Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA
TITIK LELEH DAN TITIK NYALA

(PENENTUAN TITIK LELEH DAN TITIK NYALA SUATU ZAT)

DISUSUN OLEH :

ANGGI ANDINI PUTRI 061440420817


ASTRI DEPIANA 061440420819
DWI INDAH LESTARI 061440420821
MAULANA. 061440420827
RIZKA NURDIYANTI. 061440420830
M. ARDIANSYAH DS 061440421749
M. MAULANA. 061440421751
NUR IDHATIL HASANAH 061440421757
RANDO SUHENDRA 061440421758

DOSEN PEMBIMBING : Ir. Nyayu Zubaidah, M.T

KELAS : 3. KI.A / 3.KI.B

KELOMPOK : 2 ( DUA )

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


2015 / 2016
TITIK LELEH DAN TITIK NYALA

(PENENTUAN TITIK LELEH DAN TITIK NYALA SUATU ZAT)

I. TUJUAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :


1. Menetapkan besarnya titik leleh suatu zat padat dengan alat penentu titik leleh
2. Menetapkan besarnya titik nyala suatu zat cair dengan alat penentu titik nyala

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat-alat yang digunakan

a) Untuk penentuan titik leleh


1. Pipa kapiler
2. Pipa gelas
3. Kaca arloji
4. Spatula
5. Digital Melting Point Apparatus (Alat penentu titik leleh )

b) Untuk penentuan titik nyala


1. Thermometer 0 - 3000C
2. Flash Point Tester (Alat penentu titik nyala)
3. Gelas kimia 250 ml
4. Pipet Ukur 10 ml, 25 ml
5. Bola Karet

Bahan kimia yang digunakan

a) Untuk penentuan titik leleh


1. Asam Oksalat (C2H2O4.2H2O)
2. Asam Benzoat (C6H5COOH)

b) Untuk penetuan titik nyala


1. Kerosene
2. Solar

III. DASAR TEORI


Titik nyala adalah suhu terendah dimana suatu cairan dapat menguap untuk
membentuk sebuah campuran nyala dalam udara. Mengukur titik nyala cairan yang
membutuhkan sumber penyalaan. Pada titik nyala, uap dapat berhenti untuk
membakar ketika sumber perapian akan dihapus.Titik nyala tidak menjadi bingung
dengan suatu autosolutan yang tidak membutuhkan sumber penyalaan.
Titik nyala yang sering digunakan sebagai karakteristik deskritif bahan bakar
cair dan juga digunakan untuk menggambarkan cairan yang tidak biasa digunakan
sebagai bahan bakar. Tititk nyala menuju pada kedua cairan yang mudah
terbakar. Ada berbagai standar internasional untuk melakukan masing-masing titik
nyala, namun cairan dengan titik nyala <43oC mudah terbakar.

Setiap zat cair mudah terbakar memiliki tekanan uap, yang merupakan fungsi
dari temperature cair. Dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat. Dengan
meningkatnya tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap di udara
meningkat. Oleh karena itu, temperatur menetukan konsentrasi menguap cairan yang
mudah terbakar di udara.Titik nyala cairan mudah terbakar adalah suhu terendah
dimana ada akan cukup untuk menyalakan uap mudah terbakarj ika sebuah sumber
perapian diterapkan. Titik nyala teoritis pada asam asetat glacial adalah 42OC

Titik lebur atau titik leleh dari sebuah benda padat adalah suhu dimana
bendatersebut akan berubah wujud menjadi benda cair. Sedangkan titik nyala adalah
suatuangka yang menyatakan suhu terendah dari suatu larutan dimana akan
timbulpenyalaan api sesaat, apabila pada permukaan larutan tersebut didekatkan
padanyala api. Titik nyala ini diperlukan sehubungan dengan adanya pertimbangan-
pertimbangan mengenai keamananpenyimpanan dari suatu zat pelarut terhadapbahaya
kebakaran.
Titik nyala ini bisa digunakan sebagai salah satu indikasi bilamanafuel
tercampur dengan fraksi-fraksi ringan dari suatu hydrokarbon, dimana fueltercampur
dengan fraksi ringan seperti kerosene, wash solvent maka kecenderunganangka flash
point akan semakin turun. Klasifikasi dari titik nyala:
0
1. Bahan bakar cair yang mudah menyala (yang punya titik nyala di bawah 37,8 C
2
dan tekanan uap tidak lebih dari 2,84 kg/cm ). Adapun kelas-kelas bahan bakar cair
ini: a. Kelas IA, punya titik nyala di bawah 22,8 0C dan titik didih di bawah 37,8 0C
b. Kelas IB, punya titik nyala di bawah 22,8 0C dan titik didih sama atau di atas 37,8
0
C
c. Kelas IC, punya titik nyala sama atau di atas 22,8 0C dan titik didih di bawah 60 0C.
2. Bahan bakar cair mudah terbakar (yang sama punya titik nyala sama atau di atas37,
8 0C) , terbagi :
a. Kelas IIA, punya titik nyala sama atau di atas 37,8 0C dan titik didih di bawah 60
0
C. b. Kelas IIB, punya titik nyala sama atau di atas 37,80C dan titik didih di bawah
93 0C. c. Kelas IIC, punya titik nyala sama atau di atas 93 0C

Titik leleh adalah temperatur senyawa padat dimana benda tersebut akan
berubah wujud menjadi zat cair. Pada senyawa dengan berat molekul hampir
sama, senyawa lebih polar dan struktur molekulnya lebih simetris mempunyai titik
leleh yang lebih tinggi. Titik leleh senyawa murni ditentukan dengan pengamatan
temperetur saat terjadi perubahan padatan dan cairan. Sejumlah kecil zat padat
diletakkan dalam tabung kapiler gelas dan diapanaskan merata. Pertama diamati
temperatur saat mulai terbentuk cairan kemudian temperature saat padatan berubah
menjadi cairan semua.
Rentang temperature yang tidak begitu jauh menunjukan kemurnian padatan
tersebut. Titik leleh yang ada pada literature biasanya dalam bentuk range titik leleh.
Sampel senyawa murni biasanya hanya terdiri atas satu bentuk kristal dan meleleh
pada temperature dengan range kurang dari 1oC. Besar daerah titik leleh atau range
lebih 1oC menunjukan adanya pengotor. Campuran zat padat pada umumnya
menunjukkan daerah titik leleh teoritis pada asam asetat adalah 101,5oC

IV. CARA KERJA

Untuk Penentuan Titik Leleh


1. Memanaskan ujung pipa kapiler dengan api bunsen sehinga tertutup ujung pipa
kapiler, memasukan zat yang akan diketahui titik lelehnya (dari kaca arloji) ke
dalam pipa kapiler, kemudian memadatkan dengan cara menjatuhkan pipa
kapiler tersebut didalam pipa gelas secara berulang-ulang
2. Meletakkan pipa kapiler pada bagian pemanasan pada alat penentu titik leleh dan
menutup lubang lainnya dengan logam penutupnya (seperti jarum)
3. Menyalakan pemanas alat penentuan titik leleh
4. Mengatur pemanasan dengan mengatur tombol coarse temperatur control serta
fine temperature control, sehingga kecepatan pemanasan menunjukan kenaikan
suhu 1-2oC per menit atau sesuai denagan kartu petunjuk yang ada pada bagian
alas alat tersebut
5. Setelah suhu mendekati titik leleh, perhatikan zat yang diselidiki pada saat
meleleh maka menekan tombol display suhu pelelehan dapat dibaca langsung

Untuk Penentuan Titik Nyala


1. Membersihkan tester (peralatan) terlebih dahulu untutk menghilangkan sisa-sisa
minyak atau solvent
2. Mengisi bejana logama dengan zat yang akan di test titik nyalanya sampai dengan
tanda batas, lalu menutup kembali bejana tersebut dengan penutupnya, memasang
termometernya. Pada saat mengerjakan, dinding logam bagian atas tanda batas
harus dijaga kering.
3. Memasang kabel penyambung arus dan menghubungkan juga selag gas
pembakar.
4. Menyalakan gas pembakar dan mengatur nyala sehingga diperoleh nyala nyala
yang sesuai, kemudian menyalakan pemanas listrik
5. Mengatur pemanas listrik sedemekian rupa sehingga kenaikan suhu pemanasan
kira-kira 5oC/menit. Jika thermometer sudah menunjukan suhu 15oC sebelum titik
nyala yang diperkirakan,maka larutan test nyala dengan cara sebagai berikut:
memutar tombol pembakar sehingga api gas masuk kedalam bagian atas bejana
yang berisis zat yang sedang ditest, sampai uap zat terbakar. Maka suhu di
thermometer menunjukan titik nyala zat
6. Setelah selesai mematikan alat penentu titik nyala lalu bersihkam logam bejana
sehinga benar-benar bersih dan menyiapkan kembali zat yang ingin di test
lakukan percobaan seperti langakah diatas 1-6.
V. DATA PENGAMATAN
TITIK LELEH

No Senyawa Teoritis Praktek


1. Asam Oksalat 102 106 0C 103 0C
2. Asam Oksalat 102 106 0C 105,7 0C
3. Asam Benzoat 122,4 0C 123,6 0C

TITIK NYALA

No Senyawa Teoritis Praktek


1 Solar 40 100 0C 59,5 0C
2 Kerosene 38 72 0C 46 0C
3 kerosene 38 72 0C 47,1 0C

VI. PERHITUNGAN
A. Penentuan Titik Leleh
1. Asam Oksalat
- Titik Leleh Teoritis = 102 - 106 oC
- Titik Leleh Praktikum = 103 oC
PraktikumTepritis
- % Kesalahan = x 100
Praktikum
0 0
103 C102 C
= 0
x 100
103 C
= 0,97 %

2. Asam Oksalat
- Titik Leleh Teoritis = 102 - 106 oC
- Titik Leleh Praktikum = 105,7 oC
PraktikumTepritis
- % Kesalahan = x 100
Praktikum
105,7 0 C1020 C
= x 100
105,7 C
= 3,5 %

3. Asam Benzoat
- Titik Leleh Teoritis = 122,4 oC
- Titik Leleh Praktikum = 123,6 oC
PraktikumTepritis
- % Kesalahan = x 100
Praktikum
123,6 0 C 122,40 C
= x 100
123,6 0 C
= 0,97 %
B. Penentuan Titik Nyala
1. Solar
- Titik Leleh Teoritis = 40 - 100 oC
- Titik Leleh Praktikum = 59,5 oC
PraktikumTepritis
- % Kesalahan = x 100
Praktikum
59,5 0 C400 C
= x 100
59,50 C
= 32,77 %

2. Kerosin
- Titik Leleh Teoritis = 38 - 72 oC
- Titik Leleh Praktikum = 46 oC
PraktikumTepritis
- % Kesalahan = x 100
Praktikum
0 0
46 C38 C
= x 100
460 C
= 17,39 %
3. Kerosin
- Titik Leleh Teoritis = 38 - 72 oC
- Titik Leleh Praktikum = 47,1 oC
PraktikumTepritis
- % Kesalahan = x 100
Praktikum
0 0
47,1 C38 C
= x 100
47,10 C
= 19,32 %

VII. PERTANYAAN

1. Tuliskan definisi titik leleh dan titik nyala suatu zat?


Jawab: Titik nyala adalah suhu terendah dimana suatu cairan dapat menguap
untuk membentuk suatu campuran nyala dalam udara sedangkan Titik leleh
adalah temperatur senyawa padat dimana benda tersebut akan berubah wujud
menjadi zat cair pada tekanan 1 atm.
2. Jelaskan mengapa kita perlu mengetahui besarnya titik leleh dan titik nyala
suatu zat?
Jawab: Kita memang sangat perlu mengetahui pada temperature berapa suatu
zat dapat meleleh dan dapat menyala. Hal ini diperlukan agar kita dapat
menghindari kemungkinan kecelakaan yang akan terjadi pada saat
penggunaan zat atau senyawa kimia, baik dalam dunia pembelajaan maupun
dunia kerja seperti pada pabrik dan industri.

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Pada percobaan kali ini yaitu penentuan titik leleh dan titik nyala dimana
bahan yang digunakan untuk penentuan titik leleh umumnya berupa padatan,
sedangkan untuk penentuan titik nyala berupa cairan. Adapun bahan yang digunakan
pada percobaan kali ini adalah asam benzoat dan asam oksalat untuk penentuan titik
leleh, sedangkan untuk titik nyala menggunakan kerosene (minyak tanah).

Pada penentuan titik leleh harus memperhatikan penempatan senyawa dalam


pipa kapiler. Senyawa/sampel dimasukkan dalam pipa kapiler dengan salah satu
ujungnya ditutup dengan cara dibakar. Mengupayakan agar sampel dalam pipa
kapiler tidak terdapat ruang kosong/udara, harus dipadatkan dengan cara
menjatuhkan pipa kapiler ke dalam pipa gelas secara berulang-ulang. Kecepatan
pemanasan diatur pada range 2-3 dan suhu diatur sesuai dengan yang dianalisis. Titik
leleh dapat dilihat dari proses mencairnya padatan, namun hal yang perlu
diperhatikan adalah tetesan pertama karena tetesan pertama dari zat tersebut
merupakan suhu titik lelehnya.

Pada penentuan titik nyala menggunakan bahan kerosene. Hal yang dilakukan
adalah memeperhatikan range suhu yang dianalisis. Bila telah mendekati range
secara teori harus memperhatikan apakah sudah muncul atau tidak api pada
permukaan logam karena titik nyala diindikasikan dengan munculnya api pada
permukaan dan pinggiran yang melingkari logam. Bila telah mendapat titik nyala
maka segera mematikan alat karena apabila pemanasan dilakukan terlalu lama akan
terjadi kebakaran.

IX. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

- Titik leleh adalah suhu dimana suatu padatan berubah menjadi cair,
sedangkan titik nyala adalah suhu terendah dari suatu larutan dimana
akan timbul penyalaan api sesaat, apabila permukaan larutan tersebut
didekatkan nyala api.
- Untuk titik leleh :
1. Asam oksalat, titik lelehnya 102 oC dengan % kesalahan 0,97 % dan
3,5 %.
2. Asam benzoat, titik lelehnya 122,4 oC dengan %kesalahan 0,97 %
- Untuk titik nyala
1. solar, titik nyala 40 oC dengan %kesalahan 32,77 %
2. kerosene , titik nyala 38 oC dengan % kesalahan 17,39 % dan 19,32 %

X. DAFTAR PUSTAKA
- Jobsheet.2015.Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya
- http://www.wikipedia.org
GAMBAR ALAT
Pipa Kapiler Pipa Gelas Kaca Arloji

Spatula Pipet ukur Gelas Kimia

Bola Karet Termometer Digital Melting Point Aparatus


Flash Point Testers

Anda mungkin juga menyukai