Anda di halaman 1dari 76

POMPA SENTRIFUGAL

Modul 2: Pembentukan Head &


Karakteristik Pompa
Prof. Dr. Ir. Dipl.-Ing. Bambang Teguh Prasetyo, DEA
PENDAHULUAN
POMPA SENTRIFUGAL
Pompa Sentrifugal
• adalah mesin
Rotodynamic yang
mengkonversi gerak
putar menjadi
tekanan
• Adalah mesin yang
mengkonversi energi
kinetik menjadi
energi tekanan

Video
Sifat-sifat fisika fluida
Pengaruh beberapa sifat fisika fluida pada pengoperasian pompa;
1. Density: berpengaruh pada daya yg dibutuhkan tapi tidak
berpengaruh pada head.
2. Compressibility: Hanya berpengaruh sedikit saat aliran
unsteady, disertai water hammer. Perlu dilengkapi air vessels.
3. Thermal expansibility: hanya pada cairan panas, tidak
berpengaruh secara serius pada pengoperasian pompa
4. Viscosity: Berpengaruh pada kehilangan energi aliran melalui
pompa dan mengurangi head, secara simultan meningkatkan
daya penggerak pompa.
5. Solubility of gas in liquids: Bahaya, khususnya pada suction
pipe, bisa menurunkan efisiensi pompa atau bahkan bisa
menghentikan aliran liquid di dlm suction pipe
6. Vaporization of liquids: Tekanan uap (p jenuh) cairan naik jika
temperatur naik. Perhatikan NPSH untuk menghindari kavitasi.
Konversi energi aliran fluida
Teori Bernoulli untuk aliran cairan ideal:
• Energi partikel aliran fluida pada sebuah medan gravitasi =
Ep + Etek + Ekin
• Head = Energi total per satuan massa (dlm satuan tinggi)
P v2
H = z+ + (m )
g 2 g
z : Tinggi Ep (potensial head) P : tinggi E (pressure head)
tek
2
v : Tinggi E (velocity head) g
kin
2g P1 v12 P2 v22
z1 + + = z2 + + Cairan ideal
g 2 g g 2 g
P1 v12 P2 v22
z1 + + = z2 + + + h f Cairan riil
g 2 g g 2 g
Tinggi referensi, z=0
Liquid di dalam wadah yang berputar
z • Gaya sentrifugal elemen massa : 
m  2
r
Persamaan kesetimbangan gaya
ϴ
P • Sumbu z (vertikal):
P+dP r
(P + dP )ds cos  − Pds cos  − m g = 0
Atau: dPds cos  = m g (1)
ω
• Sumbu radial: ( P + dP )ds sin  − Pds sin  − m 2 r = 0

z Atau: dPds sin  = m  2


r (2 )
 2r dz  2
r
ds ϴ • Pers (1)/(2): tg  = =
g dr g
dz = dz
ds sin  ϴ • Dari gambar: tg  =  2
r
dr  dz =  dr
dr = g
ds cos   2r 2
z= +C
2g Profil parabolik
Gaya Gerak Vortex di dlm
Impeller (tertutup)

g 2g
( )
P2 − P1  2 2 2  u22 − u12 
= r2 − r1 = 
2 g 
 
Sirkulasi Kecepatan Mengelilingi Sirkuit
Tertutup
• Sirkulasi kecepatan
Vs  = S (v x dx + v y dy + v z dz )
S B
ds • Dlm koordinat silinder
A P

V
 = S (vr dr + v rd + v z dz )
• Jika partikel liquid bergerak pada
z keliling suatu lingkaran dgn jari2 R,
dan kecepatan sudut konsran ω:
vr = 0 ; v z = 0 ; v = R
ϴR r
ω  = S v rd = S Rrd

 = R2R = 2R 2
Sirkulasi Kecepatan di dlm Impeller
• Sirkulasi kecepatan  = R2R = 2R 2
• Dari segitiga kecepatan, didapat: cu = R
• Internal circilation: 1 = 2r1cu1

• External circilation: 2 = 2r2cu 2

• Moment of circumferential velocities


 
r1cu1 = 1 r2cu 2 = 2
2 2
Q
M = Q(r2cu 2 − r1cu1 ) M= (2 − 1 )
2
Selama daya :

M = gQH th H th = (2 − 1 )
2g
Aliran Melalui impeller
Profil kecepatan yg sesungguhnya Fluida di dalam sebuah
Impeller
Aliran Melalui Impeller

Asumsi:
1. Dua dimensi: arah radial dan tangential
2. Laluan impeller selalu dipenuhi oleh aliran fluida (no
void spaces)
3. Garis arus mempunyai bentuk yang similar dengan
bentuk sudu2 (number of blades are infinite)
4. Fluida fasa tunggal dan incompressible
5. Profil kecepatan simetris.

◆ The head calculated based on these assumptions is


known as the theoretical head
Segitiga Kecepatan Aliran Melalui Impeller
Exit Velocity Triangle

Entrance Velocity Triangle

c : kecepatan absolud α : sudut yg dibentuk oleh c dan u


u : kecepatan keliling = rω β : sudut yg dibentuk oleh w dan perpanjangan u
w : kecepatan relatif cm : kecepatan meredian
cu : komponen c searah u Subscrip 1: sisi masuk, 2 ;sisi keluar
BAB 1
TEORI PEMBENTUKAN HEAD DI
IMPELLER POMPA
Teori Pembentukan Head di Impeller
• Putaran impeller oleh motor penggerak menghasilkan kenaikan
momentum sudut aliran yg melaluinya
• Pers Momen:
M = Q(r2cu 2 − r1cu1 ) (1)
Dimana:
cu1 = c1 cos 1 ;
cu 2 = c2 cos  2

• Daya yg diberikan ke liquid


oleh impeller (N):

N = M = Q(r2cu 2 − r1cu1 )
N = Q(u2cu 2 − u1cu1 ) N = Q(u2c2 cos  2 − u1c1 cos 1 ) (2)
Teori Pembentukan Head di Impeller
c u
Karena: 1 1 cos 1 =
1 2
2
c(
1 + u1
2
− w1
2
)
(
1 2 2
− c2u2 cos  2 = w2 − c2 − u22
2
)
 c22 − c12 u22 − u12 w12 − w22 
N = gQ + +  (3)

 2 g 2 g 2 g 

c22 − c12 : Kenaikan energi kinetis liquid


2g
u22 − u12 : energi yg dikeluarkan liquid untuk
2g meletakkan fluida ke dalam aliran keliling
w12 − w22 : perubahan kecepatan relatif, biasanya positif
2g karena w2<w1
Teori Pembentukan Head di Impeller
• Head Teoritis, Hth: tinggi energi yg dibangkitkan pompa, jika tdk
ada rugi2 akibat tahanan hidrolis atau gesekan mekanis selama
liquid mengalir melalui pompa.
• Sudah didapat (pers. 1): M = Q(r2cu 2 − r1cu1 )
• Daya yg diberikan ke liquid oleh ompeller: M = gQH th (4)
1
• Dari pers. 1 dan 4: H th = (u2cu 2 − u1cu1 ) (5)
g
1
H th = (u2c2 cos  2 − u1c1 cos 1 )
g
 c22 − c12 u22 − u12 w12 − w22 
H th =  + + 

(5a)
 2g 2g 2g 
• Karena jumlah sudu diasumsikan ∞, maka pers (5a) disebut: H th
 c22 − c12 u22 − u12 w12 − w22 
H th =  + + 
 (6)
 2 g 2 g 2 g 
Teori Pembentukan Head di Impeller
Pentingnya Segitiga Kecepatan Fluida

Known 3 operational parameters:


1. Angle, β: knowing pump blade geometry
2. Tangential velocity, u: knowing the rotational speed
2. Radial/meredian velocity, cm: knowing the flow rate.

→Therefore, the velocity triangle is completely determined.

→What we need now is to find the pressure increment


developed by one impeller as a function of those 3
operational parameters and the fourth one, namely the
fluid density
Potential Head dan Dynamic Head
2
w+dw P+dP dr ds
β β

r1 1 Luas=A
a c = r 2
r
Perhatikan elemen massa liquid:
• Percepatan sentripetal: ac = r
2
r2
• Percepatan linier : a
• Elemen massa : dm = Ads
Kesetimbangan gaya (+ untuk searah aliran):
(
• Gaya percepatan : K1 = Ads r2 sin  − a )
K1+K2=0
• Gaya tekanan : K 2 = PA − ( P + dP ) A = −dPA
Potential head dan dynamic head
( )
Ads r sin  − a = dPA
2 ( )
ds r2 sin  − a = dP

a=
dw dw ds dw
= = w 
ds r 2 dr dw 
− w  = dP
dt ds dt ds  ds ds 
sin  =
dr
ds
(
dP =  r2 dr − wdw )
2 2 2 2 
• Aliran dari (1) ke (2)  dP =   r  dr −  wdw 
1 1 1 
 2 r22 2 r1   w2
2 2
w12 
P2 − P1 =   − −
  − 
 2 2  2 2 

P2 − P1  u22 − u12   w22 − w12  “potential head” /


atau =  −
 
 = H P (7) “static head” /

g  2 g   2 g  “pressure head”
 c22 − c12 u22 − u12 w12 − w22 
H th =  + +  H th = H dyn + H P

 2g 2g 2g 
Metoda Sederhana Menentukan Hth∞ = HEULER = HE

A1-A2 : lintasan relatif fluida thd


(2) impeller
A1-A’2 : lintasan absolud
• Telah diperoleh pers (7) bahwa;
P2 − P1  u22 − u12   w22 − w12 
=  − 
(1)
g  2 g   2 g 
• Tinggi energi pada lintasan A1-A’2 :
P1 c12
Ref (1): H1 = z1 + +
g 2 g
2
P
Ref (2): H 2 = z 2 + 2 + 2c
g 2 g
HEULER=Hth∞=H2 – H1
Tinggi teoritis ideal (jumlah sudu ∞, tak ada gesekan)
Metoda Sederhana Menentukan Hth∞ = HEULER = HE
Exit Velocity Triangle P2 − P1 c22 − c12
H th = z2 − z1 + +
g 2g
• Dengan mengabaikan z dan
mensubstitusikan pers (7)
diperoleh:
 c22 − c12 u22 − u12 w12 − w22 
H th =  + + 

Entrance Velocity Triangle  2 g 2 g 2 g 
• Dengan rumus cosinus akan
diperoleh:
1
H th = (u2c2 cos  2 − u1c1 cos 1 )
g
Atau:
1
H th = (u2cu 2 − u1cu1 )
g
Hubungan Hth∞ , Hth dan H
• Hth∞: Head dgn anggapan jumlah sudu tak terhingga , tebal
sudu sangat tipis, dan tidak ada gesekan di dlm impeller
• Hth : Head dgn jumlah sudu terbatas (1) , ada ketebalan (2),
ada turbulensi aliran di dalam impeller (3), gesekan

(1)

(3)
(2)
Hubungan Hth∞ , Hth dan H
• Hriil = H: Head dgn jumlah sudu terbatas, (4)
ada ketebalan, ada turbulensi aliran di
dalam impeller, dgn memperhatikan
gesekan (4)
H th = H th (1 + C p )
Cp : Pfleiderer’s correction
r22
Cp = 
zM st
Mst: moment static pada garis arus sumbu
A1-A2
r2 : jari-jari luar impeller
z : jumlah sudu
Ψ: koefisien yg tergantung tipe impeller
Hubungan Hth∞ , Hth dan H

• Impeller dgn sudu single curvature, d2 /d1 >2 ;


Hubungan Hth∞ ,
 = (0 ,55 0 ,68H) + 0 ,6 sin  2
Hth−dan
( )
r2
1 2 2
M st =  rdr = r2 − r1
r1 2

Dengan adanya gesekan : H = H th

Atau : H th = kH th

dengan k=0,6 – 0,9


HEULER = HE = Hth∞ Untuk Sudu Pemasukan Radial

1
1
H th = (u2cu 2 − u1cu1 ) H th = (u2cu 2 )
g g
cu 2 = u2 − wu 2
cos 1 = 0 ; cu1 = 0

u2
H th = (u2 − wu 2 )
g
Memilih sudut sudu keluar β2

Pompa pemasukan radial :


 c22 − c12 u22 − u12 w12 − w22  1 = 90 o
H th =  + + 

 2 g 2 g 2 g  c1 = cm1 = cm 2 = c2
1
Atau : H
th = H dyn + H P H th = (u2c2 cos  2 )
g
Memilih sudut sudu keluar β2
(a). Sudu dgn β2<90o
Pilih β2 sedmikian rupa shg α2=90o
1
H th = (u2c2 cos  2 ) = 0
g
c22 − c12
H dyn = =0
2g
H P = 0 (sudu Netral)

Bila α2 = 90o, maka cos  2  0


H P  0 Tidak mungkin.
 2 = 90o Adalah batas max dimana terdapat β2
minimum
Supaya H P  0 Harus dipilih β2 > β2 min
Memilih sudut sudu keluar β2
(b). Sudu dgn β2 = 90o

u2cu 2 u22
H th = =
g g
c22 − c12 c22 − cm2 1 u22
H dyn = = =
2g 2g 2g
H th = H dyn + H P

1
H dyn = H P = H th
2
(sudu Rittinger)
Memilih sudut sudu keluar β2
(c). Sudu dgn  2  90o
Pilih β2 sedmikian rupa shg cu 2 = 2u2

c22 − c12 c22 − cm2 2 (2u2 )2


H dyn = = =
2g 2g 2g

2u22
H dyn =
g

H P = H th − H dyn
2u22 2u22
= − =0
g g
Memilih sudut sudu keluar β2
 c22 − c12 u22 − u12 w12 − w22 
H th =  + +  Atau : H th = H dyn + H P

 2 g 2 g 2 g 
Karakteristik Pompa (Teoritis)

Untuk pompa pemasukan radial

u2
H th = H E = (u2 − wu 2 )
g

Debit : Q = cm 2 A2 Q = wu 2 tg 2 A2

A2 =  d 2b2
Q=0

• HE max jika: wu 2 = 0 cu 2 = u2

2 = 0

 2 = 90o
• Q max jika: wu 2 = max c2 cos  2 = 0

HE = 0
BAB 2

KARAKTERISTIK POMPA
Karakteristik Pompa (Teoritis)

• Untuk pompa pemasukan radial


u22 u2 wu 2
HE = −
g g u22 u2Q
Q Q HE = − ctg 2
wu 2 = = ctg 2 g gA
A tg 2 A

HE  2  90o , H E = f (Q )

u22 u 2
 2 = 90o , H E = 2
g g
 2  90o , H E = f (Q )
Q
Karakteristik Pompa (Teoritis)

• Untuk pompa pemasukan radial, dengan rugi2

Theoretical head H th = H E


Limited number of blade H th
Head, H

Hydraulic losses
Friction losses
Leakage/
Recirculation losses
Actual Head, H

Flow rate, Q
Karakteristik Pompa (pengujian)
▪ Karakteristik pompa
(H=head, N=daya pompa,
η=efisiensi fungsi debit Q)
untuk bermacam-macam
harga putaran bisa
Arus: diperoleh dengan
Tegangan:
pengujian di
laboratorium.
▪ Gb di samping adalah
contoh experimental
setup.
▪ Prosedur eksperimental:
(1). Pilih putaran kerja
pompa (n1)
Karakteristik Pompa (pengujian)
(2). Variasikan debit Q dgn
mengatur bukaan katup,
mulai dari Qmax s/d 0.
Harga Q dibaca dari
flowmeter (venturi)
Arus:
Tegangan: (3). Untuk setiap Q, ukur:
o Head pompa,
H = (Pout – Pin) / g
o Daya motor,
N = T.ω
(4). Efisiensi, η = ρ.g.Q.H/N

(5). Lakukan untuk bermacam-macam harga putaran, n


Karakteristik Pompa (pengujian), contoh
Pump Head vs. Flow Rate
20

18
2
16 n = 1530 RPM
y = -130514x + 273.53x + 17.664
1 2
R = 0.999

14
Pump Head (m)

12
n = 1352 RPM
y = -109848x2 + 75.198x + 14.49
2R2 = 0.9972
10
y = -123314x2 + 197.32x + 10.708
n = 1165 RPM
3 R2 = 0.9945
8
2
y = -37652x - 285.26x + 8.3396
6
n = 992,8 RPM
4 R2 = 0.9714
900.2 RPM
4 992.8 RPM
2
n = 990,2 RPM
y = -54121x - 192.77x + 7.0513
5 R2 = 0.9559
1165 RPM

2 1352 RPM
1530 RPM

0
1.5E-03 2.5E-03 3.5E-03 4.5E-03 5.5E-03 6.5E-03 7.5E-03 8.5E-03
Flow Rate (m^3/s)
Karakteristik Pompa (pengujian), contoh
Pump Efficiency vs. Flow Rate
0.8
y = -9353.1x2 + 165.91x - 0.0087
n = 1530 RPM
1 R2 = 0.9985
0.7

0.6
2
n = 990,2 RPM
y = -19075x + 183.32x + 0.0023
5 2
R = 0.9955
Pump Efficiency

0.5
2
y = -9886.8x + 151.87x - 0.0003
n = 1352 RPM
2 R2 = 0.9989
0.4
y = -15032x2 + 166.37x - 0.0027
n = 1165 RPM
3 R2 = 0.9987
2
0.3 ny 4= -15468x
= 992,8
2 RPM
+ 165.33x + 0.0014
R = 0.9976 900.2 RPM
992.8 RPM
0.2 1165 RPM
1352 RPM
1530 RPM
0.1

0.0
0.0E+00 1.0E-03 2.0E-03 3.0E-03 4.0E-03 5.0E-03 6.0E-03 7.0E-03 8.0E-03
Flow Rate (m^3/s)
Karakteristik Pompa (pengujian), contoh
Pump Power to Fluid vs. Flow Rate
1000 2

ny1==-1E+07x
15302
+ 214130x - 15.3
RPM
R = 0.9978
900

800
y = -1E+07x2 + 168878x - 8.0432
n = 1352 RPM
2R2 = 0.9984
700
Pump Power (Watts)

600
y = -8E+06x2 + 126678x - 4.5836
n = 1165 RPM
3R2 = 0.9983
500

400
y = -5E+06x2 + 85850x - 0.3415
n = 992,8 RPM
4R2 = 0.999
300
900.2 RPM
200 992.8 RPM
y = -5E+06x2 + 73781x - 0.2309
n = 990,2 RPM
5 R2 = 0.999
1165 RPM
100 1352 RPM
1530 RPM
0
0.0E+00 1.0E-03 2.0E-03 3.0E-03 4.0E-03 5.0E-03 6.0E-03 7.0E-03 8.0E-03
Flow Rate (m^3/s)
Karakteristik Pompa
(hasil pengujian),
contoh
Koreksi
harga
viskositas

www.themegallery.com
BAB 3

TEORI PEMBENTUKAN HEAD DI


INSTALASI (HEAD SISTEM)
www.themegallery.com
Teori Pembentukan Head di Instalasi
• Pers Bernoulli (0) – (1)
P0 v02 P1 v12
(3) + +z= + + ( z + H s ) + h0−1
g 2 g g 2 g
P0 = Psr ; v0 = vsr H1
2
P1 = Ps ; v1 = vs H1 =
Psr vsr
+ + z − hs
h0−1 = hs g 2 g
Pd • Pers Bernoulli (2) – (3)
(2)
H2
(1) Ps

+ (z + H s + hq ) =
P2 v22
+
(0) g 2 g
z P3 v32
+ + ( z + hs + hd ) + h2−3
referensi
g 2 g
Teori Pembentukan Head di Instalasi
P3 = Pdr ; P2 = Pd
(3) v2 = vd ; v3 = vdr
h2−3 = hd
2
Pdr vdr
H2 = + + ( z + hs + hd ) + hd
g 2 g
Hp=H2 – H1
Pd
 Pdr vdr
2 
(2) HP =  + + ( z + hs + hd ) + hd  −
(1) Ps  g 2 g 
 Psr vsr
2 
 + + z − hs 
(0)  g 2 g 
z  Pdr − Psr vdr
2
− vsr
2 
HP =  + + H z + (hs + hd )
referensi  g 2g 
Teori Pembentukan Head di Instalasi
Dalam hal Suction Reservoir (sr) dan Discharge
(3) Reservoir (dr) adalah reservoir yg besar →
vsr = 0 ; vdr = 0
 Pdr − Psr 
HP =  + H z + htot 
 g 
Hz : tinggi statis total (static head)
Pd
(2) ∆Htot : tinggi rugi2 total (losses head)
Hp : tinggi manometrik pompa (manometric
(1) Ps
head)

(0)
z

referensi
Teori Pembentukan Head di Instalasi

(3) Dalam hal Suction Reservoir (Rs) dan Discharge


Reservoir (Rd) adalah reservoir yg besar terbuka →
Psr = Pdr = Patm H P = H z + htot 

• Hubungan Hth dan Hp: H th = H p + h pompa 


∆hpompa : rugi-rugi hidrolis di dalam pompa
Pd
(2) • Dapat ditulis: H P = H th h
(1) Ps

(0)
z
referensi
Teori Pembentukan Head di Instalasi

(3) • Daya motor teoritis: N th = gQth H th


Q Q Hp
Qth = N th = g
v v h
• Daya motor aktual:
N th QH p
Pd N= N = g
(2) m v h m

(1) Ps  h : efisiensi hidrolis


v : efisiensi volumetris
(0)  m : efisiensi mekanis
z
referensi
Tinggi Tekan (Discharge Head)
• Dari persamaan terdahulu telah diperoleh:
2
Pd Pdr vdr − vd2
= + + H d + hd
g g 2g
• Manometric discharge head:
Pd Patm
H md = −
g g
Pdr − Patm 2
vdr − vd2
= + H d + hd +
g 2g
Pd • Hmd diukur langsung dgn menempatkan
pressure gauge pada flens tekan pompa.
• Dalam hal Rd besar, terbuka, vdr=0
Ps vd2
H md = H d + hd −
Catatan: secara teoritis Hmd tdk ada batasan 2g
Tinggi isap (Suction Head)
• Dari persamaan terdahulu telah diperoleh:
Ps Psr vs2 − vsr
2
• Dalam hal Rs besar, vsr=0
= − − H s − hs
g g 2g
• Manometric suction head:
Pd
Ps Patm
H ms = −
g g
Ps
Psr − Patm vs2
= − H s − hs −
g 2g
Tinggi isap (Suction Head)
• Diagram Ancona Pada instalasi yg ada, Hms diukur dgn
“pressure gauge” atau “vacum gauge”
vs2 − vsr2
2g (a) Jika : Psr  Patm ; H ms  0
 hs
− vsr2 Psr − Patm vs2 − vsr
2
vs2
 H s +  hs +
Hs 2g g 2g
(0)  hs
H ms P = Patm
relatif
Hs H
ms
vs2 − vsr2 (b) Jika : Psr  Patm ; H ms  0
Psr Ps 2g
g g Psr  hs H ms
g Psr − Patm vs2 − vsr
2
Ps
 H s +  hs +
Patm
g
Psr
Hs g 2g
g g
Ps Ps − Patm
g  0 ; Ps  Patm
(0)
absolud
g
(a) (b) (c)
Tinggi isap (Suction Head)
• Diagram Ancona
Pada instalasi yg ada, Hms diukur dgn
vs2 − vsr2 “pressure gauge” atau “vacum gauge”
2g
 hs
(c) Jika : Psr = Patm ; H ms  0
vs2 − vsr2
Hs 2g
(0)  hs Ps − Patm
relatif H ms P = Patm H ms =
Hs H
ms
vs2 − vsr2 g
Psr 2g
Ps
 2 
vs2 − vsr
g g Psr  hs H ms = − H s +  hs + 0

g Ps
 2 g 
g Hs
Patm Psr
g g
Ps
(0)
g
absolud

(a) (b) (c)


Karakteristik Saluran berbagai instalasi
Karakteristik Pompa Paralel & Seri
Pengaturan Pompa
• Tidak selalu bisa mendapatkan pompa di toko yg sesuai dgn
kinerja yang dibutuhkan secara tepat
• Ada sejumlah metoda yg digunakan untuk mengatur kinerja
pompa agar memenuhi kinerja yg dibutuhkan,
• Metoda yang banyak digunakan adalah:

• Ada juga beberapa metoda lain seperti:


o control of pre swril rotation,
o adjustment of blades,
o timming the impeller and cavitation control.
Throttle Regulation
Principle sketch of a throttle regulation.

• Karakteristik sistem
diubah melalui
pengaturan throttle
• Kurva yg kiri
menunjukkan
throttling pompa nq
rendah dan kurva di
kanan menunjukkan
throttling pompa nq
tinggi.

• Titik operasi
dipindahkan dari a ke
b dalam kedua kasus
Bypass valve Regulation
Katup bypass mengarahkan sebagian
aliran kembali ke jalur hisap dan dengan
demikian mengurangi aliran ke dalam
sistem

• Karakteristik sistem
diubah melalui regulasi
bypass.
• Di sebelah kiri,
konsekuensi dari
pompa nq rendah
ditampilkan dan di
sebelah kanan,
konsekuensi dari
pompa nq tinggi
ditampilkan.
• Titik operasi
dipindahkan dari a ke b
dalam kedua kasus.
Speed Control

Parabola afinitas dalam grafik QH


Gangguan kondisi aliran pada operasi pompa

▪ Perubahan Karakteristik saluran


o Jika rugi2 saluran berubah
(penambahan valve, elbow, dll.....) →
titik kerja berpindah dari C ke C’
sehingga debit turun
▪ Perubahan Head Statis

o Kenaikan head statis karena


kenaikan tekanan/muka air di
reservoir tekan
o Titik kerja berubah dari C1 ke C2
Gangguan kondisi aliran pada operasi
pompa
▪ Perubahan karena pengaturan debit

o Pengaturan debit dengan


menggunakan throtle valve
bisa merubah titik kerja
pompa dari C1 ke C2, C3 dst...
Tinggi hisap (Suction Head)
• Untuk reservoir isap (sr) besar dan
terbuka, kasus (c):
Ps Ps Patm vs2
= − H s −  hs −
g g 2g

(0) v s2
• Ps/ρg harus relatif 2g
dijaga agar
selalu > dari Hs H ms
tinggi Patm
tekanan uap g  hs
jenuh liquid.
• Bila < bisa
Ps
terjadi
(0) g
“kavitasi”. absolud
BAB 4

NET POSITIVE SUCTION HEAD


(NPSH)
Net Positive Suction Head (NPSH)
• NPSH yg tersesdia (available NPSH) : tinggi
energi (tekanan + kinetis) yg dimiliki cairan
Ps pd sisi hisap pompa (ekivalen dgn tinggi
tekanan dinamis pada sisi hisap pompa)
dikurangi tekanan uap jenuh cairan pd sisi
hisap tersebut .
• tinggi energi (tekanan + kinetis) = tinggi
tekanan dinamis= Ps vs2
+
g 2 g
Ps vs2
NPSH av = + − hv
g 2 g
Ps Patm vs2
= − H s −  hs −
g g 2g
Patm
NPSH av = − H s −  hs − hv hv: tinggi tekanan uap jenuh
g
Net Positive Suction Head (NPSH)
• NPSHav sangat tergantung pD instalasi pompa, kondisi liquid
(temperatur) dan debit aliran.
• Penting diperhatikan dalam menentukan Hs
• NPSH yg diperlukan (required NPSH) :
• Pada pompa sentrifugal, tekanan terendah biasanya terletak
pada suatu lokasi (b dan c) tdk jauh setelah memasuki sudu
impeller.

• Rendahnya tekanan
disebabkan adanya : head
loss di suction nozzle,
percepatan aliran karena
penyempitan penampang
dan ketebalan sudu.
Net Positive Suction Head (NPSH)
• Penurunan tekanan tsb disebut required NPSH (NPSHreq )
• Harga NPSHreq diperoleh dari pabrik pompa.
• Untuk sebuah pompa tertentu, NPSHreq berubah sesuai
kapasitas dan putarannya
Net Positive Suction Head (NPSH)
• Supaya pompa bekerja tanpa kavitasi, NPSHav > NPSHreq

H (1) NPSHav
Hs (2) NPSHreq dari pengujian pabrik
hv pompa
(1) Σ∆hs
• Supaya tdk terjadi kavitasi,
(2’) (A) pompa harus bekerja pada
(2)
zona sebelah kiri (A)
Q • Catatan:

• Lengkungan (2) NPSH req akan bergeser ke kiri (2’) jika


kecepatan putaran pompa meningkat
• Pada pompa dgn karakteristik tertentu, Q tidak boleh
melebihi suatu harga tertentu
Net Positive Suction Head (NPSH)
• Kavitasi:
o suatu fenomena terjadinya gelembung uap di dalam aliran
liquid saat mana di daerah di dalam aliran tersebut tekanan
lokalnya < dari tekanan uap jenuhnya.
o Dan jika gelembung uap tersebut terbawa olah aliran ke
daerah yg tekanannya tinggi, gelembung tersebut akan
terkondensasi secara cepat.

• NPSHreq dapat dihitung dengan formula yg diperkenalkan oleh


H.B Taylor dan L.F. Moody dan dilanjutkan oleh D. Thoma dalam
thesisnya dan dikenal dgn Thoma’s cavitation factor (σ).
(*)
NPSH req H (*): head pompa pd titik efisiensi yg
= maksimum
H (*)
(*)
NPSH req : NPSH req pada titik yg sama
Net Positive Suction Head (NPSH)

• Kondisi batas maksimum:


(*)
NPSH req = NPSH av = H (*)
Patm
• Sudah diperoleh : NPSH av = − H s −  hs − hv
g
• Agar aman: H s = (0 ,85 − 0 ,90 )H s max

Patm
H s max = − H (*) −  hs − hv
g
Kavitasi
• Cavitation (cavus = vacous, empty, hollow) : artinya
pembentukan gelembung berisi uap di dalam lingkungan liquid
• Kavitasi pada mesin hidrolik:
o Jika tekanan liquid di beberapa tempat di dalam pompa
turun < dari tekanan uap jenuh pada temperatur cairan,
akan mulai terbentuk gelembung2 kecil.
o gelembung uap tersebut terbawa ke daerah yg tekanannya
tinggi, gelembung tersebut akan terkondensasi secara cepat
(t<0,003 dt) yg diikuti oleh pukulan liquid (water hammer)
yg menyebabkan pitting pada material.
• Bila kavitasi betul 2 terjadi, akan timbul getaran pada pompa,
diteruskan ke fondasi, disertai noise
Tempat2 yg terkena Kavitasi
o Pompa sentrifugal (radial flow):
• Kavitasi terjadi tdk hanya
pd sudu2 tapi juga di
bidang (a)=shrouds.
• Pd bagian (b) adalah
daerah tekanan rendah
akibat adanya percepatan
aliran
o Pompa aliran diagonal dan aksial:

• Daerah memasuki sudu2 impeller (a)


• Pada puncak sudu (b) dan pada bagian dalam
casing; dikenal dengan marginal cavitation
• Pada bagian pemasukan sudu penghantar (diffuser)
(c); biasanya disebabkan kesalahan/ketidak tepatan
bentuk sudu dgn grs arus.
Pengaruh Kavitasi
o Noise dan Vibrasi :
• Noise disebabkan oleh pecahnya (collapse) gelembung2 uap
saat memasuki daerah yg tekanannya lebih tinggi.
• Vibrasi pompa disebabkan oleh getaran dinding2 logam yang
dikenai pukulan cairan pada saat gelembung2 uap
terkondensasi dgn sangat cepat
o Penurunan karakteristik secara brutal:
• Break-off atau cut-off karakteristik
pompa terjadi dgn berbagai cara,
bentuk patahan tergantung pada
putaran spesifik pompa.
• Gambar samping adalah adalah
pada pompa sentrifugal, ns rendah
(nsf<90), break-off pada Q= 32,5l/dt.
Faktor Kavitasi
o Konstanta kavitasi, didasarkan pada hasil penelitian oleh H. B.
Taylor dan L. F. Moody (1922), kemudian di publikasikan oleh
D. Thomas pada thesisnya (1925) dikenal dgn konstanta
Thoma (σ).
o Dari penelitian diperoleh bahwa “dynamic depression” (∆h)
antara bagian sisi masuk sudu sampai daerah yg sering terjadi
kavitasi (dari 1 ke 2, lihat gambar), sebanding dengan total
head (H) pompa
h1−2 = H

(∆h1-2) disebut juga NPSHreq

2
1
Faktor Kavitasi

o Hubungan antara σ dan ns


Kavitasi
• Studi kasus:
Hitung tinggi isap gemetris dari pompa sentrifugal dengan nsq=33,
ηh=0,85, suhu air yg dipompa 30oC, head total H=40 m, tekanan
atmosfir 10,2 m. Abaikan rugi-rugi tekanan
• Penyelesaian:
o suhu air yg dipompa 30oC, tinggi tekanan uap jenuh = 0,43 m.
o dengan nsq=33, ηh=0,85, dari grafik diperoleh σ=0,13

NPSH req = H = 0 ,13 x 40 = 5,2m


o Kondisi max: NPSH req = NPSH av = H diabaikan
P
H = atm − H s max −  hs − hv
Patm g
H s max = − H − hv
g
= 10,2 − 5,2 − 0 ,43 = 4 ,57m H s = (0 ,9 − 0 ,85)H s max  3,9m
Kavitasi
• Cara-cara mencegah kavitasi:
o Anti cavitation pressure margin (NPSH):
• NPSHav >NPSHreq

o Constructional methods (diantaranya):


• Membuat bagian sisi isap sehalus mungkin dan mengikuti
garis arus.
• Mengurangi kerugian2 pada pipa isap seminimum
mungkin:
✓ Gunakan saluran pipa isap dgn penampang yg
sebanding dgn jumlah aliran shg kecepatan pada sisi
isap lebih rendah
✓ Pipa isap jangan terlalu panjang
✓ Hindarkan belokan yg tajam
Cara mengatasi Kavitasi
o Constructional methods (lanjutan):
• Jgn memasang belokan dekat pemasukan impeller
• Jgn gunakan jml sudu yg terlalu banyak untuk ns rendah atau
sebaliknya
• Gunakan material yg tahan kavitasi
• finishing permukaan sehalus mungkin,..
• dll
o Instalasi dan Operasi:
✓ Pompa di-instal dgn tinggi isap statis serendah mungkin
✓ Liquid yg dipompa cukup dingin
✓ Untuk liquid yg panas, gunakana reservoir isap dipasang
cukup tinggi
✓ Usahakan agar pompa jangan bekerja dibawah kondisi
normalnya

Anda mungkin juga menyukai