Anda di halaman 1dari 33

BAB 2.

GELOMBANG

2.1. PENDAHULUAN

 Gelombang dikelompokan ke dalam 2 kategori, tergantung pd rasio

antara panjang gelombang (L) dan kedalaman air (h).

 Jika L/h  1 = gelombang panjang [gelombang pasang-surut,

gelombang banjir pada sungai (flood waves rivers)]

 Jika L/h tidak lebih dari 1 = gelombang pendek [gelombang angin,

gelombang yang disebabkan oleh kapal].

 Pd gelombang panjang, percepatan vertikal bisa

diabaikan. Sehingga tekanan yang diakibatkan oleh gelombang


adalah seragam sepanjang arah vertikal. Gradien dari tekanan
menghasilkan profil dari kecepatan arah horisontal yang seragam
sepanjang arah vertikal. Hanya pd dekat dasar terjadi pembengkokan yg
disebabkan oleh adanya gesekan dasar (bottom friction).

efek dari gesekan dasar

tekanan kecepatan
tekanan akibat gelombang
 Pd gelombang pendek, percepatan vertikal memainkan peran yg
penting. Implikasinya: tekanan yg diakibatkan oleh gelombang adalah
tidak seragam sepanjang arah vertikal. Profil kecepatan arah
horisontal adalah tidak seragam sepanjang arah vertikal. Gesekan
dasar menjadi hal yang tidak terlalu penting dikaitkan dgn profil
kecepatan [pada air dalam].

2.2. ASUMSI DALAM TEORI GELOMBANG PENDEK

 Asumsi-asumsi yang digunakan pada Teori Gelombang Pendek:

 Fluida yang tidak viskos.


 Kerapatan yang konstan (tidak termampatkan dan homogen)
 Permukaan dengan tekanan bebas
 Tidak terdapat tegangan permukaan
 Dasar yang kedap air dan horisontal
 Gelombang periodik, yang mana perambatan tanpa mengalami
perubahan bentuk
 Gerakan gelombang pendek periodik dapat dideskripsikan dengan

parameter berikut:

puncak
L gelombang

H level air rerata


(MWL)

h
g  jeluk
dasar
 Di bawah ini didiskripsikan gerak gelombang dalam sistem koordinat.

c
z
L
z =  (x,t)
x
z=0

w
h
u
z = -h

Keterangan: sumbu x adalah rerata dari tinggi muka air. Sumbu z positif
pada arah ke atas, adalah rerata tinggi muka air jika z = 0, dan dasar laut
pada z = -h.

2.3. PERSAMAAN DASAR UNTUK GELOMBANG PENDEK

Persamaan-persamaan dasar yang mendiskripsikan gerak gelombang


adalah persamaan kontinyuitas dan persamaan gerak (pada arah x dan z).

Persamaan kontinyuitas (dalam 2 dimensi, bidang x-z). Misal sebuah


elemen dari fluida pada bidang x-z.

w + w/z . dz

dz u u + u/x . dx
w

dx
Aliran masuk (dalam waktu dt) ; u dz dt + w dx dt
Aliran keluar; (u + u/x . dx) dz dt + (w + w/z . dz) dx dt.

Fluida adalah tidak termampatkan, maka berarti aliran masuk = aliran


keluar

Sehingga persamaan kontinyuitas dapat dinyatakan dalam:

Persamaan gerak (dalam 2 dimensi, bidang x-z)


Diterapkan hukum Newton II; F = m * a atau a = F/m.
Kita akan menerapkan formula ini pada arah x, maka du/dt = Fx / m
Kecepatan u (pada arah x) adalah merupakan fungsi dari x,z,t; atau u =
f(x,z,t)
Jadi,

Atau,

Kita tahu bahwa:


dx/dt = u dan dz/dt = w

Hal ini berarti:


Keterangan;
du/dt = percepatan total
u/t = percepatan lokal
u . u/x + w . u/z = percepatan konvektiv, pergerakan dengan partikel
fluida.

Gaya per unit massa pada arah x; adalah gaya tekan dan gaya gravitasi.

Gaya tekan (pada arah x)


Kita memisalkan sebuah elemen dari fluida pada bidang x-z

dz p p + p/x . dx

dx

Gaya tekan/unit massa =

Gaya gravitasi (pada arah x)


Gravitasi field (yang ada) adalah konservatif, jadi bisa diperkenalkan
potensial gravitasi field  = gz
Gaya pada arah x per unit massa adalah:
Dalam arah x, maka gaya secara komplit adalah sebagai berikut;

Persamaan gerak pada arah x adalah;

Analog dengan persamaan di atas, maka persamaan gerak pada arah z


adalah;

 Kondisi batas

Kondisi batas (boundary condition) ditambahkan untuk menyelesaikan


persamaan-persamaan. Kondisi batas ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kondisi batas kinematis dan kondisi batas dinamis.

Kondisi batas kinematis adalah:


1. Kondisi pada dasar, w = 0 pada z = -h
2. Kondisi pada permukaan,
w = d/dt pada z = (x,t)
atau,
w = /t + u /x pada z = (x,t).

Kondisi batas dinamis adalah:


 Kondisi pada muka air bebas, p = 0 pada z = (x,t).
Kondisi batas ini membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tekanan.
Kita bisa menyederhanakan persamaan-persamaan dan kondisi-kondisi
batas dengan memperkenalkan kondisi irrotationality, yang dibahas lebih
lanjut pada bagian dibawah ini.

 Kondisi irrotationality

Karena gradien kecepatan, partikel fluida dapat berotasi pada sekeliling


sumbunya. Anggap sebuah elemen fluida sebagai berikut;

u + u/z . dz

d
dz
w + w/x . dx

d
w
u
dx

Karena gradien kecepatan, sudut d dan d adalah:

maka,

maka,

Rotasi dari elemen adalah sebagai berikut:


Rotasi =

Di bawah kondisi tidak viskos dan gerak dimulai dari kondisi istirahat
maka rotasi dari masing-masing partikel adalah = 0. Hal ini berarti:

Pada kondisi rotasi = 0, maka selanjutnya diperkenalkan adanya kecepatan


potensial (potential velocity) atau . Derivasi kecepatan potensial pada
berbagai arah merupakan kecepatan pada arah tersebut. Jadi:

Kecepatan potensial ini sama sekali tidak mempunyai makna secara fisik,
melainkan hanya merupakan penyederhanaan matematis saja. Kita bisa
mensubstitusi kecepatan potensial ke persamaan kontinyuitas dan
persamaan gerak dan pada akhirnya akan didapatkan persamaan yang
sederhana.

Persamaan kontinyuitas:

u/x + w/z = 0 2/x2 + 2/z2 = 0, merupakan


Persamaan Laplace

Persamaan gerak pada arah x:


u/t + u u/x + w u/z + /x (p/ + gz) = 0
/t (/x) + u u/x + w w/x + /x (p/ + gz) = 0
u/z = w/x, (irotasional)

Kita bisa menuliskan persamaan gerak,


(/t) + ½ (u2 + v2) + (p/ + gz) = 0, sebagai Persamaan Bernoulli
untuk aliran unsteady.

Dan juga, kondisi batas dapat dituliskan dalam term kecepatan potensial
dengan mensubstitusikan u = /x dan w = /z.

Pertama,

w = 0 pada z = -h

kedua,

ketiga,

p = 0 pada z =(x,t) substitusi dari p = 0 dan z =(x,t) ke


persamaan bernoulli,

2.4. TEORI GELOMBANG LINIER

 Teori gelombang linier pada kedalaman konstan.


Pendekatan yang paling sederhana adalah berdasarkan asumsi gelombang
adalah relatif kecil. Hal ini berarti H/L  1 (sangat landai) dan H/h  1
(gelombang yang sangat kecil dibanding dengan kedalaman air).
Dari asumsi tersebut di atas maka dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Termin kuadratik non linier pada kondisi permukaan bebas adalah kecil
dibanding dengan termin linier.
2. Perbedaan antara elevasi permukaan bebas sesaat z =  dan rerata nilai z
= 0 dapat diabaikan pada kondisi batas (boundary condition).
Hal ini berarti bahwa kondisi batas pada permukaan bebas dapat dilinierkan
sebagai berikut:

Disederhanakan menjadi:
/z = /t pada z = 0.

pada z = (x,t)
Dapat disederhanakan menjadi:
pada z =0

Selanjutnya, persamaan:

bersama-sama dengan kondisi batas:


/z = 0 pada z = -h
/z = /t pada z = 0
/t + g = 0 pada z = 0
maka akan mempunyai penyelesaian yang berupa gelombang sinusoidal.

 Profil permukaan

Persamaan dari profil permukaan dapat dituliskan sebagai berikut:


(x,t) = a sin(t – kx)
Keterangan:
a = amplitudo = ½ H (H = tinggi gelombang)
k = 2/L = angka gelombang
 = 2/T = frekuensi gelombang
c = L/T = (2/k) / (2/) = /k

Angka gelombang k merupakan perubahan phase per unit perambatan jarak


(untuk waktu tertentu).
Frekuensi gelombang  merupakan perubahan phase per unit waktu (pada
titik tertentu)
Kecepatan rambat c merupakan kecepatan dari bentuk gelombang. Juga
biasa disebut sebagai kecepatan phase.

 Kecepatan potensial

Akan dibahas sifat-sifat aliran, yang berkaitan dengan profil permukaan


yang sinusoidal. Sifat-sifat aliran dapat diturunkan dari persamaan
kinematis sebagai berikut:

/z = /t z=0


2/x2 + 2/z2 = 0
/z = 0 z=-h

Dicari solusi untuk kecepatan potensial  yang memuaskan, dengan


persamaan permukaan gelombang (x,t) = a sin (t – kx). Solusi dari 
haruslah sangat sinusoidal dengan x dan t. Hal ini tidak diharuskan phase
yang sama. Selanjutnya dicoba solusi sebagai berikut:
 (x,z,t) = ’(z) sin (t – kx + )
’(z) dan  haruslah ditentukan.

Disubstitusikan solusi tersebut ke persamaan 2/x2 + 2/z2 = 0,


hasilnya adalah sebagai berikut:

Persamaan tersebut haruslah berlaku untuk semua x dan t, yang

berimplikasi:

Persamaan ini adalah linier, differensial orde kedua. Secara umum


solusinya adalah sebagai berikut:
’(z) = A1 ekz + A2 e-kz
Keterangan:
A1 dan A2 dapat ditentukan dengan kondisi batas sebagai berikut:

1. Kondisi batas pada dasar


’/z  z = -h = A1 k e-kh - A2 k ekh = 0

Jadi,
A2 = A1 e –2kh

Disubstitusikan ke dalam ’(z) = A1 ekz + A2 e-kz menghasilkan:

’(z) = A1 (ekz + A2 e-kz – 2kh )


’(z) = 2A1 e-kh . cosh k(h + z)

2. Kondisi batas di permukaan

Kita tahu bahwa:


 = 2 A1 e –kh . cosh k(h+z) . sin(t – kx + ), dan
 = a sin (t – kx)

Jika dideferensialkan  ke z dan  ke t, maka:


2A1 e –kh . k sinh k(h+z) . sin (t – kx + )= a cos (t – kx),untuk z = 0
maka:
A1 e –kh . k sinh kh = a 2A1 e –kh = a / (k sinh kh)
sin (t – kx + ) = cos (t – kx)  = /2
Solusi dari kecepatan potensial adalah:

 Kecepatan partikel

Kecepatan partikel dapat diturunkan dari kecepatan potensial.


Kecepatan partikel pada arah x adalah:

Kecepatan partikel pada arah z adalah:

Dari kedua persamaan tersebut di atas, nampak bahwa amplitudo dari


kecepatan adalah:

dan,

Lebih jauh akan nampak bahwa u dan w pada titik tertentu adalah 90 o out
of phase. Hal ini mempunyai implikasi adanya sebuah rotasi dari kecepatan
vektor. Berikut ini adalah variasi dari kecepatan terhadap z. Maka dari itu,
pertama-tama dilihat kecepatan dekat permukaan dan pada dasar.
Pada permukaan, z = 0:
u’ = a / (tanh kh), dan
w’ = a

Pada dasar, z = -h:


u’ = a / (sinh kh), dan
w’ = 0

Dari persamaan tersebut nampak bahwa amplitudo dari kecepatan


horisontal atau u’ adalah hanya merupakan fungsi dari kh. Diingatkan
kembali bahwa kh adalah merupakan kedalaman relatif. Dibedakan
menjadi dua kedalaman relatif, yaitu air dalam dan air dangkal.

Pada air dalam, berarti kh  1. Sering dinyatakan bahwa kh  3 atau h/L


 ½. Jika kita lihat daerah di atas air dalam maka k(h+z)  1, maka fungsi
hiperbolik dapat didekati dengan fungsi eksponensial sebagai berikut:
cosh k(h+z) = ½ e k(h+z) + e –k (h+z)

Dengan cara yang sama, maka:


sinh k(h+z)  ½ e k(h+z)
sinh kh  ½ e kh
Jika diaplikasikan untuk u’ dan w’ akan didapatkan persamaan sebagai
berikut:
u’  a *  1/2 e k(h+z)/(1/2 ekh )= a ekz
w’  a *  1/2 e k(h+z)/(1/2 ekh )= a ekz
Pada air dangkal, berarti k(h+z)  1. Sering juga dinyatakan kh  1 atau
h/L  1/20. Fungsi hiperbolisnya dapat didekati sebagai berikut:
cosh k(h+z)  1
sinh k(h+z)  k(h+z)
sinh kh  kh

Jika diaplikasikan ke dalam persamaan u’ dan w’, maka:


u’ = a 1/(kh) = a/(kh) = c . a/h
w’ = a k(h+z)/kh = a (1 + z/h)

Sebagai catatan:
Pada air dangkal, u’ adalah tidak tergantung pada faktor kedalaman z. Hal
ini berarti bahwa sifat-sifat gelombang panjang ditemukan dalam kasus
yang khusus di gelombang pendek. Berikut ini adalah sketsa profil
amplitudo kecepatan dari kecepatan horisontal u’.
Pada kondisi air dangkal maka u’ independen terhadap z. Sedangkan pada
dangkal intermediet dalam
z=0 u’

z = -h

air dalam maka u’ merupakan fungsi eksponensial terhadap z.


 Partikel

Berikut ini adalah pembahasan bagaimana partikel fluida bergerak karena


adanya gelombang.

Z’(t)

X’(t)
Xo,Zo

Posisi partikel rerata adalah pada xo, zo. Perubahan letak dari posisi rerata
dinyatakan dengan x’(t) dan z’(t). Pergeseran adalah sama dengan integral
waktu (time integral) dari komponen kecepatan partikel.
Jika diasumsikan adanya perubahan kecil, bisa diambil kecepatan aktual
(pada posisi saat waktu t), kecepatan pada posisi rerata (x o, zo). Bisa
dihitung besarnya perseseran pada arah x sebagai berikut:

Kita tahu bahwa:

Maka:
Pengintegralan tersebut menghasilkan:

Dengan cara yang sama didapatkan:

Bisa juga dinyatakan sebagai berikut:


x’(t) = x’’ cos (t – kxo)
z’(t) = z’’ sin (t – kxo)
catatan tambahan:

Bisa dilihat pada persamaan untuk x’(t) dan z’(t), bahwa pergeseran pada
arah x dan arah z adalah berbeda phase 90o.
Kedudukan partikel selama siklus satu gelombang adalah berbentuk elips
dengan sumbu horisontal 2x’’ dan sumbu vertikal 2z’’. Bisa dilihat pada
sketsa berikut:

arah perambatan gelombang

Arah dari rotasi terlihat pada gambar (searah jarum jam pada gelombang
yang bergerak ke kanan).
Pada bagian atas untuk air dalam maka elips akan menjadi lingkaran.
Kondisinya adalah sebagai berikut:
k (h + zo)  1
tanh k(h + zo)  1
x’’  z’’ lingkaran

2.5. PERSAMAAN DISPERSI DAN KECEPATAN PHASE

Sejauh ini, kita berhubungan dengan kinematika pada fluida. Sekarang kita
memperkenalkan kondisi permukaan dinamis (dynamic surface condition).
Kondisi permukaan bebas adalah; /t + g = 0 pada z = 0. Hal ini
berarti bahwa tekanan pada permukaan = 0. Pada kondisi permukaan
dinamis menentukan relasi antara frekuensi gelombang () dan angka
gelombang atau wave number (k). Relasi ini disebut relasi dispersi.

Kita ketahui bahwa;

 = a sin (t – kx)

Kita bisa mendefferensialkan  ke t dan mensubstitusikan z = 0, maka


kondisi permukaan dinamis dapat dituliskan sebagai berikut;

Atau bisa dituliskan;


2 = gk tanh kh
Relasi antara  dan k ini disebut sebagai persamaan dispersi.

Pada keperluan praktis kita sering menggunakan panjang gelombang L dan


periode gelombang T, disamping juga angka gelombang k dan frekuensi
gelombang . Kita gunakan relasi yang akan sering digunakan yaitu:
 = 2/T dan k = 2/L.
Sehingga bisa kita tuliskan /k = L/T = c.

Untuk menuliskan persamaan dispersi dalam term panjang gelombang,


periode gelombang dan kecepatan phase, dapat dijabarkan sebagai berikut.
Persamaan dispersi adalah: 2 = gk tanh kh
(2/T)2 = g (2/L) tanh (2h/L)

Jika kita kalikan dengan T2 dan L kita dapatkan panjang gelombang;

Kita juga bisa dapatkan formula untuk kecepatan phase c = L/T

Kita lihat relasi ini pada air dalam ( h  ½ L). Pada kasus ini maka tanh
2h/L  1. Kita nyatakan panjang gelombang di air dalam sebagai Lo = gT2
/ (2). Dengan jalan yang sama kita nyatakan kecepatan phase di air dalam
sebagai co = gT/(2).
Sedangkan untuk kedalaman sembarang, kita bisa menuliskan persamaan
dispersi sebagai berikut:

Bisa juga dituliskan sebagai berikut:

Kita bisa lihat bahwa panjang gelombang akan berkurang dengan faktor
tanh 2h/L pada kedalaman air yang semakin dangkal.
Dalam upaya untuk melakukan penyederhanaan hitungan dari L jika
diketahui h dan periode gelombang, persamaan juga bisa dituliskan dalam
bentuk tanpa dimensi. Kita kalikan dengan h dan dibagi dengan L dan L o,
maka:
h/Lo = h/L tanh 2 h/L

Relasi antara h/L dan h/Lo diberikan dalam tabel sebagai berikut:
h/Lo h/L Kh tanh kh sinh kh cosh kh Ks n
0 0 0 0 0 1  1
0.005 0.02836 0.1782 0.1764 1791 1.0159 1.692 0.9896
0.010 0.04032 0.2533 0.2480 2560 1.0322 1.435 0.9792
0.015 0.04964 0.3119 0.3022 3170 1.0490 1.307 0.9690
0.020 0.05763 0.3621 0.3470 3701 1.0663 1.226 0.9588
0.025 0.06478 0.4070 0.3860 4184 1.0840 1.168 0.9488
0.030 0.07135 0.4483 0.4205 4634 1.1021 1.125 0.9388
0.035 0.07748 0.4868 0.4517 5064 1.1209 1.092 0.9289
0.040 0.08329 0.5233 0.4802 5475 1.1401 1.064 0.9192
0.045 0.08883 0.5581 0.5066 5876 1.1599 1.042 0.9095
0.050 0.09416 0.5916 0.5310 6267 1.1802 1.023 0.8999
0.055 0.09930 0.6239 0.5538 6652 1.2011 1.007 0.8905
0.060 0.1043 0.6553 0.5753 7033 1.2225 0.9932 0.8811
0.065 0.1092 0.6860 0.5954 7411 1.2447 0.9815 0.8719
0.070 0.1139 0.7157 0.6144 7783 1.2672 0.9713 0.8627
0.075 0.1186 0.7453 0.6324 8162 1.2908 0.9624 0.8537
0.080 0.1232 0.7741 0.6493 8538 1.3149 0.9548 0.8448
0.085 0.1277 0.8026 0.6655 8915 1.3397 0.9481 0.8360
0.090 0.1322 0.8306 0.6808 9295 1.3653 0.9422 0.8273
0.095 0.1366 0.8583 0.6953 9677 1.3917 0.9371 0.8187
0.100 0.1410 0.8858 0.7093 1.006 1.4187 0.9327 0.8103
0.110 0.1496 0.9400 0.7352 1.085 1.4752 0.9257 0.7937
0.120 0.1581 0.9936 0.7589 1.165 1.5356 0.9204 0.7776
0.130 0.1665 1.046 0.7804 1.248 1.5990 0.9169 0.7621
0.140 0.1749 1.099 0.8002 1.334 1.667 0.9146 0.7471
0.150 0.1833 1.152 0.8183 1.424 1.740 0.9133 0.7325
0.160 0.1917 1.204 0.8349 1.517 1.817 0.9130 0.7184
0.170 0.2000 1.257 0.8501 1.614 1.899 0.9134 0.7050
0.180 0.2083 1.309 0.8640 1.716 1.986 0.9145 0.6920
0.190 0.2167 1.362 0.8767 1.823 2.079 0.9161 0.6796
0.200 0.2251 1.414 0.8884 1.935 2.178 0.9181 0.6677
0.210 0.2336 1.468 0.8991 2.055 2.285 0.9205 0.6563
0.220 0.2421 1.521 0.9088 2.178 2.397 0.9231 0.6456
0.230 0.2506 1.575 0.9178 2.311 2.518 0.9261 0.6353
0.240 0.2592 1.629 0.9259 2.450 2.647 0.9291 0.6256
0.250 0.2679 1.683 0.9332 2.599 2.784 0.9323 0.6164
0.260 0.2766 1.738 0.9400 2.755 2.931 0.9356 0.6076
0.270 0.2854 1.793 0.9461 2.921 3.088 0.9390 0.5994
0.280 0.2942 1.849 0.9516 3.097 3.254 0.9423 0.5917
0.290 0.3031 1.905 0.9567 3.284 3.433 0.9456 0.5845
0.300 0.3121 1.961 0.9611 3.483 3.624 0.9490 0.5777
0.320 0.3302 2.075 0.9690 3.919 4.045 0.9553 0.5655
0.340 0.3468 2.190 0.9753 4.413 4.525 0.9613 0.5548
0.360 0.3672 2.307 0.9804 4.974 5.072 0.9667 0.5457
0.380 0.3860 2.425 0.9845 5.609 5.697 0.9717 0.5380
0.400 0.4050 2.544 0.9877 6.329 6.407 0.9761 0.5314
0.420 0.4241 2.665 0.9904 7.146 7.215 0.9798 0.5258
0.440 0.4434 2.786 0.9924 8.075 8.136 0.9832 0.5212
0.460 0.4628 2.908 0.9941 9.132 9.186 0.9860 0.5173
0.480 0.4822 3.030 0.9953 10.32 10.37 0.9885 0.5142
0.500 0.5018 3.153 0.9964 11.68 11.72 0.9905 0.5115

Kecepatan phase untuk sembarang kedalaman dapat dinyatakan sebagai


berikut:

Dapat dilihat di sini bahwa kecepatan phase akan berkurang dengan faktor
tanh 2h/L pada kedalaman yang lebih kecil.

Pada keadaan air dangkal maka 2h/L  1


Pada kasus ini maka besarnya tanh 2h/L  2h/L. Sehingga, kita bisa
menuliskan kecepatan phase:
(ingat T/L = 1/c)

c2 = gh , atau dengan kata lain:

Ini adalah sama dengan kecepatan phase dari gelombang panjang dengan
amplitudo kecil.
Pada air yang semakin dangkal maka panjang gelombang akan berkurang,
kecepatan phase juga berkurang yang diakibatkan oleh berkurangnya
kedalaman.

Tekanan gelombang

Kita juga bisa menghitung distribusi tekanan pada gelombang muka bebas
(free surface waves). Tekanan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan bernoulli untuk aliran tidak tetap (unsteady flow),

Term ½ (u2 + w2) bisa diabaikan. Maka besarnya tekanan adalah sebagai
berikut:
p = - gz -. /t.

Pada saat ketidakhadiran gelombang maka tekanan yang ada adalah


tekanan hidrostatis.
p0 = - gz
Term ekstranya adalah sebagai pengaruh gelombang terhadap tekanan
(wave induced pressure), yaitu:
pw = -. /t

Dengan kecepatan potensial  dan dengan kondisi untuk muka air bebas,
kita bisa dapatkan formula untuk tekanan gelombang.

Kita ketahui sebelumnya bahwa;

Sedangkan persamaan dispersi;


2 = gk tanh kh

Disubstitusikan maka;

Maka tekanan gelombang:

Amplitudo dari gelombang yang menyebabkan tekanan (waves induced


pressure) adalah;
Pada keadaan air dalam (kh  1) maka persamaan tersebut di atas dapat
disederhanakan menjadi sebagai berikut:
pw’ =  ga ekz
Sedangkan pada air dangkal (kh  1) maka;
pw’ =  ga.
Persamaan pada air dangkal tersebut adalah tekanan gelombang hidrostatik,
yang identik pada gelombang panjang.

Secara lebih detil dapat dituliskan di sini,


Untuk gelombang panjang:

p = po + pw = - gz +  ga sinh (t – kx).


Bisa disajikan dalam sketsa sebagai berikut;

-ga

Untuk gelombang pendek:

merupakan fungsi z
Bisa disajikan dalam bentuk sketsa sebagai berikut.

pw
p
pw

2.6. ENERGI GELOMBANG

Kita bahas mengenai energi kinetik yang diakibatkan oleh gerakan partikel
air, dan energi potensial karena keberadaannya yang di daerah gravitasi.

Energi kinetik (per unit dari permukaan horizontal)


Dianggap secara rerata waktu, energi terintegrasi dalam arah vertikal.

Tanda garis di atas integrasi berarti rerata waktu (time averaged).

Disubstitusikan untuk u dan w;


Setelah diintegrasikan, didapatkan;

Jika dianggap gelombang punya permukaan bebas, maka dapat


diaplikasikan persamaan dispersi
dan disubstitusikan sehingga:
Ekin = ¼ g a2.

Energi potensial (per unit dari permukaan horisontal)


Dianggap sebagai rerata waktu, energi terintegrasi secara vertikal.

Jika disubstitusikan = a sin (t – kx), maka:

Epot = ½ g a2 sin (t – kx)2 = ¼ g a2

Jadi, pada gelombang muka bebas, energi total per unit dari permukaan
horisontal (rerata waktu, terintegrasi pada arah vertikal) adalah sebesar;
Etot = Ekin + Epot = ½ g a2

Dimensi dari energi adalah;


kg/m3 * m/s2 * m2 = Nm/m2 = Joule/m2.
 Transfer energi

Sekarang kita bahas mengenai transfer energi melewati sebuah bidang


vertikal dari sebuah lebar satuan, dengan arah normal terhadap arah dari
gelombang.

arah perambatan z=


gelombang

transfer energi p

z = -h u

bidang datar

Transfer energi melalui sebuah bidang mengandung aspek-aspek sebagai


berikut:
 Partikel air yang melewati sebuah bidang membawa energi kinetik
maupun potensial.
 Tekanan juga terdapat pada bergeraknya partikel.

Pertama, transfer energi yang disebabkan oleh konveksi (convection).


Energi per unit volume adalah:
½  (u2 + w2) + gz

Energi transfer per unit permukaan dan per unit waktu adalah:
1/2 .  (u2 + w2) + gz u dz
Kedua, berlakunya tekanan per unit permukaan dan per unit waktu:
p.u.dz

Transfer energi terintegrasi vertikal dan dalam rerata waktu adalah:

Mengacu pada persamaan Bernoulli:

 ½  (u2 + w2) + gz + p = -  . /t

Selanjutnya, transfer energi bisa ditulis sebagai berikut:

orde dua orde tiga (kecil)

Substitusi dari:

Menghasilkan:
P = E.n.c

Keterangan:
P = transfer energi per unit lebar (j /m.sec)
E = energi per unit permukaan (j / m2)
n = ½ + kh/(sinh kh), (-), air dalam n = ½, air dangkal n = 1
c = kecepatan phase gelombang (m/sec)
n.c = kecepatan transport energi

 Trains gelombang, kecepatan grup

Kita bisa memakai apa yang telah dikemukakan sebelumnya untuk


mengkalkulasi kecepatan rambat dari gelombang train, yang dibangkitkan
oleh pembangkit yang periodik, seperti mesin pembangkit gelombang pada
flume.

train
gelombang
front
Marilah kita lihat kecepatan dari kereta gelombang atau kecepatan front.

Digambar kereta gelombang pada saat t = t1 dan t = t1 + t.

potongan 1
uf

P = transfer energi t = t1

x

P t = t1 + t

Pada daerah potongan I ke kanan mengandung lebih banyak energi pada


saat t = t1 + t dibanding pada saat t = t1. Per unit lebarnya adalah:
E . x = E . uf . t

Tambahan energi adalah sebagai hasil dari transfer energi yang lewat pada
potongan melintang I, yaitu sebesar:
P . t (per unit lebar)

Jadi:
E . uf . t = P . t
uf = P/E

Kita tahu bahwa:


P=E.n.c
Maka:
uf = n . c

Bisa disimpulkan bahwa front gelombang atau grup gelombang sebagai


perjalanan paket energi dengan kecepatan n.c, yang secara umum berbeda
dengan kecepatan phase c. Mari kita bandingkan dengan sketsa berikut:

c cg = n.c.

Kecepatan dari grup gelombang adalah cg = nc


Kecepatan gelombang individual = c
Hal ini berarti bahwa gelombang-gelombang dibangkitkan pada bagian
belakang grup dan berjalan sebagai grup ke depan, dimana gelombang
menghilang.

Untuk menghitung waktu kedatangan gelombang dari tempat


pembangkitan misal dari storm field hingga ke pelabuhan, digunakan c g
sebagai kecepatan.

Anda mungkin juga menyukai