Anda di halaman 1dari 30

TEORI DASAR PERSAMAAN GOVERNING EQUATION

1.1 Konservasi massa (persamaan kontinuitas)

∂ρ ⃗ )=0
+∇ . ( ρV (1.1)
∂t
atau sama-sama

+ ρ (∇ . ⃗
V )=0 (1.2)
Dt

Persamaan ini masing dikenal sebagai bentuk konservasi massa konservatif dan non-konservatif.
Bentuk persamaan konservasi dapat diperoleh dengan menerapkan prinsip fisik yang mendasarinya
(konservasi massa dalam hal ini) pada elemen fluida yang dipasang pada ruangan. Bentuk non-
konservatif diperoleh dengan mempertimbangkan elemen fluida yang bergerak di bidang aliran.
Hubungan antara kedua persamaan ini dapat ditetapkan menggunakan persamaan umum berikut yang
menghubungkan deskripsi spasial dan material dari aliran fluida
DA ∂ A
= + ρ (⃗
V . ∇) A (1.3)
Dt ∂t

Istilah di sisi kiri persamaan ini dikenal sebagai turunan material dari properti . Istilah pertama di
sisi kanan adalah turunan waktu parsial atau turunan lokal. Istilah terakhir disebut turunan konvektif
dari .

1.2 Konservasi Momentum Linier

Persamaan untuk konservasi momentum linier juga dikenal sebagai persamaan Navier-Stokes (Dalam
literatur CFD istilah Navier-Stokes biasanya digunakan untuk memasukkan persamaan momentum
dan kontinuitas, dan bahkan persamaan energi kadang-kadang). Dimungkinkan untuk menulisnya
dalam berbagai bentuk. Salah satu kemungkinannya adalah

D⃗
V
ρ =−∇ p+∇ . τ́ + ρ ⃗f . (1.4)
Dt
Agar dapat menggunakan deskripsi Eulerian, turunan material di sisi kiri, yang merupakan vektor
percepatan, dapat diganti dengan jumlah percepatan lokal dan konvektif untuk mendapatkan

ρ [ ∂⃗
V ⃗
∂t ]
⃗ =−∇ p+∇ . τ́+ ρ ⃗f .
+( V . ∇ ) V (1.5)

di mana gaya tubuh per satuan massa. Jika berat cairan adalah satu-satunya gaya tubuh yang bisa
kita ganti dengan vektor percepatan gravitasi .

Dari persamaan di atas adalah tensor tegangan kental. Untuk cairan Newtonian, tekanan kental
hanya bergantung pada gradien kecepatan dan ketergantungannya linier. Juga diketahui bahwa
perlu simetris untuk memenuhi konservasi momentum sudut. Untuk fluida Newtonian hubungan
antara dan komponen kecepatan adalah sebagai berikut

1
τij=μ
( ∂Vi ∂V j
+
∂ x j ∂ xi )
+ λ (∇ . ⃗
V ) δ ij (1.6)

di mana menunjukkan arah koordinat yang saling tegak lurus. adalah viskositas dinamis dan
dikenal sebagai koefisien viskositas massal. Ini terkait dengan viskositas melalui hipotesis Stokes
2
λ+ μ=0 (1.7)
3

dan menggunakan hipotesis ini tensor tegangan kental menjadi

τ ij =μ
( ∂V i ∂V j 2
+
∂ x j ∂ xi 3 )
− (∇ . ⃗
V ) δ ij (1.8)

di mana operator Kronecker-Delta yang sama dengan 1 jika dan nol sebaliknya. Persamaan
NavierStokes yang diberikan dalam Eqn (1.5) dikatakan dalam bentuk non-konservatif. Bentuk
konservatif yang setara secara matematis, yang diberikan di bawah ini, juga dapat diturunkan dengan
menggunakan persamaan kontinuitas dan identitas vektor yang diperlukan
∂ ⃗
( ρ V )+ ∇ . ( ρ ⃗ ⃗ )=−∇ p+ ∇ . τ́ + ρ ⃗f .
V ⊗V (1.9)
∂t

di mana produk tensor dari vektor kecepatan dengan dirinya sendiri, seperti yang diberikan di
bawah ini

[ ]
V 1V 1 V 1V 2 V 1 V 3

V ⊗⃗
V = V 2V 1 V 2V 2 V 2 V 3 (1.10)
V 3V 1 V 3 V 2 V 3 V 3

divergensi yang merupakan vektor berikut

{ }
∂ V 1V 1 ∂ V 2V 1 ∂V3V1

[ ]
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3
V 1V 1 V 1V 2 V 1V 3
⃗ ⃗
∇ .(V ⊗ V )=
{

,

,

∂ x1 ∂ x2 ∂ x3 }
V 2V 1 V 2V 2
V 3V 1 V 3V 2
V 2V 3 =
V 3V 3
∂ V 1V 2
∂ x1
∂ V 2V 2
∂ x2
∂V3V2
∂ x3
(1.11)

∂V 3 ∂ V 2V 3 ∂V3V3
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3

Untuk simulasi aliran terkompresi, sangat umum untuk melihat penggunaan persamaan Euler alih-
alih Navier-Stokes. Persamaan Euler diperoleh dengan menjatuhkan istilah kental dari persamaan
Navier-Stokes, yang menjadikannya PDE orde pertama. Ini sering digunakan untuk mendapatkan
distribusi tekanan dari kecepatan tinggi (dan karena itu tinggi ) aliran aerodinamis di sekitar / di
dalam benda terbang di mana pengaruh kental diperas di dalam lapisan batas yang sangat tipis.
Namun, seseorang perlu berhati-hati dalam menggunakan persamaan Euler karena tidak dapat
memprediksi medan aliran dengan pemisahan dan zona sirkulasi dengan sukses.

2
1.3 Konservasi Energi

Persamaan energi dapat ditulis dengan berbagai cara, seperti yang diberikan di bawah ini

ρ
[ ∂h
∂t
+ ∇ . (h ⃗
V) =
]Dp
Dt
+∇ . ( k ∇ T ) + ϕ (1.12)

di mana entalpi spesifik yang terkait dengan energi internal spesifik sebagai .
adalah suhu absolut dan merupakan fungsi disipasi yang mewakili pekerjaan yang dilakukan
terhadap gaya kental, yang secara ireversibel diubah menjadi energi internal. Ini didefinisikan
sebagai
∂V i
ϕ =( τ́ . ∇ ) ⃗
V =τ ij (1.13)
∂x j

Istilah tekanan di sisi kanan persamaan (1.12) biasanya diabaikan. Untuk mendapatkan persamaan
energi ini , kami menganggap bahwa perpindahan panas konduksi diatur oleh hukum Fourier dengan
menjadi konduktivitas termal fluida. Perhatikan juga bahwa perpindahan panas radiatif dan
pembangkitan panas internal karena kemungkinan reaksi kimia atau nuklir diabaikan.

Persamaan keadaan:

Untuk aliran terkompresi hubungan antara kepadatan, tekanan dan suhu diberikan oleh persamaan
khusus yang disebut persamaan keadaan. Yang paling umum digunakan adalah hubungan gas ideal
berikut
p= ρRT (1.14)

di mana konstanta gas, sama dengan udara. Untuk gas ideal juga dimungkinkan untuk
menggunakan hubungan berikut untuk menghubungkan entalpi dan energi internal dengan suhu
sehingga persamaan energi dapat ditulis sebagai suhu menjadi satu-satunya yang tidak diketahui.
dh=c p dT , de=c v dT (1.15)

Secara umum ketiga persamaan konservasi (kekekalan massa, momentum dan energi) digabungkan
dan mereka perlu diselesaikan secara bersamaan. Secara keseluruhan kami memiliki 6 skalar yang
tidak diketahui (kepadatan, tekanan, 3 komponen kecepatan dan suhu) yang dapat diperoleh dengan
menyelesaikan 6 persamaan skalar (konservasi massa, 3 komponen konservasi momentum,
konservasi energi dan persamaan keadaan).

3
4
BAB III

METODOLOGIPENELITIAN

3.1 DiagramAlirPenelitian

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Software

Pembuatan Geometri 3D

Pembuatan Domain dan Mesh

Proses Simulasi CFD

Interpretasi Hasil
Simulasi CFD

Tidak
Validasi

Ya

Menentukan nilai suhu, kecepatan


Dan kelembaban

Analisis Hasil dan


Kesimpulan

Penyusunan Laporan
Akhir

Selesai

Gambar3.1Diagram Alir Metode Penelitian.

5
3.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian

Berdasarkan diagram alir penelitian diatas, dapat dijelaskan langkah-


langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Penulis mencari informasi dari berbagai sumber referensi mengenai
Simulasi CFD Penghawaan pada ruang indoor serta referensi tentang
analisis CFD. Sumber referensi tersebut berupa jurnal nasional maupun
internasional, skripsi, tesis, buku dan referensi lain dari internet.
2. Persiapan Software
Pada tahap ini dilakukan persiapan serta instalasi perangkat keras dan
lunak komputer. Diantara perangkat lunak yang digunakan yaitu ANSYS
Fluent sebagai software komputasi berbasis Computational Fluid
Dynamic(CFD). Program pembuatan geometri Design Modeler, mesh
dan CFD post berada satu paket bersama Fluent pada ANSYS
Workbench. Software lain yaitu Autodesk Inventor turut serta digunakan
dalam penelitian ini sebagai software pembuatan geometry. Selain kedua
software diatas juga digunakan Microsoft Excel untuk pengolahan data
numerik.
3. Pembuatan Geometri3-Dimensi
Pembuatan geometri tiga dimensi ini merupakan langkah awal
simulasiCFD yang juga disebut sebagai tahap Pre-processing. Pada
tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu mendapatkan bentuk desain
ruangan dan membuat domain fluidanya.

Gambar geometry ruangan indoor


6
4. Pembuatan Domain dan Mesh
Tahapan Pre-processing CFD selanjutnya yaitu pembuatan Domain
dan Mesh. Tujuan pembuatan domain yaitu untuk mendefinisikan
volume atur yang akan dilakukan perhitungan secara numerik.
Selanjutnya domain yang sudah dibuat dilakukan diskretisasi dengan
membuat mesh. Tahapan ini dikerjakan dengan menggunakan aplikasi
Mesh yang terintegrasi di dalam ANSYS Workbench.
5. Proses Simulasi CFD
Tahapan ini juga disebut tahap Solving yang merupakan lanjutan dari
Pre-processing. Proses simulasi CFD dilakukan dengan menggunakan
aplikasi ANSYS Fluent Dimana pemilihan formula penyelesaian, model
fisik, sifat material, kondisi batas, pengaturan tingkat konvergensi dan
penentuan nilai referensi dilakukan pada tahap ini. Pada penelitian ini
proses simulasi pada steady.
6. Interpretasi Hasil Simulasi CFD
Hasil simulasi CFD belum dapat dipahami dengan mudah karena
hasilnya berupa nilai-nilai variabel aliran seperti kecepatan, fraksi
volume uap dan temperatur pada titik tertentu. Agar dapat dibaca dan
dianalisis dengan mudah maka hasil simulasi tersebut harus diolah. Hasil
olahan tersebutdapat disajikan dalam bentuk kurva maupun kontur.
Tahapan ini juga disebut Post-processing yang dikerjakan dengan
aplikasi ANSYS CFD Post dan MicrosoftExcel.
7. Validasi
Simulasi CFD memberi penyelesaian pada model matematis, sehingga
perlu dilakukan validasi agar hasil simulasi sesuai ekspektasi dan
mendekati modelfisiknya. Validasi pada penelitian ini menggunakan data
eksperimental yang dipublikasikan dari penelitian simulasi numerik
penghawaan.

8. Meshing Generation dan Optimization Persamaan diferensial parsial


yang mengatur aliran fluida dan perpindahan panas biasanya tidak bisa
menerima solusi analitis, kecuali kasus yang sangat sederhana. Oleh
karena itu, untuk menganalisa aliran fluida, aliran domain dibagi menjadi

7
subdomain yang lebih kecil (terdiri dari geometri primitif seperti
hexahedra dan tatrahedra di 3D, dan segiempat dan segitiga di 2D) dan
Persamaan pengatur terdiskritisasi diselesaikan dalam masing-masing
bagian dari domain. Masing-masing bagian dari domain dikenal sebagai unsur
atau sel, dan kumpulan semua elemen ini dikenal sebagai mesh atau grid. Ada
banyak sel dari beberapa bentuk grid yang tersedia. Tergantung pada problem
dan cara penyelesaian.

9. Analisis Hasil dan Kesimpulan


Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang telah diolah
dalam bentuk kurva dan tabel. Setelahitu, ditarik kesimpulan berdasarkan
permasalahan dan tujuan dari penelitian ini.
10. Penyusunan LaporanAkhir
Tahap akhir dari penelitian ini adalah penyusunan laporan TugasAkhir
dari hasil analisis kinerja penghawaan bangunan.

3.3 Pelaksanaan Simulasi CFD

Proses simulasi CFD pada penelitian ini secara garis besar dibedakan
menjadi 2 tahapan yang berbeda yaitu untuk keperluan Pre-analisis dan
Komprehensi fanalisis. Simulasi untuk tahap Pre-analisis dilakukan pada
model geometry ruangan dengan menggunakan software Ansys Fluent R2
Student.

8
Gambar3.2Software Ansys Fluent 2023R1

9
3.3.1 Pre-processing

Tahap Pre-processing bertujuan untuk membuat model geometri dan


computational domain yang merepresentasikan suatu masalah fisik. Langkah-
langkah yang dikerjakan pada tahap iniyaitu:
1. Mendapatkan bentuk domain geometry.
Geometry runangan adalah komponen yang sangat penting dalam simulasi
ini, untuk itu diperlukan ketelitian yang tinggi. Pada simulasi awal
menggunakan geometry gambar ruangan gedung, sesuai dengan kondisi
faktualnya.

Gambar domain region fluida simulasi penghawaan

2. Meshing
Proses meshing sangat berperan dalam berjalanya simulasi. Secara umum
semakin banyak jumlah mesh maka tingkat akurasi semakin tinggi namun
mengakibatkan waktu komputasi yang lama. Dalam simulasi ini struktur yang
digunakan adalah unstructured mesh dengan metode meshing quadrilateral.
Meshdiatur agar area rotasi lebih padat dan halus dari area fluida, begitu juga area
blade dibuat agar lebih padat dari area yang lain. Gambar 4.4, 4.5 dan4.6
menunjukan hasil meshing.

10
Hasil Meshing Keseluruhan domain.

Gambar mesh dalam domain wireframe

11
Gambar table informasi mesh yang digunakan

Bentuk mesh yang digunakan pada simulasi CFD memiliki kualitas terbaik dengan
parameter mesh menggunakan skewness dengan nilai kurang dari 0.25. Dimana
skewness merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur konsistensi
ukuran elemen-elemen dalam suatu jaringan atau mesh. Nilai skewness yang tinggi
menunjukkan bahwa ada elemen yang sangat besar atau sangat kecil dalam jaringan
12
tersebut, sehingga tidak seimbang. Dalam geometri meshing, skewness diukur
dengan menggunakan suatu persamaan matematika sebagai berikut:
𝐿𝑚𝑎𝑥 − 𝐿𝑚𝑖𝑛
𝑆= 𝐿𝑎𝑣𝑔
di mana:
Lmax adalah panjang sisi terpanjang dalam sebuah elemen
Lmin adalah panjang sisi terpendek dalam sebuah elemen
Lavg adalah rata-rata panjang sisi dalam sebuah elemen
Nilai skewness yang diinginkan biasanya berkisar antara 0,2 hingga 0,5, yang
menunjukkan bahwa elemen-elemen dalam jaringan memiliki ukuran yang relatif
seimbang. Nilai skewness yang lebih besar dari 0,5 biasanya menunjukkan adanya
masalah dalam meshing, seperti elemen-elemen yang terlalu kecil atau terlalu besar.
(Fatchurrohman, 2017)

Tabel informasi kualitas mesh

Dari gambar di atas menunjukkan hasil pembuatan mesh yang didominasi


oleh warna hijau, dengan parameter skewness. Dari informasi di atas menunjukkan
bwah kualitas mesh berada di bawah batas maksimal kualitas mesh yang buruk.
Serta kondisi lubang (bening) atau kosong, merupakan indikasi bahwa mesh
tersebut memiliki kualitas terbaik, karena tidak dapat didefinisikan, hal ini terjadi
karena rentang kualitas skewness yang berada pada spektrum distribusi terbatas
sampai pada 1.0268 dimana kondisi kosong tersebut memiliki nilai 0.0013057

13
Gambar 4. 10 informasi parameter kuantitatif mesh

14
Gambar di atas menunjukkan indikasi kualitas mesh dengan warna hijau pada
kolom “worst” menujukkan warna hijau, dimana kualitas mesh tersebut di bawah
limit maksimum nilai batas parameter yang digunakan. Dari hasil mesh tersebut
menunjukkan bahwa mesh yang digunakan memiliki kualitas terbaik. Sesuai
dengan parameter spektrum di bawah ini

Gambar Spektrum Kualitas Parameter Mesh FEA Skewness (Brahmantya, 2020)

Dengan indikasi warna sesuai kondisi dari nilai skewness, warna biru
merupakan indikasi nilai skewness rendah dengan kualitas mesh terbaik, warna
merah menunjukkan nilai skewness tertinggi dengan kualitas mesh terburuk. Pada
gambar di atas di dominasi warna biru dan hijau yang menunjukan nilai yang baik,
untuk lebih jelasnya sesuai dengan gambar table informasi skewness di bawah ini.

3. Nodes & Elements

Node dalam mesh CFD adalah titik-titik yang digunakan untuk membentuk
sebuah jaringan (mesh) pada model CFD. Setiap node memiliki koordinat yang
unik dan digunakan sebagai referensi untuk menentukan posisi elemen-elemen
mesh lainnya. Node juga digunakan untuk menentukan nilai-nilai properti fisik
pada setiap titik pada model, seperti kecepatan, tekanan, dan suhu.
Secara lebih rinci, node dalam mesh CFD digunakan untuk menentukan posisi
elemen-elemen mesh seperti elemen tetrahedron, hexahedron, dan sebagainya.
Elemen-elemen ini digunakan untuk membentuk jaringan yang akan digunakan
untuk melakukan simulasi numerik. Setiap elemen memiliki beberapa node yang
digunakan sebagai referensi untuk menentukan posisi elemen tersebut dalam model.
Dalam proses pembuatan mesh, node dapat ditentukan dengan cara yang berbeda-
beda tergantung pada jenis model yang digunakan. Beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan node dalam mesh CFD antara lain yaitu metode
klasik yang menggunakan teknik manual, metode otomatis yang menggunakan
algoritma pembuatan mesh, dan metode yang menggunakan teknologi pembuatan
mesh yang lebih canggih seperti teknologi pembuatan mesh berbasis komputasi.
15
Elemen dalam mesh CFD adalah bagian-bagian dari jaringan yang
digunakan untuk melakukan simulasi numerik pada model CFD. Elemen-elemen ini
digunakan untuk membagi model CFD menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan
lebih mudah untuk dianalisis. Setiap elemen memiliki beberapa node yang
digunakan sebagai referensi untuk menentukan posisi elemen tersebut dalam model.
Ada beberapa jenis elemen yang digunakan dalam mesh CFD, diantaranya:
Elemen tetrahedron: merupakan elemen yang memiliki empat sisi dan digunakan
untuk membuat jaringan dalam ruang tiga dimensi. Elemen hexahedron: merupakan
elemen yang memiliki enam sisi dan digunakan untuk membuat jaringan dalam ruang
tiga dimensi. Elemen prismatik: merupakan elemen yang memiliki lima sisi dan
digunakan untuk membuat jaringan dalam ruang tiga dimensi. Elemen pada 2D:
merupakan elemen yang memiliki tiga sisi dan digunakan untuk membuat jaringan
dalam ruang dua dimensi. Setiap elemen dalam mesh CFD digunakan untuk
melakukan perhitungan numerik dengan menggunakan metode-metode seperti
metode elemen hingga, metode kontrol volume, dan metode kontrol unsur. Pemilihan
jenis elemen yang digunakan dalam mesh CFD tergantung pada kompleksitas model,
kondisi batas yang ada, dan kondisi fisik yang diharapkan dalam model.
Semakin banyak elemen yang digunakan dalam mesh CFD, semakin tinggi akurasi
hasil simulasi. Namun jumlah elemen yang banyak juga menyebabkan pemakaian
resource yang lebih besar dan waktu simulasi yang lebih lama. Oleh karena itu,
pembuatan mesh harus dilakukan dengan seimbang antara akurasi hasil simulasi
dan efisiensi pemakaian resource.

Tabel informasi nodes & elements

4. Penamaan boundary conditions


Nama kondisi batas dan dimensinya diberikan seperti Gambar di bawah merupakan
ada nya inlet,outlet, dan symmetry, lingkaran adalah rotor areaatau daerah yang
diputar. Lingkaran dalam didefinisikan sebagai blade area dimanadomain ini
bergerak mengikuti perputaran rotor area dan yang terakhir didalamlingkaran
domain sebagai airfoil. Kemudian domain paling besar diberi nama fluid area.

16
A. Domain inlet

Domain inlet merupakan domain masuknya fluida ke dalam system dengan


input berupa kecepatan angin, suhu dan kondisi kelembaban udara. Untuk lebih
lokasi domain inlet seperti pada gambar di bawah ini;

Gambar domain inlet

B. Domain symmetry

Domain symmetry merupakan domain batas dinding slip biasanya domain ini
merupakan batas terbuka, sehingga fluida dapat keluar masuk ke dalam system
tanpa ada batas dinding (no slip). Untuk lebih lokasi domain symmetry seperti
pada gambar di bawah ini;

Gambar domain symmetry

17
C. Domain ruangan

Domain ruangan merupakan domain batas dalam dinding yang membatasi


lokasi ruangan dan di luar ruangan (system atmosfer), Domain ini berfungsi
untuk memberikan Batasan terhadap data yang akan diamati. Untuk lebih lokasi
domain ruangan seperti pada gambar di bawah ini;

Gambar domain rang 1 dan ruang 3 dari atap

Gambar domain ruang 1, ruang 2 dan ruang 3 dari lantai

18
D. Domain outlet

Domain outlet merupakan domain keluarnya fluida, Domain ini berfungsi untuk
lokasi keluarnya fluida dari sistem. Untuk lebih lokasi domain outlet seperti
pada gambar di bawah ini;

Gambar domain outlet

19
Solving

Pada tahap ini dilakukan idealisasi pada masalah-masalah fisik yang ada,
diantaranya: 1. Fluida udara merupakan aliran incompressible 2. Kondisi aliran
adalah transient 3. Perpindahan suhu diabaikan 4. Kecepatan angin diasumsikan
arahnya merata Kemudian dilakukan pengaturan pada software Fluent. Adapun
langkah-langkah pengaturan untuk contoh kasus model validasi 3 sudu pada TSR
= 3,3 adalah sebagai berikut:
1. Membuka software Fluent melalui ANSYS Workbench. Sebelum Fluent dapat
digunakan terlebih dulu memilih pengaturan pada tampilan Fluent Launcher.
Yang perlu diperhatikan adalah untuk mengaktifkan opsi Double Precision dan
Parallel (Local Machine). Pada bagian Processes dibawah Solver isikan jumlah
proses yang akan dijalankan dalam satu proses simulasi. Semakin banyak
proses yang dapat dijalankan akan meningkatkan kecepatan komputasi namun
hal tearsebut harus sesuai dengan kemampuan hardware yang digunakan. Pada
simulasi ini diberikan jumlah proses yaitu 2 untuk CPU core 2 Duo dimana
memiliki 2 inti Processor. Selanjutnya Fluent secara otomatis akan membaca
file mesh yg telah dibuat.
2. Mendefinisikan pengaturan General dan Models. Pelaksanaan simulasi ini
memodelkan suatu aliran dengan nilai Mach Number yang rendah sehingga
digunakan tipe Pressure-based. Sedangkan untuk kondisi aliran supersonic
menggunakan Density-Based. Viscous model yang digunakan yaitu k-epsilon
(k-ε), komputasi dengan model turbulensi ini tergolong lama karena terdiri dari
dua persamaan k untuk transport energi kinetik turbulen dan ε merupakan
variabel dari laju dissipation energi turbulen. Persamaan ini memberikan hasil
yang lebih akurat untuk kasus aliran yang berotasi dan melibatkan separasi
aliran. Lebih lengkapnya pengaturan diisi dengan konfigurasi sebagai berikut:

Tabel Data Konfigurasi General dan Models

Solver Type Time Pressure-based


Velocity Steady

formulation Absolute

54
Multiphase Model

Model Mixture

Mixture Parameters Slip Velocity

Volume Fraction Parameters Implicit

Number of Eulerian Phases 2

Phases

Phases - Primary phase

- Secondary phases

Phases Setup

- Name Udara

Phase Material Udara

- Name Udara air

Phase Material Udara air

Viscous Viscous model K-epsilon (2 eqn)

K- epsilon model Realizable

Model Constants Defaults

3. Memberikan nilai properti pada Materials


TabelProperti Udara

Properties Metods

Density (𝜌) (𝑘𝑔⁄𝑚3) Constant 1.225


Viscosity (𝑣) (𝑘𝑔⁄𝑚 − 𝑠) Constant 1.7894e-
05

Tabel Properti Uap Air

Properties Metods

Density (𝜌) (𝑘𝑔⁄𝑚3) Constant 0.5542


Viscosity (𝑣) (𝑘𝑔⁄𝑚 − 𝑠) Constant 1.34e-05

55
Tabel Properti Perunggu

Properties Metods

Density (𝜌) (𝑘𝑔⁄𝑚3) Constant 2400


Cp (Specific Heat) [J/(kg K)] Constant 84
Thermal Conductivity [W/)(m K)]
Constant 2.25

4. Menentukan Cell Zone Conditions


Tabel Data Konfigurasi Cell Zone

Fluid
Material Name mixture
Ruang 1

Material Name mixture


Ruang 2

Material Name mixture


Ruang 3

Material Name mixture

56
5. Menentukan data Boundary Conditions
Pada simulasi ini terdapat beberapa boundary conditions yang digunakan yaitu
velocity inlet, pressure outlet dan wall boundary condition. Velocity inlet
diatur sesuai kondisi uji coba wind tunnel yang tertera pada data sekunder
eksperimen dimana kecepatan angin datang memiliki velocity magnitude 1.73
m/s pada arah sumbu x. Sedangkan Turbulent Method dipilih Intensity and
Length Scale. Turbulent Intensity merepresentasikan sensifitas fluida terhadap
perubahan gerak akibat massa jenisnya yang kecil. Untuk kasus turbulensi
rendah atau pada peralatan dan aliran yang tidak komplek nilainya dibawah
2.5%, pada simulasi ini diisi sesuai referensi.
Tabel Data Inlet Boundary Conditions
Velocity Inlet
Momentum Pressure (Pascal) 0
- Specification Method Intensity and
Turbulence Length
Scale
- Turbulent Intensity (%) 1.5
- Turbulent Length Scale (m) 1.5
Thermal Temperature (C) 28.11666667

Pressure Outlet diisi sesuai kondisi atmosfer luar yang tidak terkena pengaruh
dari sistem seperti tertera pada table berikut:
Tabel Data Outlet Boundary Conditions

Pressure Outlet
Momentum Gauge Pressure (Pascal) 0
Backflow Direction Normal to Boundary
Specification Method

Turbulence - Specification Method Intensity and


Viscosity Ratio

57
- Turbulent Intensity (%) 5
- Turbulent Length Scale (m) 10

Tabel Data Wall Boundary Conditions

Atap ruang 1
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28
Material Name concrete
Atap ruang 2
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.1
Material Name concrete
Atap ruang 3
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.25
Material Name concrete
dinding ruang 2
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness

58
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.1
Material Name concrete
Dinding ruang 3
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.25
Material Name concrete
Lantai ruang 1
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28
Material Name concrete
Lantai ruang 2
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.1
Material Name concrete
Lantai ruang 3
Momentum Wall Motion Stationary Wall
Shear Condition No Slip
Wall Roughness

59
- Roughness Height (m) 0 (default)
- Roughness Constant 0,5 (default)
Thermal Temperature 28.25
Material Name concrete

Tabel Operating Conditions


Pressure
Operating Pressure [Pa] 101325
Gravity Gravity
Gravitational Acceleration X [m/s2] 0
Y [m/s2] -9.81
Z [m/s2] 0
Boussinesq Parameters
Operating Temperature [C] 23.75
Variable-Density Parameters
Operating Density Method Minimum-phase-averaged

6. Pendefinisian Mesh Interface


Mesh interface ini berfungsi untuk menjembatani antara dua tau lebih interface
yang berbeda. Dimana masing-masing interface dibentuk oleh cell zone yang
terpisah. Pembuatan mesh interface dimulai dengan membentuk contact region
yang kemudian didefinisikan cell zone mana yang saling berinteraksi.
Tabel Mesh Data Interfaces

Meshing Interfaces Name Interfaces

Interfaces Zones Interfaces enclosure

Interfaces turbin

Interfaces Optoins Matching

Meshing Interfaces Name Interfaces

Interfaces Zones Interfaces enclosure

60
Interfaces turbin

Interfaces Optoins Matching

Meshing Interfaces Name Interfaces

Interfaces Zones Interfaces enclosure

Interfaces turbin

Interfaces Optoins Matching

7. Pendefinisian Solution Methods


Pemilihan Solution Methods akan memberikan perintah kepada Fluent bagai
mana algoritma yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan numerik.
Pada kasus model VAWT 2-dimensi, pemilihan Solution Methods tidak
memberikan perbedaan hasil koefisien momen yang signifikan. Pada simulasi
kali ini penyelesaian dan diskritisasi yang digunakan sebagai berikut:
Tabel Data Solution Methods

SIMPLE
Pressure-Velocity Scheme

Spatial Least squares Cell Based


Gradient
Discretizatio (default)
n Pressure Standart
Momentum Second Order Upwind
Turbulent Kinetic Energy Second Order Upwind
Turbulent Dissipation Rate Second Order Upwind

8. Pengaturan Residual Monitor


Iterasi dikatakan konvergen bila nilai residual berada dibawah maksimum eror
yang diijinkan. Bila konvergensi sudah terjadi maka literasi dihentikan lalu
melanjutkan komputasi pada time step selanjutnya. Pemberian nilai toleransi
eror yang semakin kecil menjadikan waktu komputasi tiap time step menjadi
lama dengan ekspektasi hasil yang didapatkan semakin baik. Oleh karenanya

61
perlu diberikan nilai kriteria konvergensi secara bijak. Pada simulasi ini, nilai
kriteria residual ditunjukkan dalam Tabel 4.9 di bawah ini.

62
Tabel 4. 9 Kriteria Konvergen

Equations continuity 0,00001

x-velocity 0,00001
y-velocity 0,00001
z-velocity 0,00001
k 0,00001
epsilon 0,00001

9. Melakukan inisialisasi
simulasi Kondisi aliran yang disimulasikan dalam pekerjaan ini adalah
transient, Namun untuk memberikan niali kondisi awal dilakukan dengan
inisialisasi berupa simulasi aliran steady. Tebakan awal yang digunakan untuk
perhitungan adalah besaran kecepatan angin datang. Jadi pilih opsi inlet pada
bagian Compute From.
Tabel 4. 10 Data Solutions Initialization

Initialization Methods Hybid Initialization

10. Residual Iteration


Untuk hasil simulasi CFD pada airfoil NACA 0012 pada VAWT menunjukkan
grafik residual iteration sebagai berikut ini

Gambar grafik residual


Dari gambar di atas menujukkan bahwa nilai iterasi sudah mencapai titik
convergence untuk lebih detailnya bisa dicek seperti pada gambar di bawah ini.
Nilai convergence di dapatkan dengan indikasi pada console yang ada di dalam

63
kotak berwarna merah.

Gambar grafik residual dan nilai residual

64

Anda mungkin juga menyukai