Anda di halaman 1dari 21

COMPARATIVE FLOW MEASUREMENT APPARATUS

Akhmad Faqih Fauzan


(2115105023)
Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Surabaya.
25 November2015.
Abstrak
Fluida dapat mengalir dalam sistem perpipaan karena mempunyai energi. Dalam
sistem perpipaan, energi yang digunakan fluida untuk bisa mengalir juga bisa berkurang.
Berkurangnya energi tersebut biasa disebut headloss.Headloss terjadi karena 2 penyebab,
pertama adanya gesekan antara fluida dengan pipa di sepanjang aliran (headloss major),
dan bentuk fitting perpipaannya (headloss minor).
Langkah-langkah percobaan untuk mengukur headloss antara lain : pertama,
persiapan percobaan yang terdiri dari penyambungan pipa supply dan buang perpipaan,
pengaturan laju aliran pada sistem perpipaan, membuang udara di dalam manometer dan
sistem perpipaan, dan supply tekanan pneumatik. Langkah kedua adalah pengukuran
antara lain, laju aliran yang ditunjukkan pada rotameter (Q) dari 200-1600 liter/jam,
tekanan udara regulator dalam pipa manifold atas, head statik yang ditunjukkan pada
manometer (h1-h12), dan temperatur air masuk sistem perpipaan..
Hasil dari percobaan ini antara lain diketahuinya beberapa parameter antara
lain,laju aliran yang ditunjukkan pada rotameter (Q) pada 200-1600 liter/jam, head statik
yang ditunjukkan pada manometer (h1-h12), kerugian energi (headloss) aliran pada fitting
pipa (jenis fitting pipa : sudden enlargement, sudden contraction dan elbo 90),
kecepatan aliran pada sistem perpipaan, bilangan reynolds, coefficient of losses melalui
fitting perpipaan, laju aliran aktual (Q act), coefficient of discharge aliran melalui
flowmeter (flometer jenis venturi dan orrificermeter), head dinamik (velocity head) aliran
pada sistem perpipaan. Selain itu dari perhitungan parameter didapatkan grafik
hubungan : KLC terhadap Red1, KLS terhadap Red1, KLE terhadap Red1, KL terhadap Red1,
Cdv terhadap Red2, Cdo terhadap Red0, dan Cd terhadap Red2.
Kata kunci : headloss, f itting, coefficient of losses, cofficient of discharge.

1
I. PENDAHULUAN
Zaman modern, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang dengan
pesat. Sehingga kehidupan manusia sudah tak bisa lagi dilepaskan darinya. Baik ilmu
pengetahuan dan teknologi sederhana, maupun yang tingkat tinggi. Salah satunya adalah
pengembangan ilmu pengetahuan tentang mekanika fluida yang menghasilkan teknologi
di bidang tersebut. Hal tersebut dapat digunakan untuk memindahkan fluida dari tempat
rendah ke tempat yang lebih tinggi atau sebaliknya. Sejarah perkembangan dari ilmu
mekanika fluida sendiri menunjukkan bahwa jarang sekali masalah mengenai aliran nyata
dapat dipecahkan dengan hanya memakai metode analitis. Maka harus dilakukan
berbagai percobaan/eksperimen untuk membantu pemecahan masalah-masalah mekanika
fluida yang sulit. Sehingga pemecahan masalah lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan metode gabungan antara analitis dengan eksperimen untuk memastikan
kebenaran dari metode analitis yang dihasilkan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut : Untuk mengamati fenomena yang terjadi pada fluida Incompressible
yang mengalir di dalam sistem perpipaan, khususnya kerugian head fluida dan losses
coefficient aliran yang melalui suatu fitting perpipaan dan juga untuk mengamati
kelakuan fluida Incompressible pada aliran didalam sistem perpiaan, khususnya laju
aliran teoritis dan koefisien discharge aliran melalui flowmeter pada system perpipaan
dengan hubungannya terhadap perubahan laju aliran. Sedangkan untuk batasan masalah
pada praktikumComparative Flow Measurement Apparatus adalah:

1. Fluida dalam kondisi steady flow, yaitu suatu kondisi dimana fluida yang
mengalir dianggap tidak memiliki perubahan kecepatan terhadap waktu selama
fluida mengalir.
2. Fluida imcompressible, yaitu suatu kondisi dimana varietas density fluida tidak
lebih dari 5% dan mach number tidak lebih dari 0,3%.
3. Aliran viscous, yaitu aliran dimana viskositas fluida sangat berpengaruh
sehinggamenghasilkan tegangan geser pada aliran.
4. Flow along streamline, yaitu fluida mengalir sepanjang streamline.

II. DASAR TEORI


A. Persamaan Dasar Energi
Rumus yang kita ketahui dapat diturukan dari persamaan sebagai berikut :

ed + (e+ pv )
V d
A
cs

W sW shear W other =
Q
t cv

Asumsi :
1. Ws = 0
2. Wshear = 0
3. Wother = 0
4. Steady Flow
5. Incompressible flow
6. Internal energy dan tekanan uniform pada section 1 dan 2
V2
e u gz
2
karena,

Maka,
p p
Q m u2 u1 m
2 1 m g z 2 z1

V22 V12
V 2 dA2 V1 dA1
A2 2 A1 2

Note:
1. Kita tidak mengasumsikan bahwa aliran adalah uniform karena kita tahu
bahwa aliran adalah viscous.
2. Bagaimanapun juga akan lebih mudah bila kita menggunakan kecepatan

rata-rata ( V ), untuk itu didefinisikan koefisien Energi Kinetik (a):

A
V 3 dA
m V 2

p p
Q m u2 u1 m 2 1 m g z2 z1

2 V2 2 1 V1 2
m

2 2
Sehingga persamaanya menjadi,
Bila dibagi dengan m
persamaan yang didapat,

Q
2 2
p p V V
u2 u1 2 1 gz2 gz1 2 2 1 1
dm 2 2

p1 1 V1 2 p2 2 V2 2
gz gz u2 u1 Q
2
1 2
2 dm

Atau,

B. Macam-macam Headloss Total Head Loss


hLT hL hLm
Total Head Loss (hLT) : merupakan jumlah dari major losses
(hL) dan minor losses (hLm)

1. Major losses : kerugian energi


Majorkarena
Losses gesekan pada dinding pipa lurus yang
Minor Losses

mempunyai luas penampang yang sama/tetap

LV2
hL f
D 2

2. Minor Losses (hLm):Kerugian energi karena : perubahan penampang pipa; entrance;


sambungan; elbow; katup; dan asesoris perpipaan lainnya
V2
hLm K
2

C. Cefficient of Losses (KL)


Coefficient of Losses (KL) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara
hedloss dengan head velocity pada suatu aliran. K Laliran yang melalui fitting perpipaan dapat
dihitung menggunakan rumus :
1. KL aliran melalui sudden enlargement
h LS
K LS = 2

( V upstream
2. g )
2. KL melalui sudden contraction
h LC
K LC = 2

( V downstream
2. g )
3. KL melalui elbow 90
h
K =
V 2upstr eam
( 2. g )
D. Coefficient of Discharge (Cd)
Coefficient of Discharge (Cd) adalah bilangan yang menunjukkan perbandiangan antara
actual discharge dangan theoritical discharge pada suatu aliran. Cd aliran yang melalui flowmeter
dapat dihitung menggunakan rumus :
1. Coeff. of discharge aliran melalui venturimeter
Qact Q act 1 4
C dv = =
Qtheoritical A1 2 g(h 1h2 )

2. Coeff. of discharge aliran melalui orificemeter


Qact Q act 1 4
C d 0= =
Qtheoritical A1 2 g(h 7h8 )

dt
Dengan : =
do

Dimana : 1 4 = velocity of approach factor


dt = diameter throat flowmeter, dalam meter
do = diameter inlet flowmeter, dalam meter

E. Macam-Macam Fitting Perpipaan


1. Sudden Enlargement

2. Sudden Contraction

3. Elbow 90

F. Macam-macam Flowmeter
1. Venturimeter
2. Orificemeter

III. METODOLOGI
Pada praktikum Comparative Flow Measurement Apparatus ada beberapa
langkah yang dilakukan sebelum pengambilan data. Langkah-langkah tersebut adalah:
A. Persiapan Percobaan
Sebelum melakukan pengamatan dan pengambilan data dalam praktikum,
dilakukan persiapan percobaan sebagai berikut:
1. Penyambungan pipasupply dan buang sistem perpipaan. Pastikan semua katup vent
udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M) dan saluran buang (1D-9D) telah
tertutup. Pipa air supply dihubungkan dengan masukan aliran air (W-1) dan pipa
buang dihubungkan dengan keluaran air (W-2)
2. Pengaturan laju aliran pada sistem perpipaan. Lajualiran melalui katup by pass
discharge pompa sirkulasi dan katup outlet aliran.
3. Membuang udara di dalam manometer dan sistem perpipaan. Katup venturi
udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M) dan katup stop (5V-2V)
digunakan untuk membuang udara didalam manometer dan sistem perpipaan.
4. Supply tekanan penumatik. Tekanan udara pada pipa manifold atas dikontrol
dengan penumatik regulator.

B. Pengukuran Pada Alat Praktikum


Adapun tahapan pengukuran pada alat praktikum yaitu :
1. Laju aliran actual yang ditunjukan pada rotameter (Q)
2. Tekanan udara regulator dalam pipa manifold atas (common top manifold)
3. Debit diatur dari debit 200 sampai dengan 1.600
4. Tunggu sampai air dalam keadaan stabil
5. Pembacaan data percobaan

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pada praktikumComparative Flow MeasurementApparatus didapatkan hasil
percobaan yang dituangkan kedalam grafik percobaan dan contoh perhitungan untuk
data ke 1 yang berkaitan dengan praktikum ini, sebagai berikut:

A. Data Percobaan
(Data terlampir)

B. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan untuk mengukur headloss dan losses koefisien aliran yang
melintasi sistem perpipaan. Contoh data ke-1
1. Laju aliran actual ( Qact , m3/s )
1
Qact =Qrotameter x
3600 x 1000

200

3600 x 1000

= 5,6 x 10-5 m3/s


2. Kecepatan aliran pada sitem perpipaan ( V, m/s )
a. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d1
Qact
V 1=

x d 21
4

5,6 x 105

2
x ( 0,026 )
4
0,104638 m/s

b. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d4


Q
V 4 = act
2
x d4
4
5,6 x 105

2
x ( 0,05 )
4
0,028294 m/s

3. Bilangan Reynold aliran melalui sistem perpipaan ( Re )


a. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V1
V 1 d1 0.104638 x 0,026
Red1 = v = 0,000016

=170,04
b. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V4
V 4 d4 0.028294 x 0,05
Red4 = v = 0,000016

= 88,42
4. Head dinamik (velocity head) ,(hv, m)
a. Head kecepatan berdasarkan V1
V 21 ( 0.104638 )2
hv1 = 2 g = 2 x 9,81

= 5,6 x 10-4
b. Head kecepatan berdasarkan V4
V 24 ( 0.028294 )2
hv4 = 2 g = 2 x 9,81

= 4,1 x 10-6
5. Kerugian head (headloss) aliran melalui fitting perpipaan ( hL minor , m )
a. Head loss aliran melalui sudden enlargement
V 23V 24
hLs= (h3-h4) + 2g( )
( 0,10464 )2( 0,02829 )2
= ( 554554
1000 ) + ( 2 x 9,81 )
= 5,2 x 10-4 m
b. Head loss aliran melalui sudden contraction
V 25V 26
hLc= (h5-h6) + 2g ( )
( 0,02829 )2( 0,10464 )2
= ( 552551
1000 ) + ( 2 x 9,81 )
= 4,8 x 10-4 m
c. Head loss aliran melalui elbow 90
hLe= (h9-h10)
545545
= ( 1000 )
= 0m
6. Koefisien losses aliran melalui fitting perpipaan dengan kerugian head ( KL )
a. Coeff.of losses aliran melalui sudden enlargement
h Ls
2
KLs =
( V upstream
2g )
5,2 x 104
( 0,10464 )2
=
( 2 x 9,81 )
= 0.927
b. Coeff.of losses aliran melalui sudden contraction
h Lc
2
KLc =
( V down stream
2g )
4,8 x 104
( 0,02829 )2
=
( 2 x 9,81 )
= 11,831
c. Coeff.of losses aliran melalui elbow 90
h
V 2 upstream
KLe =
( 2g )
0
( 0,10464 )2
=
( 2 x 9,81 )
=0

Contoh perhitungan untuk mengukur debit teoritis dan koefisien discharge aliran melalui
flowmeter pada sistem perpipaan. Contoh data ke -1
1. Laju aliran actual ( Qact , m3/s )
1
Qact =Qrotameter x
3600 x 1000

200

3600 x 1000

= 5,6 x 10-5 m3/s


2. Kecepatan aliran pada sitem perpipaan ( V, m/s )
a. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d1
Qact
V 1=

x d 21
4

5,6 x 105

2
x ( 0,026 )
4

0.104638 m/s

b. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d4


Q
V 4 = act
2
x d4
4

5,6 x 105

2
x ( 0,05 )
4

0.028294 m/s

3. Bilangan Reynold aliran melalui sistem perpipaan ( Re )


a. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V1
V 1 d1 0.104638 x 0,026
Red1 = v = 0,000016

= 170.04
b. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V4
V 4 d4 0.028294 x 0,05
Red4 = v = 0,000016
= 88.42
4. Head dinamik (velocity head) , (hv, m)
a.
Head kecepatan berdasaekan V2
V 22 ( 0.276 )2
hv2 = 2 g = 2 x 9,81 = 3,9 x 10-3

5. Coefficient of discharge aliran melalui flowmeter, C.


a. Coeff. of discharge aliran melalui venturimeter
Qact
C dv =
Qtheoritical

Qact 1 4
C dv =
A1 2 g(h1h2 )

5,6 x 105 . 0.9257


C dv =
0.001109
C d v =0.695

b. Coeff. of discharge aliran melalui orificemeter


Qact
C d 0=
Qtheoritical

Qact 1 4
C d 0=
A1 2 g(h7h 8)

5,6 x 105 . 0.9257


C d 0=
0.0000343
C d 0= 1.508

C. ANALISA GRAFIK
A. AnalisaGrafik Hubungan KLSTerhadap Red1
Grafik KLS Terhadap Red1
1.000
0.800
0.600 kLs Polynomial (kLs)
0.400
0.200
0.000
0.00 500.00 1000.00 1500.00
Dari grafik yang ditunjukan,
Grafik 3.1 Grafik Hubungan KLsTerhadap Red1 dapat terlihat bahwa nilai KLS
mengalamipenurunanyang cukup tinggi, yaitu dari data pertama ke data kedua, dari nilai
0,927 ke 0,13. Kemudian naik kembali perlahan hingga nilai sebesar 0,838. Setelah itu
grafik trendline cenderung mengalami kondisi fluktuatif.
Saat melewati sudden enlargement, aliran akan melewati perbedaan luas penampang,
yang semula kecil berubah menjadi lebih besar. Hal ini akan menyebabkan perubahan
kecepatan sekaligus tekanan, yang semula kecepatan tinggi dengan tekanan rendah
berubah dengan menurunnya kecepatan dan naiknya tekanan, sehingga headloss juga
akan bertambah. Berdasarkan persamaan untuk menghitung nilai KLS, jika kapasitas
aliran naikmaka kecepatan aliran juga ikut naik dan Red 1 akan naik pula. Kemudian jika
kapasitas aliran naik, maka KLSdan headloss akan turun. Dan ketika kapasitas aliran naik,
maka perbedaan tekanan (P) inlet dan outlet fitting pipa akan naik pula. Jika P naik
maka headloss juga naik. Tetapi karena kenaikan P tidak sebesar kenaikkan kapasitas
aliran, hal ini tetap akan membuat nilai dari KLS turun ketika kapasitas aliran dinaikkan.
Dari pengertian ini maka seharusnya trendline grafik KLS akan cenderung menurun
terhadap Red1.
Dari data hasil perhitungan data praktikum didapatkan nilai K LS yang cenderung naik
terhadap Red1. Dan hal ini berbeda dengan teori. Maka berdasarkan perbedaan ini
disimpulkan bahwa perhitungan data hasil praktikum tidak sesuai dengan teori .Perbedaan
yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain kesalahan dalam
pembacaan karena fluida yang diamati cenderung bergerak, dan juga alat yang perlu
dikalibrasi kembali untuk mendapatkan nilai yang akurat.
B. AnalisaGrafik Hubungan KLC vs Red1

Grafik KLc Terhadap Red1


20.000

15.000

10.000 kLc Polynomial (kLc)

5.000

0.000
0.00 500.00 1000.00 1500.00
-5.000
Darigrafik KLCterhadap

Grafik 3.2 Grafik Hubungan KLCTerhadap Red1 Red1,menunjukan bahwa terjadi


fluktuasi dengan nilai yang besar
pada data pertama hingga ketiga. Pada data pertama menuju kedua mengalami
penurunan, dari nilai 11,831 menuju nilai terendah, yaitu -1.785. Kemudian mengalami
kenaikan menuju nilai tertinggi pada data ketiga, yaitu 17,985. Selanjutnya, nilai KLCtetap
mengalami fluktuasi hingga akhir, meskipun dengan nilai yang tidak sebesar sebelumnya.
Saat melewati sudden contraction, aliran akan melewati perbedaan luas penampang,
yang semula besar berubah menjadi lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan perubahan
kecepatan sekaligus tekanan, yang semula kecepatan rendah dengan tekanan tinggi
berubah dengan naiknya kecepatan dan turunnya tekanan, sehingga nilai headloss juga
akan menurun. Berdasarkan persamaan untuk menghitung nilai K LC, jika kapasitas aliran
naikmaka kecepatan aliran juga ikut naik dan Red1 akan naik pula. Kemudian jika
kapasitas aliran naik, maka KLCdan headloss akan turun. Dan ketika kapasitas aliran naik,
maka perbedaan tekanan (P) inlet dan outlet fitting pipa akan naik pula. Jika P naik
maka headloss juga naik. Tetapi karena kenaikan P tidak sebesar kenaikkan kapasitas
aliran, hal ini tetap akan membuat nilai dari K LC turun ketika kapasitas aliran dinaikkan.
Dari pengertian ini maka seharusnya trendline grafik K LC akan cenderung menurun
terhadap Red1.
Dari data hasil perhitungan data praktikum, secara garis besardidapatkan grafik nilai
KLE yang cenderung menurun terhadap Red1 meskipun terjadi fluktuasi dengan nilai yang
besar yang membuat hasil perhitungan kurang sesuai dengan teori. Tetapi secara garis
besar, dapat dikatakan bahwa perhitungan data hasil praktikum sesuai dengan
teori.Perbedaan yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor antara
lainkesalahan dalam pembacaan karena fluida yang diamati cenderung bergerak, dan
juga alat yang perlu dikalibrasi kembali untuk mendapatkan nilai yang akurat.

C. AnalisaGrafik Hubungan KLE TerhadapRed1

Grafik KLE Terhadap Red1


50.000
40.000
30.000 kLe Polynomial (kLe)
20.000
10.000
0.000
0.00 500.00 1000.00 1500.00
Dari grafik, dapat dilihat bahwa
Grafik 3.3 Grafik Hubungan KLETerhadap Red1 data mengalami fluktuasi
dengan nilai yang besar di awal
dan nilai fluktuasi cenderung menurun hingga akhir. Nilai tertinggi terletak pada data
ketiga dengan nilai 42,889, dan nilai terendah terjadi pada data pertama, yaitu 0.
Saat melewati elbow 90 aliran mengalami losses yang sangat besar karena

beberapa hal, pertama aliran yang membentur dinding pipa sehingga kecepatan menurun
secara drastis dan berubah arah. Kedua, jika inlet elbow horizontal dan outlet elbow
vertikal, maka losses bertambah besar karena adanya pengaruh gaya gravitasi. Ketiga,
terjadinya vortex aliran yang cukup besar juga membuat headloss cukup besar
pula.Berdasarkan persamaan untuk menghitung nilai K LE, jika kapasitas aliran naikmaka
kecepatan aliran juga ikut naik dan Red 1 akan naik pula. Kemudian jika kapasitas aliran naik,
maka KLE dan headloss akan turun. Dan ketika kapasitas aliran naik, maka perbedaan tekanan
(P) inlet dan outlet fitting pipa akan naik pula. Jika P naik maka headloss juga naik. Tetapi
karena kenaikan P tidak sebesar kenaikkan kapasitas aliran, hal ini tetap akan membuat nilai
dari KLE turun ketika kapasitas aliran dinaikkan. Dari pengertian ini maka seharusnya trendline
grafik KLE akan cenderung menurun terhadap Red1
Dari data hasil perhitungan data praktikum, secara garis besardidapatkan grafik nilai
KLE yang cenderung naik terhadap Red1 meskipun di akhir terjadi penurunan. Juga
fluktuasi di awal yang terjadi dengan nilai yang besar yang membuat hasil perhitungan
berbeda dengan teori. Maka berdasarkan perbedaan ini disimpulkan bahwa perhitungan
data hasil praktikum tidak sesuai dengan teori.Perbedaan yang terjadi kemungkinan
diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain kesalahan dalam pembacaan karena fluida
yang diamati cenderung bergerak, dan juga alat yang perlu dikalibrasi kembali untuk
mendapatkan nilai yang akurat.

Grafik KL Terhadap Red1


50.000 kLc Polynomial (kLc)
40.000
30.000 kLs Polynomial (kLs)
20.000
10.000
kLe Polynomial (kLe)
0.000
0.00 500.00 1000.00 1500.00
-10.000
D. AnalisaGrafik Hubungan
KLTerhadap Red1
Dari trendline grafik secara umum,diketahui bahwa nilai KLE lebih besar daripada
nilai KLC, dan nilai KLC lebih besar daripada nilai KLS (KLE>KLC>KLS). Namun nilai KLS
cenderung lebih konstan terhadap Red1 daripada KLC dan KLE.
Berdasarkan teori, diketahui bahwa pada elbow90 memiliki losses terbesarkarena
beberapa penyebab antara lain, terjadinya vortex aliran yang lebih besar dibanding
sudden enlargement dan sudden contraction, aliran yang membentur dinding pipa, dan
jika inlet horizontal dan outlet vertical akan menyebabkan adanya pengaruh gaya
gravitasi.. Kemudian losses paling besar kedua terjadi pada sudden enlargement karena
beberapa penyebab antara lain, jumlah aliran vortex yang lebih besar dibanding sudden

Grafik 3.4 Grafik Hubungan KLTerhadap Red1 contraction, perbedaan luas penampang yang
dilewati aliran dari yang lebih kecil menuju yang
lebih besar sehingga kecepatan aliran turun dan tekanan naik, terjadinya flowback aliran
pada saat memasuki luas penampang yang lebih besar. Kemudian, sudden contraction
memilikinilai losses yang lebih rendah dibanding fitting pipa lainnya karena beberapa
penyebab antara lain, jumlah vortex yang sedikit, perbedaan luas penampang yang
dilewati aliran dari yang semula besar menuju yang lebih kecil sehingga kecepatan naik
dan tekanan turun. Jadi grafik nilai KL terhadap Red1 seharusnya menyatakan bahwa KLE
lebih besar daripada KLS dan KLC, dan KLS lebih besar daripada KLC(KLE>KLS>KLC).
Berdasarkan perhitungan hasil praktikum hasil yang didapat cenderung tidak sesuai
dengan teori, meskipun ada beberapa yang sesuai dengan teori.Hasil praktikum sesuai
dengan teori karena menyatakan KLE lebih besar daripada KLS dan KLC. Tapi hasil
praktikum menjadi tidak sesuai karena menyatakan KLC lebih besar daripada KLS, karena
seharusnya KLS lebih besar daripada KLC. Perbedaan hasil perhitungan dengan teori
kemungkinan terjadi karena beberapa penyebab antara lain,kesalahan dalam pembacaan
karena fluida yang diamati cenderung bergerak ,dan juga alat yang perlu dikalibrasi
kembali untuk mendapatkan nilai yang akurat.

E. Analisa Grafik Hubungan Cdv Terhadap Red2

Grafik Cdv Terhadap Red2


4.000

3.000
Cdv Polynomial (Cdv)
2.000

1.000

0.000
0.00 1000.00 2000.00 3000.00

Dari grafik,diketahui bahwa nilai Cdv mengalami nilai kenaikan nilai secara drastis
menuju nilai tertinggi pada data ketiga, yaitu 3,474. Kemudian turun turun kembali pada
data keempat. Kemudian nilai cenderung menurun secara konstan terhadap Red2. Nilai
terendah teradi pada data ke-15, yaitu 0,025.
Ketika aliran melalui venturimeter, terjadi pengecilan luas penampang secara
perlahan sehingga kecepatan naik dan tekanan turun. Dari persamaan untuk menghitung
Cdv, kenaikkan kapasitas aliran akan membuat kecepatan naik dan Red 2 akan naik juga,
sehingga nilai Cdv akan ikut naik. Kemudian perbedaan luas penampang akan
menyebabkan perbedaan tekanan (P), dan jika nilai P
Grafik 3.5 Grafik HubunganCdv Terhadap Red2
rhadap Red1 naik maka nilai headloss juga naik. Jadi, jika kapasitas
aliran dinaikkan maka P juga akan naik sehingga headloss juga akan naik. Tetapi karena
kenaikkan P yang tidak sebesar kenaikkan kapasitas aliran, maka nilai Cd v terhadap
Red2 tetap akan naik. Jadi, grafik yang seharusnya terbentuk menyatakan bahwa nilai Cd v
cenderung mengalami kenaikkan terhadap Red2.
Dari trendline grafik hasil perhitungan data praktikum secara garis besar didapatkan
nilai Cdv yang cenderung menurun terhadap Red 2. Dan hal ini berbeda dengan teori.
Maka berdasarkan perbedaan ini disimpulkan bahwa perhitungan data hasil praktikum
tidak sesuai dengan teori.Perbedaan yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh beberapa
faktor antara lain kesalahan dalam pembacaan karena fluida yang diamati cenderung
bergerak, dan juga alat yang perlu dikalibrasi kembali untuk mendapatkan nilai yang
akurat.

F. Analisa Grafik Hubungan CdoTerhadap Red0

Grafik Cd0 Terhadap Red0


2.000

1.500
Cdo Polynomial (Cdo)
1.000

0.500

0.000
0.00 1000.00 2000.00 3000.00
Dari grafik, diketahuibahwa nilai
Cdo mengalami penurunan secara konstan terhadap Red0.Nilai tertinggi terjadi pada data
pertama dengan 1,508, dan nilai terendah terjadi pada data ke 15, yaitu 0,197.
Ketika aliran melalui orrificemeter, secara drastis kecepatan naik dan tekanan turun.
Hal ini terjadi karena perubahan luas penampang yang
Grafik 3.6 Grafik Hubungan Cdo Terhadap Red0
rhadap Red1 tiba-tiba. Liran yang membentur dinding orrificemeter
juga akan menambah nilai headloss. Dari persamaan untuk menghitung Cd o, kenaikkan
kapasitas aliran akan membuat kecepatan naik dan Red 0 akan naik juga, sehingga nilai
Cdo akan ikut naik. Kemudian perbedaan luas penampang akan menyebabkan perbedaan
tekanan (P), dan jika nilai P naik maka nilai headloss juga naik. Jadi, jika kapasitas
aliran dinaikkan maka P juga akan naik sehingga headloss juga akan naik. Tetapi karena
kenaikkan P yang tidak sebesar kenaikkan kapasitas aliran, maka nilai Cd o terhadap
Red0 tetap akan naik. Jadi, grafik yang seharusnya terbentuk menyatakan bahwa nilai Cd o
cenderung mengalami kenaikkan terhadap Red0.
Dari trendline grafik hasil perhitungan data praktikum secara garis besar didapatkan
nilai Cdo yang cenderung menurun terhadap Red 0. Dan hal ini berbeda dengan teori.
Maka berdasarkan perbedaan ini disimpulkan bahwa perhitungan data hasil praktikum
tidak sesuai dengan teori.Perbedaan yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh beberapa
faktor antara lain kesalahan dalam pembacaan karena fluida yang diamati cenderung
bergerak, dan juga alat yang perlu dikalibrasi kembali untuk mendapatkan nilai yang
akurat.

G. Analisa Grafik Hubungan Cd Terhadap Red2

Grafik Cd Terhadap Red2


3.800
3.300
Cdv Polynomial (Cdv) Cdo
2.800
2.300
1.800
1.300
Polynomial (Cdo)
0.800
0.300
-0.200
0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00
Dari trendline grafik
secara garis besar, diketahuibahwanilai Cdvdan Cdo cenderung menurun secara konstan
terhadap Red2, meskipun pada Cdv sempat terjadi peningkatan dan penurunan drastis di
awal. Tapi secara keseluruhan masih biasa dikatakan konstan terhadap Red 2. Dari
trendline grafik juga dapat diketahui bahwa nilai Cdv lebih kecil daripada nilai Cdo.
Berdasarkan teori, secara umum nilai Cdo terhadap Red2 lebih kecil jika
dibandingkan dengan nilai Cdv terhadap Red2. Hal ini diakibatkan karena pada
orrificemeter perubahan luas penampang terjadi secara tiba-tiba, dan aliran juga akan
membentur dinding orrificemeter sehingga headloss akan bertambah juga. Berbeda
halnya dengan pada venturimeter, perubahan luas penampang terjadi secara halus
sehingga tidak terjadi benturan aliran dengan dinding yang menambah nilai headloss.
Jadi, grafik yang terbentuk seharusnya menyatakan bahwa nilai Cd o terhadap Red2 lebih
kecil daripada nilai Cdv
Grafik 3.7 Grafik Hubungan Cd Terhadap Red2
terhadap Red2 (Cdo<Cdv).

Dari perhitungan data hasil praktikum secara umum, didapat nilai yang menyatakan
bahwa Cdo lebih besar daripada Cdv. Dan hal ini berbeda dengan teori. Berdasarkan Dan
hal ini berbeda dengan teori. Maka berdasarkan perbedaan ini disimpulkan bahwa
perhitungan data hasil praktikum tidak sesuai dengan teori.Perbedaan yang terjadi
kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain kesalahan dalam pembacaan
karena fluida yang diamati cenderung bergerak, dan juga alat yang perlu dikalibrasi
kembali untuk mendapatkan nilai yang akurat.
.

IV. KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Dari perhitungan data hasil praktikum didapatkan nilai KLS yang cenderung naik
terhadap Red1. Beradarkan teori, seharusnya nilai KLSterhadap Red1cenderung
mengalami penurunan.Hal ini karena pada saat aliran fluida memasuki luas
penampang yang lebih besar terjadi peningkatan tekanan sehingga losses yang
didapat juga bertambah. Jadi hasil perhitungan data praktikum berbeda dengan
teori. Dari perbedaan ini disimpulkan bahwa perhitungan data praktikum tidak
sesuai dengan teori.
2. Dari perhitungan data hasil praktikum secara garis besar didapat nilai KLCyang
cenderung menurun terhadapRed1. Berdasarkan teori juga menyatakan bahwa
nilai KLC seharusnya cenderung menurun terhadap Red1. Dari persamaan ini
dapat disimpulkan bahwa perhitungan data hasil praktikum bisa kikatakan sesuai
dengan teori..
3. Dari perhitungan data hasil praktikum didapatkan nilai K LE yang cenderung naik
terhadap Red1. Beradarkan teori, seharusnya nilai KLEterhadap Red1cenderung
mengalami penurunan.Hal ini karena losses aliran pada elbow 90 yang tinggi.
Jadi hasil perhitungan data praktikum berbeda dengan teori. Dari perbedaan ini
disimpulkan bahwa perhitungan data praktikum tidak sesuai dengan teori.
4. Dari perhitungan data hasil praktikum secara umum didapat nilai Cdvmengalami
penurunan terhadap Red2. Beradarkan teori, seharusnya nilai Cdvterhadap
Red2mengalami kenaikan karena nilai Cdv akan bertambah seiring Qact bertambah.
Dari perbedaan ini disimpulkan bahwa perhitungan data praktikum tidak sesuai
dengan teori.
5. Dari perhitungan data hasil praktikum secara umum didapat nilai Cdomengalami
penurunan terhadap Red0. Beradarkan teori, seharusnya nilai Cdoterhadap
Red2mengalami kenaikan karena nilai Cdo akan bertambah seiring Qact bertambah.
Dari perbedaan ini disimpulkan bahwa perhitungan data praktikum tidak sesuai
dengan teori.
6. Dari hasil praktikum, diketahui sistem perpipaan dengan Coefficient of losses
terbesar terjadi pada fitting berbentuk elbow 90, yang kedua adalah fitting
berbentuk sudden contraction, terakhir sudden enlargement(KLE>KLC>KLS). Hasil
ini sesuai dengan teori bahwa KLE lebih besar daripada KLS dan KLC. Tetapi
menjadi tidak sesuai dengan teori karena seharusnya KLS lebih besar daripada KLC.
7. Berdasarkan teori secara umum,headloss pada orificemeter lebih besar daripada
venturimeter. Sehingga nilai Cdo lebih kecil daripada Cdv (Cdo<Cdv) karena jika
nilai headloss naik maka nilai Cd akan menurun. Tetapi dari hasil praktikum
menyatakan bahwa Cdo lebih besar daripada Cdv (Cdo>Cdv), sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil praktikum tidak sesuai dengan teori.

Anda mungkin juga menyukai