Anda di halaman 1dari 14

Formulasi Tensor untuk Teori

Relativitas Umum
3
om
l.c
Pendahuluan
ai
gm
Teori relativitas khusus memandang semua kerangka acuan iner-
@

sial setara dan besaran-besaran fisis berbentuk sama (atau dika-


02

takan bersifat kovarian) bagi semua kerangka acuan tersebut. Le-


bih khusus lagi, laju cahaya tidak berubah (invarian) bagi semua
o1

pengamat. Hal ini bersesuaian dengan kesimpulan Maxwell meng-


os

enai konstannya laju gelombang elektromagnetik.


Ide dasar dari relativitas umum adalah menerapkan prinsip
ur

kovariansi umum, bahwa semua besaran-besaran fisis berbentuk


ss

sama pada seluruh kerangka acuan, termasuk kerangka yang no-


u

ninersial (kerangka yang dipercepat). Prinsip ekivalensi meman-


ag

dang kerangka acuan yang dipercepat, misalnya ke arah x̂, setara


dengan kerangka yang diam dalam medan gravitasi berarah − x̂.
Dengan demikian, relativitas umum akan berkaitan lansgung de-
ngan fenomena gravitasi.
Jauh sebelum teori relativitas khusus dirumuskan (1905), New-
ton telah merumuskan teori gravitasinya (pada sekitar tahun 1687).
Teori tersebut telah sukses menjelaskan berbagai fenomena (mi-
salnya digunakan untuk menjelaskan hukum-hukum Kepler ten-
tang gerak planet, yang dirumuskan pada 1605) dan dianggap se-
bagai teori universal untuk interaksi benda-benda bermassa. Se-
lain merumuskan hukum Gravitasi, Newton juga mengusulkan
34 ringkasan kuliah tru

hukum-hukum tentang gerak. Sebuah benda bermassa m yang


bergerak dalam pengaruh medan gravitasi g (r) memiliki persa-
maan gerak berbentuk

d2 r
mg = m , (3.1)
dt2

atau diperoleh

d2 r
= g (r) . (3.2)
dt2

Terlihat bahwa persamaan gerak benda m sama sekali tidak diten-

om
tukan oleh sifat dari benda tersebut, baik massa, muatan, maupun
sifat lainnya. Galileo telah membuktikan melalui eksperimennya

l.c
bahwa benda-benda yang berbeda (bentuk, massa, bahan penyu-
ai
usun, dan sifat lainnya) akan bergerak dengan cara yang sama ke-
gm
tika dijatuhkan dari menara Pisa. Dengan demikian, medan gravi-
tasi dapat dipandang sebagai struktur dari ruangwaktu. Gravitasi
@

adalah struktur ruangwaktu, dan struktur ruangwaktu menentukan ba-


02

gaimana benda-benda di dalamnya bergerak.


Teori relativitas khusus dirumuskan pada ruangwaktu Min-
o1

kowski yang bersifat datar. Metrik ηµν bersifat konstan di se-


os

luruh titik dalam ruangwaktu. Selain itu, besaran-besaran fisis


pada satu koordinat inersial dengan koordinat inersial yang la-
ur

in terhubung satu sama lain melalui transformasi Lorentz. Teo-


ss

ri relativitas umum haruslah dirumuskan dengan memperumum


u

aspek-aspek tersebut. Pertama, ruangwaktu yang digunakan un-


ag

tuk menggambarkan relativitas umum bersifat lengkung (tidak


datar). Kedua, metrik secara umum dapat bergantung pada koo-
rdinat, gµν = gµν ( x ). Ketiga, besaran-besaran fisis bertransformasi
menurut transformasi koordinat umum. Aspek ketiga ini meng-
haruskan kita untuk menyatakan semua besaran fisis (dan juga
operator) dalam bentuk tensor. Ruangwaktu yang digunakan un-
tuk merumuskan teori relativitas umum adalah ruangwaktu Rie-
mann (lebih tepatnya pseudo-Riemann). Pada bab ini, kita akan
mempelajari ruangwaktu tersebut secara ringkas, sesuai dengan
kebutuhan kita untuk merumuskan persamaan Einstein sebagai
persamaan medan untuk relativitas umum.
PEKAN KE- 3. FORMULASI TENSOR UNTUK TEORI RELATIVITAS UMUM 35

Turunan kovarian

Operator turunan (diferensial) merupakan operator penting da-


lam perumusan persamaan gerak benda. Pada bagian ini, kita
akan merumuskan bagaimana bentuk dari operator turunan yang
bersifat kovarian dan berubah terhadap transformasi koordinat
menurut sifat transformasi tensor. Pada bab sebelumnya, kita te-
lah mempelajari bagaimana transformasi dari skalar, vektor kon-
travarian, dan vektor kovarian,

φ → φ� = φ, (3.3)
∂x �µ
X µ → X �µ = Xν , (3.4)

om
∂x ν
∂x α
Xµ → Xµ� = �µ Xα , (3.5)

l.c
∂x
�µ α
dengan ∂x ∂x
∂x ν dan ∂x �µ merupakan matriks untuk transformasi koo-
rdinat umum. ai
gm
Sekarang, mari kita tinjau transformasi dari turunan parsial su-
atu vektor kontravarian.
@

� �µ �
µ � �µ ∂ ∂x
∂ν A → ∂ν A = �ν Aα
02

∂x ∂x α
o1

∂2 x � µ α ∂x �µ ∂Aα
= A +
∂x �ν ∂x α ∂x α ∂x �ν
os

2
∂ x � µ ∂x �µ ∂x β � �
= �ν α Aα + α �ν ∂ β Aα (3.6)
ur

∂x ∂x ∂x ∂x
Terlihat bahwa turunan parsial tidak bertransofrmasi sebagai ten-
ss

sor. Jika berlaku sebagai tensor, seharusnya bentuk transformasi-


u

nya adalah
ag

� β � � �µ �
∂x ∂x � �
∂ν Aµ → ∂�ν A�µ = � ν α
∂ β Aα . (3.7)
∂x ∂x
Kehadiran suku pertama pada persamaan (3.6) membuat ∂ν Aµ
tidak bersifat kovarian.
Di sisi lain, besaran vektor (bukan komponennya) seharusnya
tidak bergantung koordinat A = Aα êαe = A�α ê�eα , sehingga berke-
lakuan seperti skalar. Sehingga turunan parsialnya bertransfor-
masi layaknya vektor kovarian,
∂x α
∂µ A → ∂�µ A� = ( ∂ α A) . (3.8)
∂x �µ
36 ringkasan kuliah tru

Jika persamaan di atas dikalikan dengan basis kontravarian êν ,


maka transformasinya menjadi
� α �� β �
∂x ∂x β
∂µ A · êν → ∂�µ A� · ê�ν = ∂ α A ê
∂x �µ ∂x �ν
� α �
∂x ∂x β
= ∂α A · ê β (3.9)
∂x �µ ∂x �ν
Terlihat bahwa besaran ∂µ A · êν memiliki sifat transformasi yang
sesuai (atau dikatakan suku tersebut merupakan tensor). Kita
mendefinisikan besaran tersebut sebagai turunan kovarian, � turunan kovarian

Dµ Aν ≡ ∂µ A · êν . (3.10)

om
Perhatikan bahwa ∂µ A · êν = ∂µ (A · êν ) − A · ∂µ êν dan ingat
pula bahwa A · êν = Aν , maka turunan kovarian dapat ditulis

l.c
ulang dalam bentuk

Dµ Aν ≡ ∂µ Aν − ∂µ êν . ai (3.11)
gm
Suku kedua pada persamaan terakhir adalah turunan dari basis
∂êν
koordinat terhadap koordinat, atau ∂x µ . Dalam koordinat kotak
@

(Kartesius), suku ini selalu bernilai nol. Namun, pada koordinat


02

lengkung (misalnya polar atau bola) suku tersebut tidaklah berni-


o1

lai nol. Secara umum, perubahan suatu basis ∂µ êν akan mengha-
silkan kombinasi linear dari basis-basis yang lain, sehingga dapat
os

dituliskan ∂µ êν ≡ −Γνµα êα , dengan Γνµα (disebut simbol Christo-


ur

ffel) merupakan koefisien kombinasi linear dari basis-basis ter-


ss

sebut. Simbol Γνµα dibaca sebagai turunan dari basis ke-ν terhadap
koordinat ke-µ yang arahnya sejajar dengan basis ke-α. Dengan notasi
u
ag

terakhir ini, turunan kovarian mengambil bentuk akhir

Dµ Aν = ∂µ Aν + Γνµα Aα . (3.12)

Dengan cara penurunan yang serupa, kita dapat memperoleh tu-


runan kovarian dari sebuah vektor kovarian

Dµ Aν = ∂µ Aν − Γαµν Aα . (3.13)

Sementara itu, turunan kovarian dari sebuah skalar akan sama


dengan turunan parsialnya,

Dµ φ = ∂µ φ. (3.14)
PEKAN KE- 3. FORMULASI TENSOR UNTUK TEORI RELATIVITAS UMUM 37

� Aktivitas 8 — Simbol Christoffel untuk koordinat polar


Tentukan simbol Christoffel dari metrik ds2 = dr2 + r2 dθ 2 .

Turunan kovarian dari sembarang komponen tensor akan meng-


hadirkan suku-suku yang mengandung simbol Christoffel yang
banyaknya sama dengan rank dari tensor tersebut. Sebagai contoh
jika kita memiliki tensor X αβ maka turunan kovariannya adalah
γ γ
Dµ X αβ = ∂µ X αβ + Γαµγ X β − Γµβ Xγα . (3.15)

om
Perhatikan bahwa tanda positif/negatif pada suku-suku simbol
Christoffel berkaitan dengan indeks kontravarian/kovarian dari

l.c
tensor yang diturunkan.

Turunan kovarian dari tensor metrik ai


gm
Mari kita tinjau turunan dari tensor metrik. Pertama sekali, ki-
@

ta harus ingat bahwa tensor metrik dibentuk dari perkalian dua


02

basis, gµν = êµ · êν . Selanjutnya, turunan kovarian dari tensor


metrik kita kerjakan secara eksplisit sebagai berikut,
o1

γ γ
Dα gµν = ∂α gµν − Γαµ gγν − Γαν gµγ
os

� �
= ∂α êµ · êν − Γγαµ gγν − Γγαν gµγ
ur

∂êµ ∂êν
· êν + êµ · α − Γγαµ gγν − Γδαν gµδ
ss

= α
∂x ∂x
u

= Γγµα (êγ · êν ) + êµ · Γδνα êδ − Γγαµ gγν − Γδαν gµδ
ag

= Γγµα gγν + Γδνα gµδ − Γγγµ gγν − Γδαν gµδ


=0 (3.16)

Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa tensor metrik


bersifat konstan secara kovarian (covariantly constant). Ini meru- � metrik berifat konstan se-
pakan sifat penting dari teori relativitas umum. Sifat ini kira-kira cara kovarian

setara dengan konstannya metrik Minkowski pada TRK. Jadi, wa-


laupun bergantung koordinat, gµν = gµν ( x ), namun metrik bersi-
fat konstan secara kovarian. Dengan memanfaatkan sifat tersebut,
kita dapat menyatakan simbol Christoffel sebagai turunan perta-
ma dari metrik, � simbol Christoffel sebagai
turunan pertama dari metrik
38 ringkasan kuliah tru

γ 1 γα � �
Γµν = g ∂ν gαµ + ∂µ gαν − ∂α gµν . (3.17)
2

� Aktivitas 9 — Sifat simbol Christoffel

1. Dapatkan persamaan (3.17).

2. Tentukan sifat transformasi dari simbol Christoffel dan tunjukk-


an bahwa simbol Christoffel bukanlah tensor. Anda dapat me-
mulai dengan mentransformasikan metrik kemudian mensubs-
titusikannya ke pe persamaan (3.17).

om
3. Buktikan bahwa besaran Γαµν + Γαµν bukanlah tensor.

l.c
4. Buktikan bahwa besaran Γαµν − Γαµν merupakan tensor.

ai
gm
@

Transport paralel
02

Pada kalkulus vektor, kita telah mempelajari konsep turunan ber-


o1

arah, yang menyatakan bagaimana perubahan dari suatu besar-


os

an fisis jika besaran tersebut diukur pada dua titik yang dihu-
bungkan oleh vektor translasi tertentu. Sebagai contoh nyata, saat
ur

mengukur kemiringan lahan di lereng gunung Manglayang, kita


ss

dapati bahwa kemiringan lahan tersebut akan bergantung pada


u

arah. Dengan kata lain, kemiringan lahan harus ditentukan mela-


ag

lui operasi turunan berarah.


Andaikan kita berada pada suatu ruang tidak datar berdimen-
si tertentu. Kita kemudian ingin memindahkan sebuah vektor V
dari titik A ke titik B dalam ruang melalui sebuah lintasan ter-
tentu. Agar tidak berubah, maka vektor haruslah dipindahkan
secara paralel, yakni V di A dan di B saling sejajar satu sama lain.
Proses pemindahan vektor dengan cara seperti ini disebut sebagai
transport paralel.
Mari kita tinjau dengan lebih rinci bagaimana proses transport
paralel tersebut dilakukan. Misalkan vektor dipindahkan dari ti-
tik A dengan koordinat x ke titik B dengan koordinat x + Δx.
PEKAN KE- 3. FORMULASI TENSOR UNTUK TEORI RELATIVITAS UMUM 39

Perubahan komponen vektor akibat perpindahan ini adalah

ΔV α = V α ( x + Δx ) − V α ( x ) . (3.18)

Mengingat bahwa V α = V · êα , maka perubahan tersebut akan


berasal dari perubahan dari vektor V dan perubahan basis êα ,

ΔV α = ΔV · êα + V · Δêα . (3.19)

Jika kita mengambil interval Δx yang cukup kecil, maka berda-


sarkan pembahasan pada bagian sebelumnya, kita mengidentifi-
kasi suku pertama pada ruas kanan persamaan di atas sebagai
turunan kovarian dan suku keduanya sebagai suku yang meng-

om
andung simbol Christoffel. Sehingga kita dapat tuliskan

l.c
dV α = DV α + Γαµν V µ dx ν . (3.20)

ai
Transport paralel adalah proses memindahkan vektor tanpa meng-
gm
ubah vektor tersebut, ΔV = 0, sehingga DV α = 0 dan perubahan
dari komponen vektor V α hanya berasal dari perubahan basis ko-
@

ordinat,
02

dV α = Γαµν V µ dx ν . (3.21)
o1
os

Persamaan geodesik
ur

Persamaan geodesik adalah persamaan yang menyatakan lintasan


ss

paling lurus yang dapat ditempuh partikel dalam sebuah ruang.


u

Dalam mekanika klasik, kita tahu bahwa lintasan lurus ini ak-
ag

an tercapai jika partikel bergerak dengan vektor kecepatan yang


selalu konstan. Secara infinitesimal, kecepatan partikel saat t ha-
ruslah sejajar terhadap lintasan partikel pada selang t − dt hingga
t. Dengan kata lain, vektor kecepatan partikel mengalami trans-
port paralel. Sebagai contoh yang sederhana, kita tinjau sebuah
perahu motor yang sedang melaju di laut. Perahu tersebut akan
melaju dengan lintasan lurus jika setiap saat kecepatannya selalu
sejajar dengan kecepatan sesaat sebelumnya.
Mari kita gunakan konsep transport paralel yang telah kita ru-
muskan sebelumnya. Mula-mula kita tinjau suatu partikel yang
bergerak dalam ruang dengan lintasan mengikuti kurva x α (τ ),
40 ringkasan kuliah tru

dengan τ suatu parameter. Vektor singgung terhadap kurva ter-


sebut (atau dapat dianggap sebagai vektor "kecepatan") adalah

dx α
Vα = . (3.22)

DV α
Transport paralel dari V α dilakukan dengan cara mengambil dτ =
0, atau
dV α dx ν
+ Γαµν V µ = 0. (3.23)
dτ dτ
Mengingat definisi kecepatan, kita peroleh � persamaan geodesik

d2 x α α dx dx
µ ν

om
+ Γ µν = 0, (3.24)
dτ 2 dτ dτ

l.c
yang merupakan persamaan geodesik. Jelas bahwa pada ruang
datar, persamaan tersebut akan tereduksi menjadi persamaan ge-
ai
rak untuk benda bergerak lurus, x α = Aα τ + Bα , dengan Aα dan
gm
Bα konstanta.
@

� Aktivitas 10 — Persamaan geodesik pada koordinat polar


02

Hitunglah secara eksplisit bagaimana bentuk persamaan geodesik


o1

pada koordinat polar. Apakah bersesuaian dengan mekanika klasik?


os
ur
ss

Tensor kurvatur
u
ag

Telah kita ketahui bahwa sebuah V bersifat invarian (tidak beru-


bah) terhadap transport paralel, namun komponen V α dapat ber-
ubah akibat perubahan basis koordinat (yang dinyatakan dengan
simbol Christoffel). Perubahan basis koordinat tersebut hanya
mungkin terjadi jika vektor dipindahkan sepanjang sebuah lintas-
an yang melengkung, sebab pada lintasan lurus basis koordinat-
nya tidak berubah. Dengan demikian, dV α akibat transport para-
lel mengindikasikan adanya kelengkungan lintasan. Lebih lanjut,
jika kita melakukan transport paralel sepanjang lintasan tertutup
pada sebuah ruang, maka perubahan V akan menyatakan keleng-
kungan permukaan yang dibentuk oleh lintasan tertutup tersebut.
PEKAN KE- 3. FORMULASI TENSOR UNTUK TEORI RELATIVITAS UMUM 41

Untuk merealisasikan konsep di atas, mari kita tinjau suatu


lintasan tertutup PQRSP seperti pada Gambar 3.5.
Lintasan PQRS melingkupi sebuah luasan kecil dx α δx α . Vektor
V akan ditransport secara paralel dari P ke Q, kemudian R, S
dan kembali ke P. Jika "bidang" PQRS datar, seharusnya diperoleh
dV α = 0, dan sebaliknya. Secara umum besar dari dV α akan
sebanding dengan V α dan "luas" bidang PQRS. Nilai dV α akibat
transport paralel sepanjang PQRSP kita tuliskan

[dV α ] PQRS = [dV α ] PQR + [dV α ] RSP


= [dV α ] PQR − [dV α ] PSR . (3.25)

om
Kita hitung dulu untuk suku pertama,

[dV α ] PQR = [dV α ] PQ + [dV α ]QR

l.c
� � � �
= −Γαµν V µ dx ν + −Γαµν V µ δx ν . (3.26)
P Q
ai
gm
Ingat bahwa nilai Γαµν dan V µ di Q berbeda dengan di P. Kita
gunakan uraian Taylor hingga orde pertama,
@

� � � �
Γαµν = Γαµν + ∂λ Γαµν dx λ
02

Q P

(V )Q = (V ) P + ∂γ V µ dx γ ,
µ µ
(3.27)
o1
os

sehingga
� � � � � �
ur

Γαµν V µ = Γαµν V µ + Γαµν ∂γ V µ dx γ


Q P P
ss

+ (V µ ) P ∂λ Γαµν dx λ + ∂λ Γαµν ∂γ V µ dx λ dx γ . (3.28)


u

Substitusikan persamaan di atas ke persamaan (3.26), menghasilk-


ag

an

[dV α ] PQR = − Γαµν V µ dx ν − Γαµν V µ δx ν − Γαµν ∂γ V µ dx γ δx ν


− V µ ∂λ Γαµν dx λ δν − ∂λ Γαµν ∂γ V µ dx λ dx γ δx ν . (3.29)

Perhatikan bahwa semua kuantitas di atas telah kita ukur di P,


sehinggga indeks P dapat dihilangkan.
Perhatikan juga bahwa akibat Dγ V µ = 0, semua turunan par-
sial dari V α dapat dinyatakan juga sebagai suku yang mengan-
µ
dung simbol Christoffel, ∂γ V µ = −Γγβ V β . Selain itu, kita ju-
ga dapat mengabaikan suku-suku orde tinggi yang mengandung
42 ringkasan kuliah tru

dx λ dx γ δx ν karena nilainya sangat kecil. Sehingga, pada akhirnya


kita dapatkan

[dV α ] PQR �Γαµν V µ dx ν − Γαµν V µ δx ν


µ
+ Γαµν Γγβ V β dx γ δx ν − ∂λ Γαµν V µ dx λ δx ν . (3.30)

Pekerjaan selanjutnya adalah kita menghitung suku [dV α ] PSR .


Dengan cara kerja yang serupa dengan sebelumnya, kita akan
mendapatkan hasil yang mirip, kecuali suku δx dan dx yang sa-
ling bertukar,

[dV α ] PSR � − Γαµν V µ δx ν − Γαµν V µ dx ν

om
µ
+ Γαµν Γγβ V β δx γ dx ν − ∂λ Γαµν V µ δx λ dx ν . (3.31)

Dengan demikian secara total kita dapatkan

l.c
[dV α ] = [dV α ] PQR − [dV α ] PSR
µ µ ai
gm
= Γαµν Γγβ V β δx γ dx ν − Γαµν Γγβ V β dx γ δx ν
− ∂λ Γαµν V µ δx λ dx ν + ∂λ Γαµν V µ dx λ δx ν . (3.32)
@

Semua indeks selain α pada persamaan di atas merupakan indeks


02

semu yang dapat diganti dengan simbol apapun. Kita tukar γ


o1

dengan ν pada suku kedua dan λ dengan ν pada suku keempat


os

untuk menghasilkan
� �
ur

µ µ
[dV α ] = Γαµν Γγβ − Γαµγ Γνβ V β dx ν δx γ
� �
ss

+ −∂λ Γαµν + ∂ν Γαµλ V µ dx ν δx λ . (3.33)


u
ag

Kemudian kita ganti λ dengan γ dan µ dengan β di suku terakhir.


Setelah disusun ulang, diperoleh
� �
µ µ
[dV α ] = ∂γ Γαβν − ∂ν Γαβγ + Γαµν Γγβ − Γαµγ Γνβ V β dx ν δx γ , (3.34)

terlihat bahwa [dV α ] sebanding dengan V β dan luas dx ν δx γ . Per-


samaan terakhir dapat ditulis secara ringkas menjadi

[dV α ] = Rαβγν V β δx γ dx ν , (3.35)

dengan
µ µ
Rαβγν = ∂γ Γαβν − ∂ν Γαβγ + Γαµγ Γ βν − Γαµν Γ βγ (3.36)
PEKAN KE- 3. FORMULASI TENSOR UNTUK TEORI RELATIVITAS UMUM 43

adalah tensor Riemann. � tensor Riemann


Tensor Riemann adalah kuantitas yang menentukan sebuah ru-
ang berifat lengkung atau datar. Pada ruang datar, semua kom-
ponen dari tensor Riemann akan bernilai nol.
Selain dengan cara seperti di atas, tensor Riemann juga dapat
dinyatakan dalam bentuk hubungan komutasi dari turunan kova-
rian,
� �
Dµ , Dν Aα = Rαβµν A β . (3.37)

� Aktivitas 11 — Definisi tensor Riemann


Buktikan bahwa persamaan (3.37) memberikan tensor Riemann da-

om
lam bentuk yang sama dengan pada persamaan (3.36).

l.c
ai
gm
Sifat-sifat simetri dari tensor Riemann
Tensor Riemann memiliki beberapa sifat simetri terhadap indeks-
@

indeksnya yang secara langsung dapat dibuktikan dari persamaan


02

(3.36) dan (3.37). Sifat-sifat tersebut adalah:


o1

1. Antisimetrik terhadap pertukaran indeks ketiga dan keempat


os

serta indeks kesatu dan kedua:


ur

Rαβµν = − R βαµν , (3.38)


ss

Rαβµν = − Rαβνµ . (3.39)


u
ag

2. Simetri terhadap pertukaran indeks pasangan (1&2) dan (3&4),

Rαβµν = Rµναβ (3.40)

3. Siklik
Rαβµν + Rαµνβ + Rανβµ = 0. (3.41)

Tensor Riemann sebagai turunan kedua dari metrik


Telah kita ketahui dari definisi bahwa tensor Riemann tersusun
atas simbol Christoffel dan turunannya. Mengingat simbol Chris-
toffel dapat dinyatakan dalam turunan pertama dari metrik, maka
44 ringkasan kuliah tru

tensor Riemann dapat dinyatakan sebagai jumlahan dari suku-


suku turunan kedua dari metrik. Dengan perhitungan seksama,
diperoleh bentuk eksplisit,
1� �
Rαβµν = gαν,βµ − gαµ,βν + gµβ,αν − gνβ,αµ
2 � �
ρ ρ
+ gγρ Γαν Γγβµ − Γαµ Γγβν (3.42)

� Aktivitas 12 — Tensor Riemann


Lakukan perhitungan secara eksplisit untuk mendapatkan persama-
an (3.42) kemudian buktikanlah sifat-sifat simetri dari tensor Rie-

om
mann.

l.c
Kontraksi dari Tensor Riemann ai
gm
Dengan memanfaatkan tensor metrik, kita dapat mengkontraksi
@

tensor Riemann untuk mendapatkan tensor Ricci � tensor Ricci


02

Rµν = gαβ Rαµβν = gαβ R βναµ = Rνµ . (3.43)


o1

Kemudian dengan mengingat sifat simetri Rαµβν = Rµανβ , tensor


os

Ricci juga dapat diperoleh melalui


ur

Rµν = gαβ Rµανβ . (3.44)


ss

Kontraksi terhadap tensor Ricci menghasilkan skalar Ricci, � skalar Ricci


u
ag

R = gµν Rµν . (3.45)

Identitas Bianchi
Berdasarkan definisi pada persamaan (3.37) dapat diperoleh per-
samaan identitas Bianchi,

Dλ Rαβµν + Dµ Rαβνλ + Dν Rαβλµ = 0. (3.46)

Kemudian, mengingat Rαβµν = Rµναβ , identitas di atas juga dapat


ditulis sebagai

Dλ Rµναβ + Dµ Rνλαβ + Dν Rλµαβ = 0. (3.47)


PEKAN KE- 3. FORMULASI TENSOR UNTUK TEORI RELATIVITAS UMUM 45

Bukti untuk identitas di atas juga dapat diperoleh dengan meng-


hitungnya secara eksplisit untuk koordinat inersial (sehingga sim-
bol Christoffel bernilai nol, Γ = 0). Ingat kembali ungkapan tensor
Riemann sebagai kombinasi dari turunan kedua dari metrik.

1� �
Rαβµν = g − gαµ,βν + gµβ,να − gνβ,µα (3.48)
2 αν,βµ
(telah diambil Γ = 0). Sehingga bila kita jumlah, diperoleh bentuk
berikut
� �
1 ✘−❳
Dλ Rαβµν + Dµ Rαβνλ Dν Rαβλµ = ✘✘
gµβ,ανλ
gαν,βµλ − gαµ,βνλ + ✘ ❳❳
gνβ,αµλ

2

om
1� �
+ ✘ ✘✘✘ ✿− gαν,βλµ + ❳
gαλ,βνµ ❳❳
gνβ,αλµ
❳ −❳ ❳ ✘

gλβ,ανµ
✘ ✘❳ ❳
2� �

l.c
1 ✿

+ ✘✘ + ❳
gαλ,βµν
gαµ,βλν − ✘ ✘ ❳ ✘ gµβ,αλν

gλβ,αµν
✘❳ ❳−✘ ✘✘ ✘
2
=0 ai
gm
Perhatikan bahwa kita telah gunakan mengganti turunan kovari-
@

an Dα dengan turunan parsial ∂α karena pada kerangka inersial


02

simbol Christoffel bernilai nol, Γ = 0.


o1

Dengan memanfaatkan metrik, kita dapat mengkontraksi iden-


titas Bianchi menjadi bentuk yang lebih ringkas,
os

� �
gαµ Dλ Rαβµν + Dµ Rαβνλ + Dν Rαβλµ = 0
ur

µ
⇔ Dλ R βν + Dµ R βνλ − Dν R βλ = 0 (3.49)
u ss

Kontraksikan satu kali lagi dengan metrik g βν menghasilkan


ag

� �
1
D α Rαλ − gαλ R = 0. (3.50)
2

Didefinisikan tensor Einstein, � tensor Einstein

1
Gαλ = Rαλ − gαλ R, (3.51)
2
sehingga identitas Bianchi terkontraksi menjadi berbentuk � identitas Bianchi terkon-
traksi
D α Gαλ = 0. (3.52)
46 ringkasan kuliah tru

� Aktivitas 13 — Identitas Bianchi terkontraksi


Lakukan perhitungan untuk membawa persamaan (3.49) menjadi
bentuk pada persamaan (3.51).

om
l.c
ai
gm
@
02
o1
os
ur
u ss
ag

Anda mungkin juga menyukai