Anda di halaman 1dari 27

ABSTRAK

Praktikum Bernoulli Theorem Apparatus merupakan salah satu praktikum


yang digunakan untuk membuktikan Hukum Bernoulli. Hukum Bernoulli ini sangat
bermanfaat dan penting untuk dipelajari karena banyaknya kolerasi yang dapat
dipakai di kehidupan sehari-hari, salah satunya yang terdapat pada penyemprot
parfum. Oleh karena itu, melalui percobaan ini dapat diketahui fenomena nyata
dari Hukum Bernoulli serta prinsip “head” dengan menggunakan pitot tube dan
prinsip kerja alat ukur fluida.
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pitot static tube,
wall pressure, gauge (ht -> valve pitot ; h1 -> valve venturi), gauge (hv -> valve
pitot ; ∆h -> valve venturi), gauge (hs -> valve pitot ; h2 -> valve venturi), valve
pitot hs, valve pitot ht, valve venturi h1, valve venturi h2, switch, fan/blower, tube,
dan venturi. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah pengendalian laju aliran dan
pengoperasian motor. Kemudian pengatur laju aliran dibuka dan saklar motor
diputar ke ON untuk menghidupkan motor.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asas Bernoulli pertama kali dikemukakan oleh Daniel Bernoulli (1700-1782).
Dalam kertas kerjanya, Bernoulli menunjukkan bahwa begitu kecepatan aliran
fluida meningkat maka tekanannya justru akan menurun.
Asas Bernoulli adalah tekanan fluida di tempat yang kecepatannya tinggi
lebih kecil daripada di tempat yang kecepatannya lebih rendah. Jadi semakin besar
kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya semakin kecil dan sebaliknya,
semakin kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya.
Pada aplikasinya, Hukum Bernoulli banyak diterapkan pada kehidupan
sehari-hari seperti pada penyemprot parfum. Sehingga, Hukum Bernoulli ini
sangat bermanfaat dan penting untuk dipelajari karena banyaknya kolerasi yang
dapat dipakai di kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada praktikum Bernoulli Theorem Apparatus
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana fenomena nyata dari Hukum Bernoulli.
2. Bagaimana prinsip “head” dengan menggunakan pitot tube.
3. Bagaimana prinsip kerja alat ukur fluida.

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari bagaimana fenomena nyata dari Hukum Bernoulli.
2. Untuk mempelajari bagaimana prinsip “head” dengan menggunakan pitot
tube.
3. Untuk mempelajari bagaimana prinsip kerja alat ukur fluida.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Incompressible flow
2. Steady flow
3. Flow along the streamline
4. Inviscid
5. FDF (Full Development Flow)
6. Suhu konstan
BAB II
DASAR TEORI

II.1 Penurunan Rumus Bernoulli


II.1.1 Berdasarkan Hukum Termodinamika I

=0(1) =0(1) =0(1) =0(2)


Q̇ − Ẇshaft − Ẇshear − Ẇother = ∫ CV eρd∀ + ∫ CS (e + pʋ)ρV̅ . dA̅
∂t

V2
dimana : e = u + + 𝑔𝑧
2

Dengan asumsi :
1. Ẇ shaft, Ẇ shear, Ẇ other= 0
2. Steady Flow
3. Incompressible Flow
4. Uniform flow and properties at each section.
5. {(u2 − u1) − dm ∂Q} = 0

maka persamaannya menjadi :

V2 V2
𝑄= ∫ (𝑢 + pʋ + + 𝑔𝑧) ρV ̅ + ∫ (u + pʋ +
̅. dA + gz) ρV̅ . dA̅
𝐶𝑆1 2 2
𝐶𝑆1

𝑉12 𝑉22
𝑄 = − ∫ (𝑢 + p1ʋ1 + + 𝑔𝑧1) ρV ̅ + ∫ (u + p2ʋ2 +
̅. dA + gz2) ρV̅ . dA̅
𝐴1 2 2
𝐴2

dari persamaan kontinuitas:


= 0 (2)


0 = ∫ ρd∀ + ∫ ρV̅ . dA̅
∂t
𝐶𝑉 𝐶𝑆

0 = ∫ ρV̅ . dA̅ + ∫ ρV̅ . dA̅


𝐶𝑆1 𝐶𝑆2

0 = − ∫ ρV̅ . dA̅ + ∫ ρV̅ . dA̅


𝐴1 𝐴2

dimana : ∫ A ρV̅ . dA̅ = |ρVA| = ṁ

maka : 0 = −ρ1V1A1 + ρ2V2A2


ṁ = ρ1V1A1 = ρ2V2A2

Selain itu, laju perpindahan panas dapat dituliskan sebagai berikut:


∂Q 𝑑𝑚 ∂Q 𝑑𝑚 ∂Q
Q̇ = = = ṁ
dt 𝑑𝑚 dm 𝑑𝑡 dm
maka persamaannya menjadi:

𝑣12 𝑣22 ∂Q
0 = ṁ [(p1ʋ1 + + gz1)] − ṁ [(p2ʋ2 + gz2)] + ṁ {(u2 − u1) − }
2 2 dm
Atau
𝑣12 𝑣22 ∂Q
p1ʋ1 + + 𝑔𝑧1 = p2ʋ2 + + 𝑔𝑧2 + ((u2 − u1) − )
2 2 dm

Dengan asumsi (3), yakni incompressible flow, berlaku hubungan :


1
ʋ1 = ʋ2 =
ρ
sehingga

p1 𝑣12 p2 𝑣22 ∂Q
+ + 𝑔𝑧1 = + + 𝑔𝑧2 + ((u2 − u1) − )
ρ1 2 ρ2 2 dm
Dimana :
 (u2 − u1) : Perubahan energi dalam akibat gesekan, kJ/kg
 -∂Q/dm : Perpindahan panas per satuan massa, kJ/kg
∂Q
 (u2 − u1) − = 0 : Losses energy dari section 1-2, kJ/kg
dm

Maka persamaan Bernoulli dari section 1-2 adalah sebagai berikut:

p1 𝑣12 p2 𝑣22
+ + 𝑔𝑧1 = + + 𝑔𝑧2
ρ1 2 ρ2 2

II.1.2 Berdasarkan Persamaan Euler


Persamaan Euler untuk aliran steady sepanjang sebuah streamline adalah:
1 ∂p ∂z V ∂V
− −𝑔 =
ρ ∂s ∂s ∂s
Apabila sebuah partikel fluida bergerak sepanjang ds, maka:
∂p
𝑑𝑠 = 𝑑𝑝 (perubahan tekanan sepanjang ds)
∂s
∂z
𝑑𝑠 = 𝑑𝑝 (perubahan ketinggian sepanjang ds)
∂s
∂V
𝑑𝑠 = 𝑑𝑝 (perubahan kecepatan sepanjang ds)
∂s

Sehingga setelah mengalikan persamaan Euler di atas dengan ds, didapat:


𝑑𝑝
− 𝑑𝑧 = 𝑉. 𝑑𝑉
ρ
Atau
𝑑𝑝
+ 𝑉. 𝑑𝑉 + 𝑔𝑑𝑧 = 0
ρ
Dengan integrasi didapat:
𝑑𝑝 𝑉 2
∫ + + 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (𝑠𝑒𝑝𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠)
ρ 2
Karena asumsi incompressible flow maka ρ = konstan sehingga ρ independen
terhadap p, pada akhirnya didapat persamaan Bernoulli sebagai berikut:
𝑝 𝑉2
+ + 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
ρ 2
II.2 Tekanan Statis, Dinamis, dan Stagnasi
Sebelumnya kita telah menurunkan persamaan Bernoulli hingga didapatkan bentuk
persamaan:
𝑝 𝑉2
+ + 𝑔𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
ρ 2
Dari persamaan tersebut ada variabel tekanan (p), tekanan tersebut merupakan
tekanan termodinamika atau disebut juga dengan tekanan statis. Tekanan statis
merupakan tekanan yang diukur dengan alat ukur tekanan yang memiliki kecepatan
yang sama dengan kecepatan aliran fluida. Tekanan ini semakin menurun sepanjang
aliran karena adanya gesekan, dan besarnya sama pada tiap titik di potongan
penampang aliran. Tekanan stagnasi merupakan tekanan yang diukur pada titik
stagnasi, dimana kecepatan aliran fluida diperlambat sampai berhenti tanpa proses
gesekan (frictionless). Pada aliran incompressible, persamaan Bernoulli dapat
digunakan untuk menghubungkan perubahan kecepatan dan tekanan sepanjang
sebuah streamline. Dengan mengabaikan ketinggian, maka persamaan Bernoulli
menjadi :
𝑝 𝑉2
+ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
ρ 2
Jika tekanan statis didefinisikan dengan p pada satu titik dalam jalur aliran dimana
kecepatannya adalah sebesar V, sedangkan tekanan stagnasi didefinisikan dengan
po, dimana pada keadaan stagnasi kecepatan adalah Vo= 0, maka:
Po 𝑉𝑜2 P 𝑉 2
+ = +
ρ 2 ρ 2
1
𝑃𝑜 = 𝑃 + 𝑃𝑉 2
2
1
𝑃𝑜 − 𝑃 = 𝑃𝑉 2
2
Bentuk ½ PV2 disebut juga dengan tekanan dinamis. Jadi tekanan dinamis dapat
dikatakan sebagai selisih antara tekanan stagnasi dengan tekanan statis. Melalui
persamaan tersebut, dapat dihitung kecepatan lokal aliran sebagai berikut:
𝑃𝑜 − 𝑃
𝑉 = √2
ρ

Gambar 1. Tekanan statis dan dinamis


II.3 EGL dan HGL

Gambar 2. Energy grade line dan Hydraulic grade line


Energy grade line menggambarkan total energi mekanik yang dimiliki oleh sistem.
Hydraulic grade line menggambarkan energi potensial yang dimiliki oleh sistem.
Selisih dari keduanya adalah velocity head.
II.4 Macam-macam Alat Ukur Tekanan dan Fungsinya
II.4.1 Wall Pressure Tap

Gambar 3. Wall Pressure Tap


Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan statis. Digunakan bersama dengan
dengan manometer atau dengan pressure gage. Sering disebut juga piezometer
terbuka. Wall Pressure Tap yang baik memiliki diameter lubang yang kecil berkisar
0.5 mm, memiliki tepi lubang yang tajam, dan letaknya tegak lurus dengan wall.
II.4.2 Static Pressure Probe

Gambar 4. Static Pressure Probe


Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan statis, penggunaannya bersama
dengan manometer. Ujung probe yang berbentuk elips digunakan untuk aliran
dengan bilangan Mach rendah, sedangkan ujung yang tajam digunakan untuk
bilangan Mach tinggi.
II.4.3 Total Head Tube (Stagnation Pressure Probe; Pitot Tube)

Gambar 5. Total Head Tube


Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan stagnasi. Digunakan bersama
manometer. Digunakan pada open channel flow. Static head yang terukur sama
dengan kedalaman.
II.4.4 Total Head Tube dengan Wall Pressure Tap

Gbr 6. Total Head Tube dengan Wall Pressure Tap


Digunakan untuk mengukur tekanan statis dan tekanan stagnasi pada suatu
titik. Digunakan bersama manometer
II.4.5 Pitot Static Tube

Gbr 7. Pitot Static Tube


Fungsinya sama dengan total head tube dengan wall pressure tap.
Digunakan bersama manometer.

II.4 Persamaan yang Digunakan dalam Perhitungan


II.4.1 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Pitot Tube :
A. Lokasi Pitot Tube (Ls, mm)
Ls = Lp – Lo
Dimana : Ls = Lokasi pitot tube pada tabung venturi atau duct (mm)
Lp = Panjang total pitot tube = 382 mm
Lo = Panjang bagian pitot tube yang diluar venturi (mm)
B. Tekanan Dinamis Pitot Tube (Pv,N/m2)
Pv = Kl . hv
Dimana : Pv = Tekanan dinamis pitot tube (N/m2)
Kl = 10 N/m2/mmH2O
Hv = Velocity head dari pitot tube (mm)
C. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vd, m/s)

2𝑃𝑣
𝑉𝑑 = √
ρ

Dimana : Vd = Kecepatan udara pada leher venturi (m/s)


ρ = Massa jenis udara pada T˚C (lihat tabel 1)
Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi (N/m2)
D. Kecepatan Udara pada Inlet Venturi (VD, m/s)

2𝑃𝑣
𝑉𝑑 = √
ρ

Dimana : VD = Kecepatan udara pada inlet venturi (m/s)


ρ = Massa jenis udara pada T˚C (lihat tabel 1)
Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi (N/m2)
E. Laju Aliran didasarkan pada Vd (Qd, m3/s)
π
𝑄𝑑 = 𝑑 2 𝑉𝑑
4
Dimana : Qd = Laju aliran didasarkan pada Vd (m3/s) (pada leher venturi)
d = Diameter leher venturi = 0,03 m
F. Laju Aliran didasarkan pada VD (QD, m3/s)
π
𝑄𝐷 = 𝑑 2 𝑉𝐷
4
Dimana : QD = Laju aliran didasarkan pada VD (m3/s) (pada inlet venturi)
D = Diameter inlet venturi = 0,05 m

II.4.2 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Venturi :


A. Perbedaan antara Tekanan Hulu (h1) dan Tekanan Hilir (h2) sepanjang
Venturi (ΔP, N/m2)
∆P = K2∆h
Dimana : ∆P = Perbedaan antara tekanan hulu (h1) dan tekanan hilir (h2)
pada venturi (N/m2)
K2 = ρ g = 10 N/m2/mmH2O
∆h = perbedaan tekanan sepanjang venturi (mmH2O)
B. Kecepatan Udara pada Leher Venturi ( Vm, m/s)

2∆P
𝑉𝑚 =
√ d 4
ρ{1 − (D) }
Dimana : Vm = Kecepatan udara pada leher venturi (m/s)
∆P = Perbedaan tekanan di sepanjang venturi (N/m2)
d = diameter penampang leher venturi = 0,03 m
D = Diameter inlet venturi = 0,05 m
C. Laju Aliran Didasarkan pada Vm (Qm, m3/s)
π
𝑄𝑚 = 𝐶𝑣𝐶𝑐 𝑑 2 𝑉𝑚
4
Dimana : Qm = Laju aliran didasarkan pada Vm (m3/s) (pada leher venturi)
Cv = 1,07
Cc = 0,987
d = diameter leher venturi
D. Bilangan Reynold pada Leher Venturi (Rd)
Red = d Vm/ʋ
Dimana : Red = Bilangan Reynold pada leher venturi
ʋ = Viskositas kinematik udara pada T˚C (m2/s) (tabel 1)
E. Bilangan Reynold pada Inlet Venturi (RD)
d2
Red = QD D / (π 4 )ʋ

Dimana : ReD = Bilangan Reynold pada inlet venturi


ʋ = Viskositas kinematik udara pada T˚C (m2/s) (tabel 1)

II.4.3 PERHITUNGAN EGL dan HGL


A. Perhitungan Energi Grade Line (EGL)
𝑃 𝑉2
𝐸𝐺𝐿 = + +𝑧
𝜌𝑔 2𝑔
B. Perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL)
𝑃
𝐻𝐺𝐿 = +𝑧
𝜌𝑔
BAB III

METODOLOGI PENGAMBILAN DATA

3.1 Skema Alat dan Peralatan

7
3
8

9
1 22
10

13 11

12

Keterangan :
1. Pitot Static Tube
2. Wall pressure
3. Gauge (ht -> valve pitot ; h1 -> valve venturi)
4. Gauge (hv -> valve pitot ; ∆h -> valve venturi)
5. Gauge (hs -> valve pitot ; h2 -> valve venturi)
6. Valve pitot hs
7. Valve pitot ht
8. Valve venturi h1
9. Valve venturi h2
10. Switch
11. Fan/blower
12. Tube
13. Venturi

3.1.1 Spesifikasi Alat


1. No. Model BAT – 5 – 200
2. Fan
2.1 Jenis Centrifugal
2.1 Kapasitas (maksimum) 5,0 m3/menit
3. Daya Motor Penggerak 200 watt
4. Manometer U
4.1 Skala Total Head 0 – 400 mm
4.2 Skala Total Static Head 0 – 400 mm
4.3 Skala Velocity Head 0 – 400 mm
5. Pitot Static Tube Mengukur tekanan total dan tekanan
statis
6. Venturi dan Duct tembus pandang
6.1 Diameter Inlet 50 mm
6.2 Diameter Outlet 50 mm
6.3 Diameter Leher 30 mm
3.2 Langkah Kerja Pengambilan Data
A. Persiapan
Pengendalian laju aliran dan pengoperasian motor. Buka pengatur laju aliran.
Putar saklar motor ke ON untuk menghidupkan motor.
B. Pelaksanaan Percobaan dan Pengukuran
1. Atur bukaan inlet fan/blower menjadi half open, lalu ukurlah panjang pitot
static tube yang di luar venturimeter (Lo) 60 mm, lalu ukur:
 Head Total (ht), Head Statis (hs), Head Velocity (hv), untuk
pengukuran pitot static tube dengan membaca selisih ketinggian pada
manometer U.
 Tekanan hulu (h1), tekanan hilir (h2), perbedaan tekanan (Δh) untuk
venturi pada manometer U.
2. Atur kembali bukaan instalasi menjadi fully open, kemudian lakukan
kembali pengukuran pada parameter-parameter yang telah ditetapkan.
3. Setelah itu tarik jarum pitot tube sepanjang 18 mm, kemudian ulangi
kembali langkah pengambilan data pada poin 1 dan 2.
4. Ulangi langkah-langkah diatas sampai 12 kali pengambilan data
5. Catat hasil pengamatan pada Tabel Pengukuran Perhitungan.

3.3 Flowchart Pengambilan Data

START

Persiapan:
1. Pengendalian laju aliran dan pengoperasian
motor
2. Pengatur laju aliran dibuka
3. Saklar diputar ke ON

A B
A B

Bukaan inlet fan/blower diatur menjadi half open, lalu panjang pitot
static tube yang di luar venturimeter (Lo) 60 mm diukur

Head Total (ht), Head Statis (hs), Head Velocity (hv), dan
perbedaan tekanan pada manometer ukur

Head Total (ht), Head Statis (hs), Head Velocity (hv), dan
perbedaan tekanan pada manometer ukur

Tekanan hulu (h1), tekanan hilir (h2), dan perbedaan tekanan pada
manometer diukur

Bukaan instalasi diatur menjadi fully open, lalu parameter yang


telah ditetapkan diukur

Jarum pitot tube ditarik sepanjang 18mm

Data dicatat pada lembar data

n = 12 n=n+1

A
A

Data hasil percobaan

Hitung α' = arc sin (h'/L)

END
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Flowchart perhitungan

Start

DATA: ht,
hs, hv, h1,
∆h, h2

Ls = Lp – Lo

Pv = K1 . hv

Pv > 0

2𝑃𝑣
Vd = ට 𝜌

2𝑃𝑣
VD = ට
𝜌

B
A
A B

𝜋
Qd = d2 Vd
4

𝜋
QD = 4 d2 Vd

∆𝑃 = K2 ∆ℎ

∆𝑃 > 0

2∆𝑃
Vm = √ 𝑑 4
𝜌 {1−( ) }
𝐷

𝜋
Qm = Cv . Cc . 4 d2 Vm

d Vm
Red = 𝑣

Q𝐷 D
ReD = 𝐷2
(𝜋 )𝑣
4

A
A

Hasil perhitungan :
Ls, Pv, Vd, VD, Qd, QD, ΔP,
Vm, Qm, Re-d, Re-D, EGL,
HGL

END

4.2 Contoh Perhitungan


Adapun persamaan yang akan digunakan dalam perhitungan,yaitu perhitungan
menggunakan data ke-3 menggunakan data Half Open
4.2.1 Perhitungan Pada Hasil Pengukuran Pitot Tube
A. Lokasi Pitot Tube (Ls,mm)

Ls = Lp– Lo
Dimana :
Lp :Panjang total pitot tube (mm)
Lo :Panjangbagianluarpitot tube yang di luar venture (mm)

Sehingga :
Ls = Lp − Lo
Ls = 382 – 96
Ls = 286 mm

B. Tekanan Dinamis Pitot Tube (PV, N/m2)


Pv = K1 . hv
Dimana :
K1 : 10 (N/m2/mmH2O)
hv : Velocity head dari pitot tube (mmH2O)

Sehingga :
Pv = K1 . hv
Pv = 10 x (5)
Pv = 50 N⁄m2

C. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vd, m/s)

(2 )Pv
Vd = √
ρ

Dimana :
Pv :Tekanan dinamis yang diukur (N/m2)
ρ: Massa jenis udara pada T°C

Sehingga :

(2) Pv
Vd = √
ρ

(2) x(50)
Vd = √
1,185

Vd = 9,186 m⁄s

D. Kecepatan Udara pada Inlet Venturi (VD, m/s)


(2) Pv
VD = √
ρ

Dimana :
Pv :Tekanan dinamis yang diukur (N/m2)
ρ : massa jenis udara pada T°C

Sehingga :

(2) Pv
VD = √
ρ

(2) x (50)
VD = √
1,185

VD = 9,186 m⁄s

E. Laju Aliran Didasarkan pada Vd(Qd, m3/s)

π 2
Qd = d Vd
4
Dimana :
d : Diameter leher venturi = 0.03 m
Vd :KecepatanUdara pada Leher Venturi (m/s)

Sehingga :
π 2
Qd = d Vd
4

π
Qd = 𝑥0.032 𝑥 9,186
4
3
Qd = 0,00649 m ⁄s

F. Laju Aliran Didasarkan pada VD (QD, m3/s)


𝜋 2
𝑄𝐷 = 𝐷 𝑉𝐷
4
Dimana :
D : diameter inlet venturi = 0.05 m
Vd :Kecepatan Udara pada inlet Venturi (m/s)

Sehingga :

𝜋 2
𝑄𝐷 = 𝐷 𝑉𝐷
4
π
QD = 𝑥0.052 𝑥 9.186
4
3
QD = 0.0180 m ⁄s
4.2.2 Berdasarkan Hasil Pengukuran Venturi Half Open
A. Percobaan tekanan hulu (h1) dan tekanan hilir (h2) sepanjang
venture (ΔP, N/m2)
ΔP = K2 Δh
ΔP = ρ g Δh
ΔP = 10 N/m2/mmH2O . 27 m2/mmH2O
ΔP = 270 N/m2

B. Kecepatan udara pada leher venture (Vm, m/s)


2∆𝑃
Vm = ට 𝑑
𝜌[1−( )4 ]
𝐷

2 𝑥 270
Vm = ට 0.03 4
1.185[1−( ) ]
0.05

Vm = 22,88117 m/s

C. Laju aliran didasarkan pada Vm (Qm, m3/s)


𝜋
Qm = Cv . Cc . 4 𝑑 2 . Vm
𝜋
Qm = 1.07 x 0.987 x 4 0.032 x 22,88117

Qm = 0.017072 m3/s
D. Bilangan Reynold pada leher venturimeter (Red)
𝑑.𝑉𝑚
Red = 𝑣
0.03 𝑥 22,88117
Red = 0.00001564

Red = 43889.72

E. Bilangan Reynold pada inlet venturi (ReD)


𝑄 𝐷
Red = 𝜋 𝐷2
𝐷 𝑣
4

0.0180 𝑥 0.05
Red = 𝜋
0.052 𝑥 0.00001564
4

Red = 29322,17

F. EGL
EGL = Total Head
EGL = ht
EGL = 10 mm

G. HGL
HGL = Static Head
HGL = hs
HGL = 5 mm

4.2.3 Berdasarkan Hasil Pengukuran Pitot Tube Fully Open


Adapun contoh perhitungan berdasarkan data nomor 3 fully open
pada lembar data Bernoulli Theorem Apparatus adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Fully Opened
Lo = 96 mm
Lp = 382 mm
hv = 6 mm H2O
ht = 15 mm H2O
hs = 7 mm H2O
h1 = 10 mm H2O
h2 = -36 mm H2O
∆h = 46 mm H2O
ρ = 1,181 kg/m3
K1 = 10 N/m2/mmH2O
K2 = 10 N/m2/mmH2O

4.3.3 Contoh Perhitungan Berdasarkan Hasil Pengukuran Pitot Tube


A. Lokasi pitot tube (Ls, mm)
Ls = Lp – Lo
Ls = 382 – 6
Ls = 286 mm

B. Tekanan dinamis pitot tube (Pv (leher), N/m2)


Pv (leher) = K1 . hv
Pv (leher) = 10 x 6
Pv (leher) = 60 N/m2

C. Tekanan dinamis inlet (Pv (inlet), N/m2)


Pv (inlet) = K1 . hs
Pv (inlet) = 10 x 7
Pv (inlet) = 70 N/m2

D. Kecepatan udara pada leher venture (Vd, m/s)


2 𝑃𝑣(𝑙𝑒ℎ𝑒𝑟)
Vd = ට 𝜌

2 𝑥 60
Vd = ට 1.181

Vd = 10.08 m/s
E. Kecepatan udara pada inlet venture (VD, m/s)
2 𝑃𝑣(𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡)
VD = ට 𝜌

2 𝑥 70
VD = ට 1.181

VD = 10.89 m/s

F. Laju aliran didasarkan pada Vd (Qd, m3/s)


𝜋
Qd = 4 d2 Vd
𝜋 𝑚3
Qd = 4 (0.03)2 (10.08) 𝑠
𝑚3
Qd = 0.007128 𝑠

G. Laju aliran didasarkan pada VD (QD, m3/s)


𝜋
QD = 4 D2 VD
𝜋 𝑚3
QD = (0.05)2 (10.89)
4 𝑠
𝑚3
QD = 0.021391 𝑠

4.2.4 Contoh Perhitungan Didasarkan pada Hasil Pengukuran


Venturi
A. Percobaan tekanan hulu (h1) dan tekanan hilir (h2) sepanjang
venturi (∆𝑷, 𝑵/𝒎)
∆𝑃 = K2 ∆ℎ
∆𝑃 = 𝜌 g ∆ℎ
∆𝑃 = 10 N/m2/mmH2O . 46 mmH2O
∆𝑃 = 460 N/m2

B. Kecepatan udara pada leher venturi (Vm, m/s)

2∆𝑃
Vm = √ 𝑑 4
𝜌 {1−( ) }
𝐷
2 𝑥 460
Vm = √ 0.03 4
1.181 {1−( ) }
0.05

Vm = 29.9 m/s

C. Laju aliran didasarkan pada Vm (Qm, m3/s)


𝜋
Qm = Cv . Cc . 4 d2 Vm
𝜋 𝑚3
Qm = 1.07 x 0.987 x 4 x 0.032 x 29.9 𝑠
𝑚3
Qm = 0.0223 𝑠

D. Bilangan reynold pada leher venturimeter (Red)


d Vm
Red = 𝑣
0.03 𝑥 29.9
Red = 0.00001564

Red = 57353

E. Bilangan reynold pada inlet venturi (ReD)


Q𝐷 D
ReD = 𝐷2
(𝜋 )𝑣
4

0.021391 x 0.05
ReD = 0.052
(𝜋 ) 0.00001564
4

ReD = 34814
F. EGL
EGL= Total Head = ht = 15 mmH2O

G. HGL
HGL = Static Head= hs= 7 mmH2O

Anda mungkin juga menyukai