Anda di halaman 1dari 27

BAB II

Getaran Selaras Sederhana


2.1 Pendahuluan
Kemampuan Akhir yang Diharapkan adalah mahasiswa dapat menjelaskan
menjelaskan dan menghitung contoh penerapan konsep getaran selaras (osilasi
harmonis) sederhana dan superposisi getaran sbb:
1. Persamaan getaran selaras (persamaan diferensial) dan fungsi penyelesaiannya;
2. Pergeseran, kecepatan dan percepatan pada getaran selaras sederhana;
3. Getaran selaras pada sistem listrik;
4. Superposisi getaran selaras satu dimensi (satu sumbu);
5. Superposisi getaran selaras saling tegaklurus; dan
6. Superposisi getaran dari N sumber getar;

2.2 Persamaan Diferensial Getaran Sederhana


Di sekitar kita nampak beberapa gejala fisika yang sering kita jumpai bahkan
sering kita gunakan. Beberapa diantaranya diperlihatkan pada gambar 2.1:
2.1(a) sebuah bandul sederhana, satu massa m yang mengayun pada ujung
sebuah kawat pejal ringan yang panjangnya l,
2.1(b) sebuah piringan yang digantungkan oleh sebuah kawat pejal ringan
melalui pusatnya dan berosilasi melewati sudut  kecil pada arah
bidang lingkaran,
2.1(c) sebuah massa m yang dihubungkan pada dinding melalui sebuah pegas
yang konstantanya s sehingga sistem tersebut dapat bergerak maju
mundur pada arah x, di atas bidang yang licin.
2.1(d) Sebuah ditengah sebuah dawai ringan sepanjang 2l dan ujung-
ujungnya diikatkan dengan tegangan T. Massa tersebut bergetar pada
arah bidang kertas
2.1(e) Sebuah tabung berbentuk U dengan penampang lintang sama berisi
fluida sepanjang l, kerapatan , berosilasi disekitar titik setimbangnya
dimana tinggi permukaan kedua lengannya sama.
2.1(f) Sebuah labu terbuka mempunyai volume V dan leher labu spanjang l

7
dengan penampang tetap A berisi udara dengan kerapatan  bergetar
ketika udara melewati leher labu tersebut.
2.1(g) Sebuah hidrometer, massanya m terapung dalam fluida dengan
kerapatan  dengan leher hidrometer mempunyai penampang konstan
memotong permukaan fluida. Ketika hidrometer tersebut
ditenggelamkan sedikit dari kedudukan setimbangnya ia akan
membentuk gerak osilasi vertikal.
2.1(h) Sebuah rangkaian listrik, sebuah induktor L dihubungkan dengan
sebuah kapasitor C yang berisi muatan q.

8
Gambar 2.1. Berbagai contoh getaran selaras sederhana lengkap dengan persamaan
gerak dan frekuensi anguler  dari getaran. (a) sebuah ayunan bandul sederhana. (b).
bandul torsi. (c) sebuah massa yang dikaitkan dengan pegas tak bermassa ke
dinding. (d) sebuah massa ditengah dawai yang ditegangkan dengan gaya T. (e)
sebuah cairan non-viskous sebanyak tertentu didalam pipa U yang penampangnya
konstan. (f) sebuah resonator akustik Helmholtz. (g) sebuah hidrometer dengan
massa m didalam sebuah cairan dengan densitas . (h) sebuah rangkaian resonansi
listrik LC.

Semua sistem tersebut merupakan contoh berbagai getaran selaras sederhana,


dimana ketika sistem tersebut diberi sedikit gangguan dari kedudukan
kesetimbangannya atau dari posisi diamnya, sistem tersebut akan bergerak dengan
gerakan selaras sederhana. Gejala ini merupakan getaran fundamental yang
kebanyakan ada dan terdiri dari satu gerakan partikel dalam satu dimensi.
Simpangan pada arah x dari titik kesetimbangannya akan memberikan gaya pemulih
yang besarnya berbanding lurus dengan besar simpangan x, gaya ini bekerja pada
arah menuju titik kesetimbangan.
Sehingga, gaya pemulih ini dapat dituliskan dengan:
F  sx
dimana s merupakan konstanta kesebandingan, yang disebut juga dengan konstanta
pegas. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya tersebut bekerja pada arah yang
berlewanan dengan arah pergeseran, dimana arah gaya ini menuju pada titik
kesetimbangan. Harga s yang konstan akan menahan pergeseran x pada harga yang
relatif kecil (dimana berlaku hukum elastisitas Hooke). Konstanta s ini dinyatakan
dalam gaya per satuan jarak (pergeseran) dan dimensinya dinyatakan dengan:
gaya MLT 2

jarak L

9
Persamaan gerak dari sistem yang terganggu ini diberikan dengan rumusan
kesetimbangan dinamis dari gaya yang bekerja pada sistem, sesuai dengan hukum
Newton,
Massa x Percepatan = Gaya pemulih
atau
mx  sx
dimana harga percepatannya adalah:
d 2x
x 
dt 2
Bentuk ini akan menghasilkan sebuah persamaan diferensial :
mx  sx  0
atau
s
x  x0
m
besaran s/m mempunyai dimensi:
MLT 2
 T 2   2
ML
disini besaran T menyatakan waktu, atau disebut periode getaran, merupakan
kebalikan dari besaran v . Besaran v merupakan frekuensi dari getaran tersebut.
Akan tetapi ketika kita menyelesaikan persamaan gerak selaras, kita akan
menjumpai bahwa sifat pergeseran x mempunyai fungsi ketergantungan sinusoidal
atau cosinusoidal terhadap waktu, dan hasilnya akan menunjukkan besaran yang
lebih tepat yaitu bukan v tetapi frekuensi anguler yang dinyatakan dalam  sehingga
periode getarannya menjadi:
1
T  2 m / s

dimana s/m dapat dituliskan dengan 2. Sehingga persamaan getaran selaras
sederhana x  (s / m) x akan menjadi:
x   2 x  0 (2.1)

2.3 Simpangan pada Getaran Selaras Sederhana


Sifat sebuah gerak selaras sederhana dapat dinyatakan dalam bentuk
pergeseran x terhadap titik kesetimbangan, kecepatan x , dan percepatan x pada
setiap saat. Jika kita mencoba sebuah bentuk solusi

10
x  A cos t
dimana A sebuah konstanta yang dimensinya sama dengan x, kita akan menjumpai
bahwa persamaan ini akan memenuhi persamaan gerak osilasi selaras
x   2 x  0
dimana turunannya terhadap waktu adalah:
x  Asin t
dan
x   2 A cos t   2 x
Selain itu, satu bentuk solusi yang lain yang memenuhi adalah:
x  B sin t
bentuk ini juga berlaku bagi persamaan gerak, dimana B mempunyai dimensi sama
dengan A, sehingga hasil substitusinya adalah : jika
x  B cos t
dan
x   2 B sin t   2 x
Solusi umum yang lengkap untuk persamaan 2.1 diberikan dengan
menambahkan atau mensuperposisikan kedua kemungkinan harga x tersebut
sehingga diperoleh:
x  A cos t  B sin t (2.2)
dengan
x   2 ( A cos t  B sin t )   2 x
dimana A dan B ditentukan dari harga-harga x dan x pada saat tertentu. Jika kita
menuliskan konstanta A dan B sebagai
A  a sin  dan B  a cos 

dimana  adalah konstanta sudut, maka


A2  B 2  a 2 (sin 2   cos 2  )  a 2
sehingga

a A2  B 2
dan
x  a sin  cos t  a cos  sin t
 a sin(t   )

11
Harga maksimum dari sin(t   ) adalah satu sehingga konstanta a merupakan
harga maksium dari x, yang dikenal dengan amplitudo pergeseran. Harga batas
sin(t   ) adalah 1 sehingga sistem ini akan berosilasi antara harga-harga x   a
dan kita akan melihat bahwa besar dari a ditentukan oleh besar energi total dari
osilasi tersebut.
Sudut  disebut dengan konstanta fase karena alasan berikut: Gerak selaras
sederhana seringkali dikenalkan dengan mengacu pada gerak melingkar karena
masing-masing harga pergeseran x yang mungkin dapat dinyatakan dengan proyeksi
vektor radius konstan a pada salah satu diamter yang dilalui oleh ujung vektor ketika
berotasi pada arah positif searah dengan putaran jarum jam dengan kecepatan anguler
. Pada setiap rotasi, ketika vektor radius berputar melewati sudut 2  radian,
berhubungan dengan satu getaran penuh dari osilasi tersebut. Dalam bentuk solusi
x  a sin(t   )

Gambar 2.2 Simpangan getaran selaras sederhana berbentuk sinusoidal,


menunjukkan variasi titik permulaan dalam satu siklus sebagai fungsi sudut fasa 

Konstanta fase  dinyatakan dalam radian, mendefinisikan posisi pada lingkaran


pada saat t=0, sehingga posisi tersebut menyatakan mulainya osilasi yaitu
x  a sin 
Solusi
x  a sin t
mendefinisikan bahwa pergeseran sistem yang dimulai dari pusat x=0 ketika t=0
tetapi secara umum solusinya akan berbentuk
x  a sin(t   )

12
dimana  mempunyai harga antara nol sampai 2 yang menyatakan awal gerak yang
berbeda dari setiap gerakan. Hal ini ditunjukkan pada gambar 2.2 untuk setiap harga
 yang berbeda.

2.4 Kecepatan dan Percepatan Gerak Selaras


Harga-harga kecepatan dan percepatan gerak selaras sederhana dengan
persamaan:
x  a sin(t   )
masing-masing diberikan oleh:
dx
 x  a cos(t   )
dt
dan
d 2x
 x   2 a sin(t   )
dt 2
Harga maksimum kecepatan a dinamakan amplitudo kecepatan sedangkan
amplitudo percepatan diberikan dengan dalam bentuk a2.
Dari gambar 2.2 dapat dilihat bahwa harga sudut fase positif /2 radian akan
merubah sebuah fungsi sinus menjadi fungsi kosinus. Sehingga kecepatan gerak
osilasi
x  a cos(t   )
akan mendahului pergeseran posisi x
x  a sin(t   )
dengan sudut fase sebesar /2 radian. Dan harga maksimum dan minimumnya selalu
mendahului seperempat putaran di depan maksimum dan minimum kurva
pergeseran; Kecepatan akan maksimum ketika pergeserannya sama dengan nol dan
kecepatan akan sama dengan nol ketika pergeserannya maksimum. Sedangkan
percepatan mempunyai fase yang berlawanan (  radian) dengan pergeseran,
percepatan akan maksimum pada saat pergeseran juga maksimum negatif atau
sebaliknya. Sifat-sifat ini ditunjukkan pada gambar 2.3.
Seringkali dalam pergeseran relatif atau gerak relatif antara dua buah getaran
yang mempunyai frekuensi yang sama dapat dinyatakan dengan adanya perbedaan
fase antara dua gerak tersebut yaitu,  2  1 , yang dapat mempunyai harga yang
berbeda disebabkan satu sistem mungkin mulai bergerak beberapa putaran sebelum

13
sistem yang lain dan masing-masing putaran dalam sebuah getaran selalu dinyatakan
dengan perubahan sudut fase sebesar =2. Ketika gerakan dua buah sistem berada
dalam fase yang berlawanan maka perbedaan fase totalnya menjadi:
 2  1  n radian
dimana n merupakan bilangan bulat ganjil. Dengan cara yang sama ketika dua
sistem tersebut pada fase yang sama maka akan mempunyai:
 2  1  2n radian
dimana n merupakan bilangan bulat sebarang.

Gambar 2.3 Bentuk kurva pergeseran, kecepatan dan percepatan dari gerak selaras
sederhana sebagai fungsi waktu. Pergeseran meninggalkan fasa kecepatan sebesar
/2 radian, dan berlawanan fasa  terhadap percepatan. Konstanta fasa awal  dibuat
sama dengan nol.

Seringkali, simpangan relatif atau gerak relatif antara dua osilator yang
mempunyai frekuensi sama dapat dituliskan dalam bentuk perbedaan fasa antara
keduannya 1  2 yang dapat mempunyai beberapa harga karena salah satu sistem
mungkin telah bergerak beberapa putaran sebelum sistem yang lain dan masing-
masing putaran lengkapnya menyatakan perubahan sudut fasa sebesar   2
radian. Ketika gerakan kedua sistem berlawanan secara diametrik, artinya, salah
satunya mempunyai x = + a sedangkan lainnya pada x = – a, maka sistem berada
dalam anti fasa sehingga perbedaan fasa totalnya adalah :
1  2 = n radian.

14
dimana n adalah bilangan bulan ganjil. Sistem yang identik (sefasa) akan
mempunyai perbedaan fasa sebesar :
1  2 = 2 n radian
dimana n bilangan bulat. Kedua sistem mempunyai harga-harag simpangan,
kecepatan dan percepatan yang sama setiap saat.
Ketidak-linieran: Sepanjang simpangan dari sebuah getaran mengikuti sifat-
sifat fungsi sinus atau kosinus terhadap waktu maka sistem tersebut dinamakan
sistem linear. Ketaklinearan diperoleh ketika konstanta pegas s harganya tidak
konstan tetapi bervariasi terhadap simpangan x.

2.5 Energi Osilator Selaras Sederhana


Kenyataannya bahwa kecepatan osilator berharga nol pada saat simpangan
maksimum diperoleh pada getaran selaras sederhana dan kecepatannya akan
berharga maksimum pada saat simpangannya nol adalah menggambarkan sebuah
konsep adanya pertukaran antara energi kinetik dan energi potensial. Dalam kasus
ideal, energi total selalu konstan tetapi pada sistem seperti ini tidak pernah terwujud
didalam kenyataan. Jika tidak ada energi yang lenyap maka seluruh energi potensial
akan menjadi energi kinetik dan sebaliknya, sehingga diperoleh bahwa harga (a)
energi total setiap saat, (b) energi potensial maksimum dan (c) energi kinetik
maksimum akan berharga sama besar, yaitu:
Etotal  EK  EP  EK mak  EPmak

Solusi x  a sin(t   ) menunjukkan bahwa energi total tetap konstan


karena amplitudo simpangan x = a selalu didapatkan kembali setiap setengah siklus
pada posisi dimana energi potensial maksimumnya; ketika energi hilang maka
amplitudo secara perlahan-lahan meluruh, seperti akan kita lihat pada bagian
selanjutnya dari bab ini. Energi potensial diperoleh dengan menjumlahkan seluruh
bagian kecil kerja s x dx (gaya s x dikalikan dengan jarak dx) yang dilakukan oleh
sistem untuk melawan gaya pemulih sepanjang jarak dari nol sampai dengan x
dimana x = 0 menghasilkan energi potensial nol.
Sehingga energi potensialnnya =
x 1
 sx.dx  2 sx
2
0

15
Energi kinetiknya diberikan dengan persamaan mx 2 / 2 sehingga energi totalnya
adalah
1 2 1 2
E mx  sx
2 2
Karena E berharga konstan kita akan mempunyai
dE
 (mx  sx) x  0
dt
yang menghasilkan persamaan getaran:
x   2 x  0
Energi potensial maksimum terjadi pada titik x = +a dan x = -a yaitu sebesar
1 2
PEmak  sa
2
Energi kinetik maksimumnya adalah
1 
KEmak   mx 2  
1 2 2
 
ma  cos 2 (t   ) mak
2 mak 2
1 2 2
 ma 
2
terjadi ketika faktor kosinusnya berharga satu.
Energi total pada setiap harga t dan x adalah sebesar
1 2 1 2
E  mx  sx
2 2


1 2 2
2

ma  cos 2 (t   )  sin 2 (t   ) 
1 2 2
 ma 
2
1 2
 sa
2
seperti yang telah kita perkirakan.
Gambar 2.4 menunjukkan kurva distribusi energi sebagai fungsi simpangan
gataran selaras sederhana. Perhatikan bahwa kurva energi potensialnya adalah
1 2 1 2 2 2
PE  sx  ma  sin (t   )
2 2
merupakan fungsi parabolik terhadap x dan berbentuk simetrik pada x = 0, sehingga
energinya tersimpan dalam osilator pada masing-masing ketika x positif dan x

16
negatif, artinya bahwa pegas akan menyimpan energi ketika mengalami mampatan
dan renggangan, seperti yang terjadi pada gas yang mengembang dan mengempis.
Kurva energi kinetiknya adalah
1 2 1 2 2
KE  mx  ma  cos 2 (t   )
2 2
berbentuk parabolik terhadap x dan x . Pembalikan dari salah satu kurva terhadap
kurva lainnya menunjukkan adanya perbedaan fasa sebesar /2 antara simpangan
(yang terkait dengan energi potensial) dan kecepatan (yang terkait dengan energi
kinetik).

Gambar 2.4 Kurva parabolik dari energi potensial dan energi kinetik dari getaran
selaras sederhana sebagai fungsi simpangan. Pembalikan salah satu kurva terhadap
kurva lainnya menunjukkan perbedaan fasa 90. Pada setiap harga simpangan,
jumlah ordinat dari kedua kurva tersebut sama dengan energi total E yang konstan

Untuk setiap harga simpangan x, jumlah koordinat kedua kurva tersebut sama
dengan energi total E yang besarnya konstan.

2.6 Osilator Selaras Sederhana didalam Sistem Listrik


Sejauh ini kita telah mendiskusikan gerak selaras sederhana dari sistem
mikanik dan fluida seperti pada gambar 2.1, yang secara sederhana berupa sebuah
massa inersia m yang dikaitkan dengan pegas takbermassa dengan konstanta pegas s.
Konstanta pegas s didefinisikan sebagai ketahanan terhadap gaya tarikan; kebalikan
dari konstanta pegas adalah kompliansi C (dimana s = 1/C) yang didefinisikan

17
sebagai kemudahan sebuah pegas untuk ditarik oleh gaya sehingga energi
potensialnnya tersimpan dalam bentuk simpangan. Penotasian kompliansi C ini akan
berguna ketika kita mendiskusikan sebuah osilator harmonik sederhana dalam sebuah
rangkaian listrik seperti pada gambar 2.1(h) dan gambar 2.5, dimana sebuah induktor
L dihubungkan dengan kapasitor C. Persamaan gaya dalam sistem mekanik dan
fluida sekarang berubah menjadi persamaan tegangan (kesetimbangan tegangan)
dalam rangkaian listrik, tetapi bentuk persamaan dan solusinya serta sifat-sifat
osilator dari sistem listrik ini identik.
Ketidakadaan komponen hambatan dalam rangkaian tersebut menghasilkan
energi pada sistem listrik bersifat konstan dan dapat diubah antara energi medan
magnetik yang tersimpan dalam induktor L dan energi medan listrik yang tersimpan
dalam kapasitor C. Pada setiap saat, tegangan antara ujung-ujung induktor L adalah
dI d 2q
V  L  L 2
dt dt
dimana I adalah arus yang mengalir dan q adalah muatan, sedangkan tanda negatif
menunjukkan bahwa tegangan berlawanan dengan penambahan arus listrik. Hal ini
sama dengan tegangan q/C pada kapasitor sehingga
Lq  q / C  0
atau
q   2q  0
dimana
 2  1/ LC

Gambar 2.5 Sistem listrik yang bergetar secara


selaras sederhana. Jumlah tegangan didalam
rangkaian diberikan oleh Hukum Kirchhoff sebagai
berikut: LdI / dt  q / C  0

Energi yang tersimpan dalam medan magnetik atau bagian induktif dari
siklus seluruh rangkaian, yaitu ketika arus listrik meningkat dari 0 menuju I,
diperoleh dengan menintegrasikan daya pada setiap saat terhadap waktu, sehingga
EL   V I dt

(dimana V adalah besar tegangan pada induktor).

18
Sehingga
I
dI
EL   V I dt   L Idt   LIdI
dt 0

1 2 1 2
 LI  Lq
2 2
Energi potensial yang tersimpan secara mekanik oleh pegas sekarang akan disimpan
secara listrik oleh kapasitor dan harganya adalah
1 q2
CV 2 
2 2C
Perbandingan antara beberapa persamaan untuk osilator mekanik dan osilator
listrik adalah sebagai berikut
Mekanika (gaya) mx  sx  0
Listrik (tegangan) Lq  q / C  0
1 2 1 2
Mekanika (energi) mx  sx  E
2 2
1 2 1 q2
Listrik (energi) Lq  E
2 2C
yang menunjukkan bahwa sifat inersia medan magnetik (yang didefinisikan dengan
induktansi L) akan menentukan besar kecepatan perubahan arus untuk harga
tegangan tertentu yang diberikan didalam rangkaian dimana secara tepat sama
dengan bagaimana massa inersia mekanik menentukan besar perubahan kecepatan
pada gaya tertentu yang diberikan. Sifat inersia magnetik atau sifat induktansi
muncul dari kecenderungan fluks magnetik diseluruh bagaian rangkaian untuk tetap
konstan dan merupakan reaksi terhadap setiap perubahan pada nilainya untuk
membangkitkan tegangan dan akibatnya muncul arus listrik yang mengalir
berlawanan dengan perubahan flus tersebut. Gejala ini merupakan dasar dari aturan
tangan kanan Fleming.

2.7 Superposisi Dua Buah Getaran Selaras dalam Dimensi Satu


(a) Beberapa Getaran yang Mempunyai Frekuensi Sama
Pada beberapa bab selanjutnya kita akan menjumpai geja-gejala fisika yang
melibatkan perpaduan antara dua atau lebih getaran selaras sederhana didalam sistem
yang sama.

19
Kita telah mendiskusikan bagaimana simpangan dalam gerak selaras
sederhana dapat dinyatakan dalam besaran dan sudut fasa oleh sebuah vektor panjang
yang berotasi ke arah positif (berlawanan arah jarum jam) dengan kecepatan sudut
konstan . Untuk mendapatkan garak resultan dari sistem yang bergerak ke arah x
positif dibawah pengaruh secara simultan dari dua buah getaran selaras sederhana
yang mempunyai frekuensi angular sama tetapi berbeda amplitudo dan fasanya, kita
dapat menyatakan masing-masing gerak selaras sederhana itu dengan vektor yang
sesuai dan menjumlahkan vektor-vektor tersebut.
Jika simpangan dari gerak selaras yang pertama dinyatakan dengan
x1  a1 cos (t  1 )
dan simpangan gerak selaras kedua dengan
x2  a2 cos (t  2 )
maka gambar 2.6 menunjukkan bahwa amplitudo simpangan resultannya R diberikan
dengan persamaan
R 2  (a1  a2 cos  )2  (a2 sin  )2

 a12  a22  2a1a2 cos 


dimana   2  1 berharga konstan.

Gambar 2.6 Penjumlahan vektor, masing-masing menyatakan getaran selaras


sederhana sepanjang sumbu x pada frekuensi  untuk menghasilkan resultan
simpangan getaran selaras sederhana x  R cos (t   ) , Disini ditunjukkan untuk t
=0

Sudut kontan fasa  dari R diberikan dengan


a1 sin 1  a2 sin 2
tan 
a1 cos 1  a2 cos 2

20
sehingga gerak selaras sederhana resultannya mempunyai simpangan
x  R cos (t   )
berupa sebuah getaran dengan frekuensi sama tetapi mempunyai amplitudo R dan
fasa  yang konstan.

(b) Beberapa Getaran yang Mempunyai Frekuensi Berbeda


Misalkan kita sekarang melihat apakah yang akan terjadi ketika dua buah
getaran yang amplitudonya sama tetapi frekuensinya berbeda. Jika kita menyatakan
getaran tersebut sebagai
x1  a sin 1t
dan
x2  a sin  2t
dimana
 2  1
maka simpangan resultannya diberikan dengan
x  x1  x2  a(sin 1t  sin 2t )
(1   2 )t (  1 )t
 2a sin cos 2
2 2
Bentuk ini ditunjukkan pada gambar 2.7. Ia menyatakan sebuah getaran sinusoidal
pada frekuensi rata-rata (2  1 ) / 2 dan mempunyai amplitudo simpangan 2a yang
mengalami modulasi, artinya, amplitudonya bervariasi antara 2a dan nol karena
pengaruh faktor cosinus yang mempunyai frekuensi jauh lebih kecil, yaitu sama
dengan setengan dari perbedaan antara frekuensi mula-mula (2  1 ) / 2 .
Ketika 1 dan 2 hampir sama maka faktor sinus mempunyai frekuensi
sangat dekat dengan kedua frekuensi mula-mula 1 dan 2, sedangkan selubung
cosinus memodulasi amplitudo 2a pada frekuensi (2  1 ) / 2 yang sangat lambat.
Secara akustik penguatan dan pelemahan amplitudo ini dikenal dengan istilah
beat dari penguatan kekuatan suara, ketika dua buah suara yang hampir sama
frekuensinya terdengan secara bersama-sama. Frekuensi beat adalah 2 – 1, yaitu
perbedaan antara selisih frekuensi (bukan setengah perbedaan frekuensi) sebab
amplitudo maksimum 2a akan terjadi sebanyak dua kali setiap perioda yang

21
berkaitan dengan frekuensi (2  1 ) / 2 . Kita akan menjelaskan situasi ini ketika
kita mendiskusikan perpaduan antara dua buah osilator dalam Bab 4 dan group
gelombang dari dua buah komponen pada Bab 5.

Gambar 2.7 Perpaduan antara dua buah simpangan selaras sederhana x1  a sin 1t
dan x2  a sin  2t ketika  2  1 . Selubung cos(2  1 )t / 2 secara perlahan
memodulasi kurva sin(2  1 )t / 2 antara harga x =  2a

2.8 Superposisi Dua Buah Getaran Selaras yang Saling Tegaklurus


(a) Beberapa Getaran yang Mempunyai Frekuensi Sama
Perhatikan bahwa sebuah partikel bergerak dipengaruhi oleh dua buah
getaran selaras sederhana secara bersama-sama yang frekuensinya sama besar, satu
pada arah x, dan lainnya pada arah y. Apakah yang terjadi dengan gerakan partikel
tersebut?
Simpangannya dapat dituliskan dengan
x  a1 sin (t  1 )
y  a2 sin (t  2 )
dan lintasan yang diikuti oleh partikel dapat ditentukan dengan mengeliminir t dari
persamaan tersebut untuk mendapatkan bentuk yang hanya terdiri dari variabel x dan
y saja dan konstanta fasa 1 dan 2.
Dengan mengembangkan argumen bentuk sinus kita dapatkan
x
 sin t cos 1  cos t sin 1
a1

22
dan
y
 sin t cos 2  cos t sin 2
a2
Jika kita mengikuti proses bahwa
2 2
x y   y x 
 sin 2  sin 1    cos 1  cos 2 
 a1 a2   a2 a1 
akan diperoleh
x 2 y 2 2 xy
2
 2 cos(2  1 )  sin 2 (2  1 ) (2.3)
a1 a2 a1a2
yang merupakan persamaan umum ellips.
Pada kasus yang sangat umum sumbu-umbu bentuk ellips tersebut berbeser
dari sumbu x dan sumbu y, tetapi sumbu tersbut akan menjadi sumbu-sumbu utama x
dan y ketika perbedaan fasa
2  1   / 2
Maka persamaan 2.3 menjadi sebuah bentuk yang sangat terkenal
x2 y 2
 1
a12 a22
yaitu sebuah ellips dengan sumbu a1 dan a2.
Jika a1 = a2 = a maka akan menjadi sebuah lingkaran
x2  y 2  a2
Ketika
2  1  0, 2 , 4 dst.
persamaan tersebut disederhanakan menjadi
a2
y x
a1
yaitu berupa garis lurus melalui pusat koordinat dengan kemiringan a 2/a1.
Sekalilagi untuk 2  1   , 3 , 5 dst, kita akan dapatkan
a2
y x
a1
berupa garis lurus yang melalui pusat koordinat dengan kemiringan yang sma besar
tetapi berlawanan tanda.

23
Beberapa lintasan yang dilewati oleh partikel untuk beberapa hrga   2  1
ditunjukkan pada gambar 2.8 dan beberapa gambar tersebut dapat ditunjukkan
dengan menggunakan oscilloscope.
Ketika
2  1  0, 2 , 4 dst.
dan bentuk ellips berubah menjadi garis lurus, getaran resultannya berada dalam satu
bidang dan getaran tersebut mangalami polarisasi bidang. Perjanjian mendefinisikan
bidang polarisasi sebagai bidang yang tegaklurus terhadap bidang getaran. Dengan
cara yang sama beberapa harga yang lain untuk
2  1
menghasilkan polarisasi melingkar dan polarisasi ellips dimana ujung vektor
resultannya menuju keluar.

Gambar 2.8 Beberapa lintasan yang dilewati oleh sistem yang bergetar secara
simultan dalam arah yang saling tegaklurus dari dua getaran selaras sederhana yang
frekuensinya sama. Sudut fasa  adalah sudut dimana gerakan y mendahului gerakan
x.

(b) Beberapa Getaran yang Mempunyai Frekuensi Berbeda (Grafik Lissajous)


Ketika frekeunsi kedua getaran selaras yang saling tegaklurus tersebut tidak
sama, maka gerak resultannya menjadi rumit. Pola yang dilewati oleh partikel
dinamakan lintasan pola Lissajous dan contohnya ditunjukkan pada gambar 2.9
dimana frekuensi sumbunya dibuat dengan perbandingan yang sederhana dan

24
  2  1 = 0 ( disebelah kiri)
= /2 (disebelah kanan)
Jika amplitudo masing-masing getaran adalah a dan b maka grafik Lissajous
resultannya akan selalu berada didalam sebuah persegi panjang yang sisi-sisinya 2a
dan 2b. Sisi-sisi persegi tersebut akan merupakan tangensial dari sebuah kurva pada
sejumlah titik dan perbandingan angka dari titik-titik tangensialnya sepanjang sumbu
x terhadap titik pada y merupakan kebalikan dari perbandingan frekuensi yang saling
berhubungan (seperti ditunjukkan pada gambar 2.9)

Gambar 2.9 Gambaran sederhana lintasan Lissajous yang dihasilkan oleh beberapa
getaran selaras sederhana yang mempunyai frekuensi berbeda

2.9. Perpaduan Sejumlah Besar Getaran Selaras yang Mempunyai Amplitudo a dan
Perbedaan Fasa Secara Berurutan Sama Sebesar 

Gambar 2.10 menunjukkan penjumlahan n buah vektor yang panjangnya


sama besar a, masing-masing vektor menyatakan sebuah getaran selaras sederhana
dengan beda fasa konstan  dari vektor sekitarnya. Dua situasi umum dalam fisika
ditentukan oleh perpaduan seperti ini. Pertama akan dijumpai pada Bab 5 sebagai
persoalan group gelombang dimana perbedaan fasa  muncul dari perbedaan
frekuensi kecil sebesar , antara komponen yang saling berurutan. Yang kedua
muncul pada materi gelombang II dimana intensitas interferensi optik dan pola

25
difraksinya akan ditentukan. Disana, getaran selaras yang dipadukan akan
mempunyai frekuensi yang sama besar tetapi masing-masing komponen akan
mempunyai beda fasa yang tetap terhadap tetangganya yang disebabkan oleh adanya
perbedaan jarak lintasannya.
Gambar 2.10 menyatakan bentuk persamaan matematika
R cos(t   )  a cos t  a cos(t   )  a cos(t  2 )
 ...  a cos(t  [n  1] )
dimana R adalah besarnya resultan dan  adalah beda fasa resultan terhadap
komponen vektor yang pertama a cos t .
Secara geometrik kita dapat melihat bahwa panjang masing-masing vektor
adalah
a  2r sin  / 2
dimana r adalah radius lingkaran yang menutupi poligon.

Gambar 2.10 Perpaduan vektor dari sejumlah n getaran selaras sederhana yang
mempunyai amplitudo sama a dan secara berurutan mempunyai beda fasa sama besar
. Amplitudo resultannya sebesar
n sin n / 2
R  2r sin a
2 sin  / 2
dan fasarnya relatif terhadap vektor yang pertama adalah sebesar   (n  1) / 2

26
Dari segitiga sama kaki OAC, besar resultannya adalah
n sin n / 2
R  2r sin a
2 sin  / 2
dan sudut fasanya terlihat sebesar:
 = OAB – OAC
Dalam segitiga sama kaki OAC
n
OAC  90 
2
dan dalam segitiga samakaki OAB

ABO  90 
2
sehingga
  90   / 2  90  n / 2  n  1 / 2
yaitu, setengah beda fasa antara vektor pertama dan vektor terakhir. Sehingga
resultannya menjadi
sin n / 2
R cos(t   )  a cos[t  (n  1) / 2]
sin  / 2
Kita akan mendapatkan hasil yang sama pada bab ini juga ketika kita membahas
penggunaan notasi eksponensial.
Sekarang merilah kita uji sifat-sifat besar resultannya
sin n / 2
Ra
sin  / 2
yang berharga tidak konstan tetapi bergantung pada harga . Ketika n sangat besar
harga  menjadi sangat kecil dan poligon akan merubah harga busur lingkaran
berpusat di O dengan panjang busur na = A, dan panjang tali busurnya adalah R.
Ketika
 n
  (n  1) 
2 2
dan
  
sin  
2 2 n
Sehingga, pada batas ini,
sin n / 2 sin  sin  A sin 
Ra a  na 
sin  / 2  /n  

27
Kurva fungsi Asin  /  sebagai fungsi  ditunjukkan pada gambar 2.11. Pola
fungsi ini bersifat simetrik terhadap  = 0 dan harganya akan sama dengan nol ketika
sin  = 0 kecuali pada saat  = 0 yaitu berharga sin  /   1 . Ketika  = 0,  = 0
dan resultan n buah vektor akan berbentuk garis lurus yang panjangnya A, gambar
2.11(b). Ketika  meningkat jarak A menjadi panjang busur sebuah lingkaran sampai
pada  = /2 dimana vektor pertama dan vektor terakhir berlawanan fasa (2  = )
dan panjang busur A menjadi busur setengah lingkaran dengan diameter sebesar R,
gambar 2.11(c). Ketika  terus meningkat  juga meningkat dan memutar busur A
menjadi keliling sebuah lingkaran ( = ) dengan resultannya sama dengan nol,
gambar 2.11(d). Pada saat  = 3 /2, seperti gambar 2.11(e), panjang A menjadi 3/2
kali keliling lingkaran yang diameternya adalah amplitudo dari minimum pertama.

Gambar 2.11 (a) Grafik Asin  /  sebagai fungsi , menunjukkan besar resultan
R untuk (b)  = 0; (c)  = /2; (d)  =  dan (e)  = 3/2

2.10 Rangkuman
Getaran Selaras Sederhana (massa m, konstanta pegas s, amplitudo a)
Persamaan gerak x   2 x  0 dimana  2  s / m
Simpangan, x  a sin(t   )
1 2 1 2 1 1
Energi, E  mx  sx  m 2 a 2  sa2 = konstan
2 2 2 2
Perpaduan (Amplitudo dan Fasa) dari dua buah Getaran Selaras Sederhana
a). Dimensi – Satu:
Frekuensi  sama, amplitudo berbeda, perbedaan fasa , resultan R dimana
R 2  a12  a22  2a1a2 cos 

28
Frekuensi  berbeda, amplitudo sama,
x  x1  x2  a(sin 1t  sin 2t )
(1   2 )t (  1 )t
 2a sin cos 2
2 2
b). Dimensi – Dua: Sumbu saling tegaklurus
Frekuensi  sama, amplitudo berbeda – memberikan bentuk umum
x 2 y 2 2 xy
2
 2 cos(2  1 )  sin 2 (2  1 )
a1 a2 a1a2
(dasar dari polarisasi cahaya)
Perpaduan dari n buah Vektor Getaran Selaras Sederhana
(amplitudo a sama, perbedaan fasa vektor yang berurutan tetap )
Resultannya adalah R cos(t   ) dimana
sin n / 2
Ra
sin  / 2
dan:   (n  1) / 2
Penting dalam analisa difraksi cahaya dan beberapa group gelombang untuk
beberapa komponen.

2.11 Soal-Soal Latihan Getaran Selaras Sederhana

Soal 2.1: Persamaan gerak (dari Hukum II Newton)


mx  sx dengan 2  s / m
berlaku secara langsung untuk sebuah sistem pada gambar 2.1(c)
Jika massa ayunan dari gambar 2.1(a) disimpangkan sejauh x cukup kecil tunjukkan
bahwa konstanta pegas (gaya pemulih persatuan panjang) untuk sistem ini adalah
mg/l dan tunjukkan bahwa  2  g / l dimana g adalah percepatan gravitasi bumi.
Sekarang gunakanlah simpangan anguler kecil  sebagai pengganti x dan tunjukkan
bahwa frekuensi angulernya  sama besar.
Dalam gambar 2.1(b) sistem osilator angulernya merupakan sistem rotasional
sehingga beban massanya digantikan oleh momen inersia I dari piringan dan
konstanta pegasnya dengan torsi pemulih dari kawat yaitu C per radian simpangan
anguler. Tunjukkan bahwa  2  I / C .

29
Dalam gambar 2.1(d) tunjukkan bahwa konstanta pegasnya adalah 2T/l dan
tunjukkan bahwa  2  2T / ml .
Dalam gambar 2.1(e) tunjukkan bahwa konstanta pegas sistem adalah 2 g dan
tunjukkan bahwa  2  2 g / l dimana g adalah percepatan gravitasi bumi.
Dalam gambar 2.1(f) hanya gas yang ada didalam leher labu yang mengalami osilasi,
dengan fungsi sebagai sebuah piston massa Al. Jika perubahan tekanan dihitung
dari persamaan keadaan hubungan adiabatik PV   konstan dan dengan mengambil
harga logaritmanya tunjukkan bahwa perubahan tekanan didalam labu adalah
dV Ax
dp  p  p
V V
dimana x adalah simpangan gas didalam leher labu. Sehingga tunjukkan bahwa
 2  pA / lV . Perhatikan bahwa p merupakan konstanta pegas dari sistem gas
(lihat pada Bab 6).
Dalam gambar 2.1(g), jika luas penampang lintang dari leher labu adalah A dan
hidrometer tersebut berada pada jarak x diatas posisi normalnya, gaya pemulih
bergantung pada volume cairan yang dipisahkan, (prinsip Archimedes). Tunjukkan
bahwa  2  gA / m . Periksalah dimensi dari 2 untuk setiap persoalan.

Soal 2.2: Tunjukkan dengan memilih harga yang sesuai untuk A dan B dalam
persamaan 2.2 bahwa beberapa solusi yang benar untuk x adalah
x  a cos(t   )
x  a sin(t   )
x  a cos(t   )
dan periksalah bahwa beberapa solusi tersebut memenuhi persamaan
x   2 x  0

Soal 2.3 : Sebuah ayunan dalam gambar 2.1(a) mengayun dengan amplitudo
simpangan a. Jika titik awalnya dari keadaan diam adalah

(a) x = +a ; (b) x = –a ; (c) x = + a / 2


(d) x = a/2 ; (e) x = 0
tentukan bahwa beberapa harga yang berbeda dari konstanta sudut fasa  untuk
beberapa solusi berikut

30
x  a sin(t   ) ;
x  a cos(t   ) ;
x  a sin(t   ) ; dan
x  a cos(t   ) ;

Soal 2.4 : Tunjukkan bahwa beberapa harga 2 untuk tiga jenis getaran selaras
sederhana (a), (b), (c) didalam diagram berikut adalah mempunyai perbandingan 1 :
2 : 4.

Gambar 2.12: Soal 2.4

Soal 2.5 : Simpangan sebuah osilator selaras sederhana diberikan dengan persamaan
x  a sin(t   )

Jika osilator tersebut dimulai pada saat t = 0 dari posisi x0 dengan kecepatan x  v0
tunjukkan bahwa
tan  x0 / v0
dan

a  x02  v02 /  2

Soal 2.6 : Sebuah partikel berosilasi dengan mengikuti getaran selaras sederhana
sepanjang sumbu x dengan amplitudo simpangan a dan memerlukan waktu dt untuk
bergerak dari x menuju x + dx. Tunjukan bahwa probabilitas menemukan partikel
tersebut antara x dan x + dx dinyatakan dengan
dx
 a2  x2
(dalam mekanika gelombang harga probabilitas ini tidak sama dengan nol untuk
x>a).

31
Soal 2.7 : Beberapa osilator selaras sederhana ideal disimpangkan dengan
simpangan yang sama sepanjang sumbu x dalam medium dan sebuah fotograf
menunjukkan bahwa lokasi simpangannya dalam arah y berbentuk kurva sinus. Jika
jarak  memisahkan beberapa osilator tersebut dengan beda fasa 2  radian berapakah
perbedaan fasa antara dua osilator yang jaraknya x.

Soal 2.8 : Sebuah penyangga massa pada langit-langit yang bergetar secara selaras
sederhana dalam arah vertikal dengan frekuensi 5 Hz. Tunjukkan bahwa massa akan
kehilangan kontak dengan langit-langit ketika simpangannya melebihi 10 -2 meter.

Soal 2.9 : Sebuah massa M diikatkan pada ujung sebuah pegas yang panjangnya l
dan konstanta pegas s. Jika massa pegas adalah m dan kecepatan elemen panjang
pegas dy sebanding dengan simpangannya y dari ujung tetap pegas, tunjukkan bahwa
energi kinetik dari elemen ini adalah
2
1m   y 
 dy   v 
2 l  l 
dimana v adalah kecepatan massa M. Disini, dengan mengintegralkan pada seluruh
panjang pegas, tunjukkan bahwa energi kinetik totalnya adalah mv2 / 6 dan, dari
energi total sistem osilator ini, tunjukkan bahwa frekuensi osilasinya dinyatakan
dengan
s
2 
M  m/3

Soal 2.10 : Bentuk umum untuk energi sistem osilator selaras sederhana adalah

E = ½ massa (kecepatan)2 + ½ konstanta pegas (simpangan)2


Susunlah persamaan energi untuk osilator tersebut pada gambar 1.1 (a), (b), (c), (d),
(e), (f) dan (g) dan gunakanlah bentuk
dE
0
dt
untuk menurunkan persamaan geraknya untuk maisng-masing sistem.

Soal 2.11 : Simpangan sebuah osilator selaras sederhana diberikan dengan


x  a sin t . jika beberapa harga simpangan x dan kecepatan x diplotkan pada

32
sumbu-sumbu koordinat, eliminasikan t dari persamaan untuk menunjukkan bahwa
lokasi pada titik-titik (x, x ) berbetuk ellips. Tunjukkan bahwa bentuk ellips ini
menunjukan lintasan energi konstan.

Soal 2.12 : Dalam intensitas pola ketika cahaya dari dua buah celah yang
berinterferensi (percobaan Young) akan dilihat bergantung pada perpaduan antara
dua buah osilator selaras sederhana dengan amplitudo sama a dan beda fasa sama
dengan . Tunjukkan bahwa intensitasnya adalah
I  R2  4a 2 cos 2  / 2
Diantara apakah harga-harga intensitas intu akan bervariasi ?

Soal 2.13 : Lakukanlah proses seperti pada text dalam buku ini untuk menunjukkan
persamaan 2.3

33

Anda mungkin juga menyukai