Anda di halaman 1dari 16

BAB I

TEORI GELOMBANG AMPLITUDO KECIL


[TEORI GELOMBANG LINIER]

I.1. PERSAMAAN HIDRODINAMIKA

Ada 7 persamaan yang mengatur proses-proses dinamika yang terjadi di laut yaitu :
1) Persamaan keadaan
2) Persamaan kontinuitas
3-5) Persamaan gerak (3 persamaan dalam arah x, y, z)
6-7) Persamaan difusi (persamaan untuk suhu dan salinitas).

Persamaan Keadaan
Persamaan keadaan ditulis dalam bentuk
ρ = ρ ( p, T , S ) (1.1)
dimana :
p = tekanan air laut
T = suhu air laut
S = salinitas air laut
ρ = densitas air laut.

Persamaan Kontinuitas (Persamaan Kekekalan Massa)


Persamaan kontinuitas adalah bentuk hidrodinamik dari hukum kekekalan massa.
∂ρ 
+∇ ⋅ ( ρ v) = 0 (1.2)
∂t
dimana :

v adalah vektor kecepatan fluida.

Persamaan Gerak [Persamaan Navier Stokes]


Persamaan gerak untuk suatu medium yang viscous dapat dinyatakan sebagai :

∂v     -1 
+v.∇v+2Ω×v = ∇p−∇Φ+k +ν∇2 v
∂t ρ

(1.3-1.5)

1
 
v.∇v = suku-suku konvektif.
 
2Ω×v = suku Coriolis.

1
∇p = suku gradien tekanan
ρ

Φ = gz = geopotensial

k = suku yang menyatakan gaya-gaya luar.

ν ∇2 v = suku gradien viskos.

v = viskositas kinematika.
 
dv ∂ v 
= +v .∇v
dt ∂ t
1
driving agent dari gerak fluida adalah ∇p atau gaya gradien tekanan.
ρ
Dalam gerakannya fluida dipangaruhi oleh gaya Coriolis, gaya gravitasi, gaya-gaya luar, dan
gaya gesekan viskos yaitu gesekan antara lapisan fluida. Gaya Coriolis membelokkan gerak
fluida kearah kanan dibelahan bumi utara dan kearah kiri dibelahan bumi selatan.
Persamaan gerak diturunkan dari hukum Newton ke II :

∑ =ma .
F

Untuk koordinat yang berputar gaya-gaya terdiri dari :


1) Gaya gradien tekanan.
2) Gaya gravitasi
3) Gaya Coriolis
4) Gaya gesekan Viskos
5) Gaya-gaya luar seperti gaya tarik bulan dan matahari.

Persamaan Difusi
Untuk air laut persamaan difusi diberikan dalam parameter suhu dan salinitas ;

∂T  dT
+v.∇T = =K T ∇2 T (1.6)
∂t dt

2
∂S  dS
+v.∇S = =K S ∇2 S (1.7)
∂t dt

dimana :
T = suhu
S = salinitas
KT = koefisien difusi dari suhu
KS = koefisien difusi dari salinitas.

Dalam membahas teori gelombang amplitudo kecil (gelombang linier) dibuat beberapa
anggapan seperti berikut :

1. Fluida adalah non-diffusive


Untuk fluida ini maka berlaku ;
KT = KS = 0

dT dS
= 0 , dan =0
dt dt
artinya suhu dan salinitas tiap partikel individu adalah tetap sepanjang waktu atau tetap
sepanjang umur partikel air tersebut. Dengan kondisi ini maka persamaan (1.1) dari
persamaan keadaan dapat ditulis sebagai :

dρ ∂ρ dp ∂ρ  dT ∂ρ dS


( P,T ,S ) =  +  + 
dt ∂p T , S dt ∂T  p , s dt ∂S  p ,T dt

dρ ∂ρ  dP
= (1.8)
dt  
 ∂p T , S dt

2. Fluida dianggap tak termampatkan (incompressible). Suatu medium yang densitasnya


tidak tergantung pada tekanan disebut incompressible.
Hal ini berarti ;

 ∂ρ dρ
= 0 , sehingga =0
 ∂p 
T ,S dt

Persamaan di atas menyatakan densitas tiap partikel air tetap atau tidak berubah dengan
waktu.

3

Yang perlu diingat adalah syarat = 0 ini tidak menyatakan bahwa fluida adalah
dt
homogen, tetapi ia hanya menyatakan partikel individu dari fluida tidak berubah dengan
waktu.

Dengan kata lain = 0 tidak berarti fluida homogen, tetapi setiap fluida homogen
dt


otomatis = 0 . Untuk mempermudah pemahaman dapat diperhatikan gambar dibawah
dt
ini;

ρ0 ρ0
ρ1 ρ1 ρ1 ρ1
ρ0
ρ2 ρ2 ρ2 ρ2
ρ0
ρ3 ρ3 ρ3 ρ3


=0 ≠ homogen homogen →
dt


=0
dt
Dengan anggapan fluida yang tak termampatkan maka persamaan kontinuitas (1.2) dapat
ditulis sebagai :
∂ρ  
+v.∇ρ+ρ∇.v =0
∂t
d ∂ 
karena = +v.∇ maka
dt ∂t

dρ 
+ ρ ∇.v = 0
dt

karena untuk fluida tak termampatkan


=0 maka :
dt

∇.v = 0 (1.9)

4
Persamaan (1.9) menyatakan kondisi untuk laut yang non-diffusive dan incompressble.
Dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut di atas kita dapat mempelajari
baik gelombang permukaan (surface waves) maupun gelombang internal (internal waves)
yaitu gelombang di lapisan dalam. Gelombang internal terbentuk dibidang antara
(interface) dua lapisan fluida dengan densitas yang berbeda.

3. Dalam mempelajari gelombang permukaan fluida dianggap homogen atau laut adalah
homogen. Hal ini berarti :
ρ ( x , y , z , t ) = ρo


4. Gaya gesekan dapat diabaikan sehingga v ∇ 2 v = 0 . Dalam kondisi ini dapat ditinjau laut
yang inviscid (tak kental).
Bila fluida dalam keadaan homogen dan tak kental maka disebut fluida ideal.
Fluida homogen berarti ∇ ρ = 0 .
Untuk kondisi ini ρ = ρ ( p )

Kondisi diatas disebut dengan kondisi barotropik, dimana permukaan isobar dan
permukaan isopiknal adalah sejajar.
Isobar = permukaan dimana tekanan konstan dan isopiknal = permukaan dimana densitas
konstan, secara matematis kondisi barotropik ini dinyatakan oleh :
∇p × ∇ρ = 0
kondisi barotropik dapat dilukiskan seperti gambar berikut ini

atau

dimana :
------ isopiknal
______ isobar

Bila ρ = ρ ( p, T ) atau ρ = ρ ( p, T , S ) maka disebut kondisi yang baroklinik.

5
Pada kondisi ini permukaan isobar dan isopiknal saling membentuk sudut tertentu seperti
gambar di bawah.

isobar

isopiknal

Homogenitas berarti gerakan barotropik.


5. Gaya-gaya luar diabaikan sehingga k =0
Ini berarti kita hanya meninjau gelombang bebas (free waves) dimana gelombang tidak
lagi berada dalam pengaruh gaya pembangkitnya.

 
6. Pengaruh gaya Coriolis kecil sehingga dapat diabaikan karena itu 2Ω×v =0 .
Dengan membuat anggapan-anggapan tersebut maka persamaan Navier Stokes dapat
lebih disederhanakan menjadi :

∂v   1
+v.∇v =−∆Φ− ∇p (1.10)
∂t ρo

Dari persamaan diatas terlihat ada empat persamaan dengan empat parameter yang belum
diketahui yaitu (u, v, w dan p)
p → ζ (elevasi muka air)

Sistem persamaan (1.9) dan (1.10) ini adalah non linier. Tidak ada solusi umum dari
sistem perrsamaan ini. Untuk mendapatkan solusinya maka sistem persamaan tersebut
perlu dilinierkan. Linierisasi dilakukan dengan menggunakan teknik gangguan.

I.2. TEKNIK GANGGUAN [PERTUBASI] ATAU METODA GANGGUAN KECIL.

Untuk melinierkan persamaan Navier-Stokes digunakan teknik gangguan atau metoda



gangguan kecil. Disini 4 parameter tadi v , p dinyatakan sebagai penjumlahan antara harga
rata-ratanya dan simpangan terhadap rata-rata (pertubasi atau gangguan).
  
v =v +v′ (1.11)

6
p = p + p'

dimana v = kecepatan rata-rata.
Rata-rata diambil terhadap interval observasi.
Misal :

τ
1
τ ∫0
f ( x, y , z ) = f ( x, y, z ,t ) dt

τ = interval observasi.

v yang diperroleh mewakili kecepatan arus rata-rata laut dunia (sirkulasi umum dari
arus laut).

Sebelum diterapkan metoda gangguan ini, terlebih dahulu diadakan sedikit perubahan

terminologi terhadap v dan p yaitu :

 
v diganti dengan vo
 
v′ diganti dengan v1
p diganti dengan po

p' diganti dengan p1.

Substitusikan persamaan (1.11) ke dalam persamaan (1.10) dan (1.9) maka diperoleh :

∂       1
( v o +v1 ) +( v o +v1 ).∇( v o +v1 ) =−∇Φ− ∇( po + p1 ) (1.12)
∂t ρo

 
dan ∇.( v o +v1 ) =0 (1.13)

kemudian dibuat pendekatan dengan memisahkan suku-suku berorde nol dan suku-suku
berorde satu. Dengan perkataan lain suku-suku yang berorde nol saling mengimbangi dan
membentuk sistem persamaan tersendiri.
Hal yang sama berlaku juga untuk suku-suku berorde satu. Orde dari perkalian suku-suku
sama dengan jumlah dari orde masing-masing suku individu.
Hasil adalah :

Persamaan orde nol

7

∂ vo   1
+ v o .∇ v o = − ∇Φ − ∇ p o (1.14)
∂t ρo


∇.v o = 0 (1.15)

Persamaan diatas disebut juga persamaan keadaan dasar.


Persamaan orde satu.

∂v1     1
+v o .∇v1 +v1 .∇v o =− ∇p1 (1.16)
∂t ρo


∇.v1 = 0 (1.17)

disebut dengan persamaan pertubasi (gangguan).

Catatan : Disini terlihat sedikit ketidak konsistenan dalam penulisan ρ o

Juga dapat dilihat non lineiritas dari persamaan gerak masih ada tetapi kita dapat

menghilangkan sifat non lineiritas dengan menspesifikasi harga v o .


Tinjau fluida yang tidak ada gesekan, dimana dalam keadaan dasar v 0 = 0 .
Dengan kondisi ini persamaan orde ke nol menjadi :

1
0 = − ∇Φ − ∇ po
ρo

Diintegrasikan maka :

1
0=− Φ − p o + C (t )
ρo

dimana : Φ = gz

Dari hubungan ini diperoleh :

p o = − g ρ o z + D(t ) (1.18)

Persamaan orde satu menjadi :

∂v1 1
=− ∇p1 (1.19)
∂t ρo

8
∇.v1 = 0 (1.20)

catatan : untuk memudahkan penulisan untuk selanjutnya tanda vektor tidak digunakan

Sebelumnya kita anggap fluida adalah ideal (homogen, dan tanpa gesekan). Anggapan
berikutnya fluida adalah tak berotasi(irotasional); fluida dikatakan irotasional bila ia selalu

dalam kondisi tidak berotasi yang secara matematis dinyatakan : ∇× v = 0 .

Untuk fluida yang irotasional kita dapat mendefinisikan suatu skalar φ (potensial kecepatan)
sedemikian sehingga :

v = ∇φ (1.21)

atau v 1 = ∇φ

dalam bentuk komponen ditulis sebagai :

∂φ ∂φ ∂φ
u= , v = , w=
∂x ∂y ∂z

Substitusi (1.21) ke (1.19) dan (1.20) menghasilkan :

∂ 1  ∂φ 1 
∇φ =− ∇ p1 atau ∇
 ∂t + ρ p1 
=0 (1.22)
∂t ρo  o 

∇ ∇φ = 0 atau ∇ 2φ = 0 (1.23)

∂φ p1
Dari persamaan (1.22) diperoleh + =0 (1.24)
∂t ρ o

Dengan demikian kita peroleh sistem persamaan dinamika

∂φ p1
+ =0
∂t ρ o

∇ 2 φ =0

Untuk menyelesaikan persamaan dinamika tersebut diatas kita perlu memberi syarat batas :
1. syarat batas kinematik ; berlaku di dasarlaut dan di permukaan laut.
2. syarat batas dinamik ; berlaku dipermukaan laut.

9
syarat batas kinematik di dasar laut, w = 0 di z = - h atau w1 → 0. Bila z = - ~

z=0

y
z=-H

Persamaan keadaan di permukaan dapat ditulis sebagai :

z = ζ ( x, y , t )

atau z = −ζ ( x, y, t ) = 0
F ( x, y , z , t ) = z − ζ ( x, y , t )

Partikel air tidak akan keluar dari permukaan laut, bila demikian maka syarat batas
kinematik dipermukaan disyaratkan bahwa partikel air tetap berada dipermukaan air laut,
atau secara matematis dituliskan sebagai :

dF
=0 di z = ζ ( x, y, t )
dt

d
atau [ z − ζ ( x, y , t )] = 0 di z = ζ ( x, y, t )
dt

∂ 
 + v1 .∇ ( z −ζ ( x, y,t ) =0
∂t 

∂ζ
− +w1 −v1.∇ζ=0
∂t
∂φ
Gunakan : w1 = dan v1 = ∇φ
∂z
∂ ζ ∂φ
+ ∇ φ .∇ ζ − =0
∂ t ∂ z

∇φ .∇ζ adalah suku orde dua.

10
Karena kita batasi peninjauan hanya sampai orde satu maka suku tersebut diabaikan, dengan
demikian dalam orde ini syarat batas kinematik menjadi :

∂ζ ∂φ
− =0 di z = ζ ( x, y, t )
∂t ∂z

Sedangkan syarat batas dinamik diberikan oleh

p = pa , di z = ζ ( x, y, t ) , pa = tekanan Atmosfer.

Bila kita terapkan metode gangguan : pada syarat batas dinamik

p = p 0 + p1 = p a( 0 ) + p a(1)

Akhirnya kita mempunyai sistem persamaan dinamika diberikan :

∇2 φ=0 (1.25)

∂φ
p1 =−ρo
∂t
(1.26)

dengan syarat batas sebagai berikut :


a. Syarat batas kinematik di permukaan yang dinyatakan oleh

∂ζ ∂φ
− =0 di z = ζ ( x, y, t )
∂t ∂z
b. Syarat batas dinamik di permukaan yang dinyatakan oleh

po + p1 = pa(0) + pa(1)

c. Syarat batas kinematik di dasar yang dinyatakan oleh

∂φ ∂φ
=0 di z = - h (atau →0 jika z → - ~ )
∂z ∂z
Kita perhatikan disini syarat batas kinematik dan dinamik dispesifikasikan di z = ζ (x, y, t)
yang merupakan parameter yang akan kita tentukan. Hal ini tentu menyulitkan penyelesaian
persamaan dinamik.

11
Untuk mengatasi hal ini syarat-syarat batas tersebut kita spesifikasikan di z = 0.
Hal ini dapat kita lakukan karena kita meninjau suatu gelombang amplitudo kecil. Cara
untuk menspesifikasikan syarat batas di z = 0 (dipermukaan yang tidak terganggu) adalah
menguraikan syarat-syarat batas kinematik dan dinamik dipermukaan mengikuti uraian deret
Taylor.

Uraian deret Taylor dari f(z) disekitar z = 0 adalah

1 df 1 d2 f 2
f ( z ) = f (0) + z+ z +
1! dz 2! dz 2

Dengan cara yang sama :

df (0) 1 d 2 f ( 0) 2
f (ζ ) = f (0) + ζ+ ζ +
dz 2 dz 2

∂ 1 ∂ 2 F ( x,0) 2
f ( x,ζ ) = F ( x,0) + F ( x,0)ζ + ζ +
∂ z 2 ∂ z2

∂ 1 ∂2
F ( x, y , ζ ) =F ( x, y ,0) + F ( x, y ,0)ζ + F ( x, y ,0) ζ 2 +
∂z 2 ∂z 2

Uraian Taylor dari syarat batas kinematik dapat dituliskan dalam bentuk :

 (1) (1)   (2) ( 2) 


 ∂ζ ∂φ   ∂ζ ∂φ  ∂  ∂ζ ∂φ 
 −  = −  +  −  ζ +
 ∂t ∂z  z =ζ ( x , y ,t )  ∂t ∂z  ∂z  ∂ t ∂ z 
  z =0   z =0

yang dapat kita sederhanakan (dengan mengabaikan suku-suku orde dua) menjadi :

∂ζ ∂φ
− =0, diz =0
∂t ∂z

(Syarat batas kinematik dipermukaan.)


Uraian Taylor untuk syarat batas dinamik adalah :
(1) ( 2) (1)
(0) ∂ po (1) ∂ p1 ∂ p a( 0)
po z =0 + z =0 ζ + p1 z =0 + z =0 ζ =p (0)
a + z =0 ζ + p a(0 ) +
∂z ∂z z =0
∂z z =0

Kumpulkan suku-suku orde nol dan orde satu. Orde nol menghasilkan

12
po z=0
= pa(0)
z=0

(1.27)

Dengan menggunakan persamaan hidrostatik

po = - g ρ o z + D(t) di z = 0

Syarat batas dinamik orde nol dapat ditulis dalam bentuk :

p o = − ρ 0 g z = p a( o )

Orde satu menghasilkan :

∂ po ∂ p a( 0 )
p1 z =0 + ζ =p (1)
a z =0 + ζ
∂ z z =0
∂ z z =0

atau

p1 z = 0 − g ρo ζ = pa(1) z = 0 + g ρ(a0) ζ
(1.28)

pa(1) = fluktuasi dari tekanan atmosfer


ρ a = densitas dari udara.

Dalam mempelajari gelombang permukaan yang merupakan free waves pengaruh fluktuasi
tekanan atmosfer diabaikan. Karena densitas udara jauh lebih kecil dari pada densitas air laut

maka ρ a dapat diabaikan relatif terhadap ρ 0


Dengan demikian syarat batas dinamik orde satu menjadi :

p1 − gρ 0ζ = 0 di z = 0 (1.29)

Kalau kita perhatikan persamaan dinamik dinyatakan dalam dua parameter yaitu φ dan p1,

sementara syarat-syarat batasnya ditentukan oleh tiga parameter yaitu φ , p1 dan ζ .


Kita ingin menyatakan persamaan dinamik dan syarat batasnya hanya dalam satu variabel
saja yaitu potensial kecepatan φ .

Dengan mengkombinasikan persamaan dinamik

13
∂φ
p1 =−ρo
∂t
dan syarat batas dinamik dipermukaan.

p1 − gρ 0ζ = 0 di z = 0.

Kita dapat mengeliminasikan p1 dan diperoleh

∂φ
+gζ =0 di z = 0
∂t
Diferensir persamaan ini terhadap t hasilnya

∂ζ 1 ∂2 φ
=− di z = 0
∂t g ∂t 2

Dengan menyelesaikan persamaan ini dan syarat batas kinematik

∂ζ ∂φ
− =0 di z = 0
∂t ∂z
diperoleh :

∂2φ ∂φ
+g =0 di z = 0
∂t 2
∂z

(Syarat batas campuran dipermukaan (z = 0)) Sekarang kita telah memperoleh persamaan
dinamik dan syarat batas yang dinyatakan dalam φ .

∇ 2 φ =0

∂2φ ∂φ
+g =0 di z = 0
∂t 2
∂z
(1.30)

∂φ=0
di z = - H
∂z

∂φ
atau =0 jika z → - ~
∂z

Sekali kita dapat menentukan φ maka elevasi muka air ( ζ ) dan tekanan p1 dapat ditentukan
dari hubungan

14
1 ∂φ
ζ =
g ∂t z =0

(1.31)

∂φ
p1 =−ρo
∂t

Selanjutnya kita ingin menentukan solusi dari persamaan Laplace ∇ 2 φ = 0 .


Misalkan solusinya mempunyai bentuk

~
φ ( x, z, t ) = f ( z) e i ( kx − ωt ) (1.32)

~
dimana : φ menyatakan besaran kompleks dari φ .
f(z) menyatakan struktur vertikal dari φ .
Ingat disini, kita meninjau gelombang yang bergerak hanya dalam arah x saja atau disebut
juga "Long crested waves".
Crest (puncak)
Trough (lembah)

Bentuk gelombangnya sudah teratur

Gelombang acak short crested waves



k = bilangan gelombang =
L

ϖ = kecepatan sudut gelombang =
T
~
Potensial kecepatan φ ditentukan dari bagian riel dari besaran φ

~
φ ( x, z, t) = Re [ φ (x, z, t)] (1.33)

catatan : untuk gelombang yang non linier (tak lempang) berlaku hubungan

φ( x, z ,t ) =
1
2
[
f ( z )e i( kx−ωt ) + f * ( z ) e i ( kx −ωt ) ] (1.34)

Substitusikan persamaan (1.33) kedalam persamaan dinamik.

15
∂ 2φ ∂ 2φ
∇2φ=0= + =0
∂x 2 ∂z 2
diperoleh :
2
( ik ) 2 f ( z ) e i( kx−ωt ) + d f ( z ) i ( kx −ωt )
e =0
dz 2

atau

d 2 f ( z) 2
− k f ( z ) =0 (1.35)
d z2

Syarat batas campuran di permukaan

∂2φ ∂φ
+g =0
∂t 2
∂z
menjadi

df i ( kx −ωt )
(−iω) 2 . f ( z )e i ( kx −ωt ) + g e =0 di z = 0.
dz

atau

df ω2
− f =0 di z = 0 (1.36)
dz g

didasar :

df
=0 di z = - H
dz
atau

df
→0 bila z → - ∞
dz

16

Anda mungkin juga menyukai