Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluida adalah suatu zat yang akan berubah (terderformasi) secara terus-
menerus (continues) apabila terkena tegangan seberapun kecilnya tegangan
tersebut diberikan. Berdasarkan Hukum Bernoulli yaitu bahwa tekanan dari
fluida yang bergerak seperti udara berkurang ketika fluida tersebut bergerak
lebih cepat. Adapun prinsip Bernoulli yaitu sebuah istilah di dalam mekanika
fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada
kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli
yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran
tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang
sama.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menerapkan persamaan
Bernoulli yaitu aliran yang digunakan adalah steady flow, kecepatan aliran tidak
berubah terhadap waktu, incompressible flow atau densitas fluida dianggap
tetap karena perubahan densitas fluida kurang dari 0,5% dan mach number
fluida kurang dari 0,3. Kemudian pengaruh gesekan fluida terhadap dinding
diabaikan, dan aliran berada sepanjang streamline. Persamaan Bernoulli ini
sangat penting karena dapat diaplikasikan untuk berbagai hal seperti
pada Torriceli/Tangki Air, Venturimeteri, Manometer, Gaya angkat pesawat,
Tabung Pitot, dll. Maka dari itu, dilakukan praktikum Bernoulli Theorem
Apparatus, untuk mengamati dan mempelajari fenomena nyata dari hukum
Bernoulli
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah
1. Bagaimana fenomena nyata dari hukum bernoulli?
2. Bagaimana prinsip “head” dengan menggunakan pitot tube?
3. Bagaimana prinsip kerja alat ukur fluida?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Untuk mempelajari bagaimana fenomena nyata dari hukum Bernoulli.
2. Untuk mempelajari bagaimana prinsip “head” dengan menggunakan
pitot tube.
3. Untuk mempelajari bagaimana prinsip kerja alat ukur fluida.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari praktikum ini adalah :
1. Steady flow
Steady flow adalah kondisi suatu aliran dimana properties dari aliran
tersebut tidak dipengaruhi oleh waktu pada setiap titik.
2. Incompressible flow
Incompressible flow adalah suatu aliran fluida yang besarnya densitas di
sepanjang aliran mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan yaitu
dibawah 5% dan bilangan Mach nya dibawah 0,3, sehingga dapat dianggap
densitasnya konstan.
3. Invisid flow
Aliran Inviscid merupakan aliran dimana viskositas fluida diasumsikan
NOL (µ=0), sehingga tegangan geser tidak berpengaruh. 𝜏𝑦𝑥 = 0
4. Flow Along a Streamline
Aliran fluida dianggap sama di sepanjang streamline yang sama,
sehingga profil kecepatan disetiap titik sama.
5. Fully Developed Flow
Pertemuan dua boundary layer menyebabkan kecepatan fluida tidak
berubah terhadap sumbu x sehingga dapat dikatakan profil kecepatannya
dari satu titik ke titik lain sama.
6. Temperatur Constant
Temperature tidak mengalami perubahan terhadap waktu.
DASAR TEORI

2.1 Penurunan Rumus Bernoulli


2.1.1 Berdasarkan Hukum Termodinamika I

=0(1) =0(1) =0(1) =0(2)


Q̇ − Ẇshaft − Ẇshear − Ẇother = ̅
̅ dA
∫ eρd∀ + ∫ (e + pʋ)ρV.
∂t CV CS

V2
dimana : e = u + + gz
2

Dengan asumsi :

1. Ẇshaft , Ẇshear , Ẇother = 0


2. Steady Flow
3. Incompressible Flow
4. Uniform flow and properties at each section.
∂Q
5. {(u2 − u1 ) − dm} = 0

maka persamaannya menjadi :

V2 V2
Q̇ = ∫ (u + pʋ + + gz) ρV. ̅ + ∫ (u + pʋ +
̅ dA ̅
̅ dA
+ gz) ρV.
CS1 2 CS1 2

V1 2 V2 2
Q̇ = − ∫ (u1 + p1 ʋ1 + ̅ ̅
+ gz1 ) ρV. dA + ∫ (u2 + p2 ʋ2 + ̅
̅ dA
+ gz2 ) ρV.
A1 2 A2 2
dari persamaan kontinuitas:
=0(2)

0 = ∂t ∫CV ρd∀ + ∫CS ρV. ̅
̅ dA CV
2

0=∫ ρV. ̅ + ∫ ρV.


̅ dA ̅
̅ dA Streamline
CS1 CS2 1

̅ + ∫ ρV.
̅ dA
0 = − ∫A1 ρV. ̅
̅ dA
A2 Flow

dimana : ∫A ρV. ̅ = |ρVA| = ṁ


̅ dA Gbr1. Aliran melalui sebuah
streamtube
maka : 0 = −ρ1 V1 A1 + ρ2 V2 A2
ṁ = ρ1 V1 A1 = ρ2 V2 A2
Selain itu, laju perpindahan panas dapat dituliskan sebagai berikut:
∂Q dm ∂Q dm ∂Q
Q̇ = = = ṁ
dt dm dm dt dm
maka persamaannya menjadi:

V1 2 V2 2 ∂Q
0 = ṁ [(p1 ʋ1 + + gz1 )] − ṁ [(p2 ʋ2 + + gz2 )] + ṁ {(u2 − u1 ) − }
2 2 dm
atau

V1 2 V2 2 ∂Q
p1 ʋ1 + + gz1 = p2 ʋ2 + + gz2 + ((u2 − u1 ) − )
2 2 dm

Dengan asumsi (3), yakni incompressible flow, berlaku hubungan :


1
ʋ1 = ʋ2 =
ρ
sehingga

p1 V1 2 p2 V2 2 ∂Q
+ + gz1 = + + gz2 + ((u2 − u1 ) − )
ρ1 2 ρ2 2 dm

Dimana:
(u2 − u1 ) : perubahan energi dalam akibat gesekan, kJ/kg
∂Q
− dm : perpindahan panas per satuan massa, kJ/kg
∂Q
(u2 − u1 ) − dm = 0 : losses energy dari section 1-2, kJ/kg

Maka persamaan Bernoulli dari section 1-2 adalah sebagai berikut:

p1 V1 2 p2 V2 2
+ + gz1 = + + gz2
ρ1 2 ρ2 2

2.1.2 Berdasarkan Persamaan Euler

Persamaan Euler untuk aliran steady sepanjang sebuah streamline adalah:


1 ∂p ∂z ∂V
− −g = V.
ρ ∂s ∂s ∂s
Apabila sebuah partikel fluida bergerak sepanjang ds, maka:
∂p
. ds = dp (perubahan tekanan sepanjang ds)
∂s
∂z
. ds = dz (perubahan ketinggian sepanjang ds)
∂s
∂V
. ds = dV (perubahan kecepatan sepanjang ds)
∂s

Sehingga setelah mengalikan persamaan Euler di atas dengan ds, didapat:


dp
− − g. dz = V. dV
ρ
Atau
dp
+ V. dV + g. dz = 0
ρ
Dengan integrasi didapat:
dp V 2
∫ + + gz = konstan (sepanjang s)
ρ 2
Karena asumsi incompressible flow maka ρ = konstan sehingga ρ independen
terhadap p, pada akhirnya didapat persamaan Bernoulli sebagai berikut:
p V2
+ + gz = konstan
ρ 2

2.2 Tekanan Statis, Dinamis, dan Stagnasi

Sebelumnya kita telah menurunkan persamaan Bernoulli hingga didapatkan


bentuk persamaan:
p V2
+ + gz = konstan
ρ 2
Dari persamaan tersebut ada variabel tekanan (p), tekanan tersebut
merupakan tekanan termodinamika atau disebut juga dengan tekanan statis.
Tekanan statis merupakan tekanan yang diukur dengan alat ukur tekanan
yang memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan aliran fluida. Tekanan ini
semakin menurun sepanjang aliran karena adanya gesekan, dan besarnya sama pada
tiap titik di potongan penampang aliran.
Tekanan stagnasi merupakan tekanan yang diukur pada titik stagnasi,
dimana kecepatan aliran fluida diperlambat sampai berhenti tanpa proses gesekan
(frictionless).
Pada aliran incompressible, persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk
menghubungkan perubahan kecepatan dan tekanan sepanjang sebuah streamline.
Dengan mengabaikan ketinggian, maka persamaan Bernoulli menjadi:
p V2
+ = konstan
ρ 2
Jika tekanan statis didefinisikan dengan p pada satu titik dalam jalur aliran dimana
kecepatannya adalah sebesar V, sedangkan tekanan stagnasi didefinisikan dengan
po, dimana pada keadaan stagnasi kecepatan adalah Vo= 0, maka:

po Vo 2 p V 2
+ = +
ρ 2 ρ 2
1
po = p + pV 2
2
1 2
po − p = pV
2
1
Bentuk 2 pV 2 disebut juga dengan tekanan dinamis. Jadi tekanan dinamis
dapat dikatakan sebagai selisih antara tekanan stagnasi dengan tekanan statis.
Melalui persamaan tersebut, dapat dihitung kecepatan lokal aliran sebagai berikut:

2(po − p)
V=√
ρ

Gambar 1. Tekanan statis dan dinamis


2.3 EGL dan HGL

Gambar 2. Energy grade line dan Hydraulic grade line


Energy grade line menggambarkan total energi mekanik yang dimiliki oleh
sistem. Hydraulic grade line menggambarkan energi potensial yang dimiliki oleh
sistem. Selisih dari keduanya adalah velocity head.

2.4 Macam-Macam Alat Ukur Tekanan dan Fungsinya


2.4.1 Wall Pressure Tap
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan statis. Digunakan bersama
dengan pressure-gage. Sering disebut juga piezometer terbuka. Wall pressure tap
yang baik adalah diameter lubang kecil berkisar 0,5 mm, memiliki tepi lubang yang
tajam dan letaknya tegak lurus dengan wall.

Gambar 2.3 Wall Pressure Tap

2.4.2 Statis Pressure Probe


Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan statis, penggunaanya bersama dengan
manometer. Ujung probe yang berbentuk elips digunakan untuk bilangan mach
rendah, sedangkan ujung yang tajam digunakan untuk bilangan mach yang tinggi.
Gambar 2.4 Statis Pressure Probe

2.4.3 Total Head Tube (Stagnation Pressure Probe; Pitot Tube)


Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan stagnasi. Digunakan bersama
manometer. Digunakan pada open channel flow. Static head yang terukur sama
dengan kedalaman.

Gambar 2.5 Total Head Tube

2.4.4 Total Head Tube used with Wall Pressure Tap


Digunakan untuk mengukur tekanan statis pada satu titik sekaligus tekanan
stagnasinya. Digunakan bersama manometer.

Gambar 2.6 Total Head Tube used with Wall Pressure Tap

2.4.5 Pitot Static Tube


Fungsinya sama dengan total head tube dengan wall pressure tap.
Digunakan bersama manometer.
Gambar 2.7 Pitot Static Tube

2.4. Persamaan yang Digunakan Dalam Perhitungan


2.4.1 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Pitot Tube :
A. Lokasi Pitot Tube (Ls, mm)
Ls = Lp – Lo
Dimana : Ls = Lokasi pitot tube pada tabung venturi atau duct (mm)
Lp = Panjang total pitot tube = 382 mm
Lo = Panjang bagian pitot tube yang diluar venturi (mm)

B. Tekanan Dinamis Pitot Tube (Pv,N/m2)


Pv = Kl . hv
Dimana : Pv = Tekanan dinamis pitot tube (N/m2)
Kl = 10 N/m2/mmH2O
Hv = Velocity head dari pitot tube (mm)

C. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vd, m/s)


2 Pv
Vd = √
ρ
Dimana : Vd = Kecepatan udara pada leher venturi (m/s)
ρ = Massa jenis udara pada T˚C (lihat tabel 1)
Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi (N/m2)

D. Kecepatan Udara pada Inlet Venturi (VD, m/s)


2 Pv
VD = √
ρ
Dimana : VD = Kecepatan udara pada inlet venturi (m/s)
ρ = Massa jenis udara pada T˚C (lihat tabel 1)
Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi (N/m2)

E. Laju Aliran didasarkan pada Vd (Qd, m3/s)


π 2
Qd = d Vd
4
Dimana : Qd = Laju aliran didasarkan pada Vd (m3/s) (pada leher venturi)
d = Diameter leher venturi = 0,03 m

F. Laju Aliran didasarkan pada VD (QD, m3/s)


π
QD = d2 VD
4
Dimana : QD = Laju aliran didasarkan pada VD (m3/s) (pada inlet venturi)
D = Diameter inlet venturi = 0,05 m
2.4.2 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Venturi :
A. Perbedaan antara Tekanan Hulu (h1) dan Tekanan Hilir (h2) sepanjang Venturi
(ΔP, N/m2)
∆P = K 2 ∆h
Dimana : ∆P = Perbedaan antara tekanan hulu (h1) dan tekanan hilir (h2)
pada venturi (N/m2)
K2 = ρ g = 10 N/m2/mmH2O
∆h = perbedaan tekanan sepanjang venturi (mmH2O)
B. Kecepatan Udara pada Leher Venturi ( Vm, m/s)
2 ∆P
Vm =
√ d 4
ρ {1 − (D) }

Dimana : Vm = Kecepatan udara pada leher venturi (m/s)


∆P = Perbedaan tekanan di sepanjang venturi (N/m2)
d = diameter penampang leher venturi = 0,03 m
D = Diameter inlet venturi = 0,05 m

C. Laju Aliran Didasarkan pada Vm (Qm, m3/s)


π
Qm = Cv Cc d2 Vm
4
Dimana : Qm = Laju aliran didasarkan pada Vm (m3/s) (pada leher venturi)
Cv = 1,07
Cc = 0,987
d = diameter leher venturi

D. Bilangan Reynold pada Leher Venturi (Rd)


d Vm
Red =
ʋ
Dimana : Red = Bilangan Reynold pada leher venturi
ʋ = Viskositas kinematik udara pada T˚C (m2/s) (tabel 1)
E. Bilangan Reynold pada Inlet Venturi (RD)
𝑄𝐷 𝐷
Red = 2
(𝜋 𝐷 ⁄4) ʋ
Dimana : ReD = Bilangan Reynold pada inlet venturi
ʋ = Viskositas kinematik udara pada T˚C (m2/s) (tabel 1)

2.4.3 PERHITUNGAN EGL dan HGL


A. Perhitungan Energi Grade Line (EGL)
𝑝 𝑉2
𝐸𝐺𝐿 = + +𝑧
𝜌𝑔 2𝑔
B. Perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL)
𝑝
𝐻𝐺𝐿 = +𝑧
𝜌𝑔
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Skema Alat dan Peralatan


3.1.1 Skema Alat

Gambar 3.1 Skema Alat

Keterangan :
1. Pitot Static Tube
2. Wall pressure
3. Gauge (ht -> Valve pitot ; h1 -> valve venturi)
4. Gauge (hv -> valve pitot ; ∆h -> valve venturi)
5. Gauge (hs -> valve pitot ; h2 -> valve venturi)
6. Valve pitot tube hs
7. Valve pitot ht
8. Valve venturi h1
9. Valve venturi h2
10. Switch
11. Fan/blower
12. Tube
13. Venturi

3.1.2 Peralatan
1. No. Model BAT – 5 - 200
2. Fan
2.1 Jenis Centrifugal
2.2 Kapasitas (maksimum) 5,0 m3/menit
3. Daya Motor Penggerak 200 watt
4. Manometer U
4.1 Skala Total Head 0 – 400 mm
4.2 Skala Total Static Head 0 – 400 mm
4.3 Skala Velocity Head 0 – 400 mm
5. Pitot Static Tube Mengukur tekanan total dan tekanan statis
6. Venturi dan Duct tembus pandang
6.1 Diameter Inlet 50 mm
6.2 Diameter Outlet 50 mm
6.3 Diameter Leher 30 mm

3.2 Pelaksanaan Praktikum

A. Persiapan
Pengendalian laju aliran dan pengoperasian motor. Buka pengatur laju aliran.
Putar saklar motor ke ON untuk menghidupkan motor.
B. Pelaksanaan percobaan dan pengukuran
1. Atur bukaan inlet fan/blower menjadi half open, lalu ukurlah panjang pitot
static tube yang di luar venturimeter (Lo) 60 mm, lalu ukur:
 Head Total (ht), Head Statis (hs), Head Velocity (hv), untuk pengukuran pitot
static tube dengan membaca selisih ketinggian pada manometer U.
 Tekanan hulu (h1), tekanan hilir (h2), perbedaan tekanan (Δh) untuk venturi
pada manometer U.
2. Atur kembali bukaan instalasi menjadi fully open, kemudian lakukan kembali
pengukuran pada parameter-parameter yang telah ditetapkan.
3. Setelah itu tarik jarum pitot tube sepanjang 18 mm, kemudian ulangi kembali
langkah pengambilan data pada poin 1 dan 2.
4. Ulangi langkah-langkah diatas sampai 12 kali pengambilan data
5. Catat hasil pengamatan pada Tabel Pengukuran Perhitungan.

Pengaturan Hasil
A. Pencatatan Hasil
Catat harga-harga yang diukur dan dihitung pada Tabel Pengukuran dan
Perhitungan
B. Pembuatan Grafik
Harga-harga yang sudah didapatkan dari pelaksanaan percobaan dihitung
kemudian diplotkan dalam grafik-grafik, antara lain :
1. Grafik ht, hs, hv fungsi Ls untuk bukaan half open
2. Grafik ht, hs, hv fungsi Ls untuk bukaan fully open
3. Grafik h1, h2, Δh fungsi Ls untuk bukaan half open
4. Grafik h1, h2, Δh fungsi Ls untuk bukaan fully open
5. Grafik EGL dan HGL fungsi Ls untuk bukaan half open
6. Grafik EGL dan HGL fungsi Ls untuk bukaan fully open
7. Grafik EGL dan HGL fungsi Ls untuk bukaan half dan fully open
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


(Data Terlampir)

4.2 Flowchart Perhitungan


4.3 Contoh Perhitungan (Data ke lima)
4.3.1 Fully Open Fan
A. Perhitungan Pada Pengukuran Pitot tube
Data data yang didapatkan pada percobaan antara lain :
(ht) = 14 mm
(hs) = 9 mm
(hv) = 4 mm
Dengan suhu kamar 25°C, pada tabel 1 didapatkan :
Viskositas Kinematik = 1,55 x 10-5 (m2/s)
Density (massa jenis) = 1,205 kg/m3

1. Lokasi Pitot Tube


𝐿𝑠 = 𝐿𝑝 − 𝐿𝑜
Dimana:
Ls = Lokasi pitot tube pada tabung venturi atau duct (mm)
Lp = Panjang total pitot tube = 382 mm
Lo = Panjang bagian pitot tube yang diluar venturi (mm)

Sehingga,
Panjang bagian pitot tube yang diluar venturi (Lo) = 60 mm
Ls = 382 mm – 60 mm
= 322 mm

2. Tekanan Dinamis Pitot tube


𝑃𝑣 = 𝐾1 . 𝐻𝑣
Dimana :
K1 = 10 N/m2/mmH2O
Hv = velocity head dari pitot tube
Sehingga,
N
m2
𝑃𝑣 = 10 mmH2O x 4mm H20

𝑃𝑣 = 40 N/m2

3. Kecepatan Udara Pada Leher Venturi


Karena lokasi pitot tube berada pada leher venturi
2𝑃𝑣
𝑉𝑑 = √ 𝜌

Dimana :
Vd= Kecepatan udara pada leher venture (m/s)
𝜌 = Masa jenis udara pada suhu tertentu (kg/m3)
Pv= Tekanan dinamis yang diukur pada leher venture (N/m2)
Maka,
2 𝑥 40
𝑉𝑑 = √ 1,205 = 8.2165 𝑚/𝑠

4. Kecepatan udara pada inlet venturi


2 .𝑃𝑣
VD =√ 𝜌

2 . 40
= √1,205

= 8,2165 m/s

5. Laju Aliran didasarkan pada Vd


𝜋
𝑄𝑑 = 𝑑2 𝑣𝑑
4

Dimana diameter leher venturi sebesar 0,03m, maka


𝜋
𝑄𝑑 = 4 0,032 (8,2165)

𝑄𝑑 = 0,0058𝑚3 /𝑠

6. Laju Aliran didasarkan pada VD


𝜋
𝑄𝐷 = 4 𝐷2 𝑣𝐷

Dimana diameter inlet venturi sebesar 0,05 m, maka


𝜋
𝑄𝐷 = 4 0,052 (8,2165)

𝑄𝐷 = 0,0161/𝑠

B. Perhitungan Pada Venturi


Data data yang didapatkan pada percobaan antara lain :
(h1) = 9 mm
(∆h) = 48 mm
(h2) = -17 mm
Dengan suhu kamar 25°C, pada tabel 1 didapatkan :
Viskositas Kinematik = 1,55 x 10-5 (m2/s)
Density (massa jenis) = 1,205 kg/m3

1. Perbedaan Tekanan Hulu dan Hilir Sepanjang Venturi


∆𝑃 = 𝐾2 ∆ℎ
Dimana :
K2=10N/m2/mmH2O
∆h=perbedaan tekanan sepanjang venturi(mmH2O)
Sehingga,
∆𝑃 = 10 N/m2/mmH2O 𝑥 48 mmH2O
∆𝑃 = 480 N/m2

1. Kecepatan Udara Leher Venturi

2∆𝑃
𝑉𝑚 =
√ 𝑑 4
𝜌 (1 − (𝐷) )

Dimana :
Vm= kecepatan udara pada leher venture
∆P = perbedaan tekanan disepanjang venturi
d = diameter penampang leher venturi (0.03m)
D = diameter inlet venture (0.05m)
Sehingga,

2𝑥480
𝑉𝑚 =
√ 0,03 4
1,205 (1 − ( ) )
0.05

𝑉𝑚 = 26,554 𝑚/𝑠

2. Laju Aliran Didasarkan pada Vm


𝜋
𝑄𝑚 = 𝐶𝑣 𝐶𝑐 4 𝑑 2 𝑉𝑚

Dimana :
Qm= Laju aliran didasarkan pada Vm
Cv= 1,07
Cc = 0,987
d = diameter leher venturi
Sehingga,
𝜋
𝑄𝑚 = 1.07𝑥0,987𝑥 0.032 𝑥26,554
4
𝑚3
𝑄𝑚 = 0.0198 𝑠

3. Bilangan Reynold pada Leher Venturi


𝑑𝑉𝑚
𝑅𝑒𝑑 = 𝜗

Dimana :
Red = Bilangan Reynold pada leher venture
ϑ = viskositas kinematik
Sehingga,
0,03 𝑥 26,554
𝑅𝑒𝑑 = 1,51x 10−5

𝑅𝑒𝑑 = 51396

4. Bilangan Reynold pada inlet venturi (RD)


𝑄 .𝐷
ReD = 𝜋.𝐷𝐷2
.𝑣
4

0,0161 . 0.039
= 𝜋.0,052
.1,51 𝑥 10−5
4

= 26505

C. Perhitungan EGL dan HGL


Perhitungan Energy Grade Line (EGL)
EGL = ht = 14 mmH2O
Perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL)
HGL = hs = 9 mmH2O

4.1.1 Half Open Fan


A. Perhitungan Pada Pengukuran Pitot tube
Data data yang didapatkan pada percobaan antara lain :
(ht) = 9 mm
(hv) = 7 mm
(hs) = 3 mm
Dengan suhu kamar 25°C, pada tabel 1 didapatkan :
Viskositas Kinematik = 1,51 x 10-5 (m2/s)
Density (massa jenis) = 1,205 kg/m3

1. Lokasi Pitot Tube


𝐿𝑠 = 𝐿𝑝 − 𝐿𝑜
Dimana:
Ls = Lokasi pitot tube pada tabung venturi atau duct (mm)
Lp = Panjang total pitot tube = 382 mm
Lo = Panjang bagian pitot tube yang diluar venturi (mm)

Sehingga,
Panjang bagian pitot tube yang diluar venturi (Lo) = 60mm
Ls = 382 mm –60 mm
= 322 mm

2. Tekanan Dinamis Pitot tube


𝑃𝑣 = 𝐾1 . 𝐻𝑣
Dimana :
K1 = 10 N/m2/mmH2O
Hv = velocity head dari pitot tube
Sehingga,
𝑃𝑣 = 10 N/m2 /mmH2O x 3 mm H20
𝑃𝑣 = 30 N/m2

3. Kecepatan Udara Pada Leher Venturi


Karena lokasi pitot tube berada pada leher venturi
2𝑃𝑣
𝑉𝑑 = √ 𝜌
Dimana :
Vd= Kecepatan udara pada leher venture (m/s)
𝜌 = Masa jenis udara pada suhu tertentu (kg/m3)
Pv= Tekanan dinamis yang diukur pada leher venture (N/m2)
Maka,
2 𝑥30
𝑉𝑑 = √1,205 = 7,115 𝑚/𝑠

4. Kecepatan udara pada inlet venturi


2 .𝑃𝑣
VD =√ 𝜌

2 𝑥 30
= √ 1,186

= 7,115 m/s

5. Laju Aliran didasarkan pada Vd


𝜋
𝑄𝑑 = 4 𝑑 2 𝑣𝑑

Dimana diameter leher venturi sebesar 0,03m, maka


𝜋
𝑄𝑑 = 4 0,032 (7,115)

𝑄𝑑 = 0,005027 𝑚3 /𝑠

6. Laju Aliran didasarkan pada VD


𝜋
𝑄𝐷 = 4 𝐷2 𝑣𝐷

Dimana diameter inlet venturi sebesar 0,05 m, maka


𝜋
𝑄𝐷 = 0,052 (7,115)
4
𝑄𝐷 = 0,013965 𝑚3 /𝑠

B. Perhitungan Pada Venturi


Data data yang didapatkan pada percobaan antara lain :
(h1) = 7 mm
(∆h) = 29 mm
(h2) = -14 mm
Dengan suhu kamar 25°C, pada tabel 1 didapatkan :
Viskositas Kinematik = 1,55 x 10-5 (m2/s)
Density (massa jenis) = 1,186 kg/m3

1. Perbedaan Tekanan Hulu dan Hilir Sepanjang Venturi


∆𝑃 = 𝐾2 ∆ℎ
Dimana :
K2=10N/m2/mmH2O
∆h=perbedaan tekanan sepanjang venturi(mmH2O)
Sehingga,
∆𝑃 = 10 N/m2/mmH2O 𝑥 29 mmH2O
∆𝑃 = 290 N/m2

2. Kecepatan Udara Leher Venturi

2∆𝑃
𝑉𝑚 =
√ 𝑑 4
𝜌 (1 − (𝐷) )

Dimana :
Vm= kecepatan udara pada leher venture
∆P = perbedaan tekanan disepanjang venturi
d = diameter penampang leher venturi (0.03m)
D = diameter inlet venture (0.05m)

Sehingga,

2𝑥290
𝑉𝑚 =
√ 0,03 4
1,205 (1 − ( ) )
0.05

𝑉𝑚 = 20,64022 𝑚/𝑠
3. Laju Aliran Didasarkan pada Vm
𝜋
𝑄𝑚 = 𝐶𝑣 𝐶𝑐 4 𝑑 2 𝑉𝑚

Dimana :
Qm= Laju aliran didasarkan pada Vm
Cv= 1,07
Cc = 0,987
d = diameter leher venturi
Sehingga,
𝜋
𝑄𝑚 = 1.07𝑥0,987𝑥 0.032 𝑥 20,64022
4
𝑚3
𝑄𝑚 = 0,0154 𝑠

4. Bilangan Reynold pada Leher Venturi


𝑑𝑉𝑚
𝑅𝑒𝑑 = 𝜗

Dimana :
Red = Bilangan Reynold pada leher venture
ϑ = viskositas kinematik
Sehingga,
0,03 𝑥 20,64022
𝑅𝑒𝑑 = 1,51 x 10−5

𝑅𝑒𝑑 = 39948,81

5. Bilangan Reynold pada inlet venturi (RD)


𝑄 .𝐷
ReD = 𝜋.𝐷𝐷2
.𝑣
4

0,13965 . 0.05
= 𝜋.0,052
.1,51 𝑥 10−5
4

= 22953,81
C. Perhitungan EGL dan HGL
Perhitungan Energi Grade Line (EGL)
EGL = ht = 9 mmH2O
Perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL)
HGL = hs = 7 mmH2O

4.4 Analisa Grafik


4.4.1 Analisa Grafik ht, hs, dan hv fungsi Ls Fully Open

Grafik ht, hv, hs terhadap Ls pada


Fully Open
ht hs hv

48 50
43

27 28
21
14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 17
14 14
9 9 7 8
4 5
1 -1
-3
322 304 286 268 250 232 214 196 178 160 -7 142 124
-13 -15

-33 -30
-36

Gambar 4.1 ht, hs, dan hv fungsi Ls Fully Open

Pada Grafik 4.1 trendline grafik ht stabil dari inlet hingga outlet dengan
nilai 14mmH2O. Untuk trendline hv berbentuk parabola, dimana dimulai
dengan niai yang stabil sekitar angka 4 dan 6 mm setelahnya nilai hv meningkat
dari inlet hingga nilai hv tertinggi dan menurun hingga outlet. Nilai hv tertinggi
terdapat pada Ls 214mm sebesar 450mmH2O dan nilai terendah pada Ls
322mm sebesar 4 mmH2O. Untuk trendline hs grafik berbentuk parabola
dimana dimulai dengan nilai stabil antara 9mm lalu nilai hs inlet menurun hingga
titik terendah dan meningkat hingga outlet. Nilai hs terendah berada pada Ls
214mm dengan nilai -33mmH20 dan nilai hs tertinggi pada Ls 322mm dengan
nilai 9mmH2O.
Saat aliran masuk melalui venture kecepatan aliran akan meningkat dan
tekanannya akan menurun karena adanya pengecilan penampang sehingga hs
akan mengalami penurunan dan hv mengalami peningkatan. Saat aliran melalui
leher venture dimana kecepatannya maksimum dan tekanannya minimum dan
saat aliran keluar dari throat aliran bergerak melambat dan tekanannya
membesar karena adanya perluasan penampang maka nilai hs kembali
membesar dan hv menurun hal ini dikarenakan hokum Bernoulli, yaitu:
P V²
Ht = + +z
ρg 2g
P
Hs = +z
ρg

Hv =
2g
Secara keseluruhan grafik 4.1 tidak sesuai dengan teori karena grafik hs
memotong grafik ht. Menurut dasar teori, nilai ht seharusnya konstan pada seluruh
Ls, karena ht merupakan nilai total dari hs dan hv. Untuk nilai hs, pada nilai Ls
yang mendekati leher venturi seharusnya menurun, karena adanya penyempitan
area yang menyebabkan tekanan statis pada aliran turun. Untuk nilai hv sendiri,
pada nilai Ls yang mendekati leher venturi seharusnya naik, karena kecepatan aliran
naik yang menyebabkan tekanan dinamis pada aliran juga naik.

Setelah melakukan pengamatan terhadap trendline pada grafik, maka data


yang didapat pada praktikum ini kurang sesuai dengan teori yang ada karena terjadi
perpotongan trendline antara Ht, Hs, dan Hv. Hal ini dapat diakibatkan karena pada
saat pengukuran tidak dilakukan sesuai prosedur dimana harus menunggu kurang
lebih 1 menit untuk tiap perubahan Ls atau hingga menunggu pergerakan fluida
dalam manometer stabil atau dapat terjadi karena ada kesalahan praktikan dalam
melakukan pembacaan data pada manometer.

4.4.2 Analisa Grafik ht, hs, dan hv fungsi Ls Half Open


Grafik ht,hs, dan hv ada Ls
Half Open
40
30 28 31 29
20 17 20
14 13 13 11
10 97 96 10 10
9 9 9 9 9 9 10
9
3 4 5
4
0 1 -2 -1
-10 322 304 286 268 250 -7 232 214 196 178 -9 160 -5 142 124
-20 -19 -22 -20
-30
ht hs hv

Gambar 4.2 ht, hs, dan hv fungsi Ls Half Open

Pada Grafik 4.2 trendline grafik ht cenderung konstan mulai dari inlet
hingga outlet pada nilai antara 9mmH2O sampai 14mmH2O. Untuk trendline hv
berbentuk parabola yang tidak sempurna, dimana diawali dengan nilai yang
cenderung stabil, lalu nilai hv meningkat hingga nilai hv tertinggi dan menurun
hingga outlet. Nilai hv tertinggi terdapat pada Ls 214mm sebesar 31mmH2O
nilai terendah pada Ls 322mm sebesar 3mmH2O. Untuk trendline hs grafik
berbentuk parabola yang tidak sempurna dimana diawali dengan nilai yang
cenderung stabil lalu nilai hs menurun hingga titik terendah dan meningkat
hingga outlet. Nilai hs tertinggi berada pada Ls 322mm dengan nilai 9mmH20
dan nilai hs terendah pada Ls 196mm dengan nilai -22mmH2O.
Saat aliran masuk melalui venture kecepatan aliran akan meningkat dan
tekanannya akan menurun karena adanya pengecilan penampang sehingga hs
akan mengalami penurunan dan hv mengalami peningkatan. Saat aliran melalui
leher venture dimana kecepatannya maksimum dan tekanannya minimum dan
saat aliran keluar dari throat aliran bergerak melambat dan tekanannya
membesar karena adanya perluasan penampang maka nilai hs kembali
membesar dan hv menurun hal ini dikarenakan hokum Bernoulli, yaitu:
P V²
Ht = + +z
ρg 2g
P
Hs = +z
ρg

Hv =
2g

Secara keseluruhan grafik dari gambar diatas tidak sesuai dengan teori yang
ada. Menurut dasar teori, nilai ht seharusnya konstan pada seluruh Ls, karena ht
merupakan nilai total dari hs dan hv. Untuk nilai hs, pada nilai Ls yang mendekati
leher venturi seharusnya menurun, karena adanya penyempitan area yang
menyebabkan tekanan statis pada aliran turun. Untuk nilai hv sendiri, pada nilai Ls
yang mendekati leher venturi seharusnya naik, karena kecepatan aliran naik yang
menyebabkan tekanan dinamis pada aliran juga naik.

Setelah melakukan pengamatan terhadap trendline pada grafik, maka data


yang didapat pada praktikum ini kurang sesuai dengan teori yang ada karena terjadi
perpotongan trendline antara Ht, Hs, dan Hv. Hal ini dapat diakibatkan karena pada
saat pengukuran tidak dilakukan sesuai prosedur dimana harus menunggu kurang
lebih 1 menit untuk tiap perubahan Ls atau hingga menunggu pergerakan fluida
dalam manometer stabil. Yang mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran yang
berimbas pada grafik yang berpotongan.

4.4.3 Analisa Grafik h1, ∆h, dan h2 fungsi Ls Fully Open


Grafik h1, ∆h, dan h2 terhadap Ls
pada Fully Open
h1 ∆ h h2

48 48 47 46 47 46 45 45 44 44 44
34

9 9 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9
322 -17304 286 268 250 232 214 196 178 160 142 124
-34 -29
-36 -37 -38 -36 -37 -37 -36 -37 -37

Gambar 4.3 h1, ∆h, dan h2 fungsi Ls Fully Open

Grafik di atas merupakan grafik dari h1, h2, dan Δh terhadap Ls pada
bukaan fully open. Dari grafik terlihat bahwa h1 cenderung memiliki fluktuasi
dengan nilai 9mmH2O dan 10mmH2O. Untuk nilai h2 berfluktuasi antara nilai
30mmH2O, dan 29mmH2O. Sedangkan untuk nilai Δh memiliki fluktuasi antara
nilai -17 hingga -38mmH2O.
Pada venturi terdapat h1 dan h2, dimana h1 adalah tekanan hulu dan h2
adalah hilir. sedangkan perbedaan tekanan (Δh) adalah h1 - h2. Dari hasil ini
didapatkan bahwa tekanan di dalam venturi dipengaruhi oleh kecepatan aliran
fluida. Hal ini dapat dibuktikan dari persamaan Bernoulli dimana Δp=
𝑉12 −𝑉22
ρ( ), dimana Δp berbanding lurus dengan ρ dan v. menurut dasar teori,
2

nilai h1 seharusnya konstan pada seluruh nilai Ls karena h1 tidak berpengaruh


terhadap kedudukan dari pitot tube. Nilai dari h1 didapat dari lokasi yang tetap,
sehingga nilai h1 merupakan tekanan statis. Sedangkan nilai h2 dimana
seharusnya konstan pada seluruh nilai Ls karena nilai h2 tidak berpengaruh
terhadap kedudukan dalam pitot tube. Namun nilai h2 adalah tekanan statis yang
terletak pada titik di leher venturi. Nilai dari h1 dan h2 dipengaruhi oleh
perbedaan luas penampang sehingga mempengaruhi kecepatan dan aliran fluida
yang mengalir.
Secara garis besar grafik actual dan grafik teori sudah memiliki kriteria
yang sama, namun pada grafik actual Δh dan h2 terjadi kenaikan dan penurunan
yang tidak sesuai dengan grafik teori yang memiliki grafik yang lurus sempurna.
Kesalahan ini dapat terjadi karena ada kesalahan praktikan dalam melakukan
pembacaan data.

4.4.4 Analisa Grafik h1, ∆h, dan h2 fungsi Ls Half Open

Grafik h1, ∆h, dan h2 terhadap Ls


pada Half Open
40
29 25 28 28 28 30 28 29 28
20 20 19 17
7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 7 7
0
322 -14304 286 268 -14250 232 214 196 178 160 142 124
-20 -23 -22 -22 -23 -22 -24 -22 -22 -23
-40
-53
-60
h1 ∆h h2

Gambar 4.4 h1, ∆h, dan h2 fungsi Ls Half Open


Grafik di atas merupakan grafik dari h1, h2, dan Δh terhadap Ls pada
bukaan half open. Dari grafik terlihat bahwa h1 cenderung memiliki fluktuasi
dengan nilai 7mmH2O, dan 6mmH2O. Untuk nilai h2 berfluktuasi antara nilai
40mmH2O dan 41mmH2O. Sedangkan untuk nilai Δh memiliki fluktuasi antara
nilai -14 hingga -53mmH2O.
Saat aliran memasuki venture maka tekanan statis aliran terbaca sebagai
h1, aliran pada throat tekanan statis terbaca sebagai h2 maka Δh akan
menunjukkan penurunan tekanan statis saat pengecilan penampang. Secara teori,
semakin kecil luas penampang maka kecepatannya akan semakin besar dan
tekanannya akan semakin kecil. Pada leher venture luas penampangnya lebih
kecil dibandingkan dengan throat maka kecepatan aliran fluida pada venture
akan lebih tinggi dan tekanannya lebih rendah. Hal ini didapatkan dari
persamaan Bernoulli yang dikaitkan dengan tekanan statis pada pipa venture,
yaitu:
P V²
+ 2g + z = konstan
ρg

Secara garis besar grafik actual dan grafik teori sudah memiliki kriteria
yang sama, namun pada grafik actual ∆h terjadi penurunan di awal dan kemudian
nilainya cenderung stabil namun tidak terlalu konstan yang tidak sesuai dengan
grafik teori yang memiliki grafik yang lurus sempurna. Kesalahan ini dapat
terjadi karena ada kesalahan praktikan dalam melakukan pembacaan data.

4.4.5 Analisa Grafik EGL dan HGL fungsi Ls Fully Open

Grafik EGL dan HGL terhadap Ls


pada Fully Open
EGL HGL

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
9 9 7
1 -1
-3
322 304 286 268 250 232 214 196 178 160 -7 142 124
-13 -15

-30
-33
-36

Gambar 4.5 EGL dan HGL fungsi Ls Fully Open


Pada Grafik 4.5 grafik data EGL memiliki nilai konstan sebesar
14mmH2O. Untuk grafik data HGL cenderung turun dari inlet hingga nilai
terendah dan naik kembali hingga outlet dengan nilai HGL terendah pada pada
Ls 214mm sebesar -36 mmH20 dan memiliki nilai tertinggi pada Ls 322mm
sebesar 9mm H20.
Berdasarkan teori, grafik data EGL lurus pada nilai yang sama, sedangkan
grafik data HGL membentuk parabola terbuka ke atas. Saat aliran mengalir pada
throat, kecepatan aliran semakin cepat dan tekanannya menurun karena adanya
pengecilan luas penampang, saat aliran menuju ke outlet aliran bergerak
melambat dan tekanannya membesar karena pembesaran luas penampang. Hal
ini didapat dari persamaan Bernoulli yaitu:
P V²
EGL = + +z
ρg 2g

P
HGL = +z
ρg
Grafik 4.5 sudah mendekati grafik secara teori, tetapi secara teori EGL
konstan lurus, sedangkan HGL membentuk parabolik terbuka ke atas. EGL
actual terdapat fluktuasi naik dan turun menuju konstan sementara HGL telah
sesuai dengan teori yang ada. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena adanya
kesalahan pengamat saat melakukan pembacaan..

4.4.6 Analisa Grafik EGL dan HGL fungsi Ls Half Open

Grafik EGL dan HGL terhadap Ls


pada Half Open
20
14 13
10 97 9 10 10 9 9 9 9 9 9
6 5
0 1 -1
-2
322 304 286 268 250 -7 232 214 196 178 160 -5 142 124
-10 -9

-20 -19 -20


-22
-30
EGL HGL

Gambar 4.6 EGL dan HGL fungsi Ls Half Open


Pada Grafik 4.6 grafik data EGL memiliki niai yang fuktuatif dari inlet
hingga outlet dengan nilai 9 hingga 14mmH2O. Untuk grafik data HGL
berbentuk parabolik dan cenderung turun dari inlet hingga titik terendah dan naik
kembali hingga outlet dengan nilai HGL tertinggi pada pada Ls 322mm sebesar
7 mmH20 dan memiliki nilai terendah pada Ls 214mm sebesar -22 mmH20.
Berdasarkan teori, grafik data EGL lurus pada nilai yang sama, sedangkan
grafik data HGL membentuk parabola terbuka ke atas. Saat aliran mengalir pada
throat, kecepatan aliran semakin cepat dan tekanannya menurun karena adanya
pengecilan luas penampang, saat aliran menuju ke outlet aliran bergerak
melambat dan tekanannya membesar karena pembesaran luas penampang. Hal
ini didapat dari persamaan Bernoulli yaitu:
P V²
EGL = + +z
ρg 2g

P
HGL = +z
ρg
Grafik 4.6 sudah mendekati grafik secara teori, tetapi secara teori EGL
konstan lurus, sedangkan HGL membentuk parabolik terbuka ke atas. EGL
actual terdapat fluktuasi naik dan turun menuju konstan sementara HGL telah
sesuai dengan teori yang ada. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena adanya
kesalahan pengamat saat melakukan pembacaan..

4.4.7 Analisa Grafik EGL dan HGL fungsi Ls Fully Open vs Half Open

Gambar 4.7 Grafik EGL dan HGL fungsi Ls Fully vs Half Open

Pada Grafik 4.7 Gambar di atas merupakan gambar grafik dari EGL dan
HGL terhadap Ls pada bukan fully open dan half open. Untuk bukaan fully open,
nilai EGL trendline grafik cenderung konstan dengan nilai maksimum sebesar 13
mmH2O dan nilai minimum sebesar 9 mmH2O. Untuk nilai HGL nilai minimum
sebesar -32 mmH2O dan nilai maksimum sebesar 19 mmH2O.
Sedangkan untuk bukaan half open, nilai EGL, trendline grafik cenderung
konstan dengan nilai maksimum 23 mmH2O dan nilai minimum 21 mmH2O.
Sedangkan untuk nilai HGL nilai minimum sebesar -41 mmH2O dan nilai
maksimum sebesar -11 mmH2O.
Perbandingan antara fully open dan half open menurut teori adalah untuk
bukaan fully open garis EGL memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan garis
EGL pada bukaan half open, hal ini disebabkan karena adanya flowrate yang lebih
besar sehingga total energi yang dimiliki lebih besar pada bukaan fully open. Sesuai
dengan teori yang digunakan bahwa tekanan berbanding terbalik dengan laju aliran.
𝑝 𝑉2 𝑝
Sesuai dengan rumus dari HGL dan EGL, 𝐻𝐺𝐿 = + 2𝑔 + 𝑧 dan 𝐸𝐺𝐿 = + 𝑧.
𝜌𝑔 𝜌𝑔

Maka, seharusnya EGL dari fully open lebih besar daripada EGL half open dan
HGL half open lebih besar daripada HGL fully open.
Dari gambar grafik diatas dapat kita ketahui bahwa nilai dari EGL dari fully open
lebih kecil dari pada trendline EGL dari half open. Dan nilai HGL dari half open
lebih kecil dari pada fully open. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan, yaitu data
hasil pengukuran dibaca pada saat tekanan belum stabil sehingga data yang
dihasilkan tidak sesuai dan masih berubah-ubah.

Anda mungkin juga menyukai