Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROSES TRANSFER
(TRANSPORT PHENOMENA)

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

YUNI SARTIKA 432 18 039

ALIH JENJANG
PROGRAM STUDI D-4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019
BAB I
TEORI

1.1 Peristiwa Perpindahan, Hukum Kekekalan


1.1.1 Proses Perpindahan

Peristiwa fisika akan selalu diiringi dengan berpindahnya satu atau lebih

dari tiga besaran utama berikut ini: massa, momentum, dan energi (khususnya

panas). Peristiwa perpindahan ini akan dijumpai dalam semua operasi teknik

kimia. Proses Transfer mempelajari kejadian fisik yang berlangsung selama suatu

operasi teknik kimia dan mencari suatu model matematis ideal yang dapat

menggambarkan perubahan-perubahan yang berlangsung dalam peristiwa

tersebut. Dalam menggunakan model matematis tersebut, perlu dikuasai prinsip

dan langkah perhitungan geometris, diferensial dan integral.

Di samping itu, semua besaran dan sifat fisika diperlakukan sebagai

variabel (peubah), sehingga dengan sendirinya ketentuanketentuan ilmu fisika,

imia, dan termodinamika tetap berlaku terhadap peubah-peubah tersebut.

Perubahan-perubahan dalam peristiwa perpindahan dapat dinyatakan dengan

persamaan matematis melalui penyusunan neraca berdasarkan hukum kekekalan.

Perubahan besaran dan sifat fisika dinyatakan dengan perbandingan diferensial.

Sistem koordinat dan satuan digunakan utuk memudahkan perhitungan sesuai

dengan bentuk geometri dari sistem yang diamati. Diperlukan keterampilan

mengubah satuan besaran antarsistem dengan meninjau faktor konversi dari

satuan-satuan yang terlibat dalam perhitungan

1.1.2 Hukum Kekekalan


Hukum kekekalan massa, momentum, dan energi menyatakan bahwa

massa, momentum dan energi (panas) tidak dapat dimusnahkan (oleh manusia),

akan tetapi hanya berubah bentuk. Hal ini dinyatakan dalam persamaan umum

neraca sistem per satuan waktu sebagai berikut:

akumulasi= laju alir masuk - laju alir keluar + pembentukan - konsumsi (1.1)

Untuk menyelesaikan suatu neraca dibutuhkan syarat-syarat batas yang

membatasi volum banding dari sistem tersebut.

1.2 Transfer Momentum


1.2.1 Hukum Newton tentang Viscositas
F V
A
= µ Y
….. (1)
Keterangan :
F
= Shear Stress (Tegangan Geser)
A
µ = Viscositas (fluida)
V = Kecepatan
Y= Jarak
F
 diganti dengan τyx yang merupakan gas dalam arah x pada area
A
yang tegak lurus (perpendicular) dengan arah y
V
 Y
diganti dengan –dvx/dy, sehingga :
dVx
τyx = - µ ( dy ) ….. (2)
Keterangan :
τyx = Fluks momentum dalam arah yang positif (aliran/unit area)
dVx
( dy ) = Gradien kecepatan

1.2.2 Fluida Newtonion dan Non-Newtonion

Disebut Hukum Newton untuk viscositas (Newton’s law of viscosity) fluida


yang mengikuti hokum ini disebut “Fluida Newton” (Newtonion Fluids). Biasanya
fluida yang mempunyai berat molekul dibawah 5000 sedang fluida yang tidak
mengikutinya disebut “Non Newtonion fluids”, misalnya : fluida polimerik,
suspense, pasta, slurry, & fluida kompleks yang lain.

Gambar 1.1 Perbedaan antara Non-Newtonion dan Newtonion

f= (τyx, dvx/dy, fluid propertis )=0


1.2.3 Momentum Fluks

τyx juga disebut dengan fluks momentum x dalam arah y positif. Fluks
mengandung arti aliran per unit area (flow per unit area). Dalam fluid Dynamic,
simbol υ sering digunakan untuk mempresentasikan “viscositas dibagi densitas
(mass per unit volume) dari fluida, maka :

µ
υ= ρ

Kuantitas ini disebut viscositas kinematik

Keterangan :
υ = Viscositas Kinematis (cm3/s)

µ = Viscositas Dinamis (g/cm.det atau poises )

1.3 Neraca Momentum Shell

Keterangan :

Aliran Laminer → ℜ<2100


Aliran Turbulen → ℜ>2100

1) Aliran Fluida pada bidang datar yang dimiringkan


2) Aliran Fluida melalui saluran berbentuk silinder
3) Aliran Fluida melalui celah yang dibatasi dua silinder konsentrik.

Untuk aliran tunk, neraca momentum pada shell fluida yang tipis

{Laju momentum masuk} – {Laju momentum keluar} + {Jumlah gaya yang


bekerja pada sistem} = {Akumulasi Momentum}

Penetapan syarat batas (Boundary Conditions) :

1. Pada interface fluida – padat, kecepatan fluida sama dengan kecepatan


dimana permukaannya sendiri sedang bergerak, yaitu fluida diasumsikan
melekat pada suatu permukaan padat yang berhubungan dengannya.
2. Pada interface cair – gas, momentum perubahan terus menerus (dalam hal
ini gradian kecepatan) pada tahap cair adalah sangat mendekati nol & dapat
diasumsikan nol dalam banyak/ sebagian besar perhitungannya.
3. Pada interface cair – cair, momentum perubahan terus menerus tegak lurus
dengan lapisan interfasa (Permukaan kontak) dan kecepatannya continue
menenmbus permukaan kontak.

1.4 Aliran Falling Film

Arus dari fluida sepanjang permukaan datar menurun, ditujukan pada


gambar dibawah ini :

Gambar 1.2 Skema diagram kasus falling film yang menggambarkan end effect.

Kasus falling film ini bisa dijumpai pada peristiwa menara dinding basah
(Watted Wall Towers), percobaan – percobaan penguapan & penyerapan gas.
Aplikasi dari coating menjadi golongan kertas. Diasumsikan viskositas & fluida
adalah konstan.
Gambar 1.3 Aliran film isotermal dibawah pengaruh gravitasi, tanpa riak. Sumbu
y tegak lurus bidang gambar Falling Film

ρ g s2 cos β
Vz = [ 1- (x / s)2] Persamaan profil (distribusi) kecepatan …...

(1.1)

a. Kecepatan Maksimum

Vz, max ¿ x= 0, maka persamaan (1.1) menjadi ;

2 β 2 β
ρ g s cos ρ g s cos
Vz, max = [ 1- (0 /ɤ)2] =
2μ 2μ
…...(1.2)

b. Kecepatan rata-rata <Vz>


ω s

∫∫ vz . dx . dy
o o
<Vz> = ω s

∫∫ dx . dy
o o

s
1
= ∫ vz . dx
ɤ 0
x
1−( )
Ɣ
¿ x
= 2
d( )]
2
ρ g ɤ cos
β ɤ Ɣ

∫¿
0
2 β
ρ g δ cos 2
= = Vz, max
3μ 3
…….(1.3)

c. Laju Alir Massa ( ω )


ω Ɣ
ω = A . <Vz> ρ=∫ ∫ ρ . vz . dx . dy
0 0
β
ρ g Ɣ cos
ω =(w. 3μ )
Ɣ . ρ¿ × ¿
2 3 β
ρ g w Ɣ cos
=

……..(1.4)

d. Ketebalan Lapisan Fluida Jatuh

Ɣ =
3 μω
ρg cos √
β

= 3 2

3 μω
ρ gω cos β
e. Gaya fluida yang bekerja pada permukaan padat yang dibatasi
Fz dibatasi dinding – fluida (pada χ = Ɣ )
Fz = τxz × (luas Bidang)
l ω
= ∫∫ τxz |x=d dy . dz
0 0
l ω

= ∫∫−μ dvz
dx
|x=ɤ dy . dz
0 0
2 . ρ g Ɣ cos β
= (L – W) (- μ ) ( )

= ρ g ɤ L w cos β
β
= ɤ Lw ρ g cos
Fz = V. ρ . gz
Fz = m gz = berat fluida

Jadi, gaya gravitasi yang diterima menjadi berat fluida itu sendiri dan
diberikan (bekerja pada) perubahan padat dibawah fluida (yang dibasahi).

f. Bilangan Reynold

ρ g Ɣ 2 cos β ρ
Re = 4 Ɣ ( )( )
3μ μ

4 ρ2 g Ɣ 3 cos β
=
3 μ2

Ketentuan :

- Aliran Laminer : R<20


- Aliran laminar dengan riak : 20<Re<1500
- Aliran Turbulen : Re >1500

1.5 Aliran Fluida Melalui Anulus


Aliran dalam annulus adalah aliran antar dua pipa yang segaris pusat. Jadi
ada pipa besar dan ada pipa kecil.
Gambar 1.4 Aliran fluida melalui annulus

Model :

- Fluida tak mampat


- Aliran Mantap
- Jari-jari pipa dalam = KR
- Jari-jari pipa Luar = R

Neraca momentum sekitar Shell

d (P0 −PL )
(r . τ . rz ¿= r
dr L

Integral

1 ( P0−P L ) C1
τrz= μ+
2 L μ

Hasil Akhir

r 1−K 2 R
( P0 −P L ) R
τrz= [ R )–( 1 ) r )]
2L 2 ln ( )
¿ μ ¿
2 r 1−K 2 R
( P 0−P L ) R 2
Vz = [ R ) +( 1 )ln r )]
4 μL ln ( )
1−¿ μ ¿

Persamaan-Persamaan Keturunan

1. Kecepatan Maksimum
Vz max pada r = λR
2
1−λ
2
Vz | r = λR = ( P 0−P L ) R + 2 λ2 ln λ ]
¿
4 μL
1
K
¿
2 λ2 = ¿
ln ⁡¿
( 1 – K 2)
¿

2 2
1–K 1–K
( P 0−P L ) R2
Jadi, Vz max = {1–( 1 ) [1- ln ( 1 )]}
4 μL 2 ln 2 ln
K K

2π R

∫ ∫ vz . r . dr . dθ 4 1–K2
0 KR ( P 0−P L ) 1–K
2. <V> = 2π R = ( - 1 )
8μ L 1−K 2 ln
∫ ∫ r . dr . dθ K
0 KR
3. Debit Aliran, Q
Q = ( π R2 −π R2 K 2 ) <vz> = π R2 ( 1 – K 2 ¿ <vz>
1 – K2
( P 0−P L ) 1 – K 4 ¿−( )
= π [( 1 ]
8μ ln
K
4. Fz |r = KR
Fz = - τrz |r = KR 2 πKRL +¿ τrz |r = R 2 πRL
= π R2 ( 1 – K 2 ¿ ( P0−P L )

2 R ( 1−K ) < vz > ρ


Bilangan Reynolds, Re =
μ
Aliran Laminer Turbulen transisi terjadi disekitar Re = 2000
1.6 Aliran Fluida Melalui Pipa Sirkuler
Aliran Dluida dalam pipa sirkuler sering dijumpai pada bidang fisik,
biologi dan teknik. Aliran laminar dalam pipa dianalisis dengan menggunakan
keseimbangan momentum.

Gambar 1.5 Aliran Fluida Melalui Pipa Sirkuler

1. Persamaan distribusi fluks momentum


( P 0−PL)
τrz = r
2L

2. Persamaan Newton
dvz
τrz = -µ dr

dvz ( P 0−PL)
Jadi, =- r
dr 2 µL

( P 0−PL) r 2
Vz = R2 [1 – ( )]
4µL R
3. Lain-lain Persamaan Keturunan
( P 0−PL)
1) Vz max = R2
4 µL
2π R

∫ ∫ Vz .r . dr . dθ
0 0
2) <Vz> = 2π R

∫ ∫ r . dr . dθ
0 0
= ( P 0−PL ) R2/ 8µL

3) Debit Aliran, Q
Q = <Vz> (Luas Penampang aliran)
= <Vz> πR 2
π ( P 0−PL )
= R2 “Hagen Poiseuille”
8 µL

4) Fz ¿ r=R
dvz
Fz = 2 r R L (- μ
) ¿ r=R = πR ( P 0−PL ) atau
dr
= πR 2 (P0 – P g Z0 – PL + ρ g z L)
= πR 2 (P0 – PL) + πR 2 ρ g L

BAB II
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN

2.1 TRANSFER MOMENTUM

Contoh Soal 1 :

1. Hitunglah fluks momentum steady state (τ xy) bila kecepatan plat bawah v
pada gambar di bawah ini adalah 1 ft/det .

Pada arah x positif, jarak plat Y adalah 0,001 ft dan viscositas µ adalah 0,7 cP .

Penyelesaian :

µ = (0,7 cP) x (2,0886.10-5 lbf.det/ft2/1cP)


= 1,46.10-5 lbf/det/ft2
Untuk y1 = 0 ft , maka V1= 1 ft/det dan
y2 = 0,001 ft, maka V2 = 0 ft/det
dVx ΔVx
=
dy Δy
( 0−1 ) ft /det
=
( 0,001−0 ) ft
= -1000/ det
dVx
τxy = - µ dy
= -(1,46. 10-5 lbf.det/ft2 ) x (-1000/det)
= 1,46.10-2 lbf/ft2

Contoh 2 (Fluid Shear antara 2 plate pararel)

2. Mengacu pada gambar di bawah, jika Δy=0,5 cm, ΔVx= 10 cm/det, dan
fluidanya adalah etil alcohol yang pada 0oC (273 K) mempunyai viscositas
1,77 Cp. Hitunglah fluks momentum steady state (shear stress) τyx dan
gradient kecepatan atau shear rate dvx/dy .

Penyelesaian :

Mengacu pada gambar di atas, untuk y1 = 0 maka V1=10

y2 = 0,5 maka V2= 0


Dari persamaan, Hukun Newton
dVx
τyx = -µ dy , dapat diintegralkan menjadi :
y 2=0,5 v 2=0

τyx ∫ dy = -µ ∫ dvx
y1=0 v 1=10

τyx (y2-y1) = -µ (v2-v1)


= µ (v1-v2)
v 1−v 2
τyx = µ y 2− y 1
Viscositas etil alcohol pada 0oC = 1,77 Cp
= 0,0177 g/cm.det
(10−0 ) cm/ det
τyx = 0,0177 g/cm.det
( 0,5−0 ) cm
2
gcm/cm
= 0,354 2
cm
= 0,354 dyne/cm2

Untuk menghitung gradient kecepatan (shear rote) dvx/dy :


Karena kecepatan berubah secara linear dengan y, maka
dvx (10−0 ) cm/det
Shear rote = = = 20 det-1
dy ( 0,5−0 ) cm
2.2 ALIRAN FALLING FILM

Contoh soal :
Suatu minyak mempunyai viscositas kinematik 2x10-4 m3/det & densitas 0,8x103
kg/m3 . Bila diinginkan tebal lapisan minyak 2,5 mm pada dinding vertical, berapa
seharusnya kecepatan massa minyak ?

Penyelesaian :
Pada dinding vertical, β= 0 dimana β= besar sudut
ρ2 g w Ɣ 3 cos β
ω =
3v
2 3
ρ gwƔ 1
=
3v
Note :

µ
υ= ρ

Keterangan :

υ = Viscositas Kinematik (cm3/s)

µ = Viscositas Dinamis (g/cm.det atau poises )

jadi,

ρ2 g w Ɣ 3
ω =
3v

1m
2,5 mm x
103
¿
¿3
¿
2 x 10−4 m2 det ¿
ω = ¿
¿ x¿
9,8 m2 det ¿
2
0,8 x 103 kg
( m3 ) x¿
¿

Untuk mencari Bilangan Reynold :


4 ɤ ( Vz ) ρ
Re =
µ

Note :
Q= Vz = V rata-rata
ω
Vz =
wɤ ρ
ω =Q.ρ

ω = (Vz) w.ρ

jadi,

ω
Re = 4 ɤ ( )ρ
wɤ ρ

4ω/w
4 ω /w
= µ =
()
ρ
.ρ υ. ρ

2
−4 m det ⁡
0,8 x 103 kg /m3
¿
= 2 x 10 ¿ .¿
¿
4 x (0,204 )
¿

= 5,1 (aliran laminar)

2.3 ALIRAN FLUIDA MELALUI ANULUS

Contoh Soal :

Suatu annulus horizontal sepanjang 27 ft mempunyai jejari dalam 0,495 inch dan
jejari luar 1,1 inch. Suatu larutan sukrosa 60% dipompakan melalui annulus pada
20 ℃ . Pada temperatur tersebut densitas larutan adalah 80,3 lb/ft 3 dan
viscositasnya 136,8 lbm/ft.jam. Berapa kecepatan volume aliran bila perbedaan
tekanannya adalah 5,39 psi ?
Penyelesaian :

Diketahui :

KR= 0,495 inch


R = 1,1 inch
0,495inch
K = KR/R = = 0,45
1,1inch

1 jam
µ= (136,8 lbm/ft.jam ) 3600 det )= 3,8.10-2 lbm/ft.det
x¿
4,633. 103 lbm . ft /det 2
(Po-PL) = (5,39 psi)

4
( 2
ft 2
1 psi
)
= 2,497.10 lbm/ft.det
R= 1,1 Inch
1 ft 1,1
= (1,1 inch) ( ) = 12 ft
12 inch

4 1−K 2 ¿2
ω
Q= = π ( po− pl)R [( 1- K 4 ¿ ¿ ]
ρ 8μ L ¿
¿
−2lbm
3,8. 10 . det ¿(27 ft)
ft
1−0,452 ¿2
8¿ ¿
= 4 [( 1- 4
0,45 ¿ ]
4 lbm 1,1 ¿
π (2,497. 10 )( ) ¿
ft . det 12 ft
¿
= 0,11 ft3/det
Bila dihitung Bilangan Reynold adalah :
2 R ( 1−K ) <Vz > ρ 2 Qρ
Re = =
µ π R μ (1+ K )
3 lbm
0,11 ft /det ¿(80,3 3 )
ft
¿
−2
10 lbm
3,8. . det ¿(1+ 0,45)
= ft
1,1
(3,14)( )¿
12 ft
2¿
¿
= 1110 (laminar)
2.4 ALIRAN FLUIDA MELALUI PIPA SIRKULER

Contoh Soal :

Gliserin (CH2OH.CHOH.CH2OH) pada 26 ℃ mengalir melalui pipa


horizontal dengan panjang 1 ft dan diameter dalam 0,1 inch. Untuk penurunan
tekanan (pressure drop) 40 psi, kecepatan volumenya (debit) adalah 0,00398
ft3/menit. Densitas gliserin pada 26,5 ℃ adalah 1,261 g/cm3. Dari data
tersebut, hitunglah viscositas gliserin !

Penyelesaian :

Dari persamaan Hagen Poiseuille :

Q = π (Po-PL) R4/ (8 µ L)

µ = π (Po-PL) R4/ (8 Q L)

R = 0,1 inch/2 = 0,05 inch

1 psi = 6,8947 x 104 dyne/cm2

µ = π (Po-PL) R4/ (8 Q L)

1 ft 4
0,05 inchx ¿
12inch
={ ¿ }
4 2
π (40 psi) [(6,8947 x 10 dyne /cm )] / psi ¿
¿
= 4,92 dyne/cm2/det

= 4,92 g/cm.det

= 492 Cp = 0,492 Pa.det

Jadi, viscositas gliserin adalah 0,492 Pa.det

Untuk Bilangan Reynold :


D<Vz > ρ
Re=
μ

=
4Q ρ
π Dμ
=
4 ( ωρ ) . ρ
π Dμ

ft 3 1 men 2,54 cm 12 inch


=
(
4 0,00398 x
men 60 det 1inch )( x
1 ft )( g
1,261 cm3
❑ )
2,54 cm g
(
π 0,1inch
1 inch )(
4,92
cm
det )
Re = 2,41 (Laminer)

Le (Entrance Length) = 0,35 D. Re

= 0,35 (0,1 inch x 1 ft/12 inch ) (2,41)

= 0,0007 ft
Daftar Pustaka

R.B.Bird,w.w.steward, dan E.N.Lightfoot, 2002,”Transport Phenomena”, Jhon


Wiley & Sons

R.Welty, C.E. Wicks dan R.E.Wilson,1984,Fundamentals of Momentum, Heat


and Mass Transfer 3rd edition, Jhon Wiley & Sons

Anda mungkin juga menyukai