Ada 7 persamaan yang mengatur proses-proses dinamika yang terjadi di laut yaitu :
1) Persamaan keadaan
2) Persamaan kontinuitas
3-5) Persamaan gerak (3 persamaan dalam arah x, y, z)
6-7) Persamaan difusi (persamaan untuk suhu dan salinitas).
Persamaan Keadaan
Persamaan keadaan ditulis dalam bentuk
ρ = ρ ( p, T , S ) (1.1)
dimana :
p = tekanan air laut
T = suhu air laut
S = salinitas air laut
ρ = densitas air laut.
(1.3-1.5)
1
v.∇v = suku-suku konvektif.
2Ω×v = suku Coriolis.
1
∇p = suku gradien tekanan
ρ
Φ = gz = geopotensial
k = suku yang menyatakan gaya-gaya luar.
ν ∇2 v = suku gradien viskos.
v = viskositas kinematika.
dv ∂ v
= +v .∇v
dt ∂ t
1
driving agent dari gerak fluida adalah ∇p atau gaya gradien tekanan.
ρ
Dalam gerakannya fluida dipangaruhi oleh gaya Coriolis, gaya gravitasi, gaya-gaya luar, dan
gaya gesekan viskos yaitu gesekan antara lapisan fluida. Gaya Coriolis membelokkan gerak
fluida kearah kanan dibelahan bumi utara dan kearah kiri dibelahan bumi selatan.
Persamaan gerak diturunkan dari hukum Newton ke II :
∑ =ma .
F
Persamaan Difusi
Untuk air laut persamaan difusi diberikan dalam parameter suhu dan salinitas ;
∂T dT
+v.∇T = =K T ∇2 T (1.6)
∂t dt
2
∂S dS
+v.∇S = =K S ∇2 S (1.7)
∂t dt
dimana :
T = suhu
S = salinitas
KT = koefisien difusi dari suhu
KS = koefisien difusi dari salinitas.
Dalam membahas teori gelombang amplitudo kecil (gelombang linier) dibuat beberapa
anggapan seperti berikut :
dT dS
= 0 , dan =0
dt dt
artinya suhu dan salinitas tiap partikel individu adalah tetap sepanjang waktu atau tetap
sepanjang umur partikel air tersebut. Dengan kondisi ini maka persamaan (1.1) dari
persamaan keadaan dapat ditulis sebagai :
dρ ∂ρ dP
= (1.8)
dt
∂p T , S dt
∂ρ dρ
= 0 , sehingga =0
∂p
T ,S dt
Persamaan di atas menyatakan densitas tiap partikel air tetap atau tidak berubah dengan
waktu.
3
dρ
Yang perlu diingat adalah syarat = 0 ini tidak menyatakan bahwa fluida adalah
dt
homogen, tetapi ia hanya menyatakan partikel individu dari fluida tidak berubah dengan
waktu.
dρ
Dengan kata lain = 0 tidak berarti fluida homogen, tetapi setiap fluida homogen
dt
dρ
otomatis = 0 . Untuk mempermudah pemahaman dapat diperhatikan gambar dibawah
dt
ini;
ρ0 ρ0
ρ1 ρ1 ρ1 ρ1
ρ0
ρ2 ρ2 ρ2 ρ2
ρ0
ρ3 ρ3 ρ3 ρ3
dρ
=0 ≠ homogen homogen →
dt
dρ
=0
dt
Dengan anggapan fluida yang tak termampatkan maka persamaan kontinuitas (1.2) dapat
ditulis sebagai :
∂ρ
+v.∇ρ+ρ∇.v =0
∂t
d ∂
karena = +v.∇ maka
dt ∂t
dρ
+ ρ ∇.v = 0
dt
dρ
=0 maka :
dt
∇.v = 0 (1.9)
4
Persamaan (1.9) menyatakan kondisi untuk laut yang non-diffusive dan incompressble.
Dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut di atas kita dapat mempelajari
baik gelombang permukaan (surface waves) maupun gelombang internal (internal waves)
yaitu gelombang di lapisan dalam. Gelombang internal terbentuk dibidang antara
(interface) dua lapisan fluida dengan densitas yang berbeda.
3. Dalam mempelajari gelombang permukaan fluida dianggap homogen atau laut adalah
homogen. Hal ini berarti :
ρ ( x , y , z , t ) = ρo
4. Gaya gesekan dapat diabaikan sehingga v ∇ 2 v = 0 . Dalam kondisi ini dapat ditinjau laut
yang inviscid (tak kental).
Bila fluida dalam keadaan homogen dan tak kental maka disebut fluida ideal.
Fluida homogen berarti ∇ ρ = 0 .
Untuk kondisi ini ρ = ρ ( p )
Kondisi diatas disebut dengan kondisi barotropik, dimana permukaan isobar dan
permukaan isopiknal adalah sejajar.
Isobar = permukaan dimana tekanan konstan dan isopiknal = permukaan dimana densitas
konstan, secara matematis kondisi barotropik ini dinyatakan oleh :
∇p × ∇ρ = 0
kondisi barotropik dapat dilukiskan seperti gambar berikut ini
atau
dimana :
------ isopiknal
______ isobar
5
Pada kondisi ini permukaan isobar dan isopiknal saling membentuk sudut tertentu seperti
gambar di bawah.
isobar
isopiknal
5. Gaya-gaya luar diabaikan sehingga k =0
Ini berarti kita hanya meninjau gelombang bebas (free waves) dimana gelombang tidak
lagi berada dalam pengaruh gaya pembangkitnya.
6. Pengaruh gaya Coriolis kecil sehingga dapat diabaikan karena itu 2Ω×v =0 .
Dengan membuat anggapan-anggapan tersebut maka persamaan Navier Stokes dapat
lebih disederhanakan menjadi :
∂v 1
+v.∇v =−∆Φ− ∇p (1.10)
∂t ρo
Dari persamaan diatas terlihat ada empat persamaan dengan empat parameter yang belum
diketahui yaitu (u, v, w dan p)
p → ζ (elevasi muka air)
Sistem persamaan (1.9) dan (1.10) ini adalah non linier. Tidak ada solusi umum dari
sistem perrsamaan ini. Untuk mendapatkan solusinya maka sistem persamaan tersebut
perlu dilinierkan. Linierisasi dilakukan dengan menggunakan teknik gangguan.
6
p = p + p'
dimana v = kecepatan rata-rata.
Rata-rata diambil terhadap interval observasi.
Misal :
τ
1
τ ∫0
f ( x, y , z ) = f ( x, y, z ,t ) dt
τ = interval observasi.
v yang diperroleh mewakili kecepatan arus rata-rata laut dunia (sirkulasi umum dari
arus laut).
Sebelum diterapkan metoda gangguan ini, terlebih dahulu diadakan sedikit perubahan
terminologi terhadap v dan p yaitu :
v diganti dengan vo
v′ diganti dengan v1
p diganti dengan po
Substitusikan persamaan (1.11) ke dalam persamaan (1.10) dan (1.9) maka diperoleh :
∂ 1
( v o +v1 ) +( v o +v1 ).∇( v o +v1 ) =−∇Φ− ∇( po + p1 ) (1.12)
∂t ρo
dan ∇.( v o +v1 ) =0 (1.13)
kemudian dibuat pendekatan dengan memisahkan suku-suku berorde nol dan suku-suku
berorde satu. Dengan perkataan lain suku-suku yang berorde nol saling mengimbangi dan
membentuk sistem persamaan tersendiri.
Hal yang sama berlaku juga untuk suku-suku berorde satu. Orde dari perkalian suku-suku
sama dengan jumlah dari orde masing-masing suku individu.
Hasil adalah :
7
∂ vo 1
+ v o .∇ v o = − ∇Φ − ∇ p o (1.14)
∂t ρo
∇.v o = 0 (1.15)
∇.v1 = 0 (1.17)
Juga dapat dilihat non lineiritas dari persamaan gerak masih ada tetapi kita dapat
menghilangkan sifat non lineiritas dengan menspesifikasi harga v o .
Tinjau fluida yang tidak ada gesekan, dimana dalam keadaan dasar v 0 = 0 .
Dengan kondisi ini persamaan orde ke nol menjadi :
1
0 = − ∇Φ − ∇ po
ρo
Diintegrasikan maka :
1
0=− Φ − p o + C (t )
ρo
dimana : Φ = gz
p o = − g ρ o z + D(t ) (1.18)
∂v1 1
=− ∇p1 (1.19)
∂t ρo
8
∇.v1 = 0 (1.20)
catatan : untuk memudahkan penulisan untuk selanjutnya tanda vektor tidak digunakan
Sebelumnya kita anggap fluida adalah ideal (homogen, dan tanpa gesekan). Anggapan
berikutnya fluida adalah tak berotasi(irotasional); fluida dikatakan irotasional bila ia selalu
dalam kondisi tidak berotasi yang secara matematis dinyatakan : ∇× v = 0 .
Untuk fluida yang irotasional kita dapat mendefinisikan suatu skalar φ (potensial kecepatan)
sedemikian sehingga :
v = ∇φ (1.21)
atau v 1 = ∇φ
∂φ ∂φ ∂φ
u= , v = , w=
∂x ∂y ∂z
∂ 1 ∂φ 1
∇φ =− ∇ p1 atau ∇
∂t + ρ p1
=0 (1.22)
∂t ρo o
∇ ∇φ = 0 atau ∇ 2φ = 0 (1.23)
∂φ p1
Dari persamaan (1.22) diperoleh + =0 (1.24)
∂t ρ o
∂φ p1
+ =0
∂t ρ o
∇ 2 φ =0
Untuk menyelesaikan persamaan dinamika tersebut diatas kita perlu memberi syarat batas :
1. syarat batas kinematik ; berlaku di dasarlaut dan di permukaan laut.
2. syarat batas dinamik ; berlaku dipermukaan laut.
9
syarat batas kinematik di dasar laut, w = 0 di z = - h atau w1 → 0. Bila z = - ~
z=0
y
z=-H
z = ζ ( x, y , t )
atau z = −ζ ( x, y, t ) = 0
F ( x, y , z , t ) = z − ζ ( x, y , t )
Partikel air tidak akan keluar dari permukaan laut, bila demikian maka syarat batas
kinematik dipermukaan disyaratkan bahwa partikel air tetap berada dipermukaan air laut,
atau secara matematis dituliskan sebagai :
dF
=0 di z = ζ ( x, y, t )
dt
d
atau [ z − ζ ( x, y , t )] = 0 di z = ζ ( x, y, t )
dt
∂
+ v1 .∇ ( z −ζ ( x, y,t ) =0
∂t
∂ζ
− +w1 −v1.∇ζ=0
∂t
∂φ
Gunakan : w1 = dan v1 = ∇φ
∂z
∂ ζ ∂φ
+ ∇ φ .∇ ζ − =0
∂ t ∂ z
10
Karena kita batasi peninjauan hanya sampai orde satu maka suku tersebut diabaikan, dengan
demikian dalam orde ini syarat batas kinematik menjadi :
∂ζ ∂φ
− =0 di z = ζ ( x, y, t )
∂t ∂z
p = pa , di z = ζ ( x, y, t ) , pa = tekanan Atmosfer.
p = p 0 + p1 = p a( 0 ) + p a(1)
∇2 φ=0 (1.25)
∂φ
p1 =−ρo
∂t
(1.26)
∂ζ ∂φ
− =0 di z = ζ ( x, y, t )
∂t ∂z
b. Syarat batas dinamik di permukaan yang dinyatakan oleh
po + p1 = pa(0) + pa(1)
∂φ ∂φ
=0 di z = - h (atau →0 jika z → - ~ )
∂z ∂z
Kita perhatikan disini syarat batas kinematik dan dinamik dispesifikasikan di z = ζ (x, y, t)
yang merupakan parameter yang akan kita tentukan. Hal ini tentu menyulitkan penyelesaian
persamaan dinamik.
11
Untuk mengatasi hal ini syarat-syarat batas tersebut kita spesifikasikan di z = 0.
Hal ini dapat kita lakukan karena kita meninjau suatu gelombang amplitudo kecil. Cara
untuk menspesifikasikan syarat batas di z = 0 (dipermukaan yang tidak terganggu) adalah
menguraikan syarat-syarat batas kinematik dan dinamik dipermukaan mengikuti uraian deret
Taylor.
1 df 1 d2 f 2
f ( z ) = f (0) + z+ z +
1! dz 2! dz 2
df (0) 1 d 2 f ( 0) 2
f (ζ ) = f (0) + ζ+ ζ +
dz 2 dz 2
∂ 1 ∂ 2 F ( x,0) 2
f ( x,ζ ) = F ( x,0) + F ( x,0)ζ + ζ +
∂ z 2 ∂ z2
∂ 1 ∂2
F ( x, y , ζ ) =F ( x, y ,0) + F ( x, y ,0)ζ + F ( x, y ,0) ζ 2 +
∂z 2 ∂z 2
Uraian Taylor dari syarat batas kinematik dapat dituliskan dalam bentuk :
yang dapat kita sederhanakan (dengan mengabaikan suku-suku orde dua) menjadi :
∂ζ ∂φ
− =0, diz =0
∂t ∂z
Kumpulkan suku-suku orde nol dan orde satu. Orde nol menghasilkan
12
po z=0
= pa(0)
z=0
(1.27)
po = - g ρ o z + D(t) di z = 0
p o = − ρ 0 g z = p a( o )
∂ po ∂ p a( 0 )
p1 z =0 + ζ =p (1)
a z =0 + ζ
∂ z z =0
∂ z z =0
atau
p1 z = 0 − g ρo ζ = pa(1) z = 0 + g ρ(a0) ζ
(1.28)
Dalam mempelajari gelombang permukaan yang merupakan free waves pengaruh fluktuasi
tekanan atmosfer diabaikan. Karena densitas udara jauh lebih kecil dari pada densitas air laut
p1 − gρ 0ζ = 0 di z = 0 (1.29)
Kalau kita perhatikan persamaan dinamik dinyatakan dalam dua parameter yaitu φ dan p1,
13
∂φ
p1 =−ρo
∂t
dan syarat batas dinamik dipermukaan.
p1 − gρ 0ζ = 0 di z = 0.
∂φ
+gζ =0 di z = 0
∂t
Diferensir persamaan ini terhadap t hasilnya
∂ζ 1 ∂2 φ
=− di z = 0
∂t g ∂t 2
∂ζ ∂φ
− =0 di z = 0
∂t ∂z
diperoleh :
∂2φ ∂φ
+g =0 di z = 0
∂t 2
∂z
(Syarat batas campuran dipermukaan (z = 0)) Sekarang kita telah memperoleh persamaan
dinamik dan syarat batas yang dinyatakan dalam φ .
∇ 2 φ =0
∂2φ ∂φ
+g =0 di z = 0
∂t 2
∂z
(1.30)
∂φ=0
di z = - H
∂z
∂φ
atau =0 jika z → - ~
∂z
Sekali kita dapat menentukan φ maka elevasi muka air ( ζ ) dan tekanan p1 dapat ditentukan
dari hubungan
14
1 ∂φ
ζ =
g ∂t z =0
(1.31)
∂φ
p1 =−ρo
∂t
~
φ ( x, z, t ) = f ( z) e i ( kx − ωt ) (1.32)
~
dimana : φ menyatakan besaran kompleks dari φ .
f(z) menyatakan struktur vertikal dari φ .
Ingat disini, kita meninjau gelombang yang bergerak hanya dalam arah x saja atau disebut
juga "Long crested waves".
Crest (puncak)
Trough (lembah)
~
φ ( x, z, t) = Re [ φ (x, z, t)] (1.33)
catatan : untuk gelombang yang non linier (tak lempang) berlaku hubungan
φ( x, z ,t ) =
1
2
[
f ( z )e i( kx−ωt ) + f * ( z ) e i ( kx −ωt ) ] (1.34)
15
∂ 2φ ∂ 2φ
∇2φ=0= + =0
∂x 2 ∂z 2
diperoleh :
2
( ik ) 2 f ( z ) e i( kx−ωt ) + d f ( z ) i ( kx −ωt )
e =0
dz 2
atau
d 2 f ( z) 2
− k f ( z ) =0 (1.35)
d z2
∂2φ ∂φ
+g =0
∂t 2
∂z
menjadi
df i ( kx −ωt )
(−iω) 2 . f ( z )e i ( kx −ωt ) + g e =0 di z = 0.
dz
atau
df ω2
− f =0 di z = 0 (1.36)
dz g
didasar :
df
=0 di z = - H
dz
atau
df
→0 bila z → - ∞
dz
16