Anda di halaman 1dari 41

Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 1

BAB I

ALIRAN FLUIDA INTERNAL


TAK MAMPU MAMPAT (INCOMPRESSIBLE)

Aliran fluida internal tak mampu mampat adalah aliran di dalam suatu laluan
yang penampangnya berupa kurva tertutup dan massa jenis fludia sepanjang medan
aliran adalah tetap, tidak berubah. Pembahasan aliran ini dibagi menjadi 2
berdasarkan pengaruh gesekan atau viskositasnya yaitu aliran tanpa gesekan dan
yang bergesekan.

I. 1. ALIRAN TAK MAMPU MAMPAT TANPA GESEKAN


(INVISCID)

Aliran tanpa gesekan adalah aliran fluida yang pengaruh gesekannya


diabaikan atau pengaruh kekentalan (viskositas) fluida tidak mempengaruhi aliran
fluida. Meskipun pada kenyataannya semua fluida mempunyai viskositas namun
pada kondisi tertentu pengaruh viskositas tidak mempengaruhi sifat fluida sehingga
dapat diabaikan. Persamaan dasar untuk pembahasan aliran ini adalah persamaan
Bernoulli.

I.1.1. Persamaan Bernoulli

Persamaan momentum aliran fluida ( visvous & compressible) dianalisa


dengan mempergunakan persamaan Navier Stokes. Bila persamaan ini diterapkan
pada aliran tanpa gesekan (nonviscous / inviscid) diperoleh persamaan Euler yaitu :

DV
g p
Dt (1.1)
dimana :
: massa jenis ( kg/m3 )
g : percepatan gravitasi ( 9,8 m / dt2)
p : gradien tekanan (N/m)
DV
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 2

Dt : turunan total vektor kecepatan terhadap waktu

Dari persamaan Euler dan persamaan Hukum II Newton akan diperoleh


persamaan Bernoulli dengan asumsi :
- aliran tunak (steady)
- aliran tak mampu mampat (incompressible)
- aliran tanpa gesekan ( inviscid/non viscous)
- aliran menurut garis arus ( sepanjang streamline)

p V2
gz C
2 (1.2)
dimana :
p : tekanan fluida ( Pa)
z : perubahan ketinggian ( m)
V : kecepatan fluida ( m/dt2)
C : konstan/tetap

Persamaan Bernoulli dapat pula diturunkan dari Persamaan Energi dan


Hukum Thermodinamika I dengan kondisi khusus bahwa perubahan energi dalam
fluida akan sama dengan perubahan energi panas persatuan massa fluida.

I.1.2. Penerapan Persamaan Bernoulli

Persamaan Bernoulli dapat diterapkan pada sembarang 2 (dua) penampang


aliran fluida sepanjang garis arus ( streamline) apabila masih sesuai dengan tiga
asumsi lainnya, misalkan antara penampang 1 dan 2 persamaan Bernoulli menjadi :

2 2
p1 V p V
gz 1 1 2 gz2 2
2 2

garis arus
2

aliran
1

Gambar 1.1. Aliran fluida pada penampang garis arus


Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 3

Persamaan Bernoulli dapat diterapkan pada aliran fluida dalam nozel karena
tidak terdapat separasi aliran dan lapisan batas ( boundary layer ) alirannya masih
tipis serta pengaruh gesekan dapat diabaikan. Demikian pula pada siphon dengan
pipa amat panjang, juga pada aliran terbuka yang tidak ditemui adanya gejolak aliran
yg signifikan (hydraulic jump).

Akan tetapi persamaan Bernoulli umumnya tidak dapat diterapkan pada


aliran fluida dalam perubahan penampang yg kontras ( sudden expansion / sudden
enlargement), pada aliran dalam mesin-mesin fluida yang searah serta pada aliran
udara yang melalui elemen pemanas ataupun yang pengaruh kompresibilitasnya
tinggi ( M > 0,3).

Contoh Soal 1.1

Udara mengalir tunak dengan kecepatan rendah melalui nosel horisontal ke


atmosfer. Pada penampang masuk nosel, luas penampang adalah 0.1 m 2 dan pada
penampang keluar nosel 0,01 m2. Aliran udara adalah tak mampu mampat, tidak
terdapat pengaruh gesekan. Tentukan tekanan udara pada penampang masuk nosel
untuk menghasilkan kecepatan udara keluar nosel 50 m/dt.

Penyelesaian :
Diketahui :

p2 = patm
A2 = 0.01 m2
A1 = 0,1 m2 V2 = 50 m/dt
2
1

Ditanya : tekanan udara, p1

Jawab:

Persamaan dasar :

2 2
p1 V p V
gz 1 1 2 gz2 2
2 2
m1 = m2 V1 A1 = V2 A2
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 4

Asumsi :
- aliran tunak
- aliran tak mampu mampat
- tidak ada pengaruh gesekan,
- z1 = z2

Kondisi di penampang 2, angka Mach-nya, M = V/c = 50 /340 = 0.147


Sehingga persamaan dasar Bernoulli akan menjadi :

p1 patm p1 p2
2

2
V2 V 1
2

A m 0 ,0 2 m2 m
V1 V2 2 50 x 2
10
Dari persamaan kontinuitas, maka A1 dt 0 ,1m dt

Untuk kondisi standar, massa jenis udara, = 1,23 kg/m3 maka :


1 kg 2 m
2
2 m N. dt
2 2
p1 patm x1,23 3 50 1
0
2 m dt 2 dt 2 kg.m
= 1,48kPa (gage)

Contoh Soal 1.2.

Selang siphon dengan lengkungan 1 m diatas permukaan air tandon dan keluaran
selang ke atmosfer berjarak 7 m dibawah permukaan air. Tentukan kecepatan air
keluar selang dan tentukan tekanan absolut air pada lengkungan selang tersebut.

Penyelesaian :
Diketahui : A
z
1m

8 m

V2
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 5

Ditanya : kecepatan air, V2


tekanan di A, pA

Jawab :

Persamaan dasar :
2 2
p1 V p V
gz1 1 2 gz2 2
2 2
m1 = m2 V1 A1 = V2 A2

Dari permasalahan bahwa penampang tandon A1 >>>> A2 maka V1 0, p1 = p2 = patm


maka
V2
gz1 2 gz2
2
V2 2g z1 z2
2

m
V2 = 2g z1 z2 2x9 ,8 x7m 11,7 m/ dt
dt 2

Untuk menentukan tekanan di A

2 2
P1 V P V
gz1 1 A gzA A
2 2

Sedangkan V1 0, VA=V2 maka


2
V2
PA P1 g z1 z2
2
5 N kg m N. dt 2
= 1,0 1x10 x999 3 x9 ,81 2 x 1m x
m2 m dt kg.m
2
1 kg 2 m N.dt
- x999 3 x 11,7 2
x
2 m dt kg. m
= 22,8 kPa (gage)

I.1.3. Tekanan Statik, Tekanan Stagnasi dan Tekanan Dinamik

Tekanan statik atau tekanan thermodinamika pada persamaan Bernoulli


adalah tekanan fluida yang diukur oleh alat yang bergerak bersama dengan fluida.
Kondisi ini sangat sulit diwujudkan. Namun dengan kenyataan bahwa tidak ada
variasi tekanan
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 6

pada arah penampang tegak lurus aliran, maka tekanan statik dapat diukur dengan
membuat lubang kecil pada dinding aliran sedemikian rupa sehingga sumbunya
tegak lurus dinding aliran (wall pressure tap). Cara lain adalah dengan memasang
probe atau tabung pitot pada aliran fluida jauh dari dinding aliran (gambar 1.2.).
Pengukuran tekanan statis dilakukan oleh lubang kecil dibagian bawah dinding
tabung.

Tekanan Stagnasi adalah tekanan fluida yang diukur pada aliran fluida yang
diperlambat sampai diam, V = 0 dengan kondisi aliran tanpa gesekan. Pengukuran
tekanan stagnasi pada tabung pitot diukur oleh lubang kecil di mulut tabung yang
akan tepat tegak lurus terhadap garis arus dari aliran. Untuk aliran tak mampu
mampat dapat diterapkan persamaan Bernoulli pada kondisi tanpa perubahan
ketinggian :

Jika p adalah tekanan statik pada penampang dengan kecepatan fluida


adalah V dan po adalah tekanan stagnasi dimana kecepatan stagnasi aliran fluida V o
adalah 0, maka dapat dihitung :

p V2
C
2
2
p0 V p V2
0
2 2
V2
po p
2 (1.3.)

Suku kedua, V2/2 adalah tekanan dinamik yaitu tekanan akibat kecepatan
fluida, yakni selisih antara tekanan statik dengan tekanan stagnasi.

aliran

aliran

p p0 p0

wall pressure tap tabung pitot

Gambar 1.2. Wall pressure tap dan tabung pitot


Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 7

Dari persamaan (1.3) maka pengukuran tekanan statis dan tekanan stagnasi
dengan tabung pitot dapat juga sekaligus mengukur tekanan dinamisnya. Penerapan
yang lain dari persamaan ini adalah perubahan tekanan dinamis menjadi kecepatan
fluida dengan kondisi aliran tak mampu mampat. Dengan demikian tabung pitot
dapat juga dipergunakan sebagai alat ukur kapasitas aliran (Bab 4).

Contoh Soal 1.3.

Sebuah tabung pitot dipasang pada aliran udara untuk mengukur kecepatan aliran
udara. Tabung dipasang untuk mengukur tekanan stagnasi yang akan dinyatakan
dalam perbedaan ketinggian fluida dalam manometer. Bila perbedaan ketinggian air
raksa dalam manometer adalah 30 mm, tentukan kecepatan aliran udara tersebut.

Penyelesaian :
Diketahui :

aliran

30 mm

2
p0 V p V2
0
Persamaan dasar : 2 2
po p V 2

2
2(po p
V
udara

Sedangkan menurut persamaan fluida statis pada air raksa maka:


Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 8

po - p = HG g h = (SGHG) H20 g h

2(SGHG )H2O gh
V
udara
2 10 0 0 kg 9 ,8m m m3
= x13,6 x x x30 mmx x
m3 dt 2 10 0 0 mm 1,23 kg
= 80 ,8 m/ dt

I.2. ALIRAN TAK MAMPU MAMPAT BERGESEKAN


(VISCOUS)

I.2.1. Perubahan tekanan fluida pada sistem aliran

Perubahan tekanan dalam aliran fluida terjadi karena adanya perubahan


ketinggian, perubahan kecepatan akibat perubahan penampang dan gesekan fluida.
Pada aliran tanpa gesekan perubahan tekanan dapat dianalisa dengan persamaan
Bernoulli yang memperhitungkan perubahan tekanan ke dalam perubahan
ketinggian dan perubahan kecepatan. Sehingga perhatian utama dalam menganalisa
kondisi aliran nyata adalah pengaruh dari gesekan. Gesekan akan menimbulkan
penurunan tekanan atau kehilangan tekanan dibandingkan dengan aliran tanpa
gesekan. Berdasarkan lokasi timbulnya kehilangan, secara umum kehilangan
tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
kerugian mayor dan kerugian minor.

Kerugian mayor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan aliran fluida pada
sistem aliran penampang tetap atau konstan. Kerugian mayor ini terjadi pada
sebagian besar penampang sistem aliran makanya dipergunakan istilah mayor.
Sedangkan kerugian minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan yang terjadi
pada katup-katup, sambungan T, sambungan L dan pada penampang yang tidak
konstan. Kerugian minor meliputi sebagian kecil penampang sistem aliran, sehingga
dipergunakan istilah minor. Kerugian ini untuk selanjutnya akan disebutkan
sebagai head loss.

I.2.2. Perhitungan Head Loss

Istilah Head Loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika


abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Namun
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 9

perlu diingat bahwa arti fisik dari head loss adalah kehilangan energi mekanik
persatuan massa fluida. Sehingga satuan head loss adalah satuan panjang yang
setara dengan

satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida
etinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Istilah Head juga akan dibahas
kembali pada pembahasan mesin fluida pada Bab 3, yaitu pembahasan head pompa.

2.a. Perhitungan Head loss mayor

Dengan mempergunakan persamaan keseimbangan energi dan asumsi aliran


berkembang penuh (fully developed) sehingga koefisien energi kinetik 1 = 2 dan
penampang konstan maka :

p1 p2
g z2 z1 hl
(1.4)
di mana :
hl : head loss mayor

Jika pipa horisontal, maka z2 = z1 , maka :

p1 p2
hl
atau p / = hl

Jadi head loss mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran fluida
berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.

Untuk aliran laminer , berkembang penuh, pada pipa horisontal, penurunan


tekanan dapat dihitung secara analitis, diperoleh :

128 LQ 128 LV (D2 / 4 ) L V


p 32
D 4
D 4
D D (1.5.)

dimana :
: kekentalan atau viskositas fluida

sehingga dengan memasukkan konsep angka Reynold maka head loss menjadi :

L V L V2 64 L V 2
hl 32 64
D D D 2 VD Re D 2
(1.6)
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 10

Contoh Soal 1.4.

Sebuah viskometer atau alat pengukur viskositas fluida dapat dibuat dari pipa
kapiler. Jika panjang dan diameter pipa kapiler diketahui dan diukur pula laju aliran
dan penurunan tekanan maka viskositas dapat dihitung. Pada test sebuah viskometer,
tentukan viskositas fluida bila diperoleh data sebagai berikut :
Laju aliran : 880 mm3/dt
Diameter pipa : 0,5 mm
Panjang pipa : 1 m
Penurunan tekanan : 1,0 Mpa

Penyelesaian
Diketahui : = 0,5 mm
L=1m
aliran

1 p = p1 - p2 2

Ditanya : , viskositas ?

Jawab :

Persamaan dasar :

128LQ
P
D 4
1x106 N 0,5 mm4
4
pD4 dt 1 m
x 2
x x 3
x x 3
128 LQ 128 m 880mm 1m 10 mm
= 1,74 x 10-3 N .dt / m2

Untuk aliran turbulen, penurunan tekanan tidak dapat dihitung secara analitis
karena pengaruh turbulensi yang menimbulkan perubahan keacakan sifat fluida.
Perubahan sifat fluida yang acak tersebut belum dapat didekati dengan fungsi
matematis yang ada saat ini. Perhitungan head loss didasarkan pada hasil percobaan
dan analisa dimensi. Penurunan tekanan untuk aliran turbulen adalah fungsi dari
angka Reynold, Re, perbandingan panjang dan diameter pipa, L/D serta kekasaran
relatif pipa, e/D.
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 11
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 12

Head loss mayor dihitung dari persamaan Darcy-Weisbach :


L V2
hl f
D 2 (1.7)
dimana :
f : koefisien gesek

Dengan menggunakan hasil percobaan dari L.F. Moody yang


memperkenalkan Diagram Moody, yaitu diagram koefisien gesek fungsi angka
Reynold dan kekasaran relatif pipa. Diagram Moody ditampilkan pada Lampiran A
Nilai kekasaran relatif pipa merupakan fungsi diameter pipa dan bahan pipa dapat
ditentukan secara empiris dari grafik pada gambar 1.3.

Gmb.1.3. Kekasaran relatif fungsi diameter dan bahan pipa


Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 13

Dengan membandingkan persamaan 1.6 dengan persamaan 1.7, maka untuk


aliran laminer nilai koefisien gesek hanya fungsi angka Reynold, tidak dipengaruhi
oleh kekasaran permukaan pipa. Namun dengan semakin tingginya angka Reynold
koefisien gesekan hanya merupakan fungsi dari kekasaran relatif saja. Pada kondisi
ini medan aliran dikatakan mencapai kekasaran penuh.

Mengingat perhitungan head loss adalah perhitungan yang cukup panjang


dan kenyataan aplikasi program komputer telah digunakan pada perencanaan suatu
sistem perpipaan maka dibutuhkan persamaan matematika untuk menentukan
koefisien gesek sebagai fungsi dari angka Reynold dan kekasaran relatif. Salah
satunya adalah persamaan Blasius yang dapat digunakan pada aliran turbulen, pipa
halus dengan angka Reynold, Re < 105 yaitu :

0,3164
f
Re0,25

Contoh Soal 1.5.

Air dipompa melalui pipa diameter 0,25 m sepanjang 5 km dari discharge pompa
menuju tandon terbuka. Apabila ketinggian air di tandon 7 m di atas discharge
pompa dan kecepatan air rata-rata di dalam pipa adalah 3 m/dt maka tentukanlah
tekanan pada discharge pompa tersebut.

Penyelesaian :
Ditentukan :

1 7 m

5 km

Ditanya : Tekanan pada discharge pompa, p1


Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 14

Jawab :
Persamaan dasar :

p1 V12 p2 V2 2
gz1 gz2 hlt hl hlm
2 2
L V2 V2
hl f dan hlm K
D 2 2

Dengan kondisi head loss minor diabaikan dan V2 0 maka persamaan menjadi

p1 p2 L V12 V12
g z2 z1 f
D 2 2
V2 L
p1 p2 g z2 z1 1 f 1
2 D

Nilai f dapat ditentukan dengan mengacu kepada diagram Moody dan diagram
kekasaran relatif. Dari gmb 1.3. dengan asumsi pipa baja komersial diameter sekitar
10 inchi, maka kekasaran relatif, e/D adalah 0,00018. Angka Reynold dihitung
dengan viskositas air, = 1 x 10-3 kg/m.dt, massa jenis air, = 999 kg/m3 maka
angka Reynold, Re 7,5 x 105 maka nilai f adalah sekitar 0,015. Sedangkan tandon
terbuka berarti p2 = 1 atm dan z2 - z1 =7 m serta air = 999 kg/m3 maka

999 kg 9,8 m 1 32 m2 5 km 103 m


p1 1 atm x 2 x 7 m x 0,015 x x 1
m3 dt 2 dt 2
0,25 m km
p 1 gage 1,42 MPa

2.b. Perhitungan Head loss minor

Head loss minor dapat dihitung secara empiris dari persamaan


V2
hlm K
2 (1.7)
dimana :
K: koefisien head loss minor,

Nilai K tergantung pada jenis komponen sistem aliran. Untuk sambungan


penampang berubah nilai K merupakan fungsi aspek rasio. Aspek rasio adalah
perbandingan
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 15

penampang yang lebih kecil dengan penampang yang lebih besar. Salah satu data
untuk perubahan penampang ditampilkan pada gambar 1.4. Sedangkan untuk
kondisi masukan yang berbeda, nilai koefisien minor lossesnya juga ditampilkan
pada gambar 1.4.

Gmb. 1.4. Koefisien minor losses untuk kondisi masukan dan


penampang berubah
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 16

Head loss minor dapat pula dihitung dengan persamaan :

L e V2
hlm f
D 2 (1.8)
dimana :
Le /D : panjang ekuivalen dari komponen.

Persamaan ini umumnya dipergunakan untuk perhitungan head loss pada belokan
dan katup. Nilai Le /D untuk beberapa jenis sambungan dan katup ditampilkan pada
tabel 1.1. Nilai panjang equivalen pada tabel tersebut adalah untuk kondisi katup
terbuka penuh. Koefisien tersebut akan bertambah secara signifikan pada kondisi
katup setengah terbuka atau terbuka sebagian.

Tabel 1.1. Panjang equivalen dari katup dan sambungan

Jenis sambungan Panjang equivalen,


Le /D
Katup (terbuka)
Katup gerbang (gate valve) 8
Katup globe ( globe valve) 340
Katup sudut ( angle valve) 150
Katup bola ( ball valve) 3
Katup pengendali : jenis globe 600
: jenis sudut 55
Foot valve dengan saringan :poppet disk 420
:hinged disk 75
Belokan standar ( standar elbow) : 900 30
: 450 16
Return bend, close pattern 50
Standar Tee : flow through run 20
: flow through branch 60

Aliran fluida pada belokan atau elbow atau bend menimbulkan head loss
yang lebih dari pada aliran pada pipa lurus. Hal ini terutama karena timbulnya aliran
sekunder akibat perubahan orientasi penampang pada belokan. Koefisien lossesnya
dipengaruhi oleh radius kelengkungan kurva belokan. Untuk sambungan yang
kelengkungannya halus, koefisien lossenya akan lebih kecil namun pembuatannya
akan lebih sulit sehingga harganya akan lebih mahal. Sedangkan belokan yang
kelengkungannya dibentuk dari penyambungan pipa lurus, koefisien lossesnya akan
lebih tinggi. Namun proses pembuatan yang lebih mudah membuat harganya jauh
lebih murah.
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 17

Sambungan dipasang pada sistem perpipaan dengan ulir atau sambungan


flens. Ulir umumnya dipakai pada sambungan pipa diameter yang kecil sedangkan
untuk diameter yang besar, sambungan pipa mempergunakan flens dengan mur dan
baut atau yang dilas. Pemilihan sambungan sangat dipengaruhi oleh jenis fluida,
beracun atau tidak, tekanan dan suhu kerja dari sistem dan faktor keamanan yang
diharapkan.

Istilah minor, tidak berkonotasi dengan kecilnya nilai losses, namun pada
lokasi timbulnya losses tersebut. Pada kasus tertentu head loss minor nilainya lebih
besar dari pada head loss mayor

Contoh Soal 1.6.

Sistem aliran air dari tandon 1 ke tandon 2 yang terbuka ke atmosfer adalah seperti
skema dibawah. Panjang total dari pipa penampang seragam adalah 50 m
diameternya, 0,05 m. Koefisien minor lossesnya, K adalah sebagai berikut :
saringan :8
belokan : 0,5
sambungan T : 0,7
pengukur aliran ( flowmeter ) :6
katup pembuka. : 1
Jika kecepatan air dalam pipa rata-rata adalah 1,5 m/dt, tentukan perbedaan
ketinggian kedua tandon tersebut.

1
2
saringan
sambungan T katup pembuka

flowmeter

Penyelesaian :
Ditentukan : Sistem aliran air seperti skema dengan jumlah belokan 5, sebuah
saringan, sebuah sambungan T, sebuah pengukur aliran dan sebuah katup pembuka.

Ditanya : perbedaan ketinggian tandon, h

Jawab :
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 18

Persamaan dasar

p1 V2 p V 2
gz1 1 2 gz2 2 hlt hl hlm
2 2
L V2 V2
hl f dan hlm K
D 2 2
asumsi :
aliran tunak
aliran tak mampu mampat
headloss karena kondisi masukan diabaikan
Tandon semua terbuka ke atmosfer, berarti p 1 = p2 , V1 0, krn penampang tandon
jauh lebih besar dari penampang pipa, z1 -z2 = h maka persamaan di atas menjadi :
2 2 2
L V2 V2 V2
g z1 - z2 f +K
D 2 2 2
2
V L
h = 2 f K 1
2g D

Menentukan nilai f dari diagram Moody dengan menghitung angka Reynold dan
menentukan kekasaran relatif pipa.

VD 999 kg / m3 x 1,5 m / dt x 0,05 m


Re 4,5 x 104
-3
1 x 10 kg / m.dt

Dari grafik pada gmb.1.3, diameter pipa 2 inchi dan bahan pipa diasumsikan beton
dengan kekasaran, e=0,003, maka kekasaran relatif, e/D 0,02. Dari diagram Moody
nilai f 0,05.

Sedangkan besarnya K adalah jumlah dari K untuk semua komponen, jadi

K = Ksaringan + 5xKbelokan + Ksambungan T + Kkatup + Kflowmeter


= 8 + 5 x 0,5 + 0.7 + 1 + 3
= 14,7

h
1,5 2 m2 / dt 2
30
0,05x 14,7 -1
2 x 9,8 m / dt 2
0,05
= 5m

I.2.3. Distribusi Kecepatan,Tegangan Geser, Kapasitas Aliran


Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 19

Aliran fluida tak mampu mampat dan bergesekan akan menimbulkan


perubahan kecepatan pada penampang sistem aliran. Perubahan vektor kecepatan
aliran ini dapat dinyatakan dalam suatu persamaan matematika yang dapat
digambarkan dalam bentuk distribusi kecepatan.

Perubahan kecepatan akibat adanya pengaruh gesekan akan menimbulkan


perubahan tegangan geser sepanjang aliran. Perubahan tegangan geser juga dapat
dinyatakan dalam sebuah persamaan matematika yang dapat digambarkan dalam
bentuk distri busi tegangan geser.

Persamaan matematika untuk distribusi kecepatan diperoleh dengan


menganalisa partikel aliran pada suatu kontrol volume diferensial. Dengan
menerapkan persamaan hukum II Newton untuk menentukan total gaya pada semua
bidang, dan menggabungkan dengan persamaan deformasi linier fluida (telah
dibahas pada buku Mekanika Fluida Dasar) akan diperoleh persamaan distribusi
kecepatan dan distribusi tegangan geser. Sedangkan persamaan kapasitas aliran
diperoleh dari integrasi persamaan kecepatan pada luas penampang total.

A. Aliran diantara dua buah plat datar

1/2
y'
aliran 2

a
y 0
dy
dx
x -1/2 1
u
umaks
Gmb.1.5. Aliran antara dua plat datar

Untuk memperoleh persamaan distribusi kecepatan, dibuat kontrol volume


diferensial seperti pada Gmb. 1.5. Distribusi kecepatan aliran diantara dua plat datar
:

a 2 p y y
2

u
2 x a a
(1.9)

di mana :
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 20

u : kecepatan aliran searah sumbu x


a : jarak antara 2 plat
p
x : perubahan tekanan sepanjang sumbu x

Sedangkan persamaan distribusi tegangan gesernya adalah :

p y 1
yx a
x a 2
(1.10)
dimana :
yx : tegangan geser pada bidang y dengan gaya searah sumbu x

Kapasitas aliran atau laju volume aliran adalah :

Q V . dA
A

Untuk kedalaman aliran l pada arah sumbu z atau lebar plat l, maka :

Q ul. dy
0

1 p
a
Q
2 x y
ay dy
2

l 0

Q 1 p 3
a
l 12 x (1.11)

Untuk aliran diatas plat datar, maka p/x = 0, sehingga

p p2 p1 p

x L L

Maka kapasitas aliran sebagai fungsi penurunan tekanan adalah :

Q 1 p 3 a 3p
a
l 12 L 12 L (1.12)
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 21

Besarnya kecepatan rata-rata dapat ditentukan dari persamaan Q = V.A, dimana A


dalam kasus ini adalah l x a, maka :

Q 1 p a 3l 1 p 2
V a
A 12 x al 12 x (1.13)

Besarnya kecepatan maksimum dan lokasi terjadinya kecepatan maksimum juga


dapat ditentukan. Profil kecepatannya digambarkan pada gmb 1.5. setelah
koordinatnya ditansformasikan, dimana sumbu x berada pada pusat silinder.
Kecepatan maksimum akan terjadi pada nilai diferensial pertama fungsi kecepatan
sama dengan nol (0):

u
= 0
y yaitu pada y = a/2

1 p 2 3
a V
dan u maksimum = 8 x 2 (1.14)

Contoh Soal 1.7.

Sistim hidrolik dengan fluida adalah oli SAE 10W (SG = 0,92 dan = 0,018
kg/m.dt) beroperasi pada tekanan 20 MPa (gage). Sistim hidrolik ini adalah sebuah
katup pengendali, dengan komponennya adalah piston diameter 25 mm dipasang
pada silinder. Jarak rata-rata celah antara piston dan silinder adalah 0,005 mm.
Tentukan laju aliran oli dari celah antara piston dan silinder jika panjang piston 15
mm dan tekanan minimumnya adalah 1 MPa ( gage).

Penyelesaian
Diketahui :

p1 =20 MPa

L=15 mm
a = 0,005 mm

p2 = 1 MPa
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 22

Ditanya : Laju aliran pada celah, Q

Jawab :

Persamaan dasar :

Q a 3 p

l 12 L
asumsi :
aliran laminer
aliran tunak
aliran tak mampu mampat
aliran berkembang penuh

Aliran oli diantara celah yang sangat sempit dapat dianggap sebagai aliran diantara
dua plat datar dengan panjang plat sesuai dengan panjang piston dan lebar plat
adalah panjang keliling dari piston.

L = 15 mm l=D

a 3pl a 3pD
Q
12 L 12 L

=
0,005 mm3 20 1 x106 N
3

x x
m. dt
x
3,14 x25mm kg. m
x
2
12 m 0,018kg 15mm N . dt
= 57,6 mm / dt

Untuk meyakinkan penggunaan asumsi aliran laminer, dapat dihitung angka Reynold
aliran yaitu :

Va SG H2O V a
Re =

Q Q
V
A DA
57,6 mm3 1 1 1 m
= x x x x 3
dt 3,14 25 mm 0 ,0 0 5 mm 10 mm
0 ,147 m/ dt
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 23

Sehingga
0,92 999 kg 0,147 m 0,005 mm m. dt m
Re x3
x x x x 3
m dt 0,018kg 10 mm
= 0,0375 < 1400 ( laminer)

B. Aliran diantara dua alat datar dengan plat atas bergerak dengan kecepatan U

Kondisi aliran ini dapat ditemukan pada aliran pelumas bantalan luncur
(journal bearing). Silinder dalam atau porosnya akan berputar di dalam silinder
diam. Pada beban atau gaya yang rendah maka pusat silinder adalah tepat berhimpit
pada satu titik, sehingga celahnya akan simetris. Apabila diiris satu sisi kemudian
dibentangkan, maka kondisinya sama seperti aliran diantara dua plat datar dengan
plat atas bergerak

aliran U

y dy
x dx

Gmb.1.6. Aliran diantara dua plat, yang plat atas bergerak

Untuk aliran antara plat datar, dengan plat atas bergerak dengan kecepatan
konstan U, maka distribusi kecepatan dianalisa dengan langkah yang sama seperti
pada aliran antara plat datar yang diam. Perbedaannya adalah pada penyelesaian
integralnya yaitu dengan kondisi batas adalah :

u = 0 pada y = 0
u = U pada y = a
sehingga

U y a 2 p y y
2

u
a 2 x a a
(1.15)

Distribusi tegangan geser , yx = (du/dy), :


Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 24

U a2 p 2y 1 U p y 1
yx = 2 a
a 2 x a a a x a 2 (1.16)

Laju volume aliran :

Q ul. dy
0
a
Q Uy 1 p 2
l

a
y ay dy
2 x

0

Q Ua 1 p 3
a
l 2 12 x (1.17)

Kecepatan rata-rata aliran :

Q Ua 1 p 3 U 1 p 2
V l a / la a
A 2 12 x 2 12 x
(1.18)

Kecepatan maksimum aliran dapat ditentukan dengan mendiferensialkan persamaan


(1.15) menjadi :

du U a 2 p 2 y 1

dy a 2 x a 2 a

sehingga

du a U /a
0
dy 2 1 / p / x
pada y =

Profil kecepatan dapat digambarkan berdasarkan persamaan 1.15. Gambar


yang diperoleh adalah merupakan sketsa gabungan antara profil kecepatan linier
dengan profil kecepatan parabola, tergantung pada nilai U dan gradien tekanannya.
Apabila gradien tekanannya positif ada kemungkinan timbul aliran balik yaitu aliran
ke arah sumbu x negatif seperti gambar 1.7. Sedangkan untuk profil linier akan
timbul kalau gradien tekanan sama dengan nol.
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 25

1,0

p
0
y/a x

p
0
x 1 2 3

Gmb. 1.7. Profil kecepatan untuk aliran laminer diantara 2 plat yang
plat atas bergerak dengan kecepatan tetap

Contoh Soal 1.8.

Bantalan luncur dari sebuah poros engkol mobil, dilumasi dengan oli SAE 30 (=
9,6x 10-3 N.dt/m2 . Diameter bantalan adalah 3 inchi dan jarak celah diameter adalah
0,0025 inchi, Bantalan berputar dengan kecepatan sudut, 3600 rpm. Panjangnya
jounal adalah 1,25 inchi. Bantalan dalam keadaaan tanpa beban. Tentukan torsi
untuk memutar journalnya dan energi panas yang terlepas dari proses ini.

Penyelesaian :

Diketahui :

a=0,0025/2
D=3

Ditanya :
Jawab :
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 26

Persamaan dasar

U p y 1
yx = a
a x a 2

asumsi :
aliran laminer
aliran tunak
aliran tak mampu mampat
aliran seperti pada aliran 2 plat datar
p/x = 0 karena bantalan tanpa beban, aliran simetris

Sehingga

U R D
yx = =
a a 2a
9,6 x 10 N. dt 36 0 0 rpm 2 rad menit
-3
3inchi
= 2
x x x x
m 1putaran menit 6 0 dt 2x0 ,0 0 125inchi
= 4,34x10 3 N / m2

Karena nilai tegangan geser adalah positif, berarti tegangan geser terjadi pada plat
bagian atas ke kiri, yaitu ke arah sumbu y negatif. Total gaya geser adalah tegangan
geser kali luasan dan torsi adalah gaya kali lengan sehingga :

2
T FR yxAR yx DLR yx D L
2
4 ,34 x10 3 N 3 in2 0 ,0 254 m3
2 3

= x x x1,25inx
2 m2 in3
=1,25 N.m

Energi panas yang dilepaskan oleh bantalan persatuan waktu atau daya yang keluar :

W F V F U =F R T
36 0 0 put menit 2 wattxdt
= 1,25 N.m x x x x
menit 6 0 dt rad N.m
= 471W

Untuk meyakinkan bahwa aliran adalah laminer, dapat dihitung dari angka Reynold
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 27

Ua SG H2 OUa SG H2O Ra
Re

999 kg 36 0 0 x2rad 1,5inx0 ,0 0 125in 0 ,0 254 m
2
0 ,92
= x x x x
m3 6 0 dt in2
m2 N. dt 2
x
9 ,6 x10 3 N. dt kg.m
= 43,6

Jadi aliran laminer karena Re < 1500

C. Aliran laminer dalam pipa

Aliran dalam pipa terhadap sumbu z tidak simetris sehingga diperlukan kontrol
volume diferensial yang berbeda dibandingkan dengan kontrol volume pada aliran di
antara plat datar. Bentuk kontrol volumenya adalah bentuk cincin dan dengan dua
sumbu yaitu sumbu x dan sumbu r seperti gambar 1.8.

r R
r
x dx

dr

Gmb. 1.8. Kontol volume cincin untuk analisa aliran dalam pipa

Dengan menyelesaikan persamaan tegangan pada luasan permukaan dalam dan


permukaan luar cincin maka akan diperoleh distribusi kecepatan terhadap sumbu r
yaitu :
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 28

r 2 p R2 p
u
4 x 4 x
R2 p r
2

= 1
4 x R
(1.19)

Distribusi tegangan geser

du r p
rx =
dr 2 x (1.20)

Laju aliran volume adalah :

Q
A
V . dA u 2r dr
0
R
1 p
Q 4 x r
R 2 2rdr
2

r 4 p

8 x (1.21)

Untuk aliran berkembang penuh maka (p/x) adalah tetap sehingga


(p/x)= (p2-p1 /L) = - p/L
sehingga laju aliran volume fungsi penurunan tekanan adalah :

R4 p pD4
Q
8 L 128 L (1.22)
Kecepatan rata-rata :

Q Q R2 p
V
A R2 8 x (1.23)

Lokasi kecepatan maksimum diperoleh pada nilai du/dr = 0 yaitu :

du 1 p
r 0
dr 2 x yaitu pada r = 0
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 29

Pada r = 0 maka kecepatan maksimumnya adalah :

R2 p
u umaks U 2V
4 x
(1.24)

Profil kecepatan dapat dinyatakan sebagai fungsi kecepatan maksimum yaitu :

2
u r
1
U R (1.25)
merupakan profil parabola

D. Aliran turbulen dalam pipa

Pada aliran turbulen tidak dapat diturunkan suatu persamaan umum antara
medan tegangan dan kecepatan, sehingga semua persamaan untuk aliran turbulen
adalah berdasarkan hasil percobaan. Salah satu persamaan untuk aliran turbulen
pada pipa halus adalah :

1/ n 1/ n
u y r
1
U R R
(1.26)
dimana :
n : koefisien aliran fungsi angka Reynold

Soal-soal Latihan

1. Air mengalir pada pipa diameter 0,3 m dengan tekanan statis 260 kPa (gage),
kecepatan 3 m/dt dan elevasi dari permukaan tanah adalah 10 m. Air keluar pada
elevasi 0 m

2. Pitot tube digunakan untuk mengukur kecepatan udara. Kecepatan dijaga 100
m/dt atau lebih kecil. Tentukan defleksi air raksa pada manometer yang
berkorelasi dengan kecepatan maksimum.
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 30

3. Air mengalir dari tangki melalui pipa dengan diameter 2 inchi. Fluida pada
manometer adalah air raksa. Tentukan kecepatan fluida pada pipa dan laju massa
keluar dari pipa

2 ft
2 in
aliran
2 ft
6 in

4. Air mengalir vertikal pada pipa diameter 0,1 m dan keluar melalui nosel
diameter 0,05 m ke udara luar. Hitunglah tekanan ( gage) yang dibutuhkan agar
kecepatan air keluar nosel 20 m/dt.

aliran

4m

5. Pada sebuah terowongan angin terbuka, dibuat wall presure tap yang
dihubungkan dengan manometer dan menunjukkan 45 mm dibawah tekanan
atmosfer. Hitunglah kecepatan udara pada terowongan angin tersebut.

6. Air mengalir melalui pipa beton horisontal dengan diameter 0,1 m dan laju aliran
massa 15 kg/dt. Tentukan penurunan tekanan tiap 100 m panjang pipa.

7. Udara standar mengalir melalui belokan yang panjang equivalent-nya 50 m. Laju


alirannya 0,6 m3/dt dan tekanan pada ke dua penampang adalah sama. Tentukan
perubahan ketinggian belokan tersebut.

8. 2 ft3/dt air mengalir dalam suatu sistem perpipaan dengan diameter 6 in, bahan
pipa besi tuang. Koefisien untuk kerugian minor adalah K = 2,0, Tentukan L,
panjang pipa lurus dari sistem tersebut
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 31

9. Air mengalir karena gravitasi ke tandon yang lebih rendah melalui pipa lurus
dengan laju aliran yang direncanakan 0,007 m3/dt. Diameter pipa 50 mm dengna
panjang total 250 m. Kedua tandon terbuka. Dengan mengabaikan minor loses,
hitunglah perbedaan ketinggian air dalam tandon untuk menjaga agar kapasitas
aliran air tetap.

10. Instalasi OTEC ( Ocean Thermal Energy Conversion ) mengalirkan air laut dari
dasar air laut kedalaman 1000 m yang tekanan hidrostatiknya 9,9 Mpa ( gage).
Kecepatan rata-rata dalam pipa V = 1,83 m/dt dan diameter pipa 28,2 m dengan
kekasaran permukaan effektif, e= 0,01 m . Perkirakan tekanan statis di
permukaan air laut.

permukaan air laut

D=28,2 m
(e=0,01 m)
L=1000 m

V
V=1,83 m/dt
p= 9,90 MPa

Tekanan dalam Fluida


Tuesday Dec 30,2008 07:57 AM

By san

In Fluida Statis

Pengantar
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 32

Pernahkah dirimu meminum es teh atau es sirup ? wah, jangankan es teh, semua
minuman botol dan minuman kaleng pernah disikat saking kehausan, botol dan
kalengnya juga dijilat hehehe.. pisss.. maksud gurumuda, pernahkah dirimu
meminum minuman menggunakan pipet alias penyedot ? kalau belum, segera
meluncur ke warung atau toko terdekat dan bilang saja pada pelayan toko atau
warung makan : pak/bu.. boleh pinjam pipet sebentar ? Jangan lupa bawa uang
receh untuk membeli seandainya permintaan anda di tolak. Setelah ada pipet,
silahkan pergi ke ruang makan, ambil segelas air bening dan lakukan percobaan
kecil-kecilan berikut ini biar lebih keren, kali anda minum air putih (atau air
bening ?) menggunakan pipet alias penyedot.. Nah, air putih kini terasa lebih nikmat.
Setelah puas minum, sekarang coba anda masukan pipet tadi ke dalam gelas yang
berisi air, lalu angkat kembali pipet tersebut. Apa yang anda amati ? biasa saja tuh..
Oke.. sekarang, silahkan masukan pipet sekali lagi ke dalam gelas yang berisi air.
Setelah itu, tutup salah satu ujung pipet (ujung pipet yang berada di luar gelas)
menggunakan jari telunjuk anda. Nah, coba dirimu angkat pipet itu sambil tetap
menutup lubang pipet bagian atas. Sulap fisika dimulai aneh bin ajaib. Air
terperangkap dalam pipet ? kok bisa ya ? waduh bagaimanakah saya
menjelaskannya ? gampang. Ingin tahu mengapa demikian ? mari kita pelajari
pokok bahasan Tekanan dengan penuh semangat. Setelah mempelajari pokok
bahasan tekanan, dirimu akan dengan mudah menjelaskannya. Selamat belajar ya

Konsep Tekanan pada Fluida

Dalam ilmu fisika, Tekanan diartikan sebagai gaya per satuan luas, di mana arah
gaya tegak lurus dengan luas permukaan. Secara matematis, tekanan dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut ini :

< ![endif]-->

P = tekanan, F = gaya dan A = luas permukaan. Satuan gaya (F) adalah Newton (N),
satuan luas adalah meter persegi (m2). Karena tekanan adalah gaya per satuan luas
maka satuan tekanan adalah N/m2. Nama lain dari N/m2 adalah pascal (Pa). Pascal
dipakai sebagai satuan Tekanan untuk menghormati om Blaise Pascal. Kita akan
berkenalan lebih dalam dengan om Pascal pada pokok bahasan Prinsip Pascal.

Ketika kita membahas Fluida, konsep Tekanan menjadi sangat penting. Ketika fluida
berada dalam keadaan tenang, fluida memberikan gaya yang tegak lurus ke seluruh
permukaan kontaknya. Misalnya kita tinjau air yang berada di dalam gelas; setiap
bagian air tersebut memberikan gaya dengan arah tegak lurus terhadap dinding
gelas. jadi setiap bagian air memberikan gaya tegak lurus terhadap setiap satuan luas
dari wadah yang ditempatinya, dalam hal ini gelas. Demikian juga air dalam bak
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 33

mandi atau Air kolam renang. Ini merupakan salah satu sifat penting dari fluida statis
alias fluida yang sedang diam. Gaya per satuan luas ini dikenal dengan istilah
tekanan.

Mengapa pada fluida diam arah gaya selalu tegak lurus permukaan ? masih ingatkah
dirimu dengan eyang Newton ? nah, Hukum III Newton yang pernah kita pelajari
mengatakan bahwa jika ada gaya aksi maka akan ada gaya reaksi yang besarnya
sama tetapi berlawanan arah. Ketika fluida memberikan gaya aksi terhadap
permukaan, di mana arah gaya tidak tegak lurus, maka permukaan akan memberikan
gaya reaksi yang arahnya juga tidak tegak lurus. Hal ini akan menyebabkan fluida
mengalir. Tapi kenyataannya khan fluida tetap diam. Jadi kesimpulannya, pada
fluida diam, arah gaya selalu tegak lurus permukaan wadah yang ditempatinya.

Sifat penting lain dari fluida diam adalah fluida selalu memberikan tekanan ke
semua arah. Masa sich ? Untuk lebih memahami penjelasan ini, silahkan masukan
sebuah benda yang bisa melayang ke dalam gelas atau penampung (ember dkk) yang
bersisi air. Jika air sangat tenang, maka benda yang anda masukan tadi tidak
bergerak karena pada seluruh permukaan benda tersebut bekerja tekanan yang sama
besar. Jika tekanan air tidak sama besar maka akan ada gaya total, yang akan
menyebabkan benda bergerak (ingat hukum II Newton)

Pengaruh kedalaman terhadap Tekanan

Pada penjelasan di atas, gurumuda sudah menjelaskan kepada dirimu tentang dua
sifat fluida statis (fluida diam), yakni memberikan tekanan ke segala arah dan gaya
yang disebabkan oleh tekanan fluida selalu bekerja tegak lurus terhadap permukaan
benda yang bersentuhan dengan fluida tersebut. Ilustrasi yang kita gunakan adalah
zat cair (air). Nah, bagaimana pengaruh kedalaman (atau ketinggian) terhadap
tekanan ? apakah tekanan air laut pada kedalaman 10 meter sama dengan tekanan air
laut pada kedalaman 100 meter, misalnya ?

Semua penyelam akan setuju jika gurumuda mengatakan bahwa tekanan di danau
atau di lautan akan bertambah jika kedalamannya bertambah. Silahkan menyelam
dalam air kolam atau air sumur hehe.. lebih keren dirimu pernah mandi air laut
dan bahkan pernah menyelam ke bagian laut yang dalam. Semakin dalam
menyelam, perbedaan tekanan akan membuat telinga kita sakit. Gurumuda pernah
mencobanya di kampoeng. Kok bisa ? Agar dirimu lebih memahami penjelasan
gurumuda, mari kita tinjau tekanan air pada sebuah wadah sebagaimana tampak
pada gambar. Tinggi kolom cairan adalah h dan luas penampangnya A. Bagaimana
tekanan air di dasar wadah ?

Keterangan : w adalah berat air, h = ketinggian kolom air dalam wadah yang
berbentuk silinder, A = luas permukaan dan P adalah tekanan.
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 34

< ![endif]-->

Massa kolom zat cair adalah :

< ![endif]-->

Jika kita masukan ke dalam persamaan Tekanan, maka akan diperoleh :

< ![endif]-->

Pa = tekanan atmosfir. Pada gambar di atas tidak digambarkan Pa, tapi dalam
kenyataannya, bila wadah yang berisi air terbuka maka pada permukaan air bekerja
juga tekanan atmosfir yang arahnya ke bawah. Tergantung permukaan wadah
terbuka ke mana. Jika permukaan wadah terbuka ke atas seperti pada gambar di atas,
maka arah tekanan atmosfir adalah ke bawah. Mengenai tekanan atmosfir
selengkapnya bisa dibaca pada penjelasan selanjutnya. Tuh di bawah
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 35

Berdasarkan persamaan di atas, tampak bahwa tekanan berbanding lurus dengan


massa jenis dan kedalaman zat cair (percepatan gravitasi bernilai tetap). Jika
kedalaman zat cair makin bertambah, maka tekanan juga makin besar. Ingat bahwa
cairan hampir tidak termapatkan akibat adanya berat cairan di atasnya, sehingga
massa jenis cairan bernilai konstan di setiap permukaan. Jika perbedaan ketinggian
sangat besar (untuk laut yang sangat dalam), massa jenis sedikit berbeda. Tapi jika
perbedaan ketinggian tidak terlalu besar, pada dasarnya massa jenis zat cair sama
(atau perbedaanya sangat kecil sehingga diabaikan).

Kita juga bisa menggunakan persamaan di atas untuk menghitung perbedaan tekanan
pada setiap kedalaman yang berbeda. Kita oprek lagi persamaan di atas menjadi :

< ![endif]-->

Tekanan Atmosfir (Tekanan Udara)

Sadar atau tidak setiap hari kita selalu diselimuti oleh udara. Ketika kita
menyelam ke dalam air, semua bagian tubuh kita diselubungi oleh air. Semakin
dalam kita menyelam, semakin besar tekanan yang kita rasakan. Nah, sebenarnya
setiap hari kita juga diselubungi oleh atmosfir yang selalu menekan seluruh bagian
tubuh kita seperti ketika kita berada di dalam air. Seperti pada air laut, permukaan
bumi bisa kita ibaratkan dengan dasar laut atmosfir. Jika benar atmosfir juga
menekan seluruh bagian tubuh kita setiap saat, mengapa kita tidak merasakannya,
sebagaimana jika kita berada di dasar laut ? jawabannya adalah karena sel-sel tubuh
kita mempertahankan tekanan dalam yang besarnya hampir sama dengan tekanan
luar. Hal ini yang membuat kita tidak merasakan efek perbedaan tekanan tersebut.

Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa kedalaman zat cair


mempengaruhi besarnya tekanan zat cair tersebut. Semakin dalam lautan, semakin
besar tekanan air laut pada kedalaman tertentu. Bagaimana dengan atmosfir alias
udara ?

Sebagaimana setiap fluida, tekanan atmosfir bumi juga berubah terhadap kedalaman
(atau ketinggian). Tetapi tekanan atmosfir bumi agak berbeda dengan zat cair.
Perubahan massa jenis zat cair sangat kecil untuk perbedaan kedalaman yang tidak
sangat besar, sehingga massa jenis zat cair dianggap sama. Hal ini berbeda dengan
massa jenis atmosfir bumi. Massa jenis atmosfir bumi bervariasi cukup besar
terhadap ketinggian. Massa jenis udara di setiap ketinggian berbeda-beda sehingga
kita tidak bisa menghitung tekanan atmosfir menggunakan persamaan yang telah
diturunkan di atas. Selain itu tidak ada batas atmosfir yang jelas dari mana h dapat
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 36

dukur. Tekanan atmosfir juga bervariasi terhadap cuaca. Jika demikian, bagaimana
kita mengetahui besarnya tekanan udara ? untuk mengetahui tekanan atmosfir, kita
melakukan pengukuran.

Pengukuran Tekanan

Pernahkah dirimu mendengar nama paman Torricelli ? kalau belum, mari kita
berkenalan dengan paman Torricelli. Paman Evangelista Torricelli (1608-1647),
murid eyang Galileo, membuat suatu metode alias cara untuk mengukur tekanan
atmosfir pada tahun 1643 menggunakan barometer air raksa hasil karyanya.
Barometer tersebut berupa tabung kaca yang panjang, di mana dalam tabung tersebut
diisi air raksa. Nah, tabung kaca yang berisi air raksa tersebut dibalik dalam sebuah
piring yang juga telah diisi air raksa (lihat gambar di bawah ya)

< ![endif]-->

Catatan : dirimu jangan bingung mengapa permukaan air raksa melengkung. Nanti
akan gurumuda jelaskan pada pokok bahasan tegangan permukaan

Ketika tabung kaca yang berisi air raksa dibalik maka pada bagian ujung bawah
tabung (pada gambar terletak di bagian atas) tidak terisi air raksa, isinya cuma uap
air raksa yang tekanannya sangat kecil sehingga diabaikan (p2 = 0). Pada permukaan
air raksa yang berada di dalam piring terdapat tekanan atmosfir yang arahnya ke
bawah (atmosfir menekan air raksa yang berada di piring). Tekanan atmosfir tersebut
menyanggah kolom air raksa yang berada dalam pipa kaca. Pada gambar, tekanan
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 37

atmosfir dilambangkan dengan po. Besarnya tekanan atmosfir dapat dihitung


menggunakan persamaan :

< ![endif]-->

Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata tekanan atmosfir pada permukaan laut


adalah 1,013 x 105 N/m2. Besarnya tekanan atmosfir pada permukaan laut ini
digunakan untuk mendefinisikan satuan tekanan lain, yakni atm (atmosfir). Jadi 1
atm = 1,013 x 105 N/m2 = 101,3 kPa (kPa = kilo pascal). Satuan tekanan lain adalah
bar (sering digunakan pada meteorologi). 1 bar = 1,00 x 105 N/m2 = 100 kPa.

Bagaimana nilai tekanan atmosfir di atas diperoleh ?

Pengkurannya menggunakan prinsip yang telah ditunjukan oleh paman torricelli di


atas. Tinggi kolom air raksa yang digunakan adalah 76 cm (tekanan atmosfir hanya
dapat menahan kolom air raksa yang tingginya hanya mencapai 76,0 cm), di mana
suhu air raksa yang digunakan tepat 0o C dan besarnya percepatan gravitasi 9,8 m/s 2.
massa jenis air raksa pada kondisi ini adalah 13,6 x 10 3 kg/m3. Sekarang kita bisa
menghitung besarnya tekanan atmosfir :

< ![endif]-->

Alat pengukur tekanan

Terdapat banyak alat yang digunakan untuk mengukur tekanan, di antaranya adalah
manometer tabung terbuka (lihat gambar di bawah).
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 38

< ![endif]-->

Pada manometer tabung terbuka, di mana tabung berbentuk U, sebagian tabung diisi
dengan zat cair (air raksa atau air). Tekanan yang terukur dihubungkan dengan
perbedaan dua ketinggian zat cair yang dimasukan ke dalam tabung. Besar tekanan
dihitung menggunakan persamaan :

< ![endif]-->

Pada umumnya bukan hasil kali pgh yang dihitung melainkan ketinggian zat cair (h)
karena tekanan kadang dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmhg) atau
milimeter air (mm-H2O). Nama lain mmhg adalah torr (mengenang jasa paman
Evangelista Torricelli).

Selain manometer, terdapat juga pengukur lain yakni barometer aneroid, baik
mekanis maupun elektrik, termasuk alat pengukur tekanan ban dkk. Alat yang
digunakan oleh paman torricelli untuk mengukur tekanan atmosfir disebut juga
barometer air raksa, di mana tabung kaca diisi penuh dengan air raksa kemudian
dibalik ke dalam piring yang juga berisi air raksa.

Tekanan Terukur, Tekanan gauge dan Tekanan absolut

Dirimu punya mobil atau sepeda motor/sepeda-kah ? jika punya bersyukurlah. Jika
belum punya, silahkan bermain ke bengkel terdekat. Amati om-om yang bekerja di
bengkel wah, jangan pelototin om-nya dong, tapi perhatikan kegiatan mereka di
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 39

bengkel, khususnya ketika mengisi udara dalam ban kendaraan (mobil atau sepeda
motor). Biasanya mereka menggunakan alat ukur tekanan udara. Hal ini membantu
agar tekanan udara ban tidak kurang/melebihi batas yang ditentukan. Nah, ketika
om-om tersebut mengisi udara dalam ban, yang mereka ukur adalah tekanan udara
dalam ban saja. Tekanan atmosfir tidak diperhitungkan. Bukan hanya ketika
mengukur tekanan udara dalam ban, bola sepak dkk tetapi juga sebagian besar
pengukuran tekanan lainnya, tekanan atmosfir tidak diukur. Tekanan yang dikur
tersebut dinamakan tekanan terukur. Lalu apa bedanya dengan tekanan absolut ?

Tekanan absolut = tekanan atmosfir + tekanan terukur. Jadi untuk mendapatkan


tekanan absolut, kita menambahkan tekanan terukur dengan tekanan atmosfir.
Dengan kata lain, tekanan absolut = tekanan total. Secara matematis bisa ditulis :

p = pa + pukur

misalnya jika tekanan ban yang kita ukur = 100 kPa, maka tekanan absolut adalah :

p = pa + pukur

p = 101 kPa + 100 kPa

p = 201 kPa

Besarnya tekanan absolut = 201 kPa.

Terus pa = 101 kPa (101 kilo Pascal) datangnya dari mana ? sudah gurumuda
jelaskan di atas. Baca kembali kalau dirimu sudah melupakannya

Ada satu lagi istilah, yakni tekanan gauge alias tekanan tolok. Tekanan gauge
merupakan kelebihan tekanan di atas tekanan atmosfir. Misalnya kita tinjau tekanan
ban sepeda motor. Ketika ban sepeda motor kempes, tekanan dalam ban = tekanan
atmosfir (Tekanan atmosfir = 1,01 x 105 Pa = 101 kPa). Jika dirimu ingin
mengunakan ban tersebut sehingga sepeda motor yang ditunggangi bisa kebut-
kebutan di jalan, maka dirimu harus mengisi ban tersebut dengan udara. Ketika ban
diisi udara, tekanan ban pasti bertambah. Nah, ketika tekanan ban menjadi lebih
besar dari 101 kPa, maka kelebihan tekanan tersebut disebut juga tekanan gauge.
Begitu.

Tugas dari Gurumuda

Setelah mempelajari pokok bahasa Tekanan dalam fluida, silahkan menjawab


pertanyaan berikut ini. Jawabannya akan kita bahas melalui kolom komentar

Pertanyaan pertama :
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 40

Pada awal tulisan ini, dikatakan bahwa air bisa terperangkap dalam pipet. Mengapa
demikian ? ini adalah sulap fisika. Hehe. Apakah dirimu mengetahui
jawabannya ? silahkan posting melalui kolom komentar saja ya nanti akan
dijelaskan. Jangan pernah takut salah menjawab namanya juga manusia pasti bisa
berbuat salah.

Pertanyaan kedua :

Pada penjelasan di atas, dikatakan bahwa tekanan atmosfir hanya mampu menahan
kolom air raksa yang ketinggiannya hanya mencapai 76 cm. Ternyata tekanan
atmosfir juga hanya mampu menahan kolom air (H 2O) yang tingginya 10,3 meter
(misalnya air yang ada dalam pipa). Pertanyaannya, dapatkah kita menyedot air
dalam sumur yang kedalamannya lebih dari 10,3 meter menggunakan pompa
vakum ? air dialirkan melalui pipa.

(pompa vakum tu pompa yang biasa dipakai jaman dulu untuk memompa air dari
sumur. Mungkin sekarang jarang dipakai. Coba dirimu tanya pada ayah, ibu atau
kakek atau nenek. Jangan tanya ke adikmu, ntar dirinya cuma bengong)

Referensi :

Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga

Kanginan, Marthen, 2000, Fisika 2000, SMU kelas 1, Caturwulan 2, Jakarta :


Penerbit Erlangga

Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta :


Penebit Erlangga

Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),
Jakarta : Penerbit Erlangga

Materi fluida statis :

1. Pengantar fluida statis

2. Massa jenis dan berat jenis

3. Tekanan dalam fluida

4. Prinsip pascal
Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible) 41

5. Prinsip Archimedes

6. Tegangan permukaan

7. Kapilaritas

8. Viskositas

Anda mungkin juga menyukai