Anda di halaman 1dari 37

Disusun Oleh :

1. AUFA ULIN NUHA 02111840000007

Asisten Pembimbing :
Fahri Humaidi
NRP. 02111740000063
ABSTRAK

Dalam bidang industri, fluida merupakan salah satu komponen penting.


Kesalahan dalam menganalisa aliran fluida dapat mengganggu sistem dalam
industri tersebut sehingga dibutuhkan orang ahli yang mengetahui prinsip fluida
dalam keadaan statis maupun dinamis. Ketika kita mempelajari suatu fluida
pastinya kita akan mengenal hukum Benoulli. Banyak sekali penerapan hukum
Bernoulli baik dalam aliran pipa, pesawat dan lain sebagainya.
Pada praktikum ini digunakan alat dengan model BAT-5-200 dengan
kondisi half open dan fuly open. Kita akan mengukur tekanan dan tekanan statis
dengan menggunakan pitot static tube. Pada pitot tube dilakukan pengukuran head
total (ht), head statis (hs), dan head velocity (hv). Sedangkan pada venturi meter
diukur tekanan hulu (h1), tekanan hilir (h2), dan perbedaan tekanan (h). Praktikum
ini dilakukan 12 kali pengambilan data dengan variasi kenaikan 18 mm dengan cara
jarum pitot tube ditarik setiap pengulangan.
Kesimpulan dari praktikum Bernoulli Theorem Appartus ini adalah dari
persamaan Bernoulli didapatkan bahwa kecepatan aliran fluida berbanding terbalik
dengan tekanannya. Pada pitot tube nilai hv dileher venturi lebih besar dari hs
karena kecepatan fluida aliran lebih besar. Sedangkan pada penampang inlet venturi
nilai hv mulai mengecil dan nilai hs membesar karena kecepatan aliran mengecil
dan harga ht cenderung konstan. Pada venturi nilai h1, h2, dan Δh cenderung
konstan karena pengukuran tekanan statisnya tetap. Nilai EGL dipengaruhi oleh
debit aliran fluida, sehingga nilai EGL untuk fully open lebih besar dari EGL half
open. Sedangkan nilai HGL dipengaruhi oleh tekanan statis, sehingga HGL fully
open lebih kecil dibanding HGL half open. Pada praktikum kali ini terdapat
beberapa kesalahan yang memengaruhi data hasil praktikum seperti pada trendline
grafik.. Kesalahan-kesalahan ini disebabkan oleh praktikan pada saat membaca alat
yang belum stabil, sehingga pembacaannya tidak tepat.

Kata kunci : Bernoulli, EGL, HGL.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum Bernoulli merupakan salah satu hukum terkait dengan
mekanika fluida. Hukum Bernoulli berbunyi “Kenaikan kecepatan dari
suatu fluida terjadi bersamaan dengan penurunan tekanan atau energi
potensial pada fluida tersebut”. Hukum ini pertama kali dikemukakan oleh
Daniel Bernoulli pada tahun 1738 pada bukunya yang berjudul
Hydrodynamica. Pada tahun 1752, Leonhard Euler menemukan
persamaan dari Persamaan Bernoulli yang berasal dari penurunan
Persamaan Euler. Hukum ini hanya berlaku pada aliran isentropik, dimana
efek dari proses irreversible dapat diabaikan.
Persamaan Bernoulli yang ditemukan umumnya digunakan untuk
aliran incompressible, sementara persamaan yang lebih rumit digunakan
pada aliran yang compressible. Persamaan Bernoulli dapat diturunkan dari
Persamaan Euler atau Hukum Konservasi Energi.
Persamaan ini seringkali digunakan pada kehidupan sehari-hari.
Sebagai contohnya pada parfum, semprotan anti serangga, tangki air, gaya
angkat pesawat, dan lain-lain. Oleh karena itu dengan berbagai kegunaan
tersebut kita perlu mempelajari Hukum Bernoulli dengan praktikum ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan pada praktikum
Bernoulli ini adalah :
1. Bagaimana fenomena nyata dari Hukum Bernoulli?
2. Bagaimana prinsip “head” dengan menggunakan pitot tube?
3. Bagaimana prinsip kerja alat ukur fluida?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum dari dilakukannya praktikum Bernoulli ini
adalah :
1. Untuk mempelajari fenomena nyata dari Hukum Bernoulli.
2. Untuk mempelajari prinsip “head” dengan menggunakan pitot tube.
3. Untuk mempelajari prinsip kerja alat ukur fluida.
1.4 Batasan Praktikum
Adapun batasan masalah yang digunakan pada praktikum Bernoulli
ini adalah :
1. Steady Flow
Properties aliran tidak bergantung terhadap waktu.
2. Incompressible Flow
Nilainya diabaikan karena perubahan densitasnya kurang dari 5% dari
harga utamanya dan diasumsikan fluida tidak dapat dimampatkan.
3. Inviscid Flow
Aliran yang dimana nilai viskositasnya sama dengan nol.
4. Flow along Streamline
Dalam artiannya, fluida mengalir sepanjang streamline.
5. Uniform Flow
Disebut sebagai aliran seragam dimana komponen dalam aliran tidak
berubah terhadap jarak.
6. No Heatloss Happened
Pada aliran ini tidak ada kondisi kehilangan panas.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Penurunan Rumus Bernoulli


2.1.1 Berdasarkan Hukum Termodinamika I
=0(1) =0(1) =0(1) =0(2)

Q̇ − Ẇshaft − Ẇshear − Ẇother = ̅. dA
∫ eρd∀ + ∫ (e + pv)ρV ̅
∂t cv cs
𝑣2
Dimana : e = u + + 𝑔𝑧
2

Dengan asumsi :
1. Ẇshaft , Ẇshear , Ẇother = 0
2. Steady Flow
3. Incompressible Flow
4. Uniform Flow and Properties at each Section
∂Q
5. {(u2 − u1 ) − }=0
dm

Maka persamaannya menjadi :


V2 V2
Q̇ = ∫ (u + pv + ̅. dA
+ gz) ρV ̅ + ∫ (u + pv + ̅. dA
+ gz) ρV ̅
cs1 2 cs1 2
V1 2 V2
Q̇ = − ∫ (u1 + p1 v1 + + gz1 ) ρV ̅ + ∫ (u2 + p2 v2 + 2 + gz2 ) ρV
̅. dA ̅. dA
̅
A1 2 A2 2
Dari persamaan kontinuitas
= 0(2)

0= ∫ ρd∀ + ∫ ρV̅. dA
̅
∂t cv cs

̅. dA
0 = ∫ ρV ̅ + ∫ ρV
̅. dA
̅
cs1 cs2

̅. dA
0 = − ∫ ρV ̅ + ∫ ρV
̅. dA
̅
A1 A2

̅. dA
Dimana : ∫A ρV ̅ = |ρVA| = ṁ

Maka : 0 = −ρ1 V1 A1 + ρ2 V2 A2
ṁ = ρ1 V1 A1 = ρ2 V2 A2
Selain itu, laju perpindahan panas dapat dituliskan sebagai berikut:
∂Q dm ∂Q dm ∂Q
Q̇ = = = ṁ
dt dm dm dt dm
Maka persamaannya menjadi :
V1 2 V2 2 ∂Q
0 = ṁ [(p1 v1 + + gz1 )] − ṁ [(p2 v2 + + gz2 )] + ṁ {(u2 − u1 ) − }
2 2 dm
Atau :
V1 2 V2 2 ∂Q
p1 v1 + + gz1 = p2 v2 + + gz2 + ((u2 − u1 ) − )
2 2 dm

Dengan asumsi (3), yakni incompressible flow berlaku hubungan :


1
v1 = v2 =
ρ
Sehingga
p1 V1 2 p2 V2 2 ∂Q
+ + gz1 = + + gz2 + ((u2 − u1 ) − )
ρ1 2 ρ2 2 dm

Dimana :
1. (u2 − u1 ) : perubahan energi dalam akibat gesekan,
kJ/kg
∂Q
2. − dm : perpindahan panas per satuan massa, kJ/kg
∂Q
3. (u2 − u1 ) − dm = 0 : losses energy dari section 1-2, kJ/kg

Maka persamaan Bernoulli dari section 1-2 adalah sebagai berikut :


p1 V1 2 p2 V2 2
+ + gz1 = + + gz2
ρ1 2 ρ2 2

CV
2
Streamline
1

Flow

Gambar 2.1 Aliran Melalui Sebuah Streamtube


2.1.2 Berdasarkan Persamaan Euler
Persamaan Euler untuk aliran steady sepanjang sebuah streamline adalah:
1 ∂p ∂z ∂V
− − g = V.
ρ ∂s ∂s ∂s
Apabila sebuah partikel fluida bergerak sepanjang ds, maka:
∂p
. ds = dp (perubahan tekanan sepanjang ds)
∂s
∂z
. ds = dz (perubahan ketinggian sepanjang ds)
∂s
∂V
. ds = dV (perubahan kecepatan sepanjang ds)
∂s

Sehingga setelah mengalikan persamaan Euler di atas dengan ds, didapat:


dp
− − g. dz = V. dV
ρ
Atau
dp
+ V. dV + g. dz = 0
ρ
Dengan integrasi didapat :
dp V 2
∫ + + gz = konstan (sepanjang s)
ρ 2
Karena asumsi incompressible flow maka ρ = konstan sehingga ρ
independent terhadap p, pada akhirnya didapatkan persamaan Bernoulli
sebagai berikut :
p V2
+ + gz = konstan
ρ 2
2.2 Tekanan Statis, Dinamis, dan Stagnasi
Sebelumnya kita telah menurunkan persamaan Bernoulli hingga
didapatkan bentuk persamaan :
p V2
+ + gz = konstan
ρ 2
Dari persamaan tersebut ada variable tekanan (p), tekanan tersebut
merupakan tekanan termodinamika atau disebut juga dengan tekanan
statis.
Tekanan statis merupakan tekanan yang diukur dengan alat ukur
tekanan yang memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan aliran
fluida. Tekanan ini semakin menurun sepanjang aliran karena adanya
gesekan, dan besarnya sama pada tiap titik di potongan penampang aliran.
Tekanan stagnasi merupakan tekanan yang diukur pada titik
stagnasi, dimana kecepatan aliran fluida diperlambat sampai berhenti
tanpa proses gesekan (frictionless).
Pada aliran incompressible, persamaan Bernoulli dapat digunakan
untuk menghubungkan perubahan kecepatan dan tekanan sepanjang
sebuah streamline. Dengan mengabaikan ketinggian, maka persamaan
Bernoulli menjadi :
p V2
+ = konstan
ρ 2
Jika tekanan statis didefinisikan dengan p pada satu titik dalam jalur aliran
dimana kecepatannya adalah sebesar V, sedangkan tekanan stagnasi
didefinisikan dengan p0, dimana pada keadaan stagnasi kecepatan adalah
V0=0, maka:
p0 V0 2 p V 2
+ = +
ρ 2 ρ 2
1
p0 = p + pV 2
2
1
p0 − p = pV 2
2
1
Bentuk 2 pV 2 disebut juga dengan tekanan dinamis. Jadi tekanan

dinamis dapat dikatakan sebagai selisih antara tekanan stagnasi dengan


tekanan statis. Melalu persamaan tersebut dapat dihitung kecepatan local
aliran sebagai berikut :

2(p0 − p)
V=√
ρ
Gambar 2.2 Tekanan Statis dan Dinamis
2.3 EGL dan HGL
Energy grade line atau EGL menggambarkan total energi mekanik
yang dimiliki oleh sistem. Hydraulic grade line atau HGL
menggambarkan energi potensial yang dimiliki oleh sistem. Selisih dari
keduanya disebut dengan velocity head.

Gambar 2.3 Energy Grade Line dan Hydraulic Grade Line


Head adalah perubahan energi. Ada beberapa macam head, yang
pertama merupakan total head. Besar dari total head sendiri merupakan
penjumlahan dari pressure head, velocity head, dan elevation head.
p
Dimana besarnya pressure head adalah , velocity head besarnya adalah
ρ

V2
, dan elevation head besarnya adalah (gz). Adapun aplikasi head adalah
2

pada EGL dan HGL. Dimana EGL adalah kurva energi yang
menggambarkan besarnya total head. Dan HGL adalah kurva energi yang
menggambarkan besarnya total head dikurangi dengan velocity head.
Persamaan Bernoullinya adalah sebagai berikut :
p V2
( + + gz) = konstan
ρ 2
1
Lalu dikalikan dengan 𝑔 menjadi :

p V2
( + + z) = C
ρg 2
p
Dimana : = head akibat statis lokal
ρg

V2
= head akibat tekanan dinamis lokal
2

Z = head akibat ketinggian lokal


C = head total
Sehingga didapatkan :
EGL = C = Head Total
p
HGL = (ρg + z)
𝑉2
Head Dinamis = EGL – HGL = 2

Gambar 2.4 EGL dan HGL


Untuk aliran incompressible dan aliran tanpa gesekan, berlaku persamaan
Bernoulli :
𝑝 𝑉2
( + + 𝑧) = 𝐶
𝜌𝑔 2
𝑝1 𝑉1 2 𝑝2 𝑉2 2 𝑝3 𝑉3 2 𝑝4 𝑉4 2
( + + 𝑧1 ) = ( + + 𝑧2 ) = ( + + 𝑧3 ) = ( + + 𝑧4 )
𝜌𝑔 2 𝜌𝑔 2 𝜌𝑔 2 𝜌𝑔 2
2.4 Macam-Macam Alat Ukur Tekanan dan Fungsinya
2.4.1 Wall Pressure Tap
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan statis. Digunakan
bersama dengan manometer atau dengan pressure gage. Sering disebut
juga piezometer terbuka. Wall pressure tap yang baik memiliki diameter
lubang yang kecil berkisar 0.5 mm, memiliki tepi lubang yang tajam, dan
letaknya tegak lurus dengan wall.

Gambar 2.5 Wall Pressure Tap


2.4.2 Static Pressure Probe
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan statis, penggunaannya
bersama dengan manometer. Ujung probe yang berbentuk elips digunakan
untuk aliran dengan bilangan Mach rendah, sedangkan ujung yang tajam
digunakan untuk bilangan Mach tinggi.
Small holes
Flow

Stem

To manometer
or pressure gage

Gambar 2.6 Static Pressure Probe


2.4.3 Total Head Tube
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan stagnasi. Digunakan
bersama manometer. Digunakan pada open channel flow. Static head yang
terukur sama dengan kedalaman.
Flow

Small holes

To manometer or
pressure gage

Gambar 2.7 Total Head Tube


2.4.4 Total Head Tube dengan Wall Pressure Tap
Digunakan untuk mengukur tekanan statis dan tekanan stagnasi pada
suatu titik. Digunakan bersama manometer.

Total
Flow A head
tube

P Po
Gambar 2.8 Total Head Tube dengan Wall Pressure Tap
2.4.5 Pitot Static Tube
Fungsinya sama dengan total head tube dengan wall pressure tap.
Digunakan bersama dengan manometer.
Flow
B

C
Stagnation
Point
P

Po

Gambar 2.9 Pitot Static Tube


2.5 Persamaan yang Digunakan dalam Perhitungan
2.5.1 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Pitot Tube
A. Lokasi Pitot Tube (Ls, mm)
Ls = Lp − Lo
Dimana : Ls = Lokasi pitot tube pada tabung venturi atau duct (mm)
Lp = Panjang total pitot tube = 328 mm
Lo = Panjang bagian pitot tube yang di luar venturi (mm)
B. Tekanan Dinamis Pitot Tube (Pv, N/m2)
Pv = K1 . hv
Dimana : Pv = Tekanan dinamis pitot tube (N/m2)
K1 = 10 N/m2/mmH2O
Hv = Velocity head dari pitot tube (mm)
C. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vd, m/s)

2Pv
Vd = √
ρ

Dimana : Vd = kecepatan udara pada leher venturi (m/s)


ρ = Massa jenis udara pada T0C
Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi (N/m2)
D. Kecepatan Udara pada Inlet Venturi (VD, m/s)

2Pv
VD = √
ρ

Dimana : VD = Kecepatan udara pada inlet venturi (m/s)


ρ = Massa jenis udara pada T0C
Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi
E. Laju Aliran Didasarkan pada Vd (Qd, m3/s)
π
Qd = d2 Vd
4
Dimana : Qd = Laju aliran didasarkan Vd(m3/s)(pada leher venturi)
d = Diameter leher venturi = 0.03 m
F. Laju Aliran Didasarkan pada VD (QD, m3/s)
π
QD = d2 VD
4
Dimana : QD = Laju aliran didasarkan VD (m3/s) (pada inlet venturi)
D = Diameter inlet venturi = 0.05 m
2.5.2 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Venturi
A. Perbedaan antara Tekanan Hulu (h1) dan Tekanan Hilir (h2) sepanjang
Venturi (∆P, N/m2)
∆P = K 2 ∆h
Dimana : ∆P = Perbedaan antara tekanan hulu (h1) dan tekanan hilir (h2)
pada venturi (N/m2)
K2 = ρ g = 10 N/m2/mmH2O
∆h = Perbedaan tekanan sepanjang venturi (mmH2O)
B. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vm, m/s)

2∆P
Vm =
√ d 4
ρ {1 − (D) }

Dimana : Vm = Kecepatan udara pada leher venturi (m/s)


∆P = Perbedaan tekanan di sepanjang venturi (N/m2)
d = Diameter penampang leher venturi = 0.03 m
D = Diameter inlet venturi = 0.05 m
C. Laju Aliran Didasarkan pada Vm (Qm, m3/s)
π
Qm = Cv Cc d2 Vm
4
Dimana : Qm = Laju aliran didasarkan pada Vm (m3/s) (pada leher
venturi)
Cv = 1.07
Cc = 0.987
d = Diameter leher venturi
D. Bilangan Reynold pada Leher Venturi (Rd)
dVm
Red =
v
Dimana : Red = Bilangan Reynold pada leher venturi
v = Viskositas kinematic udara pada T0C (m2/s)
E. Bilangan Reynold pada Inlet Venturi (RD)
QD D
ReD = 2
(πD ⁄4) v

Dimana : ReD = Bilangan Reynold pada inlet venturi


v = Viskositas kinematic udara pada T0C (m2/s)
2.5.3 Perhitungan EGL dan HGL
A. Perhitungan Energi Grade Line (EGL)
p V2
EGL = + +z
ρg 2g
B. Perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL)
p
HGL = +z
ρg
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Bernoulli ini
adalah :
1. No. Model BAT – 5 – 200
2. Fan
3. Jenis Centrifugal
4. Kapasitas (maksimum) 5.0 m3/menit
5. Daya motor penggerak 200 watt
6. Manometer U
a. Skala Total Head 0-400 mm
b. Skala Total Static Head 0-400 mm
c. Skala Velocity Head 0-400 mm
7. Pitot Static Tube mengukur tekanan total dan tekanan statis
8. Venturi dan Duct tembus pandang
a. Diameter inlet 50 mm
b. Diameter outlet 50 mm
c. Diameter leher 30 mm
3.2 Skema Peralatan
Adapun skema peralatan dari praktikum Bernoulli ini adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
1. Pitot static tube
2. Wall pressure
3. Gauge (ht -> valve pitot ; h1 -> valve venturi)
4. Gauge (hv -> valve pitot ; ∆h -> valve venturi)
5. Gauge (hs -> valve pitot ; h2 -> valve venturi)
6. Valve pitot tube hs
7. Valve pitot ht
8. Valve venturi h1
9. Valve venturi h2
10. Switch
11. Fan/blower
12. Tube
13. Venturi

3 7

2 9
1

10

13
11

12

Gambar 3.1 Skema Alat


3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan dari praktikum Bernoulli ini adalah sebagai
berikut :
1. Disiapkan pengendalian laju aliran dan pengoperasian motor.
2. Pengatur laju aliran dibuka lalu saklar motor diputar ke ON untuk
menghidupkan motor dan pengukuran.
3. Bukaan inlet fan/blower diatur menjadi half open, lalu panjang pitot static
tube diukur dari yang di luar venturimeter (Lo) 60 mm.
4. Head Total (ht), Head statis (hs), Head Velocity (hv) diukur untuk
pengukuran pitot static tube dengan membaca selisih ketinggian pada
manometer U.
5. Tekanan hulu (h1), tekanan hilir (h2), perbedaan tekanan (∆h) untuk venturi
diukur pada manometer U.
6. Bukaan instalasi diatur menjadi fully open, kemudian dilakukan
pengukuran Kembali pada parameter-parameter yang telah ditetapkan.
7. Jarum pitot tube ditarik sepanjang 18 mm, kemudian langkah 3-6 diulangi
kembali.
8. Langkah-langkah di atas diulangi sampai 12 kali pengambilan data.
9. Hasil pengamatan dicatat pada Tabel Pengukuran Perhitungan.
3.4 Flowchart Percobaan
Adapun flowchart dalam pengambilan data praktikum adalah sebagai
berikut :

START

A B
A B

Persiapan :

1. Pengatur laju aliran dibuka


2. Saklar diputar ke ON

Bukaan inlet fan/blower diatur menjadi half open, lalu panjang pitot static
tube yang di luar venturimeter (L0) 60 mm diukur

Head total (ht), Head statis (hs), Head velocity (hv), dan perbedaan
tekanan pada manometer diukur

Tekanan hulu (h1), tekanan hilir (h2), dan perbedaan tekanan pada
manometer diukur

Bukaan instalasi diatur menjadi fully open, lalu parameter yang telah
ditetapkan diukur

Jarum pitot tube ditarik sepanjang 18 mm

Data dicatat pada lembar data

n=n+1
n = 12

Data hasil percobaan

END
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan


(Terlampir)
4.2 Flowchart Perhitungan

Start

DATA: ht, hs,


hv, h1, ∆h, h2

Ls = Lp – Lo

Pv = K1 . hv

Pv > 0

2𝑃𝑣
Vd = ට 𝜌

2𝑃𝑣
VD = ට 𝜌

A
B
A
B

𝜋
Qd = 4 d2 Vd

𝜋
QD = 4 d2 Vd

∆𝑃 = K2 ∆ℎ

∆𝑃
>0

2∆𝑃
Vm = √ 𝑑 4
𝜌 {1−( ) }
𝐷

𝜋
Qm = Cv . Cc . 4 d2 Vm

d Vm
Red =
𝑣

Q𝐷 D
ReD = 𝐷2
(𝜋 )𝑣
4

A
A

Hasil perhitungan :
Ls, Pv, Vd, VD, Qd, QD, ΔP,
Vm, Qm, Re-d, Re-D, EGL,
HGL

END

4.3 Contoh Perhitungan


Adapun contoh perhtitungan berdasarkan data nomor 7 half developed
pada lembar data Bernoulli Theorem Apparatus adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Half Developed
Lo = 168 mm
Lp = 382 mm
hv = 31 mmH2O
ht = 9 mmH2O
hs = -22 mmH2O
h1 = 7 mmH2O
h2 = -22 mmH2O
∆h =28 mmH2O
ρ =1,181 kg/m3
4.3.1 Contoh Perhitungan Berdasarkan Hasil Pengukuran Pitot Tube
A. Lokasi Pitot Tube (Ls, mm)
Ls = Lp − Lo
Ls = 382 − 168
Ls = 214 mm
B. Tekanan Dinamis Pitot Tube (Pv, N/m2)
Pv = K1 . hv
Pv = 10 x 31
Pv = 310 N⁄m2
C. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vd, m/s)
2Pv
Vd = ට ρ

2 x 310
Vd = ට 1,181

Vd = 22,91242 m/s
D. Kecepatan Udara pada Inlet Venturi (VD, m/s)
2Pv
VD = ට
ρ

2 x 310
VD = ට 1,181

VD = 22,91242 m/s
E. Laju Aliran pada Vd (Qd, m3/s)
π
Qd = 4 d2 Vd
π
Qd = 4 (0,03)2 (22,91242)

Qd = 0,016188 m3 ⁄s
F. Laju Aliran pada VD (QD, m3/s)
π
QD = 4 d2 VD
π
QD = 4 (0,05)2 (22,91242)

QD = 0,044966 m3 ⁄s
4.3.2 Contoh Perhitungan Berdasarkan pada Hasil Pengukuran Venturi
A. Percobaan Tekanan Hulu (h1) dan Tekanan Hilir Sepanjang
Venturi (∆P, N/m)
∆P = K 2 . ∆h
∆P = ρg∆h
∆P = 10 N⁄m2 ⁄mmH2 O . 28mmH2 O
∆P = 280 N⁄m2
B. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vm,m/s)

2∆P
Vm = √ d 4
ρ {1−( ) }
D

2x280
Vm = √ 0,03 4
1,181 {1−( ) }
0,05

Vm = 29,589 m/s
C. Laju Aliran pada Vm (Qm, m3/s)
π
Qm = Cv . Cc . 4 d2 Vm
π
Qm = (1,07) x (0,987) x x (0,03)2 x 29,589
4

Qm = 0,0221 m3 ⁄s
D. Bilangan Reynold pada Leher Venturimeter (Red)
d Vm
Red = v
(0,03) x (29,589)
Red = 0,00001564

Red = 56757,25
E. Bilangan Reynold pada Inlet Ventrui (ReD)
QD D
ReD = D2
(π )v
4

0,05595 x 0,05
ReD = 0,052
(π ) 0,00001564
4

ReD = 91147,32413
F. EGL
EGL = Total Head = ht = 12 mm
G. HGL
HGL = Static Head = hs = −36 mm
4.4 Analisa Grafik
Berikut ini merupakan analisa dari grafik yang didapat dari praktikum
ini :
4.4.1 Grafik ht, hs, hv Fungsi Ls untuk Bukaan Fully Open

Grafik ht, hs, hv Fungsi Ls untuk Bukaan Fully


Open
60
50
40
30
20 ht
10
hv
0
-10 322 304 286 268 250 232 214 196 178 160 142 124 hs
-20
-30
-40
-50

Gambar 4.1 Grafik ht, hs, dan hv terhadap Fungsi Ls pada Keadaan
Fully Open
Grafik ht, hs, dan hv terhadap fungsi Ls pada keadaan fully open
didapat dengan mengalikan data hs, dan hv yang didapat dengan -1.
Berdasarkan Gambar 4.1 didapatkan grafik ht, hs, dan hv terhadap fungsi
Ls pada keadaan fully open. Grafik ht mengalami trendline yang konstan
dengan range 12 hingga 13 mmH2O. Grafik hs memiliki bentuk kurva
yang melengkung turun dan naik dengan trendline yang menurun
dengan titik minimum berada pada Ls = 214 mm yaitu hs = -36
mmH2O. Grafik hv memiliki bentuk kurva yang melengkung naik dan
turun dengan trendline yang meningkat dengan titik maksimum berada
pada Ls = 214 mm yaitu hv = 48 mmH2O.
Berdasarkan perhitungan, hubungan antara energi akibat statis,
energi akibat tekanan dinamis, dan energi total sesuai dengan rumus
P
ht = hs + hv. Perumusan energi akibat tekanan total yaitu h𝑡 = ρg +
V² P
+ z. Perumusan energi akibat tekanan statis yaitu h𝑠 = ρg + z.
2g


Perumusan energi tekanan dinamis h𝑣 = 2g. Energy Grade Line (EGL)

merupakan nilai ht, sedangkan Hidraullic Grade Line (HGL)


merupakan nilai hs. Berdasarkan teori, grafik hs yang didasarkan pada
nilai dari pitot tube seharusnya melengkung turun dan naik dengan titik
paling minimum di Ls ke-6 atau 7. Sedangkan grafik hv seharusnya
melengkung naik dan turun dengan titik paling maksimum di Ls ke-6
atau 7. Hal ini disebabkan pada Ls ke 6 atau 7, posisi pada pitot tube
berada bagian leher venturi di mana tekanan berada pada nilai
terendahnya yang mengakibatkan nilai minimum hs dan kecepatan
berada pada nilai terbesarnya yang menyebabkan nilai maksimal hv,
dan grafik ht seharusnya konstan.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan terhadap grafik,
maka data yang didapat pada praktikum ini bisa dikatakan sesuai
dengan teori. Hal ini karena nilai maksimum hv dan nilai minimum hs
terletak pada Ls ke-7. Ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
nilai maksimum dan minimum dari hv dan hs terletak pada Ls ke-6 atau
ke-7.
4.4.2 Grafik ht, hs, hv Fungsi Ls untuk Bukaan Half Open

Grafik ht, hv, hs Fungsi Ls Untuk Bukaan Half


Open
40

30

20
ht
10
hs
0
322 304 286 268 250 232 214 196 178 160 142 124 hv
-10

-20

-30

Gambar 4.2 Grafik ht, hs, hv terhadap Fungsi Ls pada Keadaan Half
Open
Berdasarkan Gambar 4.2, didapatkan grafik ht, hs, dan hv
terhadap fungsi Ls pada kadaan half open. Grafik ht mengalami
trendline yang konstan dengan range 9 mmH2O. Grafik hs memiliki
bentuk kurva yang melengkung naik dan turun dengan trendline yang
menurun dengan titik minimum berada pada Ls = 214 mm yaitu hs = -
36 mmH2O. Grafik hv memiliki bentuk kurva yang melengkung turun
dan naik dengan trendline yang meningkat dengan titik maksimum
berada pada Ls = 214 mm yaitu hv = 48 mmH2O.
Berdasarkan perhitungan, hubungan antara energi akibat statis,
energi akibat tekanan dinamis, dan energi total sesuai dengan rumus
P
ht = hs + hv . Perumusan energi akibat tekanan total yaitu h𝑡 = ρg +
V² P
+ z. Perumusan energi akibat tekanan statis yaitu h𝑠 = ρg + z.
2g


Perumusan energi tekanan dinamis h𝑣 = 2g. Energy Grade Line (EGL)

merupakan nilai ht, sedangkan Hidraullic Grade Line (HGL)


merupakan nilai hs. Nilai pada pitot tube berdasarkan teori, grafik hs
seharusnya melengkung turun dan naik dengan titik paling minimum di
Ls ke-6 atau 7, grafik hv seharusnya melengkung naik dan turun dengan
titik paling maksimum di Ls ke-6 atau 7, hal ini disebabkan pada Ls ke
6 atau 7, posisi pada pitot tube berada bagian leher taung venturi
sehinggan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan yang juga
mengakibatkan turunnya hs dan naiknya kecepatan yang menyebabkan
naiknya hv, dan grafik ht seharusnya konstan.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan terhadap grafik,
maka data yang didapat pada praktikum bisa dikatakan sesuai dengan
teori. Hal ini bisa dilihat dengan nilai total head yang konstan, nilai
velocity head meningkat dengan memiliki titik maksimum, dan nilai
pressure head menurun dengan memiliki titik minimum.
4.4.3 Grafik h1, h2, ∆h Fungsi Ls untuk Bukaan Fully Open
Grafik h1, ∆h, h2 terhadap fungsi Ls pada keadaan fully open
didapat dengan mengalikan data h1 dan ∆h yang terbaca pada
manometer dengan -1. Pada gambar 4.3 terlihat bahwa ketiga trendline
berbentuk linear konstan. Grafik h1 memiliki nilai konstan sebesar
10mmH20, sedangkan dari grafik h2 nilai trendlinenya berada pada nilai
minimum sebesar -37 mmH20 dan nilai maksimum mencapai -36
mmH20. Pada grafik ∆h kita dapati nilai trendline pada Ls yang bernilai
minimum 45 mmH20 dan bernilai maksimum 46 mmH20.

Grafik h1, h2, Δh Fungsi Ls untuk Bukaan Fully


Open
60
50
40
30
20 h1
10
delta h
0
-10 322 304 286 268 250 232 214 196 178 160 142 124 h2
-20
-30
-40
-50

Gambar 4.3 Grafik h1, ∆h, h2 terhadap Fungsi Ls pada Keadaan Fully
Open
Pada venturi terdapat h1 dan h2, dimana h1 adalah tekanan hulu
dan h2 adalah hilir.sedangkan perbedaan tekanan (Δh) adalah h1 – h2.
Dari hasil ini didapatkan bahwa tekanan di dalam venturi dipengaruhi
oleh kecepatan aliran fluida. Hal ini dapat dibuktikan dari persamaan
𝑉12 −𝑉22
Bernoulli dimana Δp = ρ ( ), dimana Δp berbanding lurus
2

dengan ρ dan v. Grafik aktual di atas berbeda dengan grafik secara teori.
Secara teori grafik seharusnya tetap lurus sempurna, namun pada
keadaan aktual grafik mengalami fluktuasi. Saat memasuki leher terjadi
pengecilan penampang yang mengakibatkan kecepatan aliran
meningkat namun tekanan semakin mengecil. penambahan kecepatan
ini akan menurunkan nilai h2. Semakin besar luas penampang, semakin
besar pula tekanan akibat kecepatan aliran yang rendah. Pada saat aliran
berada pada inlet venturi, kecepatan aliran rendah namun tekanannya
besar. Kemudian saat aliran melalui bagian leher venturi yang
mengalami pengecilan penampang kecepatannya meningkat dan
tekanannnya turun. Hal tersebut menyebabkan nilai h1 lebih besar dari
h2.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan terhadap grafik,
maka data didapat pada praktikum bisa dikatakan sesuai dengan teori.
Hal ini bisa dilihat dengan nilai h1 yang lebih besar dari nilai h2.
4.4.4 Grafik h1, h2, ∆h Fungsi Ls untuk Bukaan Half Open

Grafik h1, h2, Δh Fungsi Ls untuk Bukaan Half


Open
40

30

20
h1
10
h2
0
delta h
322 304 286 268 250 232 214 196 178 160 142 124
-10

-20

-30

Gambar 4.4 Grafik h1, ∆h, h2 terhadap Fungsi Ls pada Keadaan Half
Open
Pada gambar 4.4 diatas didapatkan grafik fungsi h1, h2, dan ∆h.
Dimana ketiga komponen ini didapatkan saat keadaan half open. Dari
grafik h2 dapat dilihat nilai trendline yang terjadi pada grafik cenderung
konstan, nilai trendline pada minimum berada pada nilai -22 mmH20
dan nilai maksimum berada pada nilai -21 mmH20. Dari grafik h1
didapati nilai trendline yang cenderung konstan, dengan nilai trendline
pada minimum berada pada nilai 6 mmH20 dan nilai maksimum berada
pada nilai 7 mmH20. Pada grafik ∆h didapati nilai trendline maksimum
pada bernilai 29 mmH20 dan minimum bernilai 26 mmH20.
Dari hasil ini didapatkan hubungan bahwa tekanan statis
ditambah tekanan dinamis adalah tekanan total sesuai dengan rumus
P V²
ht = hs + hv. Rumus tekanan total yaitu ht = ρg + 2g + z, dimana

ht berbanding lurus dengan p, v dan z sedangkan g dan ρ berbanding


P
terbalik dengan ht. Rumus tekanan statis yaitu hs = ρg + z, dimana hs
berbanding lurus dengan p, dan z sedangkan g dan ρ berbanding terbalik

dengan hs. Rumus tekanan dinamis hv = 2g dimana hv berbanding

lurus dengan v dan berbanding terbalik dengan g. Saat memasuki leher


terjadi pengecilan penampang. hv mengalami kenaikan ketika
kecepatan aliran bertambah besar. Hal ini disebabkan karena pengecilan
penampang pada leher, akan tetapi hs mengalami hal sebaliknya, karena
saat kecepatan bertambah besar maka tekanan akan semakin berkurang.
Pada inlet mempunyai tekanan yang besar dengan penampang yang
besar, namun kecepatan aliran fluida rendah. Saat penampang leher
mengalami pengecilan, maka terjadi penurunan tekanan yang diikuti
dengan bertambahnya kecepatan.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan terhadap grafik,
maka data yang didapat pada praktikum bisa dikatakan tidak sesuai
dengan teori. Dimana secara teori Δh, h1 dan h2 bernilai konstan
terhadap Ls. Perbedaaan dengan teori terdapat pada trendline grafik h1
yang mana secara teori trendline grafik seharusnya tetap lurus
sempurna dan bernilai konstan terhadap Ls. Namun pada keadaan
aktual grafik memiliki nilai yang fluktuatif dengan nilai yang kecil.
Terjadinya perbedaan antara data hasil pengukuran dalam praktikum
dengan teori yang berlaku adalah sebab kesalahan berupa kesalahan
pengambilan data. Dimana hasil pengukuran dibaca pada saat keadaan
yang belum stabil sehingga data h1, h2 dan Δh yang diukur tidak akurat.
4.4.5 Grafik EGL dan HGL Fungsi Ls untuk Bukaan Fully Open
Berdasarkan gambar 4.5 didapatkan nilai EGL dan HGL pada
keadaan fully open, dimana nilai HGL sama dengan hs dan EGL sama
dengan ht. Pada grafik EGL didapati grafik yang naik turunnya relatif
kecil dimana nilai trendline pada grafik ini memiliki nilai minimum
sebesar12 mmH20 dan nilai maksimum sebesar 13 mmH20. Pada grafik
HGL terdapat nilai trendline yang naik kemudian turun dan terdapat
titik minimum dengan nilai -36 mmH20.
Grafik EGL dan HGL Terhadap Fungsi Ls
untuk Bukaan Fully Open
20
10
0
Axis Title
0 100 200 300 400
-10 EGL Terhadap Ls

-20 HGL Terhadap Ls

-30
-40
Axis Title

Gambar 4.5 Grafik EGL dan HGL terhadap Fungsi Ls pada Aliran
Fully Open
𝑃
Secara perumusan persamaan HGL yaitu HGL = 𝜌𝑔 + z. Nilai

HGL berbanding lurus dengan tekanan(p), dan berbanding terbalik


dengan massa jenis fluida (𝜌) dan gaya gravitasi (g). Sedangkan EGL,
𝑃 𝑉2
secara perumusan persamaanyaitu EGL = + + z. Nilai EGL
𝜌𝑔 2𝑔

berbanding lurus dengan nilai tekanan (P), berbanding terbalik dengan


gaya gravitasi (g) dan massa jenis (𝜌) dan berbanding lurus dengan
kecepatan aliran fluida kuadrat (V2). Ketika memasuki leher venturi,
luas penampangnya besar sehinggi tekanan yang dimiliki besar. Ketika
mengalami pengecilan penampang, tekanannya akan menurun akibat
bertambahnya kecepatan aliran fluida. Oleh karena itu, HGL
mengalami penurunan saat memasuki leher venturi dan meningkat
kembali saat keluar venturi. HGL dipengaruhi oleh fungsi tekanan dan
sebanding, apabila tekanan bertambah, maka HGL juga bertambah.
HGL mengalami penurunan drastis ketika kecepatan meningkat,
sehingga tekanan menurun.Untuk EGL cenderung konstan akibat
energi di sepanjang aliran sama.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan terhadap grafik,
maka data yang didapat pada praktikum bisa dikatakan sesuai dengan
teori. Pada gambar tersebut grafik EGL selalu berada di atas grafik
HGL dan kedua grafik tidak berpotongan.
4.4.6 Grafik EGL dan HGL Fungsi Ls untuk Bukaan Half Open

Grafik EGL dan HGL terhadap Fungsi Ls


bukaan Half Open
15
10
5
Axis Title

0
-5 0 100 200 300 400 EGL Terhadap Ls
-10 HGL Terhadap Ls
-15
-20
-25
Axis Title

Gambar 4.6 Grafik EGL dan HGL terhadap Fungsi Ls pada Aliran
Half Open
Berdasarkan Gambar 4.6 didapatkan grafik EGL dan HGL
terhadap fungsi Ls pada aliran half open. Nilai EGL sama dengan nilai
ht dan nilai HGL sama dengan nilai hs. Grafik EGL mengalami trendline
yang konstan dengan nilai 9 mmH2O. Grafik HGL memiliki kurva yang
naik dan turun dengan trendline yang menurun dan nilai minimum
berada pada Ls = 214 mm yaitu HGL = -22 mmH2O.
P P
Berdasarkan teori, HGL = + z sedangkan EGL = +
ρg ρg

V2
+ z. Dari praktikum, nilai EGL disesuaikan dengan nilai ht dan
2g

nilai HGL disesuaikan dengan nilai hs. Ketika sebelum memasuki leher
venturi, luas penampang besar, kecepatan fluida masih rendah, dan
fluida memiliki tekanan tinggi. Ketika mengalami pengecilan
penampang, kecepatan fluida meningkat , maka tekanan menurun
sehingga nilai HGL mengalami penurunan ketika memasuki leher
venturi dan meningkat kembali ketika keluar leher venturi karena
kecepatan fluida menurun dan tekanan fluida meingkat. Sedangkan
nilai EGL dipengaruhi tekanan, kecepatan, dan ketinggian. Namun,
pada percobaan ini tidak ada perbedaan ketinggian sepanjang aliran
fluida sehingga ketinggian dianggap tidak mempengaruhi nilai EGL.
Ketika fluida melewati inlet, fluida memiliki kecepatan yang rendah
namun memiliki tekanan yang tinggi. Namun ketika memasuki leher
venturi, fluida mengalami kenaikan kecepatan akibat pengecilan luas
penampang dan mengalami penurunan tekanan. Berdasarkan hukum
bernoulli, besarnya total nilai kecepatan dan tekanan pada kedua titik
sama, sehinggia nilai EGL selalu konstan.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan terhadap grafik
maka data yang didapat pada praktikum bisa dikatakan sesuai dengan
teori. Hal ini bisa dilihat dari nilai EGL yang konstan dan grafiknya
berada di atas nilai HGL.
4.4.7 Grafik EGL dan HGL Fungsi Ls untuk Bukaan Half dan Fully
Open

Grafik EGL HGL Fully Open vs EGL HGL Half Open


20
13 12 13 12 12 12 12 12 12 12 12 12
10
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
10 6 6 6
4
1
-2 -1
0 -3
-5 EGL fully
1 2 3 4 -7
5 6 7 8 9 -7
10 11 12
Axis Title

-11 HGL fully


-10 -13 -14
-18 EGL half
-20
-22 HGL half
-20
-29
-30 -33
-36

-40 Axis Title

Gambar 4.7 Grafik EGL dan HGL terhadap Fungsi Ls pada Aliran
Fully dan Half Open
Berdasarkan Gambar 4.7 didapatkan grafik EGL dan HGL
terhadap fungsi Ls pada aliran fully dan half open. Besar EGL sama
dengan besar ht dan besar HGL sama dengan besar hs. Pada fully open,
grafik EGL mengalami trendline yang konstan pada 12-13 mmH2O dan
grafik HGL memiliki kurva yang turun dan naik dengan trendline yang
menurun dan nilai minimum berada pada Ls = 214 mm yaitu dengan
nilai HGL = -36 mmH2O. Pada half open, grafik EGL mengalami
trendline yang konstan pada 9 mmH2O dan grafik HGL memiliki kurva
yang turun dan naik dengan trendline yang meurun dan nilai minimum
berada pada Ls = 214 mm yaitu dengan nilai HGL = -22 mmH2O.
Berdasarkan teori, nilai HGL pada aliran fully open seharusnya
lebih besar dari nilai HGL pada aliran half open, hal ini disebabkan
karena adanya debit aliran yang lebih besar sehingga massa fluida yang
masuk juga lebih besar yang mengakibatkan tekanan yang masuk lebih
besar yang berdampak pada head statis (hs) yang dimiliki pada aliran
fully open lebih besar daripada aliran half open. Dengan kondisi hv
yang konstan dikarenakan besar luas penampang keluar dan kecepatan
keluar tidak berubah, mengakibatkan ht pada fully open juga memiliki
nilai yang lebih besar daripada half open. Yang mana akan berdampak
pada nilai EGL yang lebih besar pula. Yangmana telah kita ketahui nilai
ht = hs + hv.
Dari gambar grafik di atas dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan nilai dari EGL dan HGL fully open lebih besar daripada
EGL dan HGL half open. Namun pada titik ke-5 hingga titik ke-10
HGL bukaan half open memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding titik
HGL bukaan fully open. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
percobaan belum sesuai dengan teori yang ada.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari pembahasan praktikum “Bernoulli Theorem


Apparatus” ini antara lain :
1. Dari persamaan Bernoulli didapatkan bahwa kecepatan aliran fluida
berbanding terbalik dengan tekanannya. Dimana apabila kecepatan fluida
bertambah maka tekanannya akan berkurang, begitu juga sebaliknya.
2. Head merupakan konsep lain dari energi. Head dapat dibagi menjadi 3 yaitu
static head, dynamic head dan total head. Static head dipengaruhi oleh
ketinggian dan tekanan, dynamic head dipengaruhi oleh kecepatan sedangkan
total head dipengaruhi oleh static head dan dynamic head.
3. Setelah dilakukan praktikum mengenai alat ukur pitot tube, dapat kita ketahui
bahwa alat ukut tersebut dapat mengukur tekanan stagnasi dan tekanan statis
dimana tekanan stagnasi memiliki nilai lebih besar dari tekanan statis. Pada
pitot tube terdapat lubang didepan dan disamping nya. Lubang yang berada
didepan digunakan untuk mengukur tekanan stagnasi sedangkan lubang
disamping digunakan untuk mengukur tekanan statis.
Lampiran
• Fully Developed
• Half Developed

Anda mungkin juga menyukai