Anda di halaman 1dari 26

NAMA :BAIQ.

YUNITA ABABIL

NIM : 2101060052

PRODI : TEKNIK LINGKUNGAN

MATKUL : MEKANIKA TANAH

RANGKUMAN

3.3 REMBESAN

Teori rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua dimensi. Bila
tanah dianggap homogeny dan isotropis, maka dalam bidang x-z hukum Darcy dapat dinyatakan
sebagai berikut:

Vx = kix =- k ęℎ
ę𝑥

Vz =kiz =- k ęℎ
ę𝑧

Tinggi h berkurang dalam arah vx danvzx

Suatu elemen tanah jenuh dengan dimensi dx, dy, dz berturut-turut dalam arah sumbu
x,y, dan z dimana aliran terjadi hanya pada bidang x,z, diperlihatkan dalam Gambar 3.17.

ę𝑣𝑥
+ ęℎ𝑧 = 0 (3.71)
ę𝑥 ę𝑥
Persamaan (3.17) adalah persamaan kontinuitas dalam dua dimensi. Akan tetapi, jika
volume elemen berubah, persamaan kontinuitas terjadi :
6vX 6vz
{ + } dxdydz = 6V
(3.72)
6X 6z 6t

Dengan 6V/6t adalah perubahan volume persatuan waktu.

Ditinjau fungsi (x,z), yang disebut fungsi sedemikian hingga:


6V 6h
= 𝑣𝑥 = −𝑘 (3.73)
6X 6X

6V
= vz = -k 6h (3.74)
6z 6z

Dari Persamaan (3.71). (3.73) dan (3.74):


62
6X2 +
62 =0 (3,75)
6z2

Fungsi (x,z) memenuhi persamaan Laplace.

Integritas Persamaan (3.73) dan (3.74) akan diperoleh :

Ø (x,z) = - kh(x,z) + C (3,76)

dengan c adalah kontanta. Jadi, jika fungsi Ѳ (x,z) diberikan suatu nilai konstan Ѳ1, akan
menunJukkan kurva dengan nilai tinggi h1 konstan.

Selanjutnya, ditinjau fungsi kedua Ѳ (x,z) yang disebut fungsi aliran, dan dibentuk oleh

- 6X
= vz = - k 6h
6z (3.77a)

= vx = - k 6h (3.77b)
6z 6z

Deferensial total dari fungsi Ø (x,z) ini, menghasilkan :



dØ = 6Ø 𝑑𝑥 + dz
6X 6z

= - vz dx+ vx dz

Jika fungsi Ø (x,z ) diberikan suatu nilai konstan Ø1, maka dØ = 0, dan

6z vz
6X = VX

Jadi kemiringan dari kurva pada tiap titiknya diberikan oleh:

Ø (x,z) = Ø1
Dengan menetapkan resultan kecepatan pada tiap titik, kurvanya akan menunjukkan lintasan
aliran.

Dari memperhatikan Gambar 3.18, aliran per satuan waktu antara dua garis aliran unutk fungsi
aliran Ø1 danØ2

∆q = ∫Ø2 ( - vz dx + vx dz)

Ø1

= ∫ Ø2 (6Ø dx + 6Ø)
6X 6z

Ø1

= Ø2- Ø1

Jadi aliran lewat saluran antara dua garis aliran adalah konstan.

Deferensial total dari fungsi Θ (x,z) adalah:



dѲ = 6Ø 𝑑𝑥 + 𝑑𝑧
6X 6z

= v2 dx + vz dz

Jika Ѳ(x,z) konstan, maka dѲ = 0 dan

dz vX
= − (3.79)
dX VZ
Sekarang ditijau dua garis aliran Ø1 dan (Ø1 + ∆Ø) yang dipisahkan oleh jarak ∆b. Garis aliran
berpotong tegak lurus dengan dua ekipotensial Ѳ1 dan (Ѳ1 +∆Ø) yang dipisahklan oleh jarak
∆/ (Gambar 3.19).

Vx = vs cos a

Vz = vs sin a

3.3.1 Jaring Arus (Flow-net)

Sekelompok garis aliran da garis eksipotensial disebut jaring arus (flow-net). Gambar
3.20 memperlihatkan contoh dari sebuah jarring arus pada structur turap baja. Prinsip dasar yang
harus dipenuhi di dalam cara jaring arus adalah antara garis ekipotensial dan garis aliran harus
berpotongan tegak lurus.

Bila, perpotongan garis aliran dan garis ekipotensial berbentuk bujur sangkar ( ∆ / = ∆b).
Lajur aliran adalah ruang memanjang yang terletak di antar dua garis aliran yang
berdekatan. Debit aliran ∆q, adalah aliran yang lewat satu jalur aliran per satuan lebar structur
bending. Meurut hukum Darcy, dalam satu alirann:

∆q = kiA = k h1−h2 (b1 x1) = k h2−h3(b2 xb1) (3.83)


Ii l2

= k h3−h4(b3 xl) =……


i3

Jika elemen-elemen jarring bujur harus digambarkan sebgai bujur sangkar,

I1 = b 1

I2 = b2
I3 = b3

3.3.2 Tekanan Rembesan

Air pada keadaan statis didalam tnah, akan mengakibatkan tekanan hidrostatis yang
arahnya ke atas (uplift). Akan tetapi, jiks air mengalir lewat lapisan tanah, aliran air akan
mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan hidrodinamis yang bekerja menurut arah
alirannya. Besarnya tekanan rembesan akan merupakan fungsi dari gradient hidrolik.

Sebuah structur bendungan tanah yang didasri lapisan kedap air diperlihatkan pada
Gambar 3.23. Panjang garis aliran sama dengan dL dan llurus potongan melintang tabung
aliran adalah dA. Besarnya gaya tekanan air dapat dinyatakan sebagai fungsi dh,sebagai berikut:

Dp = ywdh dA (3.89)

Dengan Yw adalah berat volume air dan dp adalah gaya hidrodinamis yang disebut gaya
rembesan. Dari Persamaan (3.89), gaya per satuan volume:
d𝑝 𝑑𝑝 Yw𝑑ℎ𝑑𝐴 (3.90)
= =
𝑑𝑉 𝑑𝐴 𝑑𝐿 dAdL

Karena aliran air dalam tanah biasanya lambat, amak gaya inersia ppada air yang brgerak
diabaikan. Dengan menganggap dp/(dA dL) = D, maka akan diperoleh pesamaan gaya rembean
per satuan volume :

D Yw I (kN/m3, t/m3) (3.91)

Dengan i = dh/dL adalah gradient hidrolik. Gaya hidrodinamis persatuan volume (D)
bekrja sepanjang arah aliran airnya.

3.3.2.1 Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilotas Tanah

Tekanan hidrodinamis mempunyai pengaruh yang besar pada stabilitas tanah. Tergnatung
pada arah aliran, tekanan hidrodinamis dapat mempengaruhi berat volume tanah. Pengaruh d
pada berat volem tanah, oleh adanya rembesan, diberikan dalam Gambar 3.24 pada titik 1, atau
sembarang titik garis aliran berarah vertical ke bawah, berat volume efektif (Yef) adalah:

Yef = Y – D

Dengan Y adalah berat volume tanah terapung.

Pada titik 2,atau sembarang titik pada garis aliran, dua vector D dan Y bekerja saling
tegak lurus, menghasilkan vector resultan gaya yang miring.

Pada titik 3, dimana arah aliran vertical, berat volume efektifnya adalah

Yef = Y- D

7
Disisnio, jika D – Y, maka tanah Nampak kehilanhgan bertnya,sehingga m,enjadi tidak
stabil. Hal ini demikia n, disebut kondisi kritis, di mana pada keadaan ini terdapat gradient
hidrolik kritis, dengan konsekuensinya kecepatan aliran yang terjadi juga kecepatan kritis ( V c0.
Pada kondisi kritis:

D = Yw ic (3.94)

Bila dengan kecepatan aliran melampaui keepatan kritis, maka D> Y dan Yef dalam
Persamaan (3.93) menjadi negative. Hal ini berarti tanah dalam keadaan mengampung atau
terangkat ke atas. Tanah dalam kondisi sedemikian disebut tanah dalam kondisimengapung atau
mendidih (quick – condition).

3.3.2.2 Teori Kondisi Mengapung (Quick – Condition)

Telah disebutkan bahwa tekanan hidrodinamis dapat mengubah keseimbangan lapisan


tanah. Pada keadaan seimbang, besarnya gaya yang bekrja ke bawah W = Y sama dengan
gaya rembesan D = Yw ic, atau

W↑ - D↓ = 0 (3.95)

Dengan ic adalah gradient hidrolik kritis pada keseimbagan gaya diatas. Batasnya beratnya tanah
terendam air, adalah:

W = Y =(1 – n)(Gs -1)Yw

Y = 𝐺𝑠−1 𝑌𝑤 (kn/m3, t/m3) (3.96)


1+e

Dengan:

n = porositas

Gs = berat jenis tanah

e = angka pori

Yw = berat volume air

Substitusi Y dan D = Yw ic kedalam Persamaan (3.95), maka

Y = Yw ic

Persamaan gradient hidrolik kritis :

F
ic = Y`w (3.97)
atau dapat pula dibentuk
persamaan:
𝐺𝑠−1
Yw-ic = 0
1+e
(3.98)
𝐺𝑠−1
Ic = 1+e

Contoh soal 3.11:

Lapisan pasir halus setebal 3 m mempunyai angka pori (e) = 0,75 dan berat jenis (Gs) = 2,65.
Tentukan tekanan air ke atas yang mengakibatkan bahaya tanah mengapung. Jika koefisien
permeabilitas tanah pasir, k = 0,2 x 10-4 cm/det pada suhu 200C, berpakah debit yang hbarus
dipelihara untuk mencegah kondisi kritis tanha? Jika tempertaur naik menjadi 300C, berapakah
persentase kenaikan debitnya?

PenyelesaiaanI:

∆ℎ 𝐺𝑠 ; 𝐿 = 3𝑚
i= L =1+e

tinggi tekanan air minum yang mengakibatkan bahaya mengapung (∆h):

∆h = 2,65−1 𝑥3 = 2,83 𝑚(𝑌 𝑥 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑝i𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠i𝑟)


1+0,75

Debit yang harus dipelihara per meter persegi:

q = kiA = k(∆h/L)1

= (0,2 x 10-4 x 10-2) ( 2,83/3)1 = 1.9 x 10-7 m3/det

Persentase kenaikan debit, jika temperature 300C:


𝜇20
K20 = k20 x
𝜇30 ( dari Tabel 3.3;μ30/ μ20 = 0,793)

= 0,2 x 10-4 x (1/0,793 ) = 1,26 x 0,2 x 10-4cm/det

Jadi, permeabilitas bertambah dengan (1,26-1) 100 % = 26 %, dengan demikian debit rembesan
juga akan bertambah 26%.

3.3.2.2 Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya Piping


Disebutkan bahwa bila tekanan rembesan ke atas yang terjadi dalam tanah sama dengan
ic, maka tanah akan pada kondisi mengapung. Keadaan ini juga dapat berakibat terangkutnya
butiran-butiran tanah halus, sehingga terjadi pipa-pipa didalam tanah yang disebut piping. Akibat
terjadinya pipa-pipa yang berbentuk rongga-rongga, dapat mengakibatkan fondasi bangunan
mengalami penurunan, sehingga mengganggu stabilitas bangunan. Harza (1935) memeberikan
factor keamanan bangunan air terhadap bahaya piping, sebagai berikut:

SF = i𝐶
i𝑒

Dengan ic adalah gradien keluar maksimum (maxsimum exit gradient) dan ic =Y’/YW. Gradien
keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari jaringan arus dan besarnya sama dengan ∆h/l
(∆h adalah kehilangan tinggi energi antara dua garis ekipotensial terakhir, dan l adalah Panjang
dari elemen aliran). Factor aman 3 atau 4 cukup memenuhi angka aman stukturnya. Harza (1935)
memberikan grafik gradien keluar maksimum untuk bendungan yang dibangun pada lapisan
homogen. Gradien keluar maksimum diberikan menurut persamaan:

ic = C ℎ
𝐵

Lane (1935) menyelidiki keamanan stuktur bendungan terhadap bahaya piping. Panajang
lintasan air melalui dasar bending dengan memperhatikan bahaya piping dihitung dengan cara
pendekatan empiris, sebagai berikut :
∑ 𝐿ℎ
LW = + ∑Lv
3

Keterangan:

Lw = weighted – creep – distance

∑Lh = jumalah jarak horizontal menurut lintasan terpendek

∑Lv = jumlah jarak vertikal menurut lintasan terpendek


Setelah weighted – creep – distance di hitung, weighted – creep – distance – ratio (WCR) dapat
ditentukan menggunakan persamaan:
∑Lh
WCR =
𝐻1−𝐻2

Lintasan aliran yang melewatu struktur dengan sudut kemiringan >450, di perhitungkan sebagai
lintasan horizontal (Lh).

Table 3.6 Nilai angka aman untuk weighted – creep – ratio

Tanah Angka aman WRC (weighted – creep –


ratio)
Pasir sangat halus atau lanau 8,5
Pasir halus 7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Kerikil halus 4,0
Kerikil kasar 3,0
Lempung lunak sampai sedang 2,0 – 3,0
Lempung keras 1,8
Cadas 1,6

Hasil lokasi dipengaruhi oleh bahaya piping terjadi sejarak d/2 dari dinding turap (d = kedalam
penetrasi turap ketanah). Stabilitas struktur dapat ditentukan dengan memperhatikan prisma
tanah pada sisi hilir menurut tebal satuan dan dari potongan d x d/2. Dengan menggunakan
jaringan arus, tekanan keatas dapat ditentukan dari persamaan:

U = ½ Yw d ha
dengan ha = tinggi energi hidrolik rata – rata (average hydraulic head) pada dasar dari prima
tanah. Gaya berat prisma tanah yang terendam bekerja kebawah, dapat dinyatakan dengan berat
mengapung:

W’= ½ Y’ d2

Faktor aman dinyatakan oleh:


1
𝖶′ ( )F 𝘍𝑑2
2 𝑑F′
SF = = =
1
𝑈 ( )Fw𝑑 ℎ𝑎 ℎ𝑎Fw
2

Nilai perkiraan SF = 4 biasanya cukup memenuhi.

Dalam menghitung factor aman minimum terhadap piping, Terzaghi (1943) menyarankan
untuk memperhatikan stabilitas prisma tanah berdimensi d/2 x d’ x 1. Perhatikan bahwa 0 < d’≤
d.
Akan tetapi, bila factor aman (SF) yang diberikan 4 sampai 5, penggunaan d = d’
dianggap cukup aman dan memenuhi syarat kestabilan (Harr,1962).
Contoh soal 3.12

Tampang melintang bending, seperti yang terlihat pada gambar C3.2 dengan menggunakan cara
Lane, tentukan apakah bending tersebut aman terhadap bahaya piping. Tanah dasar bending
berupa pasir halus.

Penyelesaian:

Aliran dengan sudut kemiringan dasar α > 450 dianggap aliran vertikal. Pada bagian CD, lintasan
dianggap horizontal karena α = 350, sedangkan EF dianggap aliran vertikal karena α = 600.

Lw = ∑𝐿ℎ + ∑Lv
3

∑Lh = 1,5 + 2 +20 +1,5 = 25 m

∑Lv = 3 + 2,2 +3 = 8,2 m

Lw = 25/3 + 8,2 = 16,53 m


𝐿w 16,53
WCR = = = 2,76
𝐻1−𝐻2 3

Tanah dasar bending berupa pasir halus. Dari table di atas syarat keamanan terhadap bahaya
piping minimum WCR = 7. Dari hasil hitungan diperoleh WCR = 2,76 , maka stuktur tidak aman
terhadap bahaya piping. Agar aman maka perlu ditambahkan lantai muka atau lantai belakang,
supaya lintasan air menjadi lebih Panjang.
Menurut terazaghi (1943), bahaya piping akan terjadi dimuka turap pada jarak kira-kira setengah
kedalaman turap terpancang dalam tanah. Pada contoh ini prisma dalam dimensi 6m x 3m x 1m,
adalah daerah piping yang paling membahayakan.

∆ℎ𝐵𝐴
IBA = 𝐿𝐵𝐴

Gradien keluar (iBA) pada elmen jaring arus terakhir dihitung dengan cara berikut:

∆hBA = 4,50 = 0,45𝑚


10

Panjang garis alira BA:

LBA = 1.50M (menurut skala)

Jadi gradien keluar:

Ic = iBA =0,45 = 0,30


1,50
Tinjauan gradien hidrolik juga dapat dilakukan pada titi di tengah-tengah elmen bujur sungkar,
dengan hasil yang tak jauh berbeda.

g𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑏𝑎w𝑎ℎ 𝑒f𝑒𝑘𝑡if 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠 40,72


Faktor aman = = = 13,83
g𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑒f𝑒𝑘𝑡if 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠 2,95

Gaya Tekanan Air Pada Struktur

Jaringan arus dapat digunakan untuk menentukan besar gaya tekanan air keatas dibawah sebuah
struktur. Cara hitungannya dalam contoh hitungan sebagai berikut.

Tinggi tekanan D adalah (11+2,3m) dikurangi dengan kehilangan tinggi energi hidrolik. Titik D
bertepatan dengan garis ketiga permulaan dengan sisi sebelah hulu, yang berarti bahwa
kehilangan tinggi energi hidrolik pada titik ini = 2 (h/Nd) = 2(11/12) = 1,83 m.

Tinggi energi tekanan tekanan air di:

D = (11+2,3) – 1,83 = 11,47 m

E = (11+2,3) – 3(11/12) = 10,55 m

F = (11+2,3 – 1,65) – 3,5(11/12) = 8,44 m


Titik Tinggi Tekanan(h)(m) Tekanan Air Keatas (=hYw)
(kN/m2)
A 8,67 8,67 x 9,81 = 85,05
B 8,19 80,34
C 7,24 71,02
D 6,76 66,32
E 5,81 57,00
F 5,33 52,29

3.3.3 Kondisi Tanah Anistropis

Dalam tinjaun tanah anistropis, walaupun tanah mungkin homogen, tapi mempunyai
permeabilitas yang berbeda-beda arah vertikal dan horizontalnya. Kebanyakan tanah pada
kondisi alamnya dalam keadaan anistropis, artinya mempunyai ketinggian permeabilitas yang
tidak sama kesegala arah, yaitu maksimum searah lapisan (arah hosizontal), dan minimum
kearah tegak lurus lapisannya (arah vertikal).

Langkah-langkah hitungan jaring arus pada kondisi tanah anistropis, dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Untuk penggambaran potongan melintang struktur, gunakan sembarang skala vertikal.
𝑘𝑧 𝑘 𝑣𝑒𝑟𝑡i𝑘𝑎𝑙
2) Tentukan, √ = √
𝑘𝑥 𝑘 ℎ𝑜𝑟i𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙
3) Hitunglah skala horizontal , sedemikian skala horizontal = √(𝑘𝑧𝑘𝑥 𝑘𝑎𝑙i 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑣𝑒𝑟𝑡i𝑘𝑎𝑙
4) Dengan skala yang ada pada butir (a) dan (c), gambarkan potongan melintang
dari sturuktur
5) Gamabarkan jaring arus untuk potongan yang ditransformasi, dengan cara yang
sama seperti keadaan isotropis.
𝑁f
6) Hitungan debit rembesan menurut persamaan q = h √𝑘𝑥𝑘𝑧
𝑁𝑑

3.3.4 Kondisi Tanah Berlapis

3.3.4.1 Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis dengan Cara Jaringan Arus

Cara penggambaran jaring arus yang telah dipelajari sebelumnya adalah untuk kondisi
tanah yang homogen. Dalam prakteknya, banyak dijumpai keadaan tanah yang tidak
homogen.seperti yang ditunjukkan Gambar 3.31. Bila jaring arus akan digambarakan untuk
kondisi 2 lapisan yang berbeda, maka pada batas lapisannya gambar jaring arus akan patah.
Kondisi demikian disebut kondisii transfer. Gambar 3.31 memperlihatkan kondisi
umum.dimana lajur-lajur jaring arus memotong batas dari 2 lapisan tanah lapisan tanah 1 dan
2,mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama. Garis patah-patah yang memotong lajur
aliran pada gambar. Adalah garis – garis ekipotensial. Pada Gambar 3.31 Ah adalah tinggi
energi hilang diantara dua garis ekipotensial yang berdekatan di tinjau dari suatau Panjang
satuan yang tegak lurus bidng gambar debit rembesan yang melalui satu lajur aliran adalah:
𝐴ℎ 𝐴ℎ
𝐴𝑞 = 𝑘1 𝑏1 = 𝑏2
𝐼1 𝐼2

Dengan I1 dan b1 berturut - turut adalah panjang dan lebar dari elemen alir;n Iapisan tanah 1.
sedang 12 dan b2 adalah panjang dan lebar pada lapisan tanah 2. Dari Gambar 3.31. terlihat
bahwa
11 = AB sin St =AB cos sin 𝛼1 (3.116a)
J.-, = AB sine-, = AB cos sin 𝛼2 (3.116b)
b1 = AC cos 81 = AC sin sin 𝛼1 (3.116c)
b2 = AC cos 82 = AC sin sin 𝛼1 (3.116d)

Dari Persamaan (3.116a) dan (3.116c),

B1/I1 = cos 01sin 01 = sin u sin 𝛼 1/cos 𝛼1 (3.117)


Gambar 3.31 Jaring arus pad a pertemuan lapisan dengan k berbeda.

Jaring arus untuk tanah yang tidak homogen, dapat digambarkan dengan menggunakan
Persamaan (3.119). Untuk selanjutnya,pertimbangan berikut ini mungkin sangat penting untuk
digunakan dalam penggambaran jaring arus pada kondisi tanah berlapis.

a. Jika k1 > k2 maka dapat digambarkan elemen jaringan arus bujur sangkar pada
lapisan 1. Ini berarti bahwa I1 = b1 maka k1 / k2 =b2 /I1 jadi jaeringan arus dalam
lapisan 2 akan berupa segic empat dengan nilai banding lebar dan Panjangnya k1 k2
(Gambar 3.32a).
b. Jika k1 < k2 maka dapat di gambarkan bahwa jaringan arus bujur sangkar pada lapisan
1, yaitu dengan I1 = b1 Dari persamaan (3.119) k1/k2 = b2/ I2 maka elemen jaringan
arus dalam lapisan 2 akan segiempat (Gambar 3.
Gambar 3.32. variansi jaringan arus pada batas lapisan dengan k berbeda

Didalam lapisan 1. Elemen aliran gambar bujur sangkar dan karena k1 / k2 panjang dibagi lebar
elemen aliran dari lapisan 2

Gambar 3.33 jaringan arus pada bendungan k berbeda.

3.3.4.2 Menghitung Debit Rembesan Tanah Berlapis dengan Cara Menganggap


Sebagai Lapisan Tungal

Ditinjau dua lapisan tanah dengan tebal H1 dan H2 yang mempunyai koefisien
permeabilitas masing masing k1 dan k2 (Gambar 3.34) dua lapisan tersebut dianggap sebagai
lapisan tunggal dengan tebal H1 + H2
Gambar 3.34 kondisi tanah berlapis

Pada tinjauan aliran rembesan satu dimensi arah horizontal,garis-garis ekipotensial dalam
lapisan 1 dan 2, adalah vertical. Jika h1 dan h2. adalah tinggi energi total pada masing-masing
lapisan, maka untuk sembarang titik pad a tiap lapisannya. h1 = h2 Karena itu.sembarang garis
vertikal yang lewat dua lapisan merupakan ekipotensial untuk kedua lapisan tersebut. Jadi.
gradien hidrolik dalam dua lapisan dan dalam lapisan tunggal ekivalennya adalah sama. Yaitu
gradien hidrolik ix. Aliran horizontal total persatuan waktu (qx) adalah jumlah debit dari masing-
masing lapisan. Jadi.

qx = q1 + q2 = H1 kx1 ix + H2 kx2 ix

3.3.5 Rembesan Pada Steruktur Bendungan

Hukum Darcy dapat digunakan untuk menghitung debit rembesan yang melalui struktur
bendungan. Dalam merencanakan sebuah bendungan. Perlu diperhatikan stabilitasnya terhadap
bahaya longsoran. erosi lereng dan kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh
bendungan. Beberapa cara diberikan untu rnenentukan besamya rembesan yang melewati
bendungan yang dibangun dari tanah homogen. Berikut ini disajikan beberapa cara untuk
menentukan debit rembesan.

3.3.5.1 Cara Dupuit


Potongan melintang sebuah bendungan di tunjukan Gambar 3.3.5 garis AB adalah garis
permukaan freatis, yaitu garis rembesan persatuan lebar arah tegak lurus bidang gambar yang
dberikan oleh Darcy adalah q = kiA. Dupuit (8163) , menganggap bahwa geradien hidrolik (i)
adalah sama dengan kemiringan permukaan freatis dan besarnya konstan
3.3.5.2 Cara Sheaffernak

Untuk menghitng rembesan yang lewat bendungan, sheaffernak (1917) menganganggap


bahwa permukaan freatis akan merupakan AB dalam Gambar 3.36, yaitu memptong garis
kemiringan hilir pada jara a dari dasar lapisan kedap air, rembesan satuan Panjang bendungan
dapat di tentukan dengan memperhatikan bentuk sehingga BCD dalam Gambar 3.3.6

lapisan kedap air

Gambar 3.36 hitungan rembesan cara sheaffernak

Debit rembesan q = kiA


Luas aliran : A = BD x 1 = a sin a

3.3.5.3 Cara A. casagrande


A. Casagranda (1937) mengusulkan cara untuk menghitung rembesan lewat tubuh
bendungan yang didasarkan penguji model. A. Casagrande (1932) menyarankan hubungan
secara pendekatan yang didasarkan pada kondisi kenyataan. Dalam kenyataan (gambar 3,.37).
𝑑𝑧
i=1+
𝑑𝑟 (3.127)

Untuk kemiringan lereng hilir a yang lebih besar dari 30. Deviasi dari anggapan dupuit menjadi
kenyataan. Didasarkan pada persamaan (3,127). Debit rembesann: q=kiA.

Pada segitiga BCF Gambar 3.38.


𝑑𝑧
i= = sin 𝑎; 𝐴 = 𝐵𝐹 × 1 = 𝑎 sin 𝑎
𝑑𝑠

Maka
𝑑𝑧
𝑞=𝑘 = 𝑘𝑎 sin 2 𝑎
𝑑𝑠

Atau

∫ 𝑧𝑑𝑧 = ∫𝑎 sin 𝑎𝑑𝑦 (3.128)

dimana s adalh panjang dari kurva A’BC penyelsaian dari persamaan (3.128) akan
menghasilkan
prosedur untuk mendapatkan debot rembesan, adalah sebagai berikut:

1. Tentukan nilai banding diH


2. Dengan nilai pada butir (1) dan a, tentukan nilai m
3. Hitunglah panjang a= mH/sin a
4. Hitunglah debit rembesan, dengan q= ka sin a

Contoh soal 3.22:

Tampang melintang sebuah bendungan diperlihatkan pada gambar C3.12. Hitunglah


debit rembesan yang lewat tubuh bendungan dalam m/hari, dengan cara: (a) dupuit, (b)
sebaffernak, (c) casagrainde.

Penyelsaian :

(a) Cara Dupuit


𝑘
𝑞= (𝐻1 − 𝐻2)
2𝑑

Dengan H1 = 35 m dan H2 = 0 m
d=15+10+80=105 m
1.2×10×10×3600×24
𝑞= (35 − 0) = 0.605 𝑚/ℎ𝑎𝑟i
2×105

3.3.5.4 Penggambaran Garis Rembesan Secara Grafis

Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas B,B,ES pada potongan melintang
bendungan diketahui, besarnya rembesan dapat di hitung. Penggabaran secara grafis disarankan
disarankan pada sifat khusus dari kurva parabola. Untuk itu, harus diketahui satu titik pada
parabola (titik B) dan fosisi dari fokus F dari parabola. Menurut A casagrande, letak titik B( x,z)
dengan z= H adalah pada permukaan air di hulu bendungan dengan jarak 0.3 kali B,D, dihitung
dari titik B, atau BB,= 0,3 D,B (Gambar 3.40)
Perpotongan parabola dasar dengan permukaan hilir bendungan, yaitu titik R (Gambar 3.40),
dihitung menurut caa casagrande, yaitu sebesar (a+∆a) dengan a=FS

Perhatikan bahwa panjang ∆a, adalah panjang SR, dengan

𝑆𝑅 ∆𝑎
= =𝑐
𝑆𝐹 𝑎+∆𝑎

Adalah fungsi a, dimana a adalah sudut kemiringan bedungan bagian hilir.

(1) Gambar kemiringan hilir bendungan ke arah atas


(2) Gambar garis vartikel AC lewat titik B
(3) Gambar setengah lingkaran OJC dengan diameter OC
(4) Gambar garis horizintal BG
(5) Dengan O sebagai pusat dan OG sebagai jari-jari, gambar bagian lingkar BJ
(6) Dengan C sebagai pusat dan CJ sebagai jari-jari, gambar bagian lingkaran JS
(7) Ukuran panjang OC yang merupakan panjang a

Contoh Soal 3.23:

Suatu bendungan homogen, diperlihatkan dalam Gambar C3.13. Jika koefisisen permeabilitas
tanah bahwa bendungan 0,4 mm/det, hitung debit rembesan yang lewat tubuh bendunngan.
Diketahui lebar bendungan 210 m (tegak lurus bidang gambar)

Penyelsaian :

Untuk menentukan debit rembesan, lebih dulu digambar jaring arus pada Gambar C3.13

AB = garis ekipotensial

AC = lapisan kedap air yang juga merupakan garis aliran

air BD ditentukan dengan cara casagrande

Setelah parabola digambar, kemudian jaringa arus dapat dtentukan dengan cara coba-coba.
Dari gambar jaringan arus (Gambar C3.13), daoat dihitung debit rembesan

N = 3;N=16

= k h N/N = 0,4×10×3600×24×34×3/16×210

= 46267 m/hari, selebar 210 m

3.3.5.5 Debit Rembesan Pada Bendungan Tanah Anisotropis

Contoh Soal 3.25:

Sebuah bendungan urungan tanah mempunyai koefisien permeabilitas dalam arah x :k = 4,5 ×
10 m/det dan arah z : k = 1,6 × 10 m/det. Gambarkan jaringan arus dan hitung debit rembesan
lewat tubuh bendungan. Anggaplah tanah di bawah bendungan kedap air. Hitung pula tekanan
poxi pada titik A, 3 m dari permukaan lapisan kedap air

Penyelsaian :

Karena permeabilitas dalam arah x dan z berlainan, maka gambar bendungan harus
ditranspormasikan dengan skala yang baru. Dalam hal ini, semua ukuran panjang arah x di
kalikan dengan faktor

(k/k) =(1,6 × 10 / 4,5 × 10) = 0,60

Permeabilitas ekivalen (k) bila tanah bendungan dianggap isotropis

K = (k/k) = (4,5×10/1,6×10) =2,7×10 m/det

Ketinggian garis PQ dianggap sebagai evaluasi revrensi

Gambarkan garis ekipotensial lewat A

Penurunan tinggi energi hidrolik di A = 2,4×9/18 =1,2 m

Jadi, tinggi energi tekanan di A = 9-3-1,2 = 4,8 m

Penurunan muka air di A juga dapat ditentukan dengan mengukur jarak vartikel RS secara
langsung dari gambar yang diskala.

Anda mungkin juga menyukai