∂ρ ⃗ )=0
+∇ . ( ρV (1.1)
∂t
atau sama-sama
Dρ
+ ρ (∇ . ⃗
V )=0 (1.2)
Dt
Persamaan ini masing dikenal sebagai bentuk konservasi massa konservatif dan non-konservatif.
Bentuk persamaan konservasi dapat diperoleh dengan menerapkan prinsip fisik yang mendasarinya
(konservasi massa dalam hal ini) pada elemen fluida yang dipasang pada ruangan. Bentuk non-
konservatif diperoleh dengan mempertimbangkan elemen fluida yang bergerak di bidang aliran.
Hubungan antara kedua persamaan ini dapat ditetapkan menggunakan persamaan umum berikut yang
menghubungkan deskripsi spasial dan material dari aliran fluida
DA ∂ A
= + ρ (⃗
V . ∇) A (1.3)
Dt ∂t
Istilah di sisi kiri persamaan ini dikenal sebagai turunan material dari properti . Istilah pertama di
sisi kanan adalah turunan waktu parsial atau turunan lokal. Istilah terakhir disebut turunan konvektif
dari .
Persamaan untuk konservasi momentum linier juga dikenal sebagai persamaan Navier-Stokes (Dalam
literatur CFD istilah Navier-Stokes biasanya digunakan untuk memasukkan persamaan momentum
dan kontinuitas, dan bahkan persamaan energi kadang-kadang). Dimungkinkan untuk menulisnya
dalam berbagai bentuk. Salah satu kemungkinannya adalah
D⃗
V
ρ =−∇ p+∇ . τ́ + ρ ⃗f . (1.4)
Dt
Agar dapat menggunakan deskripsi Eulerian, turunan material di sisi kiri, yang merupakan vektor
percepatan, dapat diganti dengan jumlah percepatan lokal dan konvektif untuk mendapatkan
ρ [ ∂⃗
V ⃗
∂t ]
⃗ =−∇ p+∇ . τ́+ ρ ⃗f .
+( V . ∇ ) V (1.5)
di mana gaya tubuh per satuan massa. Jika berat cairan adalah satu-satunya gaya tubuh yang bisa
kita ganti dengan vektor percepatan gravitasi .
Dari persamaan di atas adalah tensor tegangan kental. Untuk cairan Newtonian, tekanan kental
hanya bergantung pada gradien kecepatan dan ketergantungannya linier. Juga diketahui bahwa
perlu simetris untuk memenuhi konservasi momentum sudut. Untuk fluida Newtonian hubungan
antara dan komponen kecepatan adalah sebagai berikut
1
τij=μ
( ∂Vi ∂V j
+
∂ x j ∂ xi )
+ λ (∇ . ⃗
V ) δ ij (1.6)
di mana menunjukkan arah koordinat yang saling tegak lurus. adalah viskositas dinamis dan
dikenal sebagai koefisien viskositas massal. Ini terkait dengan viskositas melalui hipotesis Stokes
2
λ+ μ=0 (1.7)
3
τ ij =μ
( ∂V i ∂V j 2
+
∂ x j ∂ xi 3 )
− (∇ . ⃗
V ) δ ij (1.8)
di mana operator Kronecker-Delta yang sama dengan 1 jika dan nol sebaliknya. Persamaan
NavierStokes yang diberikan dalam Eqn (1.5) dikatakan dalam bentuk non-konservatif. Bentuk
konservatif yang setara secara matematis, yang diberikan di bawah ini, juga dapat diturunkan dengan
menggunakan persamaan kontinuitas dan identitas vektor yang diperlukan
∂ ⃗
( ρ V )+ ∇ . ( ρ ⃗ ⃗ )=−∇ p+ ∇ . τ́ + ρ ⃗f .
V ⊗V (1.9)
∂t
di mana produk tensor dari vektor kecepatan dengan dirinya sendiri, seperti yang diberikan di
bawah ini
[ ]
V 1V 1 V 1V 2 V 1 V 3
⃗
V ⊗⃗
V = V 2V 1 V 2V 2 V 2 V 3 (1.10)
V 3V 1 V 3 V 2 V 3 V 3
{ }
∂ V 1V 1 ∂ V 2V 1 ∂V3V1
[ ]
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3
V 1V 1 V 1V 2 V 1V 3
⃗ ⃗
∇ .(V ⊗ V )=
{
∂
,
∂
,
∂
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3 }
V 2V 1 V 2V 2
V 3V 1 V 3V 2
V 2V 3 =
V 3V 3
∂ V 1V 2
∂ x1
∂ V 2V 2
∂ x2
∂V3V2
∂ x3
(1.11)
∂V 3 ∂ V 2V 3 ∂V3V3
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3
Untuk simulasi aliran terkompresi, sangat umum untuk melihat penggunaan persamaan Euler alih-
alih Navier-Stokes. Persamaan Euler diperoleh dengan menjatuhkan istilah kental dari persamaan
Navier-Stokes, yang menjadikannya PDE orde pertama. Ini sering digunakan untuk mendapatkan
distribusi tekanan dari kecepatan tinggi (dan karena itu tinggi ) aliran aerodinamis di sekitar / di
dalam benda terbang di mana pengaruh kental diperas di dalam lapisan batas yang sangat tipis.
Namun, seseorang perlu berhati-hati dalam menggunakan persamaan Euler karena tidak dapat
memprediksi medan aliran dengan pemisahan dan zona sirkulasi dengan sukses.
2
1.3 Konservasi Energi
Persamaan energi dapat ditulis dengan berbagai cara, seperti yang diberikan di bawah ini
ρ
[ ∂h
∂t
+ ∇ . (h ⃗
V) =
]Dp
Dt
+∇ . ( k ∇ T ) + ϕ (1.12)
di mana entalpi spesifik yang terkait dengan energi internal spesifik sebagai .
adalah suhu absolut dan merupakan fungsi disipasi yang mewakili pekerjaan yang dilakukan
terhadap gaya kental, yang secara ireversibel diubah menjadi energi internal. Ini didefinisikan
sebagai
∂V i
ϕ =( τ́ . ∇ ) ⃗
V =τ ij (1.13)
∂x j
Istilah tekanan di sisi kanan persamaan (1.12) biasanya diabaikan. Untuk mendapatkan persamaan
energi ini , kami menganggap bahwa perpindahan panas konduksi diatur oleh hukum Fourier dengan
menjadi konduktivitas termal fluida. Perhatikan juga bahwa perpindahan panas radiatif dan
pembangkitan panas internal karena kemungkinan reaksi kimia atau nuklir diabaikan.
Persamaan keadaan:
Untuk aliran terkompresi hubungan antara kepadatan, tekanan dan suhu diberikan oleh persamaan
khusus yang disebut persamaan keadaan. Yang paling umum digunakan adalah hubungan gas ideal
berikut
p= ρRT (1.14)
di mana konstanta gas, sama dengan udara. Untuk gas ideal juga dimungkinkan untuk
menggunakan hubungan berikut untuk menghubungkan entalpi dan energi internal dengan suhu
sehingga persamaan energi dapat ditulis sebagai suhu menjadi satu-satunya yang tidak diketahui.
dh=c p dT , de=c v dT (1.15)
Secara umum ketiga persamaan konservasi (kekekalan massa, momentum dan energi) digabungkan
dan mereka perlu diselesaikan secara bersamaan. Secara keseluruhan kami memiliki 6 skalar yang
tidak diketahui (kepadatan, tekanan, 3 komponen kecepatan dan suhu) yang dapat diperoleh dengan
menyelesaikan 6 persamaan skalar (konservasi massa, 3 komponen konservasi momentum,
konservasi energi dan persamaan keadaan).
3
4
BAB III
METODOLOGIPENELITIAN
3.1 DiagramAlirPenelitian
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Software
Pembuatan Geometri 3D
Interpretasi Hasil
Simulasi CFD
Tidak
Validasi
Ya
Penyusunan Laporan
Akhir
Selesai
5
3.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian
7
subdomain yang lebih kecil (terdiri dari geometri primitif seperti
hexahedra dan tatrahedra di 3D, dan segiempat dan segitiga di 2D) dan
Persamaan pengatur terdiskritisasi diselesaikan dalam masing-masing
bagian dari domain. Masing-masing bagian dari domain dikenal sebagai unsur
atau sel, dan kumpulan semua elemen ini dikenal sebagai mesh atau grid. Ada
banyak sel dari beberapa bentuk grid yang tersedia. Tergantung pada problem
dan cara penyelesaian.
Proses simulasi CFD pada penelitian ini secara garis besar dibedakan
menjadi 2 tahapan yang berbeda yaitu untuk keperluan Pre-analisis dan
Komprehensi fanalisis. Simulasi untuk tahap Pre-analisis dilakukan pada
model geometry ruangan dengan menggunakan software Ansys Fluent R2
Student.
8
Gambar3.2Software Ansys Fluent 2023R1
9
3.3.1 Pre-processing
2. Meshing
Proses meshing sangat berperan dalam berjalanya simulasi. Secara umum
semakin banyak jumlah mesh maka tingkat akurasi semakin tinggi namun
mengakibatkan waktu komputasi yang lama. Dalam simulasi ini struktur yang
digunakan adalah unstructured mesh dengan metode meshing quadrilateral.
Meshdiatur agar area rotasi lebih padat dan halus dari area fluida, begitu juga area
blade dibuat agar lebih padat dari area yang lain. Gambar 4.4, 4.5 dan4.6
menunjukan hasil meshing.
10
Hasil Meshing Keseluruhan domain.
11
Gambar table informasi mesh yang digunakan
Bentuk mesh yang digunakan pada simulasi CFD memiliki kualitas terbaik dengan
parameter mesh menggunakan skewness dengan nilai kurang dari 0.25. Dimana
skewness merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur konsistensi
ukuran elemen-elemen dalam suatu jaringan atau mesh. Nilai skewness yang tinggi
menunjukkan bahwa ada elemen yang sangat besar atau sangat kecil dalam jaringan
12
tersebut, sehingga tidak seimbang. Dalam geometri meshing, skewness diukur
dengan menggunakan suatu persamaan matematika sebagai berikut:
𝐿𝑚𝑎𝑥 − 𝐿𝑚𝑖𝑛
𝑆= 𝐿𝑎𝑣𝑔
di mana:
Lmax adalah panjang sisi terpanjang dalam sebuah elemen
Lmin adalah panjang sisi terpendek dalam sebuah elemen
Lavg adalah rata-rata panjang sisi dalam sebuah elemen
Nilai skewness yang diinginkan biasanya berkisar antara 0,2 hingga 0,5, yang
menunjukkan bahwa elemen-elemen dalam jaringan memiliki ukuran yang relatif
seimbang. Nilai skewness yang lebih besar dari 0,5 biasanya menunjukkan adanya
masalah dalam meshing, seperti elemen-elemen yang terlalu kecil atau terlalu besar.
(Fatchurrohman, 2017)
13
Gambar 4. 10 informasi parameter kuantitatif mesh
14
Gambar di atas menunjukkan indikasi kualitas mesh dengan warna hijau pada
kolom “worst” menujukkan warna hijau, dimana kualitas mesh tersebut di bawah
limit maksimum nilai batas parameter yang digunakan. Dari hasil mesh tersebut
menunjukkan bahwa mesh yang digunakan memiliki kualitas terbaik. Sesuai
dengan parameter spektrum di bawah ini
Dengan indikasi warna sesuai kondisi dari nilai skewness, warna biru
merupakan indikasi nilai skewness rendah dengan kualitas mesh terbaik, warna
merah menunjukkan nilai skewness tertinggi dengan kualitas mesh terburuk. Pada
gambar di atas di dominasi warna biru dan hijau yang menunjukan nilai yang baik,
untuk lebih jelasnya sesuai dengan gambar table informasi skewness di bawah ini.
Node dalam mesh CFD adalah titik-titik yang digunakan untuk membentuk
sebuah jaringan (mesh) pada model CFD. Setiap node memiliki koordinat yang
unik dan digunakan sebagai referensi untuk menentukan posisi elemen-elemen
mesh lainnya. Node juga digunakan untuk menentukan nilai-nilai properti fisik
pada setiap titik pada model, seperti kecepatan, tekanan, dan suhu.
Secara lebih rinci, node dalam mesh CFD digunakan untuk menentukan posisi
elemen-elemen mesh seperti elemen tetrahedron, hexahedron, dan sebagainya.
Elemen-elemen ini digunakan untuk membentuk jaringan yang akan digunakan
untuk melakukan simulasi numerik. Setiap elemen memiliki beberapa node yang
digunakan sebagai referensi untuk menentukan posisi elemen tersebut dalam model.
Dalam proses pembuatan mesh, node dapat ditentukan dengan cara yang berbeda-
beda tergantung pada jenis model yang digunakan. Beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan node dalam mesh CFD antara lain yaitu metode
klasik yang menggunakan teknik manual, metode otomatis yang menggunakan
algoritma pembuatan mesh, dan metode yang menggunakan teknologi pembuatan
mesh yang lebih canggih seperti teknologi pembuatan mesh berbasis komputasi.
15
Elemen dalam mesh CFD adalah bagian-bagian dari jaringan yang
digunakan untuk melakukan simulasi numerik pada model CFD. Elemen-elemen ini
digunakan untuk membagi model CFD menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan
lebih mudah untuk dianalisis. Setiap elemen memiliki beberapa node yang
digunakan sebagai referensi untuk menentukan posisi elemen tersebut dalam model.
Ada beberapa jenis elemen yang digunakan dalam mesh CFD, diantaranya:
Elemen tetrahedron: merupakan elemen yang memiliki empat sisi dan digunakan
untuk membuat jaringan dalam ruang tiga dimensi. Elemen hexahedron: merupakan
elemen yang memiliki enam sisi dan digunakan untuk membuat jaringan dalam ruang
tiga dimensi. Elemen prismatik: merupakan elemen yang memiliki lima sisi dan
digunakan untuk membuat jaringan dalam ruang tiga dimensi. Elemen pada 2D:
merupakan elemen yang memiliki tiga sisi dan digunakan untuk membuat jaringan
dalam ruang dua dimensi. Setiap elemen dalam mesh CFD digunakan untuk
melakukan perhitungan numerik dengan menggunakan metode-metode seperti
metode elemen hingga, metode kontrol volume, dan metode kontrol unsur. Pemilihan
jenis elemen yang digunakan dalam mesh CFD tergantung pada kompleksitas model,
kondisi batas yang ada, dan kondisi fisik yang diharapkan dalam model.
Semakin banyak elemen yang digunakan dalam mesh CFD, semakin tinggi akurasi
hasil simulasi. Namun jumlah elemen yang banyak juga menyebabkan pemakaian
resource yang lebih besar dan waktu simulasi yang lebih lama. Oleh karena itu,
pembuatan mesh harus dilakukan dengan seimbang antara akurasi hasil simulasi
dan efisiensi pemakaian resource.
16
A. Domain inlet
B. Domain symmetry
Domain symmetry merupakan domain batas dinding slip biasanya domain ini
merupakan batas terbuka, sehingga fluida dapat keluar masuk ke dalam system
tanpa ada batas dinding (no slip). Untuk lebih lokasi domain symmetry seperti
pada gambar di bawah ini;
17
C. Domain ruangan
18
D. Domain outlet
Domain outlet merupakan domain keluarnya fluida, Domain ini berfungsi untuk
lokasi keluarnya fluida dari sistem. Untuk lebih lokasi domain outlet seperti
pada gambar di bawah ini;
19
Solving
Pada tahap ini dilakukan idealisasi pada masalah-masalah fisik yang ada,
diantaranya: 1. Fluida udara merupakan aliran incompressible 2. Kondisi aliran
adalah transient 3. Perpindahan suhu diabaikan 4. Kecepatan angin diasumsikan
arahnya merata Kemudian dilakukan pengaturan pada software Fluent. Adapun
langkah-langkah pengaturan untuk contoh kasus model validasi 3 sudu pada TSR
= 3,3 adalah sebagai berikut:
1. Membuka software Fluent melalui ANSYS Workbench. Sebelum Fluent dapat
digunakan terlebih dulu memilih pengaturan pada tampilan Fluent Launcher.
Yang perlu diperhatikan adalah untuk mengaktifkan opsi Double Precision dan
Parallel (Local Machine). Pada bagian Processes dibawah Solver isikan jumlah
proses yang akan dijalankan dalam satu proses simulasi. Semakin banyak
proses yang dapat dijalankan akan meningkatkan kecepatan komputasi namun
hal tearsebut harus sesuai dengan kemampuan hardware yang digunakan. Pada
simulasi ini diberikan jumlah proses yaitu 2 untuk CPU core 2 Duo dimana
memiliki 2 inti Processor. Selanjutnya Fluent secara otomatis akan membaca
file mesh yg telah dibuat.
2. Mendefinisikan pengaturan General dan Models. Pelaksanaan simulasi ini
memodelkan suatu aliran dengan nilai Mach Number yang rendah sehingga
digunakan tipe Pressure-based. Sedangkan untuk kondisi aliran supersonic
menggunakan Density-Based. Viscous model yang digunakan yaitu k-epsilon
(k-ε), komputasi dengan model turbulensi ini tergolong lama karena terdiri dari
dua persamaan k untuk transport energi kinetik turbulen dan ε merupakan
variabel dari laju dissipation energi turbulen. Persamaan ini memberikan hasil
yang lebih akurat untuk kasus aliran yang berotasi dan melibatkan separasi
aliran. Lebih lengkapnya pengaturan diisi dengan konfigurasi sebagai berikut:
formulation Absolute
54
Multiphase Model
Model Mixture
Phases
- Secondary phases
Phases Setup
- Name Udara
Properties Metods
Properties Metods
55
Tabel Properti Perunggu
Properties Metods
Fluid
Material Name mixture
Ruang 1
56
5. Menentukan data Boundary Conditions
Pada simulasi ini terdapat beberapa boundary conditions yang digunakan yaitu
velocity inlet, pressure outlet dan wall boundary condition. Velocity inlet
diatur sesuai kondisi uji coba wind tunnel yang tertera pada data sekunder
eksperimen dimana kecepatan angin datang memiliki velocity magnitude 1.73
m/s pada arah sumbu x. Sedangkan Turbulent Method dipilih Intensity and
Length Scale. Turbulent Intensity merepresentasikan sensifitas fluida terhadap
perubahan gerak akibat massa jenisnya yang kecil. Untuk kasus turbulensi
rendah atau pada peralatan dan aliran yang tidak komplek nilainya dibawah
2.5%, pada simulasi ini diisi sesuai referensi.
Tabel Data Inlet Boundary Conditions
Velocity Inlet
Momentum Pressure (Pascal) 0
- Specification Method Intensity and
Turbulence Length
Scale
- Turbulent Intensity (%) 1.5
- Turbulent Length Scale (m) 1.5
Thermal Temperature (C) 28.11666667
Pressure Outlet diisi sesuai kondisi atmosfer luar yang tidak terkena pengaruh
dari sistem seperti tertera pada table berikut:
Tabel Data Outlet Boundary Conditions
Pressure Outlet
Momentum Gauge Pressure (Pascal) 0
Backflow Direction Normal to Boundary
Specification Method
57
- Turbulent Intensity (%) 5
- Turbulent Length Scale (m) 10
Atap ruang 1
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28
Material Name concrete
Atap ruang 2
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.1
Material Name concrete
Atap ruang 3
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.25
Material Name concrete
dinding ruang 2
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
58
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.1
Material Name concrete
Dinding ruang 3
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.25
Material Name concrete
Lantai ruang 1
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28
Material Name concrete
Lantai ruang 2
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.1
Material Name concrete
Lantai ruang 3
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
59
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.25
Material Name concrete
Interfaces turbin
60
Interfaces turbin
Interfaces turbin
SIMPLE
Pressure-Velocity Scheme
61
perlu diberikan nilai kriteria konvergensi secara bijak. Pada simulasi ini, nilai
kriteria residual ditunjukkan dalam Tabel 4.9 di bawah ini.
62
Tabel 4. 9 Kriteria Konvergen
x-velocity 0,00001
y-velocity 0,00001
z-velocity 0,00001
k 0,00001
epsilon 0,00001
9. Melakukan inisialisasi
simulasi Kondisi aliran yang disimulasikan dalam pekerjaan ini adalah
transient, Namun untuk memberikan niali kondisi awal dilakukan dengan
inisialisasi berupa simulasi aliran steady. Tebakan awal yang digunakan untuk
perhitungan adalah besaran kecepatan angin datang. Jadi pilih opsi inlet pada
bagian Compute From.
Tabel 4. 10 Data Solutions Initialization
63
kotak berwarna merah.
64