Anda di halaman 1dari 16

Diktat Dasar Refrigerasi

BAB 2 TINJAUAN SINGKAT DASAR TERMODINAMIKA DAN PERPINDAHAN PANAS.


2.1 Dasar Termodinamika. Termodinamika merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan tentang/ yang berurusan dengan kalor, kerja dan sifat substansi yang berkaitan dengan kerja atau kalor. Seperti halnya pengetahuan /ilmu-ilmu dasar, termodinamika berbasiskan pengalaman/eksperimental yang kemudian diformulasikan dalam beberapa hukum dasar, seperti yang kita ketahui antara lain hukum termodinamika pertama, kedua dan ketiga. 2.1.1 Sistem Termodinamika Terdapat dua jenis sistem termodinamika, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. yang digambarkan sebagai berikut. W Fluida kerja In Boundary layer Q Sistem Terbuka Fluida kerja Out

Sistem Tertutup Q

Pada sistem tertutup yang melintasi garis batas (boundary layer) hanyalah aliran kalor dan kerja saja, sedangkan pada sistem terbuka, fluida kerja juga melintasi batas dari sistem. Dalam analisis termodinamika pada sistem tertutup biasanya digunakan massa atur (control mass) dan pada siklur terbuka digunakan volume atur (control volume). Perubahan keadaan pada substansi kerja (fluida kerja), menunjukkan proses termodinamika. Proses termodinamika pada sistem tertutup disebut proses tanpa aliran (non-flow Processes), dan persamaan pokok yang berlaku adalah hukum termodinamika pertama. Untuk proses sistem terbuka, atau disebut proses dengan aliran (flow-processes), ketentuan pokok yang berlaku adalah persamaan energi aliran mantap (steady flow energy equation). Tingkat keadaan termodinamika suatu sistem pada suatu saat tertentu dinyatakan dengan sifat-sifat termodinamikanya, baik sifat intensif ataupun sifat eksensif. Sifat intensif dari suatu sistem tidak bergantung pada ukuran sistem, sebagai contoh adalah tekanan,
Windy Hermawan Mitrakusuma B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 11

Diktat Dasar Refrigerasi

temperatur. Sifat ekstensif tergantung dari ukuran sistem, contohnya adalah volume V, energi dalam U, entalpi H, entropi S, dan lain sebagainya. Sifat ekstensif dapat diubah menjadi seolah-olah bersifat intensif dengan cara membaginya dengan ukuran sistem tersebut (biasanya massa), sehingga dikenal dengan volume spesifik v, entalpi h, entropi s, energi dalam u, dan lain sebagainya. Kalor yang ditambahkan kedalam sistem dinyatakan dengan Q dan berharga positif, dan kerja yang dilakukan oleh sistem juga positif dinyatakan dengan W. Harga spesifiknya per satuan massa fluida kerja disebut dengan q dan w. 2.1.2 Hukum Termodinamika I. Dari pernyataan

dQ = dW , yang artinya bahwa energi hanya dirubah bentuk atau

lebih dikenal dengan hukum kekekalan energi. Karena substansi kerja/ fluida kerja juga mengalami perubahan energi dalam maka persamaan untuk sistem tertutup menjadi : Q = dU + W Yang mana setelah diintegrasi menghasilkan Q W = U1 U 2 Pada sistem tertutup juga berlaku : W = pdV dimana p adalah tekanan dan V adalah volume fluida kerja pada suatu waktu tertentu. Proses non aliran yang reversibel Berikut ini adalah proses-proses yang dianggap reversibel. a. Proses volume konstan Karena volume tidak mengalami perubahan, maka tidak terdapat kerja yang dilakukan oleh sistem. W = 0, dan kalor dipakai untuk perubahan energi dalam sistem. Q = U2-U1 b. Proses tekanan konstan Kerja yang dilakukan merupakan integrasi dari tekanan terhadap perubahan volume : W = pdV = p(V2 V1 ) sehingga : Q = U 2 U1 + p(V2 V1 ) = H 2 H1

c. Proses adiabatik
Windy Hermawan Mitrakusuma B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 12

Diktat Dasar Refrigerasi

Proses adiabatik adalah proses dimana pada sistem tidak terjadi pertukaran kalor (tidak ada kalor yang masuk maupun keluar). Q = 0 W = (U 2 U1 ) d. Proses temperatur konstan Pada proses temperatur konstan, kalor yang berpindah dinyatakan dengan : Q = Tds = T ( S 2 S1 ) W = T ( S 2 S1 ) (U 2 U1 ) Persamaan diatas berlaku untuk semua fluida kerja. Untuk substansi yang memenuhi persamaan gas ideal : pv = RT atau pV = mRT berlaku hubungan yang dinyatakan pada tabel 2-1. e. Proses politropik Semua proses politropik reversivel umumnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : PV n = Konstan , dengan n adalah indeks politropik. Dengan demikian kerja dapat dituliskan sebagai : W = pdV = Konstanta
1 1 2 2

dV Vn

W2 =

P2V2 PV1 mR(T2 Y1 ) 1 = 1 n 1 n

persamaan di atas berlaku untuk semua harga n kecuali n = 1 sedangkan harga untuk konstanta gas ideal R adalah 0,287 kJ/kg.K. Berikut adalah proses yang bergantung pada n : n 0 1 k isobarik isotermal isentropik isokhorik proses (tekanan konstan) (temperatur konstan) (entropi konstan) (volume konstan)

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 13

Diktat Dasar Refrigerasi

Tabel 2-1 Persamaan persamaan proses non aliran reversibel untuk fluida yang memenuhi persamaan gas ideal Proses Hukum dasar Kerja dilakukan w = pdv 0 atau R(T2 R1 ) p( v 2 v1 ) Kalor ditambahkan Q = (u2 u1 ) + W = Tds cv (T2 T1 ) c p (T2 T1 ) Perubahan entropi dq s2 s1 = T rev cv ln c p ln T2 T1 T2 T1

Volume konstan Tekanan konstan

P = Konstan T v = Konstan T pv = Konstan = C cp dimana = cv atau T2 p2 = T1 p1


1

Adiabatik

v = 2 v1

pv n = Konstan = C atau Politropik T2 p2 = T1 p1


n 1 n

v = 2 v1

1 n

R(T2 T1 ) 1 n v2 v1

R cv + (T2 T1 ) 1 n T ( s2 s1 )

cv ln

T2 v + R ln 2 T1 v1 atau
p2 v + R ln 2 p1 v1

c v ln

Isotermal Disalin dari [arora]

pv = konstan

RT .ln

R ln

p2 p1

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 14

Diktat Dasar Refrigerasi

2.1.3 Persamaan Energi Keadaan Mantap Proses dengan aliran dapat dibagi menjadi proses aliran mantap (steady flow)dan proses aliran tak-mantap (non-steady flow). Pada kebanyakan proses yang kontinyu, terdapat fase dimana proses adalah tak mantap, yaitu pada saat proses dimulai. Setelah beberapa waktu, sistem akan mencapai keadaan mantap. Persamaan energi dalam keadaan mantap merupakan ekspresi lain dari hukum kekekalan energi. Energi yang ditinjau adalah energi dalam u, energi kinetik C2/2 dan energi potensial gz (dimana z adalah ketinggian titik yang ditinjau dari garis acuan). Juga aliran energi berupa kalor Q , kerja W . Berikut ini adalah gambaran proses sistem terbuka :
W

m , v1, p1 u1, T1 C1 z1

Sistem Terbuka Q grs. acuan

m , v2, p2 u2, T2 C2

z2

Dalam keadaan mantap maka persamaan energi menjadi ;

[( Q W = m[( h h ) + ( C
2 1 1 2

2 Q W = m u2 + pv 2 + 1 C2 + gz 2 u1 + pv1 + 1 C12 + gz1 2 2

) (

)]

2 2

C12 + g( z 2 z1 )

dimana entalpi; h = u + pv

Proses-proses aliran mantap a. Pendidihan dan pengembunan (Boiling and Condensation) Dengan mengasumsikan bahwa pengaruh kecepatan kecil sehingga energi kinetik juga kecil, dan efek gesekan juga menjadi kecil, maka persamaan yang berlaku dapat didekati dengan : q = h2 h1 b. Proses Throttling
Windy Hermawan Mitrakusuma B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 15

Diktat Dasar Refrigerasi

Proses throttling merupakan proses irreversibel, digunakan untuk menurunkan tekanan fluida dengan memberikan tahanan aliran. Dengan menganggap bahwa tak ada kerja dari luar yang bekerja (adiabatik), kita dapatkan persamaan : h1 + C12 C2 = h2 + 2 2 2

Apabila A1 = A2, maka p2 < p1, V2 > V1. Dengan membuat A1 > A2 sehingga C1 sama dengan C2 atau energi kinetik dapat diabaikan, kita dapatkan untuk proses throttling h1 = h2. Proses throttling juga disebut sebagai proses ekspansi isentalpi. Pada umumnya gas, h bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga pada proses throttling, temperatur dapat berubah sesuai dengan penurunan tekanan. c. Proses Adiabatik Pada nozle dan difuser tidak terdapat perpindahan kalor dan kerja yang dilakukan, sehingga kita punya hubungan antara perubahan energi kinetik dan perubahan entalpi. 1 2 C2 C12 = h2 h1 2

Untuk turbin dan kompresor, karena tak terdapat perpindahan kalor, dan dengan mengabaikan perubahan energi kinetik maupun potensial, maka kita dapatkan kerja yang merupakan selisih entalpi : W = h2 h1 , tanda harus diperhatikan, apakah sistem melakukan kerja atau sistem dikenai kerja. Pada turbin dikenal istilah efisiensi turbin politropik (polytropic turbine efficiency) atau untuk kompresor disebut efisiensi kompesor politropik (polytropic compressor efficiency). Harga efisiensi timbul karena irreversibilitas sistem. Efisiensi turbin : T = h1 h2 h h2' dan efisiensi kompresor : C = 1 h1 h2' h1 h2

h2 adalah entalpi sistem apabila proses terjadi secara isentropi (adiabatik), ideal.

d. Proses isotermal

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 16

Diktat Dasar Refrigerasi

Dengan mengabaikan energi kinetik dan energi potensial, maka didapatkan persaamaan : q w = h2 h1 , dan untuk gas ideal pada temperatur konstan didapat kan q = w Contoh soal. 1. Suatu tangki berisi suatu fluida dikocok dengan suatu pengocok. Kerja yang diberikan pada pengocok adalah 5090 kJ. kalor dipindahkan dari tangki sebesar 1500 kJ. Dengan menganggap tangki dan fluida didalamnya sebagai suatu sistem, tentukan perubahan energi dalam dari sistem. (Van Wiylen & Sonntag) Jawab : Persamaan energi : 1 Q2 = U 2 U1 + m

(C

2 2

C12 2

) + mg( Z

Z1 )+1W2

karena tak ada perubahan energi kinetik maupun potensial, maka :


1

Q2 = U 2 U1 +1W2

U 2 U1 =1 Q2 1W2 U 2 U1 = 1500 ( 5090) U 2 U1 = 3590 kJ 2.2. Diagram Tekanan - Entalpi (p-h) Penggambaran sustu proses termodinamika dapat dilakukan pada diagram T-s atau p-h atau diagram-diagram lainnya. Dalam pembahasan siklus refrigerasi adalah hal biasa bila proses digambarkan dalam diagram p-h. Oleh karena itu, pemahaman terhadap diagram p-h menjadi suatu hal yang lumrah diperlukan, walaupun pemahaman yang sama juga tetap diperlukan untuk diagram-diagram lainnya. 2.3 Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor merupakan fenomena alam yang seringkali kita dapatkan pada kehidupan sehari-hari. Saat menanak nasi, mandi dengan air hangat, minum kopi, dan lain sebagainya. Sebelum lebih jauh membahas tentang perpindahan panas, akan dibahas terlebih dahulu tentang beberpa istilah : Fluks kalor (Heat flux), q : didefinisikan sebagai besarnya laju perpindahan kalor persatuan luas bidang normal terhadap arah perpindahan kalor.
Windy Hermawan Mitrakusuma B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 17

Diktat Dasar Refrigerasi

Konduktivitas termal, k : merupakan konstanta kesetaraan, yang merupakan karakteristik termal dari meterial/benda. Konduksi Jika pada suatu benda terdapat gradien temperatur, maka pada benda tersebut akan terjadi perpindahan energi dari bagian temperatur tinggi ke bagian dengan temperatur rendah. Besarnya fluks kalor yang berpindah berbanding lurus dengan gradien temperatur pada benda tersebut. Secara matematis dinyatakan sebagai : q T A x dengan memasukan konstanta kesetaraan yang disebut sebagai konduktivitas termal, didapatkan persamaan berikut yang disebut juga dengan hukum Fourier tentang konduksi kalor. q = kA T x

tanda minus (-) timbul untuk menunjukan arah perpindahan kalor terjadi dari bagian temperatur tinggi ke bagian dengan temperatur rendah. Konduksi pada dinding datar : Jika persamaan q = kA T diintegrasi : x akan didapatkan :

qx = kAT
q= kA (T2 T1 ) x

Apabila pada suatu sistem terdapat lebih dari satu macam bahan, misalnya dinding berlapis-lapis (seperti ditunjukkan pada gambar), maka aliran kalor dapat digambarkan sebagai berikut : q= ka A k A k A (T2 T1 ) = b (T3 T2 ) = c (T4 T3 ) x a x b x c

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 18

Diktat Dasar Refrigerasi

Profil temperatur
q a 1 2 b 3 c 4 q

Jika digambarkan dalam analogi listrik didapatkan :


Ra T1 Rb T2 Rc T3

x a ka A

x b kb A

x c kc A

T4

Persamaan Fourier dapat pula dituliskan sebagai berikut : Aliran kalor = beda potensial termal tahanan termal

persamaan tesebut mirip dengan hukum Ohm dalam jaringan listrik, sehingga untuk perpindahan kalor dapat pula didekati dengan analogi listrik, dimana aliran kalor akan sama dengan : q= Tmenyeluruh

th

Harga tahanan termal total Rth bergantung pada susunan dinding penyusunnya, apakah bersusun seri atau paralel atau gabungan. Konduksi pada silinder. Pada kasus perpindahan panas pada bentuk silinder dengan jarak r dari pusat silinder, tabung, atau pipa yang panjangnya L dan mempunyai jari-jari dalam ri dan jari-jari luar ro, seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 19

Diktat Dasar Refrigerasi

r ri ro dr

Pada jarak r akan berlaku : Qr = kA dT dr dQr dr dr

dan pada jarak (r+dr) berlaku : Qr + dr = Qr +

Dalam keadaan mantap laju aliran kalor pada jarak r dan (r+dr) akan sama, sehingga : dQr =0 dr atau d dT r =0 dr dr sehingga didapatkan solusi persamaan tersebut dengan cara mengintegrasi : T = C1 ln r + C 2 Dengan kondisi batas temperatur : (i) (ii) T = Ti pada r = ri T = To pada r = ro r T To ro = r Ti To ln i ro ln karena A = 2rL, untuk laju aliran kalor akan berlaku :
Windy Hermawan Mitrakusuma B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 20

Didapatkan

Diktat Dasar Refrigerasi

Q = 2kL

Ti To r ln o ri

dan besarnya tahan termal adalah : ro ri Rth = 2kL ln Dengan cara yang sama dan melibatkan konveksi pada permukaan bagian dalam dan luar silinder, maka untuk pipa dengan tiga (3) lapis bahan komposit (A, B, dan C) akan berlaku : r r r2 ln 4 ln 3 r3 r1 r2 1 1 Rth = + + + + hi Ai 2k A L 2k B L 2k C L ho Ao ln dimana : hi : Koefisien konveksi permukaan bagian dalam pipa, Ai : Luas permukaan perpindahan panas bagian dalam pipa ho : Koefisien konveksi permukaan bagian luar pipa, Ao : Luas permukaan perpindahan panas bagian luar pipa Konveksi Modus perpindahan kalor yang lainnya adalah proses perpindahan konveksi. Pada proses perpindahan kalor ini, media/benda yang menghantarkan kalor juga turut berpindah, seolah-olah kalor dibawa oleh media tersebut. Proses perpindahan kalor ini umumnya terjadi dari benda padat ke fluida (baik cair maupun gas), tidak terjadi di dalam benda padat. Sebagai gambaran, perhatikanlah suatu plat datar dengan temperatur Tw. Di atas plat datar tersebut mengalir fluida dengan kecepatan U yang merata dan bertemperatur T. Dengan adanya perbedaan temperatur, maka akan terdapat distribusi temperatur di sekitar pelat mulai dari Tw hingga T. Jika T adalah jarak dari dinding pelat ke suatu titik dimana temperatur fluida hampir sama dengan temperatur fluida T (atau didefinisikan sama dengan 0,99T), maka T disebut sebagai tebal laisan batas termal (thermal
Windy Hermawan Mitrakusuma B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 21

Diktat Dasar Refrigerasi

boundary layer). Selain tebal lapisan batas termal, dikenal pula istilah lain yaitu lapisan batas hidrodinamik H atau , yaitu jarak antara dinding pelat ke suatu titik diatasnya yang mempunyai kecepatan fluida hampir sama dengan kecepatan fluida U.
T w-T U T T
Y X

Tw

qw dT = k A dy

Hukum Newton tentang pendinginan menyatakan bahwa untuk konveksi : q = hA(Tw T ) dimana h adalah koefisien perpindahan kalor konveksi (convection heat transfer coefficient). Dengan mengitung besarnya harga h, maka dapatlah ditentukan besarnya laju perpindahan kalor konveksi. besarnya harga h bergantung pada sifat-sifat termal fluida (konduktivitas termal, kalor spesifik, densitas dll.) dan viskositas fluida. Sifat-sifat tadi mempengaruhi profil kecepatan dan karenanya mempengaruhi laju perpindahan energi pada daerah disekitar pelat. Apabila disekitar pelat fluida tidak bergerak (atau tanpa sumber penggerak) maka perpindahan kalor tetap dengan disertai pergerakan fluida akibat gradien densitas pada fluida disekitar pelat. Peristiwa ini disebut dengan konveksi alami (natural convection) atau konveksi bebas (free convection). Lawan dari peristiwa itu adalah konveksi paksa (forced convection) yang terjadi apabila fluida dengan sengaja dihembuskan (dengan suatu penggerak) diatas pelat. Lebih jauh tentang konveksi, pada persoalan yang ditinjau diatas, pada dinding kecepatan fluida adalah nol, dan perpindahan kalor ke fluida berlangsung secara konduksi, sehingga fluks kalor menjadi :

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 22

Diktat Dasar Refrigerasi

q dT = k A dy

dinding

dengan menggabung persamaan diatas dan hukum Newton tentang pendinginan didapatkan : k h= dT dy

(Tw T )

dinding

sehingga kita hanya perlu mendapatkan gradien distribusi temperatur pada diinding untuk menilai koefisien perpindahan kalor konveksi. Artinya kita harus mendapatkan persamaan tentang distribusi temperatur. Kondisi batas yang dipunyai untuk persamaan distribusi temperatur pada pelat diatas adalah : pada y=0 y = t y = t T = Tw, dT = 0, dy T = Tw.

Dengan demikian jika kita dapat memecahkan persamaan diatas, maka akan didapatkan laju perpindahan kalor konveksi pada pelat tersebut. Hasil perhitungan menghasilkan bahwa harga h dapat dinyatakan sebagai bilangan Nusselt, dimana bilangan tersebut diekspresikan dengan : Nu = f ( Re, Pr ) Nu, Re, dan Pr adalah bilangan-bilangan tanpa dimensi yang dinyatakan sebagai : Nu = Bilangan Nusselt, Re = Bilangan Reynolds, Pr = Bilangan Prandtl, Pr = Nu = Re = Cp k hL k U x

Berikut pada Tabel 2.2 (dicuplik dari Incropera & De Witt, Fundamental of Heat and Mass Transfer, hal 439, 508)adalah beberapa hasil perhitungan secara analitik maupun eksperimental yang menyatakan besarnya harga bilangan Nuselt pada beberapa kasus.

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 23

Diktat Dasar Refrigerasi

Radiasi Setiap benda akan meng-emisi-kan energi dalam bentuk radiasi, yang disebut sebagai daya emisi (emissive power) yang besarnya sebanding dengan pangkat empat dari temperatur absolutnya. Untuk suatu benda hitam ideal (black body), atau disebut juga ideal radiator besarnay daya emisi dinyatakan dengan persamaan Stefan-Boltzman sebagai : Eb = T 4 dimana adalah konstanta proporsional yang disebut sebagai konstanta Boltzman dan berharga 5,669 x 10-8 W/m2K4. Daya emisi suatu benda nyata dinyatakan dalam hubungan : E = Eb = T 4 dengan adalah emisivitas dari benda nyata yang besarnya : = E Eb

Radiasi termal yang diemisikan oleh dua benda dengan luas permukaan A1 dan A2 pada temperatur T1 dan T2 adalah : Q1 = 1 A1T14 dan Q2 = 2 A2T24 Pertukaran kalor antara kedua benda juga dipengaruhi oleh geometri dari kedua benda tersebut. sehingga pertukaran kalor dinyatakan sebagai : Q = A1 F12 T14 T24 = A2 F21 T24 T14

diman A1F12=A2F21 dan F12 dan F21 disebut sebagai faktor bentuk (geometric factor) yang bergantung pada 1, 2, geometri dan orientasi dari kedua benda. Bacaan Lebih lanjut : 1. CP Arora, Refrigeration and Air Conditioning, Tata Mc Graw Hill, bab 2. 2. RJ Dossat, Principles of Refrigeration, John Willey & Son, bab 2-3. 3. JP Holman, Perpindahan Kalor, terjemahan E. Jasjfi, Erlangga. 4. FP Incropera & DP De Witt, Fundamentals of Heat and Mass Transfer, John Willey & Son.

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 24

Diktat Dasar Refrigerasi

Latihan soal ; 1. Seratus lima puluh kilogram air dinaikan temperaturnya dari 15oC menjadi 85oC. Berapa jumlah energi (dalam joule) yang harus ditambahkan? (dossat 2-1) 2. Suatu gas mempunyai volume awal 4 m3 pada temperatur 630 K, kemudian didinginkan pada tekanan konstan hingga volumenya 1,7 m3. Tentukanlah temperatur akhir dalam kelvin. (dossat 3-1) 3. Dua kilogram udara dikompresikan pada temperatur konstan dari keadaan volume awal 2,6 m3 hinggavolume akhir 0,89 m3. Jika tekanan absolut udara pada saat awal adalah 2,1 bar, tentukanlah tekanan absolut khir dari proses kompresi. (dossat 3-3) 4. Dua meter kubik CO2 pada tekanan awal 8,5 bar diekspansikan secara isotermal hingga volumenya 4,5 m3 A. Tentukan kenaikan energi dalam. B. Berapa besarnya kerja yang dilakukan gas ? C. Berapa besar kalor yang dipindahkan ke gas ? (dossat 3-13) 5. Sepuluh kilogram udara pada 65oC dan 3,5 bar diekspansi secara politropik reversibel hingga 1,5 bar. Harga indeks ekspansinya adalah 1,25. Carilah temperatur akhir, kerja dilakukan, kalor dipindahkan dan perubahan entropi. Dengan menganggap proses terjadi secara adiabatik, hitunglah temperatur akhir dan kerja dilakukan. (arora 1-4) 6. Hitunglah koefisien perpindahan kalor menyeluruh antara air dan oli apabila air mengalir dalam pipa tembaga 1,8 cm ID dan 2,1 cm OD sementara oli mengalir dalam anulus antara pipa tembaga dan pipa baja. Koefisien perpindahan kalor konveksi pada air dan oli masing-masing 4600 dan 1250 W/m2K. Faktor pengotoran pada air dan oli dianggap masing-masing 0,0004 dan 0,001 m2K/W dan konduktivitas termal pipa tembaga adalah 330 W/mK. (arora 1-11) 7. Hitunglah/turunkanlah persamaan laju perpindahan kalor pada fin jika : A. fin tersebut terbatas sepanjang L B. fin tersebut tak terbatas.

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 25

Diktat Dasar Refrigerasi

Tabel 2.2 Ringkasan Persamaan untuk perpindahan panas, aliran fluida di luar pipa. Persamaan yang digunakan Tebal lapisan batas hidrodinamik 1 = 5 x Re 2 x Koefisien gesek Lokal :
C f , x = 0,664 Re x
1 2

Geometri dan kondisi batas Pelat Datar Laminar, Tf

Rata-rata :
C f , x = 2 C f , x = 0,664 Re x
_____
1 2

Pelat Datar

Laminar, Tf

Lokal : 1 Nu x = 0,332 Re 2 x Rata-rata :


______

Pelat Datar
1

Laminar, Tf, 0,6 < Pr < 50

Nu x = 2 Nu x = 0,664 Re 2 x
Pelat Datar Laminar, Tf

Tebal lapisan batas termal 1 t = Pr 3

Windy Hermawan Mitrakusuma

B2-Termodinamika dan Perpindahan Panas - 26

Anda mungkin juga menyukai