnya dengan elemen geometrik yang lain maka kehalusan dan tekstur
(rupa) permukaan bisa merupakan elemen geometrik penting, misalnya bila
permukaan berfungsi untuk;
-

Mengurangi gesekan.

Mempertinggi kekuatan elemen mesin dalam menahan beban dinamik dalam


kaitannya dengan umur dan kerusakan karena kelelahan (fatique).

Mmepermudah pemerosesan berikutnya seperti dalam pengeleman, atau


pelapisan.

Memperindah rupa/tekstur.

Untuk menjamin kesamaan atau ketertukaran (interchangeability) maka bagi


permukaan pun dapat diberikan toleransi kehalusan. Pada mulanya (dan hingga saat
ini masih juga ditemukan) digunakan tanda atau simbol segitiga pada gambar teknik.
Simbol segitiga ini sebenarnya tidak/kurang mampu dipakai sebagai acuan untuk
menentukan kualitas permukaan karena hanya bersifat kualitatif. Oleh sebab itu ISO
menganjurkan pemakaian simbol kehalusan permukaan sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar 3.4.
Harga maks. parameter kehalusan/kekasaran
permukaan rata-rata aritmetik Ra sebesar 3,2 m.

Proses freis
32

Proses yang dianjurkan demi untuk menghasilkan


tekstur yang spesifik.

0.8
Panjang sampel 0,8 mm yang digunakan untuk
melaksanakan pengukuran Ra.
Simbol arah jejak/tekstur permukaan; pada contoh
ini arah tsb. Tegak lurus garis/penampang benda.

Gambar 3.4 Simbol Kehalusan Permukaan

65

Dengan alat ukur kekerasan permukaan bisa dihasilkan grafik kekasaran/kehalusan


permukaan dan dinamakan sebagai profil terukur, lihat gambar 3.5. Berdasarkan
grafik tersebut dapat didefinisikan beberapa parameter dengan nilai numerik yang
menggambarkan sampai sejauh mana kekasaran/kehalusan permukaan yang diukur,
antara lain:
Rt ;

Kekasaran total (peak to valley height) yang merupakan jarak antara profil
referensi ke profil dasar.

Ra ;

Kekasaran rata-rata aritmetik (mean roughnees, center line average) yang


merupakan jarak rata-rata absolut antara profil terukur terhadap profil tengah.

Rp ;

Kekasaran perataan (depth of surface smoothness) adalah jarak rata-rata


antara profil referensi dengan profil terukur.

Rz ;

Kekasaran total rata-rata, merupakan jarak rata-rata profil dasar ke profil


terukur pada lima puncak dikurangi jarak rata-rata profil dasar ke profil
terukur lima lembah.

Gambar 3.5 Grafik Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan


Jika profil geometrik ideal (garis lurus) digeser hingga menyinggung profil terukur
pada puncak tertinggi pada suatu panjang sampel maka dinamakan sebagai profil
referensi dan bila menyinggung dasar terendah dinamakan profil dasar. Profil tengah
merupakan profil referensi yang digeser kebawah sehingga luas daerah diatas sama
dengan luas daerah dibawah diantara profil tengah terhadap profil terukur.

66

Pendifinisian profil-profil ini dimaksudkan untuk menentukan parameter permukaan


Rt, Rp, Ra, Rz.
Secara definitif parameter-parameter permukaan tersebut berbeda. Meskipun
demikian suatu jenis permukaan bisa mempunyai harga yang berbeda atau bisa juga
hampir sama. Hasil proses pengerjaan bisa menghasilkan tekstur yang spesifik
dengan harga parameter permukaan yang tertentu. Bila kekerasan meninggi biasanya
semua parameter kekerasan tersebut juga menaik. Hasil pengamatan (empirik)
menunjukkan adanya korelasi antara parameter kekasaran ini sebagaimana yang
ditunjukkan pada tabel 3.4. ISO Number of Roughness Index (N 3 s/d N12) bisa
dipakai menggantikan harga Ra untuk menyatakan kekerasan pada gambar teknik,
lihat gambar 3.4. Sementara itu, bisa juga digunakan parameter kekerasan yang lain
(Rt, Rp, atau Rz) asalkan diletakkan disamping harga panjang sampel yang
menggambarkan pergeseran sensor alat ukur kekerasan permukaan. Sesuai dengan
kekasarannya panjang sampel tersebut harus dipilih dengan betul (N 2 s.d N 4
sebesar 0,25 mm ; N 5 s.d N 8 sebesar 0,8 mm ; N 9 s.d N 10 sebesar 2,5 mm dan di
atas N 11 digunakan panjang sampel sebesar 8 mm). Jika diinginkan petunjuk yang
jelas mengenai arah dari tekstur permukaan (jejak bekas proses pemesinan) dapat
digunakan tekstur seperti ditunjukkan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Tektur Permukaan.

67

Tabel 3.5 Ekuivalensi Beberapa Parameter Kekasaran Permukaan


No

Tingkat

Mean

Kekasaran

Roughness

Valey

ISO

Index

Height Rt ;

Rz; m
Ra;

Peak

Number

N 12

50,0

163,0

120,0

N11

25,0

84,0

63,0

N 10

12,5

44,0

32,0

N9

6,3

23,0

18,0

N8

3,2

12,0

10,0

N7

1,6

6,2

6,0

N6

0,8

3,2

3,0

N5

0,4

1,7

1,6

N4

0,2

0,9

0,9

10

N3

0,1

0,4

0,5

to

Simbol

Keterangan

Segitiga

m
Sangat kasar

Kasar
Normal

Halus
Sangat Halus

3.2 Toleransi Ulir


Beberapa komponen mesin mempunyai bentuk geometri yang spesifik
misalkan ulir dan roda gigi. Bagi bentuk-bentuk yang spesifik ini ISO telah
merekomendasikan penentuan jenis dan harga toleransinya dengan tujuan untuk
menjamin sifat ketertukaran komponen mesin yang bersangkutan.
Ulir merupakan suatu bentuk geometrik yang spesifik dengan fungsi yang
khusus antara lain sebagai alat pemersatu atau alat penerus putaran/daya. Jenis ulir
ada berbagai macam dan bentuknya telah distandarkan. Tiga macam jenis ulir dengan
profil standarnya adalah seperti yang ditunjukkan gambar 4.6. Baik ulir yang
merupakan ulir luar (baut) atau ulir dalam (mur), mempunyai lebih dari satu elemen
geometrik. Untuk menjamin sifat ketertukaran diperlukan pemberian toleransi bagi
ketiga elemen geometrik yang penting yaitu bagi,
-

Diameter mayor

Diameter minor
68

Diameter pits.

Mesakipun elemen geometrik lain tidak diberi toleransi dalam hal ini bukan berarti
merupakan elemen geomerik tak penting. Menurut keterkaitan antara satu elemen
geometrik terhadap elemen geometrik yang lain maka suatu bentuk kesalahan pada
suatu elemen geomerik akan menyebabkan perubahan pada elemen geometrik yang
lain. Dengan demikian cukup diberikan toleransi bagi ketiga diameter diatas. Secara
fungsional kesalahan pits (sehingga diameter pits ini juga disebut sebagai diameter
fungsional).
Menurut ISO cara pemberian toleransi adalah dengan menggunakan simbol
huruf dan angka sebagai contoh berikut, M 10 x 1,5 6g

69

Gambar 3.6.a Elemen geometrik dari Ulir Luar dan Dalam

70

Gambar 3.6 b Pemerikaan Kualitas Rakitan dengan Metode Penyebaran Tinta

Yang berarti ulir metrik dengan pits sebesar 1,5 mm dan jenis toleransinya 6g bagi
diameter pits dan diameter mayor. Daerah toleransinya diimajinasikan sebagai
diagram skematik seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.7. Dalam hal ini simbol
angka (6) menyatakan besar daerah toleransi dan simbol huruf (g) menunjukkan
penyimpangan fundamental. Jadi serupa dengan simbol toleransi ukuran/dimensi
kecuali dalam hal ulir garis nolnya adalah merupakan garis yang membentuk profil
dasar ulir.
71

Gambar 3.7 Daerah Toleransi Diameter Mayor, Minor dan Pits


Penjelasan gambar 3.7 adalah merupakan daerah toleransi yang diimajinasikan bagi
diameter mayor, minor dan pits. Cara ISO dalam mendefinisikan toleransi ulir ini
serupa dengan toleransi dimensi/ukuran yaitu dengan menyatakan besar daerah
toleransi dengan simbol angka dan penyimpangan fundamental dengan simbol huruf.
Dalam hal ulir, yang dimaksud dengan garis nol adalah garis dari profil dasar bagi
ulir yang bersangkutan.
3.3 Toleransi Roda Gigi
Serupa dengan ulir, roda gigi juga mempunyai lebih dari satu elemen geometrik.
Gambar 3.8 menunjukkan basic rack yaitu profil dasar dari suatu roda gigi lurus yang
72

dapat diwujudkan sebagai pahat potong bagi pembuat roda gigi dengan metode
generasi (gear shaping misalnya). Akibat dari gerakan pahat (gear shaper) relatif
terhadap bahan roda gigi maka akan terwujud profil gigi dari suatu roda gigi, lihat
gambar 4.9. Elemen geometrik dari roda gigi ini (bergigi lurus) adalah,
da = diameter puncak

p = pits

d = diameter refrensi

hz = tinggi gigi

df = diameter kaki

ha = addendum

db = diameter dasar

hf = dedendum

Seperti halnya dengan toleransi dimensi dan ulir ISO mendefinisikan tolransi
roda gigi ini dengan memakai simbol huruf dan angka seperti contoh berikut: 6FL
Simbol angka (6) menyatakan kualitas toleransi, simbol huruf mula (F)
menggambarkan penyimpangan atas dan huruf terakhir (L) adalah penyimpangan
bawah. Berdasarkan simbol angka dan huruf ini dapat diketahui harga toleransi tebal
gigi, lihat gambar 3.9. Tebal gigi dalam hal ini bisa diukur melalui pengukuran
langsung atau melalui pengukuran jarak antara sisi kiri suatu gigi dan sisi kanan gigi
yang lain. Yang terpisahkan sejauh k buah gigi (metode jarak singgung dasar).

(a)

(b)

Gambar 3.8 Profil Standar ISO Batang Gigi


Seperti gambar 3.8 dimana profil standar ISO untuk batang gigi (a) yang bisa
merupakan profil pisau pemotong dalam proses pembuatan roda gigi secara generasi.
Gambar (b) menunjukkan elemen geometri dari suatu roda gigi lurus.

73

(a) Toleransi Tebal Gigi


(b) Toleransi Jarak Singgung Dasar
Gambar 3.9 Toleransi Pada Gigi
Toleransi tebal gigi yang dinyatakan dengan penyimpangan atas dan bawah relatif
terhadap garis nol seperti halnya pada toleransi ukuran. Dalam hal roda gigi, garisnol tersebut menyatakan posisi teoritik dari ketebalan satu gigi pada lingkaran
referensi (lihat a) atau jarak singgung dasar W yang melingkupi sejumlah gigi (k
gigi, lihat b).
Berdasarkan simbol angka tersebut dapat dilihat pada tabel toleransi roda gigi
besarnya toleransi atau kesalahan maksimum yang diijinkan bagi beberapa elemen
geometrik yang lain, lihat tabel 3.6. Jadi angka kualitas (toleransi) ini menentukan
fungsi roda gigi dan karena menentukan besarnya kesalahan maka berkaitan pula
dengan cara pembuatan roda gigi yang cocok, lihat tabel 3.7. Gambar 3.10
menunjukkan cara penyantuman informasi mengenai elemen geometrik roda gigi
beserta harga toleransinya. Perhatikan cara pemberian toleransi dimensi, bentuk dan
posisi dari roda gigi yang bersangkutan. Dengan informasi yang lengkap seperti ini
maka akan mempermudah proses pembuatan dan pengukurannya sehingga kualitas
geometriknya bisa dijamin baik.

Tabel 3.6 Kesalahan Geometrik Roda Gigi

74

Hal 17

Gambar 3.10 Contoh Gambar Teknik Roda Gigi Beserta Tabel Informasi.
Tabel 3.7 Pemilihan Kualitas Roda Gigi ditinjau dari Fungsi dan Cara Pembuatannya

75

TUGAS:
Tuliskan toleransi numerik

x1
x 2

dan berapa kelonggaran maksimum dan minimum

untuk toleransi ISO berikut:


a. 35 G7 h8
b. 15 N5 n6

76

Anda mungkin juga menyukai