YUNITA ABABIL
NIM : 2101060052
RANGKUMAN
3.3 REMBESAN
Teori rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua dimensi. Bila
tanah dianggap homogeny dan isotropis, maka dalam bidang x-z hukum Darcy dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Vx = kix =- k ęℎ
ę𝑥
Vz =kiz =- k ęℎ
ę𝑧
Suatu elemen tanah jenuh dengan dimensi dx, dy, dz berturut-turut dalam arah sumbu
x,y, dan z dimana aliran terjadi hanya pada bidang x,z, diperlihatkan dalam Gambar 3.17.
ę𝑣𝑥
+ ęℎ𝑧 = 0 (3.71)
ę𝑥 ę𝑥
Persamaan (3.17) adalah persamaan kontinuitas dalam dua dimensi. Akan tetapi, jika
volume elemen berubah, persamaan kontinuitas terjadi :
6vX 6vz
{ + } dxdydz = 6V
(3.72)
6X 6z 6t
6V
= vz = -k 6h (3.74)
6z 6z
dengan c adalah kontanta. Jadi, jika fungsi Ѳ (x,z) diberikan suatu nilai konstan Ѳ1, akan
menunJukkan kurva dengan nilai tinggi h1 konstan.
Selanjutnya, ditinjau fungsi kedua Ѳ (x,z) yang disebut fungsi aliran, dan dibentuk oleh
6Ø
- 6X
= vz = - k 6h
6z (3.77a)
6Ø
= vx = - k 6h (3.77b)
6z 6z
= - vz dx+ vx dz
Jika fungsi Ø (x,z ) diberikan suatu nilai konstan Ø1, maka dØ = 0, dan
6z vz
6X = VX
Ø (x,z) = Ø1
Dengan menetapkan resultan kecepatan pada tiap titik, kurvanya akan menunjukkan lintasan
aliran.
Dari memperhatikan Gambar 3.18, aliran per satuan waktu antara dua garis aliran unutk fungsi
aliran Ø1 danØ2
∆q = ∫Ø2 ( - vz dx + vx dz)
Ø1
= ∫ Ø2 (6Ø dx + 6Ø)
6X 6z
Ø1
= Ø2- Ø1
Jadi aliran lewat saluran antara dua garis aliran adalah konstan.
= v2 dx + vz dz
dz vX
= − (3.79)
dX VZ
Sekarang ditijau dua garis aliran Ø1 dan (Ø1 + ∆Ø) yang dipisahkan oleh jarak ∆b. Garis aliran
berpotong tegak lurus dengan dua ekipotensial Ѳ1 dan (Ѳ1 +∆Ø) yang dipisahklan oleh jarak
∆/ (Gambar 3.19).
Vx = vs cos a
Vz = vs sin a
Sekelompok garis aliran da garis eksipotensial disebut jaring arus (flow-net). Gambar
3.20 memperlihatkan contoh dari sebuah jarring arus pada structur turap baja. Prinsip dasar yang
harus dipenuhi di dalam cara jaring arus adalah antara garis ekipotensial dan garis aliran harus
berpotongan tegak lurus.
Bila, perpotongan garis aliran dan garis ekipotensial berbentuk bujur sangkar ( ∆ / = ∆b).
Lajur aliran adalah ruang memanjang yang terletak di antar dua garis aliran yang
berdekatan. Debit aliran ∆q, adalah aliran yang lewat satu jalur aliran per satuan lebar structur
bending. Meurut hukum Darcy, dalam satu alirann:
I1 = b 1
I2 = b2
I3 = b3
Air pada keadaan statis didalam tnah, akan mengakibatkan tekanan hidrostatis yang
arahnya ke atas (uplift). Akan tetapi, jiks air mengalir lewat lapisan tanah, aliran air akan
mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan hidrodinamis yang bekerja menurut arah
alirannya. Besarnya tekanan rembesan akan merupakan fungsi dari gradient hidrolik.
Sebuah structur bendungan tanah yang didasri lapisan kedap air diperlihatkan pada
Gambar 3.23. Panjang garis aliran sama dengan dL dan llurus potongan melintang tabung
aliran adalah dA. Besarnya gaya tekanan air dapat dinyatakan sebagai fungsi dh,sebagai berikut:
Dp = ywdh dA (3.89)
Dengan Yw adalah berat volume air dan dp adalah gaya hidrodinamis yang disebut gaya
rembesan. Dari Persamaan (3.89), gaya per satuan volume:
d𝑝 𝑑𝑝 Yw𝑑ℎ𝑑𝐴 (3.90)
= =
𝑑𝑉 𝑑𝐴 𝑑𝐿 dAdL
Karena aliran air dalam tanah biasanya lambat, amak gaya inersia ppada air yang brgerak
diabaikan. Dengan menganggap dp/(dA dL) = D, maka akan diperoleh pesamaan gaya rembean
per satuan volume :
Dengan i = dh/dL adalah gradient hidrolik. Gaya hidrodinamis persatuan volume (D)
bekrja sepanjang arah aliran airnya.
Tekanan hidrodinamis mempunyai pengaruh yang besar pada stabilitas tanah. Tergnatung
pada arah aliran, tekanan hidrodinamis dapat mempengaruhi berat volume tanah. Pengaruh d
pada berat volem tanah, oleh adanya rembesan, diberikan dalam Gambar 3.24 pada titik 1, atau
sembarang titik garis aliran berarah vertical ke bawah, berat volume efektif (Yef) adalah:
Yef = Y – D
Pada titik 2,atau sembarang titik pada garis aliran, dua vector D dan Y bekerja saling
tegak lurus, menghasilkan vector resultan gaya yang miring.
Pada titik 3, dimana arah aliran vertical, berat volume efektifnya adalah
Yef = Y- D
7
Disisnio, jika D – Y, maka tanah Nampak kehilanhgan bertnya,sehingga m,enjadi tidak
stabil. Hal ini demikia n, disebut kondisi kritis, di mana pada keadaan ini terdapat gradient
hidrolik kritis, dengan konsekuensinya kecepatan aliran yang terjadi juga kecepatan kritis ( V c0.
Pada kondisi kritis:
D = Yw ic (3.94)
Bila dengan kecepatan aliran melampaui keepatan kritis, maka D> Y dan Yef dalam
Persamaan (3.93) menjadi negative. Hal ini berarti tanah dalam keadaan mengampung atau
terangkat ke atas. Tanah dalam kondisi sedemikian disebut tanah dalam kondisimengapung atau
mendidih (quick – condition).
W↑ - D↓ = 0 (3.95)
Dengan ic adalah gradient hidrolik kritis pada keseimbagan gaya diatas. Batasnya beratnya tanah
terendam air, adalah:
Dengan:
n = porositas
e = angka pori
Y = Yw ic
F
ic = Y`w (3.97)
atau dapat pula dibentuk
persamaan:
𝐺𝑠−1
Yw-ic = 0
1+e
(3.98)
𝐺𝑠−1
Ic = 1+e
Lapisan pasir halus setebal 3 m mempunyai angka pori (e) = 0,75 dan berat jenis (Gs) = 2,65.
Tentukan tekanan air ke atas yang mengakibatkan bahaya tanah mengapung. Jika koefisien
permeabilitas tanah pasir, k = 0,2 x 10-4 cm/det pada suhu 200C, berpakah debit yang hbarus
dipelihara untuk mencegah kondisi kritis tanha? Jika tempertaur naik menjadi 300C, berapakah
persentase kenaikan debitnya?
PenyelesaiaanI:
∆ℎ 𝐺𝑠 ; 𝐿 = 3𝑚
i= L =1+e
q = kiA = k(∆h/L)1
Jadi, permeabilitas bertambah dengan (1,26-1) 100 % = 26 %, dengan demikian debit rembesan
juga akan bertambah 26%.
SF = i𝐶
i𝑒
Dengan ic adalah gradien keluar maksimum (maxsimum exit gradient) dan ic =Y’/YW. Gradien
keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari jaringan arus dan besarnya sama dengan ∆h/l
(∆h adalah kehilangan tinggi energi antara dua garis ekipotensial terakhir, dan l adalah Panjang
dari elemen aliran). Factor aman 3 atau 4 cukup memenuhi angka aman stukturnya. Harza (1935)
memberikan grafik gradien keluar maksimum untuk bendungan yang dibangun pada lapisan
homogen. Gradien keluar maksimum diberikan menurut persamaan:
ic = C ℎ
𝐵
Lane (1935) menyelidiki keamanan stuktur bendungan terhadap bahaya piping. Panajang
lintasan air melalui dasar bending dengan memperhatikan bahaya piping dihitung dengan cara
pendekatan empiris, sebagai berikut :
∑ 𝐿ℎ
LW = + ∑Lv
3
Keterangan:
Lintasan aliran yang melewatu struktur dengan sudut kemiringan >450, di perhitungkan sebagai
lintasan horizontal (Lh).
Hasil lokasi dipengaruhi oleh bahaya piping terjadi sejarak d/2 dari dinding turap (d = kedalam
penetrasi turap ketanah). Stabilitas struktur dapat ditentukan dengan memperhatikan prisma
tanah pada sisi hilir menurut tebal satuan dan dari potongan d x d/2. Dengan menggunakan
jaringan arus, tekanan keatas dapat ditentukan dari persamaan:
U = ½ Yw d ha
dengan ha = tinggi energi hidrolik rata – rata (average hydraulic head) pada dasar dari prima
tanah. Gaya berat prisma tanah yang terendam bekerja kebawah, dapat dinyatakan dengan berat
mengapung:
W’= ½ Y’ d2
Dalam menghitung factor aman minimum terhadap piping, Terzaghi (1943) menyarankan
untuk memperhatikan stabilitas prisma tanah berdimensi d/2 x d’ x 1. Perhatikan bahwa 0 < d’≤
d.
Akan tetapi, bila factor aman (SF) yang diberikan 4 sampai 5, penggunaan d = d’
dianggap cukup aman dan memenuhi syarat kestabilan (Harr,1962).
Contoh soal 3.12
Tampang melintang bending, seperti yang terlihat pada gambar C3.2 dengan menggunakan cara
Lane, tentukan apakah bending tersebut aman terhadap bahaya piping. Tanah dasar bending
berupa pasir halus.
Penyelesaian:
Aliran dengan sudut kemiringan dasar α > 450 dianggap aliran vertikal. Pada bagian CD, lintasan
dianggap horizontal karena α = 350, sedangkan EF dianggap aliran vertikal karena α = 600.
Lw = ∑𝐿ℎ + ∑Lv
3
Tanah dasar bending berupa pasir halus. Dari table di atas syarat keamanan terhadap bahaya
piping minimum WCR = 7. Dari hasil hitungan diperoleh WCR = 2,76 , maka stuktur tidak aman
terhadap bahaya piping. Agar aman maka perlu ditambahkan lantai muka atau lantai belakang,
supaya lintasan air menjadi lebih Panjang.
Menurut terazaghi (1943), bahaya piping akan terjadi dimuka turap pada jarak kira-kira setengah
kedalaman turap terpancang dalam tanah. Pada contoh ini prisma dalam dimensi 6m x 3m x 1m,
adalah daerah piping yang paling membahayakan.
∆ℎ𝐵𝐴
IBA = 𝐿𝐵𝐴
Gradien keluar (iBA) pada elmen jaring arus terakhir dihitung dengan cara berikut:
Jaringan arus dapat digunakan untuk menentukan besar gaya tekanan air keatas dibawah sebuah
struktur. Cara hitungannya dalam contoh hitungan sebagai berikut.
Tinggi tekanan D adalah (11+2,3m) dikurangi dengan kehilangan tinggi energi hidrolik. Titik D
bertepatan dengan garis ketiga permulaan dengan sisi sebelah hulu, yang berarti bahwa
kehilangan tinggi energi hidrolik pada titik ini = 2 (h/Nd) = 2(11/12) = 1,83 m.
Dalam tinjaun tanah anistropis, walaupun tanah mungkin homogen, tapi mempunyai
permeabilitas yang berbeda-beda arah vertikal dan horizontalnya. Kebanyakan tanah pada
kondisi alamnya dalam keadaan anistropis, artinya mempunyai ketinggian permeabilitas yang
tidak sama kesegala arah, yaitu maksimum searah lapisan (arah hosizontal), dan minimum
kearah tegak lurus lapisannya (arah vertikal).
Langkah-langkah hitungan jaring arus pada kondisi tanah anistropis, dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Untuk penggambaran potongan melintang struktur, gunakan sembarang skala vertikal.
𝑘𝑧 𝑘 𝑣𝑒𝑟𝑡i𝑘𝑎𝑙
2) Tentukan, √ = √
𝑘𝑥 𝑘 ℎ𝑜𝑟i𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙
3) Hitunglah skala horizontal , sedemikian skala horizontal = √(𝑘𝑧𝑘𝑥 𝑘𝑎𝑙i 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑣𝑒𝑟𝑡i𝑘𝑎𝑙
4) Dengan skala yang ada pada butir (a) dan (c), gambarkan potongan melintang
dari sturuktur
5) Gamabarkan jaring arus untuk potongan yang ditransformasi, dengan cara yang
sama seperti keadaan isotropis.
𝑁f
6) Hitungan debit rembesan menurut persamaan q = h √𝑘𝑥𝑘𝑧
𝑁𝑑
3.3.4.1 Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis dengan Cara Jaringan Arus
Cara penggambaran jaring arus yang telah dipelajari sebelumnya adalah untuk kondisi
tanah yang homogen. Dalam prakteknya, banyak dijumpai keadaan tanah yang tidak
homogen.seperti yang ditunjukkan Gambar 3.31. Bila jaring arus akan digambarakan untuk
kondisi 2 lapisan yang berbeda, maka pada batas lapisannya gambar jaring arus akan patah.
Kondisi demikian disebut kondisii transfer. Gambar 3.31 memperlihatkan kondisi
umum.dimana lajur-lajur jaring arus memotong batas dari 2 lapisan tanah lapisan tanah 1 dan
2,mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama. Garis patah-patah yang memotong lajur
aliran pada gambar. Adalah garis – garis ekipotensial. Pada Gambar 3.31 Ah adalah tinggi
energi hilang diantara dua garis ekipotensial yang berdekatan di tinjau dari suatau Panjang
satuan yang tegak lurus bidng gambar debit rembesan yang melalui satu lajur aliran adalah:
𝐴ℎ 𝐴ℎ
𝐴𝑞 = 𝑘1 𝑏1 = 𝑏2
𝐼1 𝐼2
Dengan I1 dan b1 berturut - turut adalah panjang dan lebar dari elemen alir;n Iapisan tanah 1.
sedang 12 dan b2 adalah panjang dan lebar pada lapisan tanah 2. Dari Gambar 3.31. terlihat
bahwa
11 = AB sin St =AB cos sin 𝛼1 (3.116a)
J.-, = AB sine-, = AB cos sin 𝛼2 (3.116b)
b1 = AC cos 81 = AC sin sin 𝛼1 (3.116c)
b2 = AC cos 82 = AC sin sin 𝛼1 (3.116d)
Jaring arus untuk tanah yang tidak homogen, dapat digambarkan dengan menggunakan
Persamaan (3.119). Untuk selanjutnya,pertimbangan berikut ini mungkin sangat penting untuk
digunakan dalam penggambaran jaring arus pada kondisi tanah berlapis.
a. Jika k1 > k2 maka dapat digambarkan elemen jaringan arus bujur sangkar pada
lapisan 1. Ini berarti bahwa I1 = b1 maka k1 / k2 =b2 /I1 jadi jaeringan arus dalam
lapisan 2 akan berupa segic empat dengan nilai banding lebar dan Panjangnya k1 k2
(Gambar 3.32a).
b. Jika k1 < k2 maka dapat di gambarkan bahwa jaringan arus bujur sangkar pada lapisan
1, yaitu dengan I1 = b1 Dari persamaan (3.119) k1/k2 = b2/ I2 maka elemen jaringan
arus dalam lapisan 2 akan segiempat (Gambar 3.
Gambar 3.32. variansi jaringan arus pada batas lapisan dengan k berbeda
Didalam lapisan 1. Elemen aliran gambar bujur sangkar dan karena k1 / k2 panjang dibagi lebar
elemen aliran dari lapisan 2
Ditinjau dua lapisan tanah dengan tebal H1 dan H2 yang mempunyai koefisien
permeabilitas masing masing k1 dan k2 (Gambar 3.34) dua lapisan tersebut dianggap sebagai
lapisan tunggal dengan tebal H1 + H2
Gambar 3.34 kondisi tanah berlapis
Pada tinjauan aliran rembesan satu dimensi arah horizontal,garis-garis ekipotensial dalam
lapisan 1 dan 2, adalah vertical. Jika h1 dan h2. adalah tinggi energi total pada masing-masing
lapisan, maka untuk sembarang titik pad a tiap lapisannya. h1 = h2 Karena itu.sembarang garis
vertikal yang lewat dua lapisan merupakan ekipotensial untuk kedua lapisan tersebut. Jadi.
gradien hidrolik dalam dua lapisan dan dalam lapisan tunggal ekivalennya adalah sama. Yaitu
gradien hidrolik ix. Aliran horizontal total persatuan waktu (qx) adalah jumlah debit dari masing-
masing lapisan. Jadi.
qx = q1 + q2 = H1 kx1 ix + H2 kx2 ix
Hukum Darcy dapat digunakan untuk menghitung debit rembesan yang melalui struktur
bendungan. Dalam merencanakan sebuah bendungan. Perlu diperhatikan stabilitasnya terhadap
bahaya longsoran. erosi lereng dan kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh
bendungan. Beberapa cara diberikan untu rnenentukan besamya rembesan yang melewati
bendungan yang dibangun dari tanah homogen. Berikut ini disajikan beberapa cara untuk
menentukan debit rembesan.
Untuk kemiringan lereng hilir a yang lebih besar dari 30. Deviasi dari anggapan dupuit menjadi
kenyataan. Didasarkan pada persamaan (3,127). Debit rembesann: q=kiA.
Maka
𝑑𝑧
𝑞=𝑘 = 𝑘𝑎 sin 2 𝑎
𝑑𝑠
Atau
dimana s adalh panjang dari kurva A’BC penyelsaian dari persamaan (3.128) akan
menghasilkan
prosedur untuk mendapatkan debot rembesan, adalah sebagai berikut:
Penyelsaian :
Dengan H1 = 35 m dan H2 = 0 m
d=15+10+80=105 m
1.2×10×10×3600×24
𝑞= (35 − 0) = 0.605 𝑚/ℎ𝑎𝑟i
2×105
Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas B,B,ES pada potongan melintang
bendungan diketahui, besarnya rembesan dapat di hitung. Penggabaran secara grafis disarankan
disarankan pada sifat khusus dari kurva parabola. Untuk itu, harus diketahui satu titik pada
parabola (titik B) dan fosisi dari fokus F dari parabola. Menurut A casagrande, letak titik B( x,z)
dengan z= H adalah pada permukaan air di hulu bendungan dengan jarak 0.3 kali B,D, dihitung
dari titik B, atau BB,= 0,3 D,B (Gambar 3.40)
Perpotongan parabola dasar dengan permukaan hilir bendungan, yaitu titik R (Gambar 3.40),
dihitung menurut caa casagrande, yaitu sebesar (a+∆a) dengan a=FS
𝑆𝑅 ∆𝑎
= =𝑐
𝑆𝐹 𝑎+∆𝑎
Suatu bendungan homogen, diperlihatkan dalam Gambar C3.13. Jika koefisisen permeabilitas
tanah bahwa bendungan 0,4 mm/det, hitung debit rembesan yang lewat tubuh bendunngan.
Diketahui lebar bendungan 210 m (tegak lurus bidang gambar)
Penyelsaian :
Untuk menentukan debit rembesan, lebih dulu digambar jaring arus pada Gambar C3.13
AB = garis ekipotensial
Setelah parabola digambar, kemudian jaringa arus dapat dtentukan dengan cara coba-coba.
Dari gambar jaringan arus (Gambar C3.13), daoat dihitung debit rembesan
N = 3;N=16
= k h N/N = 0,4×10×3600×24×34×3/16×210
Sebuah bendungan urungan tanah mempunyai koefisien permeabilitas dalam arah x :k = 4,5 ×
10 m/det dan arah z : k = 1,6 × 10 m/det. Gambarkan jaringan arus dan hitung debit rembesan
lewat tubuh bendungan. Anggaplah tanah di bawah bendungan kedap air. Hitung pula tekanan
poxi pada titik A, 3 m dari permukaan lapisan kedap air
Penyelsaian :
Karena permeabilitas dalam arah x dan z berlainan, maka gambar bendungan harus
ditranspormasikan dengan skala yang baru. Dalam hal ini, semua ukuran panjang arah x di
kalikan dengan faktor
Penurunan muka air di A juga dapat ditentukan dengan mengukur jarak vartikel RS secara
langsung dari gambar yang diskala.