Anda di halaman 1dari 36

ABSTRAK

Dengan perkembangan industri yang begitu pesat, hal tersebut pastinya


mempengaruhi kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
hasil perkembangan teknologi di bidang industri ialah mesin mesin fluida yang dapat
digunakan untuk memindahkan fluida dari tempat yang jauh maupun dari tempat yang
tinggi ke rendah begitu pula sebaliknya. Dalam suatu aliran fluida dalam saluran
tertutup, baik itu jenis aliran laminar maupun turbulen, pasti mengalami kerugian head
(Headloss). Kerugian head ini disebabkan oleh kerugian gesek di dalam pipa-pipa,
reduser, katup dan lain-lain. Faktor-faktor yang diperhitungkan tidak hanya kecepatan
dan arah partikel, tetapi juga antara zat cair dan dinding batas. Gerak zat cair atau fluida
tidak mudah diformulasikan secara matematik, sehingga diperlukan anggapan-
anggapan dan percobaan-percobaan untuk mendukung penyelesaian secara teoritis.
Sehingga lebih banyak dilakukan pemecahan masalah menggunakan metode gabungan
antara analisi dan eksperimen.

Untuk mengetahui besar Head Loss yang terjadi pada aliran fluida pada pipa,
dilakukan sebuah praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, pompa
dinyalakan dan diatur tekanannya sesuai dengan prosedur, serta kalibrasi skala
pengukur yang akan digunakan, Lalu, dengan nilai debit yang bervariasi, bisa dilihat
besar nilai Static Head yang muncul dari sistem pipa yang terdiri dari Venturimeter,
Sudden Enlargement, Sudden Contraction, Elbow, Orificemeter, dan Rotameter.

Grafik yang didapat dari percobaan adalah grafik KL fungsi Red1 serta grafik Cd
fungsi Re. Hasil yang didapat pada percobaan ini adalah bahwa grafik gabungan K L
fungsi Red1 dan grafik gabungan Cd fungsi Re sudah sesuai namun pada grafik individal
belum terdapat kesesuaian dengan teori yang ada.

Kata Kunci: Headloss, Sudden Enlargement, Sudden Contraction, Elbow 900


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan perkembangan industri yang begitu pesat, hal tersebut pastinya


mempengaruhi kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
hasil perkembangan teknologi di bidang industri ialah mesin mesin fluida yang dapat
digunakan untuk memindahkan fluida dari tempat yang jauh maupun dari tempat yang
tinggi ke rendah begitu pula sebaliknya. Dalam suatu aliran fluida dalam saluran
tertutup, baik itu jenis aliran laminar maupun turbulen, pasti mengalami kerugian head
(Headloss). Kerugian head ini disebabkan oleh kerugian gesek di dalam pipa-pipa,
reduser, katup dan lain-lain. Faktor-faktor yang diperhitungkan tidak hanya kecepatan
dan arah partikel, tetapi juga antara zat cair dan dinding batas. Gerak zat cair atau fluida
tidak mudah diformulasikan secara matematik, sehingga diperlukan anggapan-
anggapan dan percobaan-percobaan untuk mendukung penyelesaian secara teoritis.

Pemecahan masalah mengenai aliran nyata tidak dapat hanya diselesaikan


menggunakan metode analisis. Akibatnya kita harus melaksanakan berbagai
eksperimen untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Sehingga lebih banyak
dilakukan pemecahan masalah menggunakan metode gabungan antara analisi dan
eksperimen. Dari praktikum ini mahasiswa dituntut untuk dapat mengoperasikan,
mengukur, menghitung Comparative Flow Measurement Apparatus dengan terampil
sehingga dapat lebih memahami teori-teori mekanika fluida terhadap kondisi aktual.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada praktikum ini, antara lain:
1. Bagaimana headloss dan losses coefficient aliran yang melalui suatu fitting
perpipaan?
2. Bagaimana debit teoritis dan keofisien discharge aliran melalui flowmeter pada
sistem perpipaan dengan hubungannya terhadap perubahan laju aliran?

1.3 Tujuan Praktikum


Praktikum ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1. Untuk mengamati head loss dan losses coefficient aliran yang melalui suatu
fitting perpipaan
2. Untuk mengamati debit teoritis dan keofisien discharge aliran melalui
flowmeter pada sistem perpipaan dengan hubungannya terhadap perubahan laju
aliran

1.4 Batasan Masalah


Pada praktikum ini diberikan beberapa batasan berupa:
1. Aliran fluida adalah aliran steady flow
Aliran stedy flow yaitu kondisi dimana properties fluida di suatu titik tidak
berubah terhadap fungsi waktu selama fluida mengalir.
2. Aliran fluida adalah aliran incompressible flow
Aliran incompressible yaitu fluida yang variasi densitasnya dapat diabaikan
karena variasi densitasnya tidak lebih dari 5% dan Mach number kurang dari
0,3. Sehingga mempermudah praktikan dalam pengambilan data dan
perhitungan, karena perubahan densitasnya dianggap diabaikan.
3. Fully developed flow
Fully developed flow adalah profil kecepatan aliran fluida telah berkembang
penuh dan konstan sepanjang L.
4. No fouling factor
Fouling factor pada fluida diabaikan, dianggap tidak ada kotoran atau zat-
zat asing yang terkandung di dalamnya. Fouling factor ada suatu angka yang
menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa oleh fluida yang
mengalir.
5. Temperatur konstan
Temperatur dianggap konstan pada suhu kamar agar tidak terjadi perubahan
properties pada fluida.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Penurunan Rumus Bernoulli dengan Headloss


=0(1) =0(1) =0(1) =0(2)
    
Q W shear  W shaft  W other   ed  CS e  p V .d A
t CV

V2
Dimana diketahui energi internal fluida adalah: e  u   gz
2
Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan asumsi:
  
a. W shaft ,W shear ,W other  0
b. Steady flow
c. Incompressible flow
d. Energi dalam fluida dan tekanan uniform pada section 1 dan 2

Maka persamaan menjadi:

  2
  2

 p V
Q  u    p V
 gz V .d A   u    gz  V .d A
  2    2 
CS1   CS 2  
  2
  2

 p1 V1
Q    u1    
 gz1 V .d A   u 2 
p2 V2
  gz 2  V .d A
  2    2 
A1
  A2
 

Dari konsep persamaan kontinuitas, didapatkan persamaan:

=0(2)


0  d  CS V .d A
t CV
0  V .d A   V .d A
CS1 CS 2

0    V .d A   V .d A
A1 A2


Dimana:  V .d A  VA  m
A

Maka: 0  1V1 A1   2V2 A2

    
0   m1  m atau m1  m 2  m

Maka jika di distribusikan dengan persamaan energi, persamaan menjadi:


2 2
   p  V  p  V
Q   m u1  1  gz1    V .d A  m u1  2  gz 2    V .d A
   A1 2    A2 2

Dari konsep keofisien energi kinetik, α, didapatkan persamaan:

V2 V2  V2
A 2  V .d A   A 2  V .d A  m 
2

Dan dari konsep laju perpindahan panas, didapatkan persamaan:

Q dm Q dm  Q
Q  m
dt dm dm dt dm

Maka dengan substitusi kedua persamaan sebelumnya, persamaan energi


menjadi:

 p 2
   p 2
   Q 
 gz1   mu1 u 2  
V1 V1
m  1
1
 gz1   m  1
1

  2    2   dm 

Atau:

 p 2
  p 2
   Q 
 gz 2   mu1  u 2  
V1 V1
  1  gz1     1 
1 1

  2    2   dm 
Dimana:

u1  u2  : perubahan energi dalam fluida dalam akibat gesekan, dengan satuan
kJ/kg.

 Q 
  : perpindahan panas per satuan massa, dengan satuan kJ/kg.
 dm 

 Q 
u1  u 2    : rugi energi dari section 1-2 dengan satuan kJ/kg.
 dm 

Maka persamaan energi dari section 1-2 adalah sebagai berikut:

 p1 V1
2
  p1 V1
2

    gz1      gz1    hL12 ,dengan satuan kJ/kg.
  
1 1
2 2 

Atau:

 p1 V1
2
  p1 V1
2

    z1      z1    hL12 , dengan satuan meter.
  
1 1
2g 2g 

CV
Flow w
Gambar 2.1 Venturimeter

Dimana: Δh = perbedaan head statik

h1 = head statik di section 1

h2 = head statik di section 2

p
dengan : h   z dengan satuan meter.

Praktikum ini menggunakan manometer air, maka satuan head statik yang terukur
adalah milimeter kolom air.

2.2 Headloss
Headloss adalah rugi energi pada suatu aliran akibat gesekan ataupun faktor-
faktor lain seperti adanya sudut belokan, sambungan, ataupun katup. Jenis headloss
yang ada dapat dibagi menjadi dua, yaitu major headloss dan minor headloss.
2.2.1 Major Headloss
Major headloss adalah rugi energi atau penurunan tekanan yang terjadi pada
sepanjang pipa akibat gesekan yang diubah menjadi energi panas. Analisis headloss
aliran laminar dapat diselesaikan secara analitis karena gerakan aliran yang teratur.
Namun pada aliran turbulen, gerakan aliran yang acak akan mempersulit penurunan
tekanan (ΔP), diameter pipa (D), panjang pipa (L), kekerasan (e), kecepatan rata-rata
fluida (V), massa jenis fluida (ρ), dan viskositas fluida (μ).

Gambar 2.2 Dinding Pipa Lurus


2.2.2 Minor Headloss
Minor headloss adalah rugi energi yang terjadi pada sambungan, katup,
daerah dengan perbedaan luasan, atau perbedaan sudut. Minor headloss merupakan
headloss lokal sehingga tidak terjadi sepanjang pipa. Aliran yang melewati daerah
dengan perubahan luasan akan membentuk vena contracta. Vena contracta adalah
pengecilan diameter penampang aliran yang menyebabkan penurunan tekanan dan
kenaikan kecepatan. Fenomena ini terjadi karena streamline aliran tidak dapat
mengubah arah aliran dari fluida, sehingga perubahan penampang tidak dapat
mempertahankan bentuk sehingga terjadi separasi.

Gambar 2.3 Vena contracta

2.3 Jenis-jenis Flowmeter


Flowmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran linier,
nonlinier, massa atau volume dari liquid, gas ataupun solid.
2.3.1 Venturimeter
Venturimeter adalah sebuah alat yang bernama pipa venturi. Pipa venturi
merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit dan
diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui
permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan.

Gambar 2.4 Venturimeter

2.3.2 Orificemeter
Terdapat pelat tipis dengan lubang di tengah. Hal ini biasanya ditempatkan
dalam pipa aliran fluida di mana. Ketika cairan mencapai pelat orifice, dengan lubang
di tengah, cairan dipaksa untuk berkumpul untuk pergi melalui lubang kecil, titik
konvergensi maksimum sebenarnya terjadi tak lama hilir orifice fisik, pada titik kava
disebut vena contracta.

Gambar 2.5 Orifice Meter

2.4 Coefficient of losses dan Coefficient of Discharge

2.4.1 Coefficient of Losses


Koefisien loses merupakan koefisien kerugian yang disebabkan oleh
penyempitan pipa yang mendadak dan berbagai fitting lainnya. Berikut jenis-jenis
kontraksi:
1. Koefisien losses sudden contraction
𝑉52 − 𝑉62
ℎ𝑙𝑐 = (ℎ5 − ℎ6 ) + ( )
2𝑔
KLc dapat ditentukan dengan persamaan :
ℎ𝑙𝑐
𝐾𝑙𝑐 =
𝑉𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 2𝑔
Keterangan:
HLc = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)
KLc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi kontraksi (contraction – loss
coefficient)

2. Koefisien losses sudden enlargement


𝑉32 − 𝑉42
ℎ𝑙𝑠 = (ℎ3 − ℎ4 ) + ( )
2𝑔
KLs dapat ditentukan dengan persamaan :
ℎ𝑙𝑐
𝐾𝑙𝑠 =
𝑉𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 2𝑔

3. Koefisien losses aliran melalui elbow


ℎ𝑙𝑒 = (ℎ9 − ℎ10 )
KLe dapat ditentukan dengan persamaan :
ℎ𝑙𝑒
𝐾𝑙𝑒 =
𝑉𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 2𝑔

2.4.2 Discharge of Coefficient


Discharge of Coefficient atau yg disingkat Cd adalah suatu perbandingan
antara true flow dengan theoretical flow, dan ini diaplikasikan pada persamaan
theoretical flow untuk mendapatkan nilai actual. Discharge of Coefficient adalah suatu
fungsi daripada Reynolds Number dimana Reynolds number adalah fungsi laju aliran
(flow rate) yang dihitung menggunakan nilai Cd ini. Untuk Compressible Fluids, suatu
expansion factor empiris diaplikasikan pada persamaan Cd untuk mengatur variasi
fluid density yang disebabkan oleh perubahan pressure upstream dan downstream.
a. Coefficient of discharge aliran melalui venturimeter
𝑄𝑎𝑐𝑡 𝑄𝑎𝑐𝑡 √1 − 𝛽 4
𝐶𝑑𝑣 = =
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐴1 √2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )

b. Coefficient of discharge aliran melalui orifice


𝑄𝑎𝑐𝑡 𝑄𝑎𝑐𝑡 √1 − 𝛽 4
𝐶𝑑𝑜 = =
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐴1 √2𝑔(ℎ7 − ℎ8 )
𝑑𝑡 0.016
Dengan, 𝛽 = 𝑑 = 0.026 = 0.615
𝑜
Dimana,
√1 − 𝛽 4 = velocity of approach factor
dt = Diameter throat flowmeter (m)
do = Diameter inlet flowmeter (m)
2.5 Jenis-jenis Fitting Perpipaan
Fitting adalah salah satu komponen pemipaan yang memiliki fungsi untuk
merubah aliran, menyebarkan aliran, membesar atau mengecilkan aliran. Fitting
merupakan salah satu komponen utama dalam system perpipaan.
2.5.1 Sudden Enlargement
Suatu sudden enlargment pada daerah alir fluida membesar tiba-tiba sehingga
kecepatannya menurun. Saat fluida memasuki pipa besar, suatu pancaran terbentuk
disaat fluida terpisah dari dinding tabung kecil. Karena tidak ada dinding pipa yang
mengendalikan pancaran fluida yang dihasilkan dari pipa kecil, maka pancaran itu akan
berekspansi sehingga mengisi seluruh permukaan. Sebagian kecil fluida terpisah dari
pancarannya dan bersirkulasi diantara dinding dan pancaran.

Gambar 2.6 Sudden Enlargement

2.5.2 Sudden Contraction


Suatu pengecilan tiba-tiba sering juga disebut reduksi. Fenomena aliran pada
kasus kontraksi sangat berbeda dari pada ekspansi. Profil kecepatan adalah profil fluida
yang mengalir pada bagian yang besar. Kontraksi menyebabkan fluida berakselerasi
saat memasuki daerah yang lebih kecil.
Gambar 2.7 Sudden Contraction

2.5.3 Elbow 90o


Merupakan salah satu dari fitiing dimana fitting dapat meningkatkan
penurunan tekanan pada sistem perpipaan aliran fluida bila dibandingkan dengan pipa
lurus tanpa dan fitting. Bahkan suatu sambungan ynag menggabungkan dua pipa yang
panjang, mengganggu profil kecepatan pada aliran turbulen sehingga cukup untuk
meningkatkan penurunan tekanan.

Gambar 2.8 Elbow 90°


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Skema Alat dan Peralatan

Pada percobaan Comparative Flow Measurement Apparatus peralatan yang


digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pompa
2. Manometer skala 0
3. Peralatan pada pipa yang diukur:
 Sudden enlargement pipe
 Sudden contraction pipe
 90o elbow pipe
 Rotameter
4. Flowmeter
 Venturi
 Orifice

Berikut ini adalah skema alat praktikum Comparative Flow Measurement


Apparatus:

1 2 3 5
D
Gambar 3.1 Skema Alat pada praktikum Comparative Flow Measurement

Keterangan :
1. Venturimeter
2. Sudden Enlargement
3. Sudden Contraction
4. Orifice
5. 900 Elbow Pipe

3.2 Langkah Kerja Pengambilan Data


Pada praktikum Comparative Flow Measurement Apparatus ada beberapa
langkah yang dilakukan sebelum pengambilan data. Langkah-langkah tersebut
adalah:
3.2.1 Persiapan Praktikum
Sebelum melakukan pengamatan dan pengambilan data dalam praktikum,
dilakukan persiapan praktikum sebagai berikut:
1. Penyambungan pipa supply dan buangan sistem perpipaan. Pastikan semua
katup vent udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M) dan saluran
buang (1D-9D) telah tertutup. Pipa air supply dihubungkan dengan
masukan aliran air (W-1) dan pipa buang dihubungkan dengan keluaran
air (W-2)
2. Pengaturan laju aliran pada sistem perpipaan. Laju aliran melalui katup by
pass discharge pompa sirkulasi dan katup outlet aliran.
3. Membuang udara di dalam manometer dan sistem perpipaan. Katup venturi
udara (13A-15A), katup manometer(1M-12M) dan katup stop (5V-2V)
digunakan untuk membuang udara didalam manometer dan sistem
perpipaan.
4. Supply tekanan pneumatik. Tekanan udara pada pipa manifold atas dikontrol
dengan penumatik regulator.

3.2.2 Pengukuran Pada Alat Praktikum


` Adapun tahapan pengukuran pada alat praktikum yaitu:
1. Laju aliran actual yang ditunjukan pada rotameter (Q) dibaca besarnya sesuai
dengan besar debit yang akan diatur.
2. Debit diatur dari debit 200 sampai dengan 1600 L/h dengan cara membuka/
menutup katup pada pompa dengan setiap pengukuran ditambah 100 sebanyak
15 kali..
3. Air yang ditunjukkan pada manometer dibaca dengan menunggu air tersebut
sampai keadaan stabil.
4. Nilai yang ditunjukkan pada manometer dicatat pada lembar data percobaan.

3.3 Flowchart Pengambilan Data

START

Persiapan :

 Penyambungan pipa supply dan buang pada


system perpipaan
 Pengaturan laju aliran pada sistem perpipaan
 Membuang udara di dalam manometer dan
sistem perpipaan
 Supply tekanan pneumatik

Atur laju aliran actual yang ditunjukkan oleh rotameter


(Q) sebesar 200 liter/jam

N=200

Hitung Static pressure pada bagian inlet dan outlet pada venture meter
(h1 & h2), sudden enlarge (h3 & h4), sudden contract (h5 & h6), orifice
meter (h7 & h8), 90o elbow (h9 & h10), dan rotameter (h11 & h12) N’ = N + 100

N ≤ 15

END

Gambar 3.2 Flowchart pengambilan data percobaan Comparative Flow Measurement


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

(Terlampir)

4.2 Flowchart Perhitungan

Start

[Q], [h1], [h2], [h3], [h4], [h5], [h6],


[h7], [h8], [h9], [h10], [h11], [h12]
[d1], [d2], [d3], [d4], [d5], [d6], [n ], [g]

Menghitung laju aliran


actual [Qact]

Menghitung kecepatan
Menghitung kecepatan
aliran pada pipa d1 [V1], dan
aliran pada pipa d2 [V2]
pipa d4 [V4]

Menghitung Reynold Menghitung Reynold


Number pada pipa d1 [Red1] Number pada pipa d2 [Red2]

Menghitung Velocity Head


Menghitung Velocity Head
berdasarkan V1 [hv1] dan
berdasarkan V2 [hv2]
berdasarkan V4 [hv4]

Menghitung Headloss
Menghitung Coeff. of
Sudden Enlargement [hls]
discharge Venturi [Cdv] dan
Sudden Contraction [hlc]
Orifice [Cdo]
dan Elbow 90 [hle]

Menghitung Coeff. of losses


Sudden Enlargement [kls]
Sudden Contraction [klc]
dan Elbow 90 [kle]

Q + 100l/h

Tidak
Q > 1600 l/h

Ya

[Red1] [Red2] [kls] [klc]


[kle][Cdv][Cdo]

Finish
Gambar 4.1 Flowchart perhitungan percobaan Comparative Flow Measurement

4.3 Contoh Perhitungan

Misal diambil data ke-2 dengan Qrotameter = 300 L/hour.

a. Laju aliran actual

1
Qact = Qrotameter ×
3600 × 1000

300
Qact =
3600 × 1000
= 8.3 × 10-5 m3/s.

b. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d1

4 × Qact
v1 =
π × d12
4 × 8.3 × 10-5
v1 =
π × (0,026)2

= 0,157 m/s

b) Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d2

4 × Qact
v2 =
π × d22

4 × 8.3 × 10-5
v2 =
π × (0,016)2

= 0,415 m/s

c) Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d0


4 × Qact
v4 =
π × d02
4 × 8,3 × 10-5
v4 =
π × (0,026)2

= 0,415 m/s

d) Head kecepatan berdasarkan v1

v21
hv1 =
2g

0,1572
hv1 =
2 × 9,81

= 1,26 × 10-3 m.

e) Head kecepatan berdasarkan v2

v22
hv2 =
2g

0,4142
hv2 =
2 × 9,81

= 8,76 × 10-3 m.

f) Head kecepatan berdasarkan v0

v20
hv0 =
2g

0,4142
hv4 =
2 × 9,81

= 8,76 × 10-3 m.

g) Bilangan Reynold berdasarkan v1

V1 × d1
Red1 =
ʋ
0,157 × 0,026
Red1 =
0,896∙10-6

= 4556,882

h) Bilangan Reynold berdasarkan v2

V2 × d2
Red2 =
ʋ
0,415 × 0,016
Red2 =
0,896∙10-6

= 7404,933

i) Bilangan Reynold berdasarkan v0

v0 × d0
Red0 =
ʋ
0,415 × 0,016
Red0 =
0.896∙10-6
= 7404,933

j) Head loss aliran melalui sudden enlargement

(h3 - h4 ) V23 - V24


hls = +( )
1000 2g

(570-569) 0,1572 - 0,0422


hls = -( )
1000 2 × 9,81

= 0,00217 m

k) Head loss aliran melalui sudden contraction

(h5 - h6 ) V25 - V26


hlc = +( )
1000 2g

(639-635) 0,0422 - 0,1572


hlc = +( )
1000 2 × 10
= 0,00183 m

l) Head loss aliran melalui elbow

(h9 - h10)
hle =
1000
(557-552)
hle =
1000
= 0.002 m

m) Coefficient of losses aliran melalui sudden enlargement

2g × hls
kLS =
V2upstream

2 × 9,81 × (0,00217 )
kLS =
0,1572

= 1,722

n) Coefficient of losses aliran melalui sudden contraction

2g × hlc
kLC =
V2upstream

2 × 9,81 × 0,00183
kLC =
0,1572

= 1,460

o) Coefficient of losses aliran melalui elbow

2g × hle
kLE =
V2upstream

2 × 9,81 × 0,002
kLE =
0,1572

= 1,591

p) Perbandingan diameter
d2 0,016
β= = = 0,615
d1 0,026

q) Velocity of approach factor

√1-β4 = √1-0,6154 = 0,926

r) Coefficient of discharge aliran melalui venturimeter

Qact ×√1-β4
Cdv =
A1 ×√2g(h1 -h2 )

8,3 × 10-5×0,926
Cdv =
5,31×10-4 √2×9,81(575-567)

= 0,012

s) Coefficient of discharge aliran melalui orificemeter

Qact ×√1-β4
Cdo =
A1 ×√2g(h7 -h8 )

8,3 × 10-5×0,926
Cdo =
5,31×10-4 √2×9,81(564-553)

= 0.010

4.4 Pembahasan Grafik

4.4.1 Analisa Grafik KLC vs Red1


Grafik kLc vs Red1
1.600

1.400

1.200

1.000
kLc

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
Red1

Series1 Poly. (Series1)

Gambar 4.2 Grafik KLC vs Red1

Pengambilan data dilakukan sebanyak 15 kali dengan menambahkan debit


alirannya secara bertahap sehingga didapatkan grafik terhadap fungsi aliran Reynold
pada kecepatan pipa diameter d1 (Red1). Dari percobaan yang telah dilakukan,
didapatkan Gambar 4.2 KLC fungsi Red1 pada percobaan pertama dimana debit Q
sebesar 200 L/h dengan perhitungan didapatkan KLC = 0,863 terhadap (Red1) =
3037,921. Selanjutnya grafik bernilai fluktuatif dan memiliki nilai maksimum pada
percobaan ke-2 dengan KLC = 1,460 terhadap (Red1) = 4.556,882. Nilai minimum KLC
terdapat pada percobaan ke-4 dengan nilai KLC = 0,219 terhadap (Red1) = 7.594,803.

Berdasarkan teori semakin besar debit aliran maka akan menghasilkan kecepatan
aliran yang semakin besar pada penampang yang konstan. Hal ini dihubungkan dengan
penurunan rumus reynold number menunjukkan besar kecepatan dari penampang besar
ke kecil. Dengan ditambahnya aliran debit yang masuk maka semakin besar pula nilai
Re dimana nilai KLC berbanding terbalik dengan Re sehingga aliran tersebut semakin
turbulen. Ketika kecepatan aliran fluida (V) semakin tinggi nilai KLC semakin mengecil
dan konstan dibandingkan nilai Re yang semakin membesar. Hal ini dapat dibuktikan
ℎ𝐿𝐶 𝑉.𝐷
dengan persamaan 𝐾𝐿𝐶 = 𝑉2
dan 𝑅𝑒 = . Pada Sudden Constraction
𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 𝑣
2𝑔

kecepatan yang digunakan ialah kecepatan yang tertinggi pada daerah downstream
𝑝 𝑉2
(luas penampang yang terkecil). Sehingga pada persamaan + + 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝜌 2

parameter yang sangat mempengaruhi laju aliran ialah kecepatan tersebut. Pada
tekanannya laju aliran mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang rendah
dimana pada Sudden Constraction tekanan tinggi pada daerah luas penampang pertama
dan tekanan rendah pada luas penampang ke-2 sehingga tekanan tidak memberikan
yang dampak yang signifikan pada kerugian energi pada laju aliran. Aliran yang
menabrak dinding pada kontur dalam pipa menyebabkan aliran tersebut berputar terus
menurus pada daerah tersebut dan fenemona tersebut dinamakan vortex.

Berdasarkan analisa pada Gambar 4.2 terdapat beberapa data yang didapatkan
tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dapat terjadi karenakan pada fluida pada
manometer kurang stabil ataupun pengambilan data oleh praktikan kurang teliti
sehingga didapatkan data yang fluktuatif pada 14 pengambilan data di awal. Tetapi
setelah itu data hasil praktikum dapat dikatakan sudah sesuai dengan teori yang
diberikan.

4.4.2 Analisa Grafik KLS vs Red1


Grafik kLS vs Red1
6.000

5.000

4.000
kLS

3.000

2.000

1.000

0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
Red1

kLS Poly. (kLS)

Gambar 4.3 Grafik KLS vs Red1

Pengambilan data dilakukan sebanyak 15 kali dengan menambahkan debit


alirannya secara bertahap sehingga didapatkan grafik terhadap fungsi aliran Reynold
pada kecepatan pipa diameter d1 (Red1). Dari grafik tersebut didapatkan pada
percobaan pertama KLS = 4,567 terhadap (Red1) = 3037,921. Grafik tersebut akan
mengalami penurunan yang drastis pada percobaan ke-2 dengan nilai KLS = 1,722
terhadap (Red1) = 4556,882. Selanjutnya terjadi fluktuasi pada percobaan ke-3 sampai
ke-5 yang menunjukkan nilai yang turun lalu naik kembali. Kemudian didapatkan
trendline yang cenderung konstan, lalu kenaikan pada percobaan ke-11 dengan KLS =
5,7 terhadap (Red1) = 18.227,526 yang kemudian kurva grafik turun kembali dan
cenderung konstan hingga percobaan ke-15.

Berdasarkan teori semakin besar debit aliran maka akan menghasilkan kecepatan
aliran yang semakin besar pada penampang yang konstan. Hal ini dihubungkan dengan
penurunan rumus reynold number menunjukkan besar kecepatan pada penampang
kecil ke penampang yang besar. Dengan ditambahnya aliran debit yang masuk maka
semakin besar pula nilai Re dimana nilai KLS berbanding terbalik dengan Re sehingga
aliran tersebut semakin turbulen. Ketika kecepatan aliran fluida (V) semakin tinggi
nilai KLS semakin mengecil dan konstan dibandingkan nilai Re yang semakin
ℎ𝐿𝑆 𝑉.𝐷
membesar. Hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan 𝐾𝐿𝑆 = 𝑉2
dan 𝑅𝑒 = .
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 𝑣
2𝑔

Pada Sudden Enlargement kecepatan yang digunakan ialah kecepatan yang tertinggi
𝑝
pada daerah Upstream (luas penampang yang terkecil). Sehingga pada persamaan 𝜌 +
𝑉2
+ 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 parameter yang sangat mempengaruhi laju aliran ialah tekanan
2

tersebut. Dimana aliran mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang rendah, pada
kasus Sudden Enlargment tekanan rendah pada daerah luas penampang pertama dan
tekanan tinggi pada luas penampang ke-2 sehingga terdapat tekanan balik yang akan
memberikan yang dampak yang signifikan pada kerugian energi pada laju aliran.
Aliran yang menerima tekanan balik tersebut akan berputar terus menurus pada daerah
tersebut sehingga fenomena tersebut dinamakan vortex.

Berdasarkan analisa pada Gambar 4.3 terdapat beberapa data yang tidak sesuai.
Hal ini dikarenakan pada fluida pada manometer kurang stabil ataupun pengambilan
data oleh praktikan kurang teliti sehingga didapatkan data yang turun drastis pada awal
pengambilan data namun grafik ini sudah termasuk sesuai dengan teori yang ada karena
trendline nya cenderung konstan.

4.4.3 Analisa Grafik KLE vs Red1


Grafik kLE vs Red1
4.000

3.500

3.000

2.500
kLE

2.000

1.500

1.000

0.500

0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
Red1

Series1 Linear (Series1)

Gambar 4.4 Grafik KLE vs Red1

Pengambilan data dilakukan sebanyak 15 kali dengan menambahkan debit


alirannya secara bertahap sehingga didapatkan grafik terhadap fungsi aliran Reynold
pada kecepatan pipa diameter d1 (Red1). Dari Grafik 4.4 tersebut didapatkan pada
percobaan pertama KLE = 3,580 terhadap (Red1) = 3037,921. Pada Grafik 4.4 trendline
cenderung fluktuatif namun semakin lama nilainya menurun ini menunjukan bahwa
semakin besar Red1 maka nilai KLE akan semakin kecil, dengan nilai minimum pada
KLE = 0,336 terhadap (Red1) = 12.151,684. Nilai tersebut didapatkan pada percobaan
ke-7. Namun setelahnya, nilai KLE mengalami kenaikan hingga percobaan ke-11,
kemudian berfluktuasi hingga percobaan ke-13, dan cenderung konstan pada
percobaan ke-14 dan 15.

Berdasarkan teori semakin besar debit aliran maka akan menghasilkan kecepatan
aliran yang semakin besar pada penampang yang konstan. Hal ini dihubungkan dengan
penurunan rumus reynold number menunjukkan besar kecepatan pada penampang
elbow. Dengan ditambahnya aliran debit yang masuk maka semakin besar pula nilai
Re dimana nilai KLE berbanding terbalik dengan Re sehingga aliran tersebut semakin
turbulen. Ketika kecepatan aliran fluida (V) semakin tinggi nilai KLE semakin mengecil
kemudian konstan dibandingkan nilai Re yang semakin membesar. Hal ini dapat
ℎ𝐿𝐸 𝑉.𝐷
dibuktikan dengan persamaan 𝐾𝐿𝐸 = 𝑉2
dan 𝑅𝑒 = . Pada Elbow kecepatan
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 𝑣
2𝑔

yang digunakan ialah kecepatan yang tertinggi pada daerah Upstream (daerah aliran
𝑝 𝑉2
yang masuk). Sehingga pada persamaan + + 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 parameter yang
𝜌 2

sangat mempengaruhi laju aliran ialah perbedaan ketinggian tersebut. Serta laju aliran
tersebut dipengaruhi oleh gravitasi sehingga mengakibatkan dampak yang signifikan
terhadap kerugian energi pada laju aliran tersebut. Dikarenakan aliaran yang paling
luar memiliki kecepatan yang lebih tinggi di bandingkan aliran bagian di dalam
sehingga aliran lebih luar mengalami fenomena vortex.

Berdasarkan analisa pada Gambar 4.4 terdapat beberapa data yang tidak sesuai.
Hal ini dikarenakan pada fluida pada manometer kurang stabil ataupun pengambilan
data oleh praktikan kurang teliti sehingga didapatkan data yang naik turun selama
pengambilan data.

4.4.4 Analisa Grafik KL vs Red1


Grafik KLC, KLS, KLEvs Red1
6.000

5.000

4.000
kL

3.000

2.000

1.000

0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
Red1

kLS kLC kLE

Gambar 4.5 Grafik KLC, KLS, KLE vs Red1

Dari grafik yang ditunjukan pada gambar diatas menujukkan bahwa nilai KLE,
KLS dan KLC terhadap nilai Red1 memiliki trendline yang naik turun selama
pengambilan data. Pada grafik tersebut nilai KLE cenderung memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan nilai KLS dan KLC. Pada pengambilan pertama nilai KLE = 3,580
dan 1,119 pada percobaan terakhir. Kemudian diikuti grafik KLS dengan nilai KLS =
4,567 pada percobaan pertama dan 0,591 pada percobaan terakhir. Kemudian grafik
terakhir menunjukkan nilai KLC = 0,863 pada percobaan pertama dan 0,332 pada
percobaan terakhir.

Bentuk dari fitting akan mempengaruhi tekanan dan kecepatan yang kemudian akan
2
LV
berpengaruh pada besarnya nilai headloss dengan rumus hL  f . . Pada elbow 90° yang
D 2
nilainya dinyatakan oleh KLE kontur body fitting perpipaan berbelok keatas sebesar 90° yang
dipengaruhi oleh beda ketinggian (h) dan dipengaruhi oleh gravitasi yang menyebabkan nilai
losses nya yang paling besar. Sementara pada sudden enlargement yang nilainya dinyatakan
oleh KLS pada section 1 di saat aliran masuk lebih kecil dibandingkan section 2 menyebabkan
nilai losess nya lebih besar dibandingkan pada sudden contraction yang nilainya dinyatakan
oleh KLC dimana pada sudden contraction section 1 lebih besar dibandingkan section 2. Hal ini
disebabkan karena pada sudden enlargement terdapat tekanan balik (backflow) yang
menghambat laju aliran fluida sehingga menyebabkan nilai losses nya semakin besar.Sehingga
dapat ditarik kresimpulan bahwa nilai headloss yang paling besar adalah pada elbow 90o
kemudian pada sudden enlargement dan yang terkecil headloss yang terjadi adalah pada
sudden contraction.

Pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada elbow 90° (KLE) memiliki losses paling
besar, kemudian sudden enlargement (KLS) dan sudden contraction (KLC) mengalami losses
paling kecil. Hal ini sudah menyatakan bahwa grafik yang ada sudah cukup sesuai dengan teori
meskipun nilai yang didapat bernilai fluktuatif.

4.4.5 Analisa Grafik Cdv vs Red2

Grafik Cdv vs Red2

0.020

0.015
0.012 0.011 0.012 0.012
0.012 0.012
0.012
0.011 0.011 .011 0.012
00.011281156
0.011
Cdv

0.010
0.010

0.005
0.002

0.000
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000
Red

Cdv Poly. (Cdv)

Gambar 4.6 Grafik Cdv vs Red2

Pengambilan data dilakukan sebanyak 15 kali dengan menambahkan debit


alirannya secara bertahap sehingga didapatkan grafik terhadap fungsi aliran Reynold
pada kecepatan pipa diameter d2 (Red2). Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa nilai Cdv
naik secara drastis pada percobaan pertama dan kedua. Pada percobaan pertama
didapatkan nilai Cdv = 0,002 terhadap (Red2) = 4936,621676 dan pada percobaan kedua
didapatkan Cdv = 0,012 terhadap (Red2) = 7.404,933. Kemudian trendline cenderung
konstan dengan nilai Cdv berkisar antara 0,010 sampai 0,012 hingga percobaan ke-15
dengan Cdv = 0,012 terhadap (Red2) = 7.404,933.

𝑄𝑎𝑐𝑡 √1−𝛽 4
Dari persamaan 𝐶𝑑𝑣 = didapat nilai Cdv di pengaruhi besar nilai
𝐴1 √2𝑔(ℎ2 −ℎ1 )

dari debit aliran dimana semakin besar debit aliran fluida maka semakin besar pula
kecepatannya pada luas penampang yang konstan. Tekanan pada inlet lebih besar
daripada tekanan yang terjadi pada lehernya. Dari persamaan tersebut dimana Qact dan
Qtheoretical berbanding terbalik tetapi mempunyai nilai yang konstan karena dipengaruhi
oleh laju alirannya. Sehingga semakin besar laju aliran debitnya semakin besar pula
nilai dari Cdv. Pada venturimeter terjadi fenomena vena contracta dimana pengecilan
luas penampang sehingga menyebabkan kecepatannya menjadi naik.

Berdasarkan analisa pada gambar grafik tidak menunjukkan kesesuain dengan


teori yang diberikan. Hal ini dikarenakan pada pembacaan dan pengambilan data fluida
pada manometer kurang stabil sehingga praktikan kurang teliti ataupun dari daya
pompa yang tidak stabil.

4.4.6 Analisa Grafik Cdo vs Redo


Grafik Cdo vs Redo
0.030

0.025

0.020
Cd0

0.015

0.010

0.005

0.000
0.000 5000.000 10000.00015000.00020000.00025000.00030000.00035000.00040000.00045000.000
Red0

Cd0 Expon. (Cd0)

Gambar 4.7 Grafik Cdo vs Redo

Pengambilan data dilakukan sebanyak 15 kali dengan menambahkan debit


alirannya secara bertahap sehingga didapatkan grafik terhadap fungsi aliran Reynold
pada kecepatan pipa diameter d0 (Red0). Dari grafik tersebut didapatkan pada percobaan
pertama Cdo = 0,007733971 terhadap (Red2) = 4936,621676. Grafik tersebut akan
mengalami nilai maksimum pada Cdo = 0,053335687 terhadap (Red2) = 27151,41922.
Nilai tersebut didapatkan pada percobaan ke-10 dengan laju aliran debit aktual
0,0003056 m3/s. Kemudian trendline pada grafik 4.6 mengalami penurunan hingga
didapatkan pada percobaan terakhir sebesar Cdo = 0,008150441 terhadap (Red2) =
39492,97341. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar nilai Red0 nilai dari Cdo
cenderung konstan.

𝑄𝑎𝑐𝑡 √1−𝛽4
Dari persamaan 𝐶𝑑𝑜 = didapat nilai Cdo di pengaruhi besar nilai
𝐴1 √2𝑔(ℎ7 −ℎ8 )

dari debit aliran dimana semakin besar debit aliran fluida maka semakin besar pula
kecepatannya pada luas penampang yang konstan. Tekanan pada inlet lebih besar
daripada tekanan yang terjadi pada lehernya. Dari persamaan tersebut dimana Qact dan
Qtheoretical berbanding terbalik tetapi mempunyai nilai yang konstan karena dipengaruhi
oleh laju alirannya. Sehingga semakin besar laju aliran debitnya semakin besar pula
nilai dari Cdo. Pada orifice terjadi fenomena vena contracta dimana pengecilan luas
penampang sehingga menyebabkan kecepatannya menjadi naik. Selain itu terjadi
fenemona choked flow (aliran yang dicekik) sehingga menyebabkan nilai losesnya
besar.

Berdasarkan analisa pada gambar grafik menunjukkan ketidaksesuain yang


dengan teori yang diberikan. Bahwa besarnya debit tidak berpengaruh dengan besarnya
nilai Cdo sehingga nilai Cdo cenderung konstan hingga akhir kecuali pada daerah dengan
adanya vena contracta.

4.4.7 Analisa Grafik Cd vs Re

Grafik Cd vs Red
0.030

0.025

0.020
Cd

0.015

0.010

0.005

0.000
0.000 5000.000 10000.00015000.00020000.00025000.00030000.00035000.00040000.00045000.000
Red

Cdv Cd0 Cdv Cd0

Gambar 4.8 Grafik Cdv, Cdo vs Re


Dari gambar tersebut grafik venture lebih besar daripada grafik orifice dimana
titik minimum dari nilai Cdv = 0,002 dan titik maksimum Cdv = 0,012. Titik minimum
dari nilai Cdo = 0,008 dan titik maksimum Cdo = 0,024.

Menurut teori, bahwa nilai Cd pada venturimeter lebih besar dibandingkan pada
orificemeter. Hal ini disebabkan oleh perbedaan yang signifikan pada luas penampang
orifice akibat throat-nya sehingga vena contracta yang dibentuk oleh orificemeter
lebih kecil dibandingkan pada venturimeter. Sedangkan pada venturi nilai pressure
drop-nya tidak terlalu besar dikarenakan perbedaan luas penampangnya tidak terlalu
signifikan dan berbentuk gradien sehingga vena contracta yang terbentuk pada
venturimeter lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi pada orificemeter.

Pada gambar 4.7 diatas grafik venture lebih besar daripada orifice. Secara teoritis grafik
tersebut sesuai karena losses pada venturi lebih kecil sehingga nilai Cdv-nya besar dibandingkan
pada orifice nilai loses yang dihasilkan lebih besar sehingga nilai Cdo-nya kecil.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pada grafik KL vs Red1 merupakan grafik perbandingan dari besar coefficient of


losses aliran melalui sudden contraction, sudden enlargement, dan elbow 90o
dengan fungsi Red1. Coefficient of losses aliran melalui elbow 90o memiliki nilai
yang paling besar dikarenakan aliran yang mengalir mengalami perubahan arah
aliran dari horizontal menuju vertical, dan juga aliran harus melawan gaya
gravitasi yang menyebabkan headloss yang dihasilkan sangat besar. Coefficient
of losses aliran melalui sudden enlargement memiliki nilai terbesar kedua, hal
ini dikarenakan aliran akan melawan adverse pressure gradient (APG) akibat
perubahan luas penampang yang semakin besar, yaitu arah aliran fluida menuju
ke daerah yang luas penampangnya lebih besar dimana tekanannya lebih
rendah, sedangkan aliran mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Coefficient of losses aliran melalui sudden contraction
memiliki nilai headloss terendah, hal ini dikarenakan aliran hanya akan
melawan perubahan luas penampang dari besar ke kecil sehingga headloss yang
dihasilkan lebih kecil. Selain itu, lebih kecilnya sudden contraction dan sudden
enlargement karena vortex yang dihasilkan sudden contraction lebih kecil
sudden enlargement. Dari percobaan yang telah dilakukan, dihasilkan grafik
yang sesuai dengan teori yang ada, dimana KLE memiliki nilai terbesar,
dilanjutkan nilai terbesar kedua adalah KLS, dan KLC dengan nilai paling kecil.
2. Nilai Cdv lebih tinggi dibandingkan nilai Cdo. Hal ini disebabkan oleh
penghalang penampang pada orifice lebih mendadak dan tidak landai seperti
pada venturi. Sehingga vortex yang timbul pada orifice lebih banyak daripada
venturi. Semakin banyak vortex yang timbul, maka semakin besar headloss-
nya. Jika headloss orifice lebih tinggi, maka factor pembagi dari headloss akan
menyebabkan coefficient discharge akan lebih kecil disbanding Cdv. Hal ini
juga menunjukkan bahwa ketelitian dari venturi lebih besar daripada ketelitian
orifice karena selisih headloss-nya lebih besar.

5.2 Saran

Adapun saran dari praktikum kali ini adalah:

1. Praktikan lebih teliti saat melakukan pembacaan pada alat ukur.


2. Peremajaan pada alat praktikum sehingga hasil yang didapat lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai