Anda di halaman 1dari 24

2.

1 Aliran Fluida
2.1.1 Penjelasan Umum

Udara merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Penyebab
udara bergerak adalah perbedaan teknanan dan perbedaan temperature. Udara di dalam
ruangan akan selalu berganti dari udara yang buruk menjadi udara yang bersih hal tersebut
dikarenakan aliran udara selalu mengalir dari dalam ruangan ke luar ruangan ataupun
sebaliknya. Dengan aliran udara yang selalu bergerak dan mengalir diharapkan kondisi dan
kualitas udara didalam ruangan akan bertambah baik. Ventilasi menjadi kunci utama untuk
menciptakan sirkulasi udara yang baik bagi sebuah ruangan. Dengan adanya ventilasi
didalam ruangan akan memudahkan pergerakan aliran udara dari dalam ruangan keluar
ruangan ataupun sebaliknya, sehingga udara yang ada didalam akan memiliki kualitas yang
baik. Disamping itu dengan adanya ventilasi di dalam ruangan juga dapat mengendalikan
temperatur, kelembapan udara, kualitas udara, dan pergerakan udara sehingga kondisi
kenyamanan thermal yang diinginkan dapat terpernuhi. Kenyamanan thermal merupakan
suatu kondisi dimana secara psikologis, fisiologis, dan pola perilaku seseorang merasa
nyaman untuk melakukan aktivitas dengan suhu tertentu di sebuah lingkungan (Puspitasari,
2014)

(Sanjaya, 2008)

Aliran udara bergantung pada faktor perbedaan tekanan dan perbedaan


temperatur, sehingga ketika mendesain atau merancang sebuah ruangan, kedua faktor
tersebut harus diindetifikasi terlebih dahulu agar dapat saling mendukung dan tidak saling
bertentangan.

2.1.2 Mekanisme Aliran Udara

Mekanisme aliran udara terjadi karena adanya beberapa faktor yang


menyebabkan atau membentuk aliran itu terjadi, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor angin yaitu karena adanya perbedaan tekanan (Driving Force)


hembusan angin dengan kecepatan dan arah tertentu pada
sebuah bangunan dapat menimbulkan perbedaan tekanan (Driving
Force) pada titik yang berbeda dan menghasilkan distribusi tekanan
dalam bangunan, yang akan menghasilkan tekanan positif sehingga
udara yang mengalir melalui bukaan atau lubang pada bangunan
mendapatkan angin yang datang dan menyebabkan tekanan negatif,
maka akan terjadi aliran udara keluar dari bidang bangunan yang
berlawanan, dan pada bidang-bidang samping.
(Sanjaya, 2008)

Gambar 2.1 Aliran udara karena faktor angin

2. Faktor termal (Thermal Condition)


Faktor Thermal yaitu karena adanya perbedaan temperatur dibawah dan
atas ruangan dan diluar ruang dengan temperatur didalam ruangan.
Aliran udara dalam ruang juga dapat terjadi dikarenakan adanya
perbedaan suhu udara, secara vertikal karena perbedaan temperatur di
bawah dan diatas rungan tersebut. Udara yang memiliki thermal
condition rendah akan bergerak ke atas ruangan tersebut atau
sebaliknya, hal tersebut dikarenakan perbedaan massa jenis (densitas)
udaranya. Secara horizontal bila thermal condition pada udara dalam
ruang lebih tinggi dari pada udara diluar, maka udara dari luar akan
masuk melalui celah pada ventilasi atau bukaan yang ada pada bangunan
tersebut. Bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka udara didalam
ruangan yang lebih panas ke luar bangunan melalui lubang-lubang atau
bukaan yang ada.
(Sanjaya, 2008)
Gambar 2.2 Aliran udara karena faktor thermal

3. Faktor bentuk bangunan,


Faktor bentuk bangunan yaitu karena adanya beragam bentuk yang
dapat mempengaruhi atau membentuk aliran udara tersebut. Seperti
contoh pada gambar 2.3 bentuk-bentuk yang berbeda pada lubang atau
bukaan misalnya pada jendela akan mengasilkan pola atau mekanisme
aliran udara yang berbeda-beda tergantung jenis bukaan tersebut.
(Sanjaya, 2008)

Gambar 2.3 Aliran udara karena bentuk bangunan

2.2 Perpindahan Panas

Perpindahan panas adalah proses perpindahan kalor dari benda yang lebih
panas ke benda yang kurang panas. Proses perpindahan panas dari sumber panas
ke penerima dibedakan atas tiga cara yaitu: (Mc. Cabe, 1999)

1. Perpindahan panas secara konduksi.

2. Perpindahan panas secara konveksi.

3. Perpindahan panas secara radiasi.

(Mc. Cabe, 1999)

1. Perpindahan Panas Secara Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dimana molekul-


molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat tetapi molekul-molekul tersebut
hanya menghantarkan panas atau proses perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke bagian
lain yang suhunya lebih rendah. Konduksi (keadaan steady). Suatu material bahan yang
mempunyai gradient, maka kalor akan mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Aliran
kalor seperti ini disebut konduksi atau hantaran. Konduksi thermal pada logam - logam
padat terjadi akibat gerakan elektron yang terikat dan konduksi thermal mempunyai
hubungan dengan konduktivitas listrik. Pemanasan pada logam berarti pengaktifan gerakan
molekul, sedangkan pendinginan berarti pengurangan gerakan molekul.
(McCabe,1993).

Contoh perpindahan kalor secara konduksi antara lain: perpindahan kalor pada logam cerek
pemasak air atau batang logam pada dinding tungku. Laju perpindahan kalor secara
konduksi sebanding dengan gradien suhu perindahan kalor secara konduksi sebanding
dengan gradient suhu.

(McCabe,1993)

q δT
........................................................................(2.1)
a δX

Dan dengan konstanta kesetimbangan (konduksi) maka menjadi persamaan Fourier.

δT
q=-kA. ................................................................(2.2)
δX

Dimana:

q = Laju perpindahan kalor

δT
= Gradient suhu kearah perpindahan kalor 9
δX

k = Konduktuvitas termal

A = Luas permukaan bidang hantaran

Tanda (-) digunakan untuk memenuhi hukum II Thermodinamika yaitu “Kalor mengalir ke
tempat yang lebih rendah dalam skala temperature”

(Holman,1986).
Gambar 2.5 Contoh proses perpindahan panas konduktif

Sumber : (Sanjaya, 2008)

2. Perpindahan Panas Secara Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari satu
tempat ke tempat lain dengan gerakan partikel secara fisis. Perpindahan panas secara
konveksi ini juga diakibatkan oleh molekul-molekul zat perantara ikut bergerak mengalir
dalam perambatan panas atau proses perpindahan panas dari satu titik ke titik lain dalam
fluida antara campuran fluida dengan bagian lain. Arus fluida yang melintas pada suatu
permukaan, maka akan ikut terbawa sejumlah enthalphi. Aliran enthalphi ini disebut aliran
konveksi kalor atau konveksi. Konveksi merupakan suatu fenomena makroskopik dan hanya
berlangsung bila ada gaya yang bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat
membuat gerakan melawan gaya gesek

(McCabe, 1993).

Contoh sederhana pepindahan panas secara konveksi adalah aliran air yang
dipanaskan dalam belanga. Ka lor yang dipindahkan secara konveksi dinyatakan
dengan persamaan Newton tentang pendinginan.

(Holman, 1986).

q = − h.A.δ T…………………………………………………………(2.3)
Dimana:
q = Kalor yang dipindahkan
h = Koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = Luas bidang permukaan perpindahan panas
T = Temperatur

Tanda minus (-) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika, sedangkan panas
yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif (+). Berdasarkan gaya penyebab
terjadinya arus aliran fluida, konveksi dapat diklasifikasikan:

a. Konveksi Bebas (Natural Convection)

Konveksi Bebas Merupakan proses perpindahan panas yang berlangsung secara alamiah,
dimana perpindahan panas dalam molekul-molekul dalam zat yang dipanaskan terjadi
dengan sendirinya tanpa adanya tenaga dari luar. Konveksi alamiah dapat terjadi karena ada
arus yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan
densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi
karena adanya gradien suhu pada fluida. Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara
yang melintasi radiator panas.

(McCabe,1993)

b. Konveksi Paksa (Forced Convection)

Konveksi Paksa Merupakan proses perpindahan panas yang terjadi karena adanya bantuan
dari luar, misalnya pengadukan. Jika dalam suatu alat tersebut dikehendaki pertukaran
panas, maka perpindahan panas terjadi secara konveksi dipaksa karena laju panas yang
dipindahkan naik dengan adanya pengadukan.

(McCabe,1993)
Gambar 2.6 Contoh proses perpindahan panas konvektif

Sumber: (Sanjaya,2008)

3. Perpindahan Panas Secara Radiasi


Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi
karena perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik secara pancaran.
Antara sumber energi dengan penerima panas tidak terjadi kontak, bagian dapur
yang terkena radiasi adalah ruang pembakaran. Pada radiasi panas, panas diubah
menjadi gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa melalui ruang media
penghantar. Jika gelombang tersebut mengenai suatu benda, maka gelombang
dapat mengalami transisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan absorpsi (diserap)
dan menjadi kalor. Hal itu tergantung pada jenis benda, sebagai contoh
memantulkan sebagian besar radiasi yang jatuh padanya, sedangkan permukaan
yang berwarna hitam dan tidak mengkilap akan menyerap radiasi yang diterima dan
diubah menjadi kalor. Contoh radiasi panas antara lain pemanasan bumi oleh
matahari. Menurut hukum Stefan Boltzmann tentang radiasi panas dan berlaku
hanya untuk benda hitam, bahwa kalor yang dipancarkan (dari benda hitam) dengan
laju yang sebanding dengan pangkat empat temperatur absolut benda itu dan
berbanding langsung dengan luas permukaan benda (Holman,2008)

q pancaran = σ .A .T4 ..................................................(2.4)

Dimana:

σ = konstanta proporsionalitas (tetapan Stefan Boltzmann)

σ = 5,669 . 10−8 W/𝑚2. 𝐾4

A = luas permukaan bidang benda hitam

T = temperatur absolut benda hitam


Gambar 2.7 Contoh proses perpindahan panas radiative

(Sumber:Sanjaya, 2008)

2.4 Ventilasi

Penjelasan Umum

Ventilasi dapat didefinisikan sebagai proses di mana udara (bersih / segar) disuplai
atau diganti secara eksternal dan udara berkualitas buruk dikeluarkan dari ruangan secara
alami atau dengan bantuan mekanis. Ventilasi terjadi ketika ada perbedaan tekanan udara.
Ventilasi pada tekanan atmosfer tertentu juga dapat mempengaruhi kecepatan pergerakan
udara, arah udara, intensitas, dan pola aliran.
Laju ventilasi dapat diukur dalam satuan massa udara per satuan waktu. Tingkat
ventilasi minimum dalam suatu ruangan biasanya didasarkan pada kebutuhan pergerakan
udara untuk mengontrol kelembaban. Asupan udara yang tidak memadai dan distribusi
udara yang tidak memadai dalam suatu ruangan biasanya disebabkan oleh pemeliharaan
sistem ventilasi yang tidak memadai. Hal ini dapat membuat ruangan menjadi tidak nyaman.
Sistem ventilasi ruangan dapat menciptakan suasana yang nyaman dan sejuk serta kualitas
udara yang baik bagi orang yang berada di dalam ruangan tersebut.
Jenis-Jenis Ventilasi
1. Ventilasi Alami
Merupakan pergantian udara secara alami atau tidak menggunakan bantuan peralatan
mekanis. Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat, nyaman dan tanpa energi
tambahan.
Ventilasi alami dipicu oleh perbedaan tekanan karena pergerakan angin di luar bangunan
dan perbedaan suhu dalam ruang. Sehingga banyak tergantung pada kekuatan angin dan
perbedaan tekanan udara serta temperatur di luar dan di dalam ruangan. Ventilasi alami
memerlukan lubang-lubang sebagai jalan keluar masuknya udara. Laju pertukaran udara
pada vetilasi dioengaruhi oleh total luas bukaan, arah bukaan, kecepatan angin, dan
perbedaan temperatur. Sehingga dapat mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara di
dalam raungan.
2. Ventilasi Buatan
Merupakan pergantian udara yang melibatkan peralatan mekanis. Ventilasi buatan dapat
membantu dalam pengontrolan aliran udara ke dalam ruangan sehingga kualitas udara di
dalam ruangan tersebut dapat terpenuhi sesuai kebutuhan. Pada ventilasi buatan ini
dierlukan biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan biaya penggantian dalam
penggunaannya.

2.5 Computational Fluid Dynamics (CFD)


Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah metode yang menggunakan teknik dari
fisika, matematika terapan dan ilmu komputer untuk memodelkan, memprediksi dan
memvisualisasikan bagaimana suatu fluida, yaitu gas atau cairan dapat mengalir. Sebuah
prediksi kualitatif dan kuantitatif dapat disatukan dengan bantuan CFD yang menggunakan
alat pemodelan matematika, perhitungan numerik dan perangkat lunak untuk merancang,
memahami, membangun dan oleh karena itu, memprediksi skenario yang diperlukan.
(Thabet Senan and Hassan Thabit, 2018)
2.5.1 Pengenalan Computational Fluid Dynamics (CFD)
Menurut Himsar Ambarita (2011), terdapat beberapa software yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kode CFD seperti software Fluent, CFX, dan lain-
lain dimana jenis program CFD tersebut menggunakan metode volume terbatas
(finite volume method). Metode volume hingga (FVM) adalah metode untuk
merepresentasikan dan mengevaluasi persamaan diferensial parsial dalam bentuk
persamaan aljabar. CFD dapat memberikan fleksibilitas mesh yang lengkap, sehingga
dapat menyelesaikan kasus-kasus pada aliran fluida dengan mesh yang terstruktur
(grid) dan diselesaikan dengan cara yang relatif mudah dan cepat. Jenis-jenis mesh
yang didukung oleh CFD adalah 2D triangular-quadritelar, 3D tetrahedral-
hexahedral-pyramid-wedge, dan mesh campuran (hybrid) dimana memiliki
kemungkinan untuk dapat memperhalus atau memperbesar mesh yang ada.
Bahasa program yang ditulis dalam bahasa C. Bahasa C sendiri adalah bahasa
pemrograman prosedural yang dapat digunakan untuk membangun software seperti
operating system, database, dan lainnya. Oleh karena itu pemograman memiliki data
yang efisien dan fleksibel, serta dapat digunakan bersama dengan arsitektur
client/server, sehingga pada workstation desktop client dan komputer dapat
dijalankan secara terpisah secara maupun bersamaan. Semua fungsi yang diperlukan
untuk menghitung solusi dan menampilkan hasil dari analisis dapat diakses melalui
menu interaktif software itu sendiri. Beberapa alasan menggunakan solver CFD, yaitu
sebagai berikut :
a. Mudah untuk digunakan
b. Model yang realistik (tesedia berbagai pilhan solver)
c. Diskritisasi meshing model yang efisien (misalnya dalam GAMBIT)
d. Cepat dalam penyajian hasil (bisa dengan parallel komputer)
e. Visualisasi yang mudah dimengerti

2.5.2 Penggunaan Computational Fluid Dynamics (CFD)


CFD dalam penerapannya digunakan di berbagai bidang, antara lain:
1. Engineer khususnya dalam hal teknik refrigerasi dan air conditioning
untuk merancang tempat atau ruangan sesuai dengan kebutuhan seperti
lemari es, air conditioner, thermal storage, dan lain sebagainya.
2. Arsitek untuk merancang ruang atau lingkungan yang aman dan nyaman.
3. Desainer kendaraan untuk meningkatkan karakter aerodinamisnya.
4. Analisis kimia untuk memaksimalkan hasil reaksi kimia dalam peralatan.
5. Sektor petrokimia untuk strategi pemulihan minyak yang optimal.
6. Bidang kedokteran untuk mengobati penyakit arteri (komputasi
hemodinamik).
7. Ahli meteorologi untuk meramalkan cuaca dan memperingatkan bencana
alam yang akan datang.
8. Analisis kegagalan untuk mencari sumber kegagalan, misalnya pada
sistem pembakaran atau aliran uap panas.
9. Organisasi militer untuk mengembangkan senjata dan memperkirakan
berapa banyak kerusakan yang ditimbulkannya.
Penggunaan CFD umumnya berhubungan dengan keempat hal berikut:
a. Studi konsep dari desain baru
b. Pengembangan produk secara detail
c. Analisis kegagalan atau troubleshooting
d. Desain ulang (re-design)
(Nababan A Chandra, 2018)
2.5.3 Manfaat Penggunaan Computational Fluid Dynamics (CFD)
Terdapat tiga hal yang menjadi alasan kuat menggunakan CFD, yakni wawasan,
pandangan ke depan, dan efisiensi (Firman Tuakia, 2008) :
1. Pemahaman yang mendalam (Insight) Ketika melakukan desain pada sebuah
sistem atau alat yang sulit untuk prototipenya atau sulit untuk dilakukan
pengujian, analisis CFD dapat memungkinkan untuk masuk secara virtual ke
dalam alat/sistem yang akan dirancang sehingga dapat memberikan wawasan
terkait desain yang akan dirancang.
2. Prediksi Menyeluruh (Foresight)
CFD software yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada alat atau
sistem, dan CFD dapat mengubah/mengubah kondisi batas (variasi kondisi
batas).
3. Efisiensi waktu dan biaya (Efficiency)
Pandangan ke depan yang diperoleh dari penggunaan CFD akan sangat
membantu untuk mendesain lebih cepat, efektif dan hemat biaya.
Analisis/simulasi CFD akan memperpendek waktu riset dan desain sehingga akan
mempercepat produk untuk sampai pasaran.
2.5.4 Tahapan analisis CFD
Analisis CFD terdiri dari tiga langkah utama: Pre-processing, Processing, dan
Post Processing. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing langkah tersebut.
1. Pre-processing adalah langkah pertama dalam simulasi CFD yang dapat
membantu menentukan parameter simulasi dengan cara yang akurat jika
dilakukan dengan benar. Pada langkah ini, perlu mengidentifikasi domain yang
diinginkan dan membaginya menjadi beberapa segmen kecil. termasuk
diantaranya menyiapkan geometri, menghubungkannya, mendefinisikan
properti material yang terlibat, dan mengatur batas lapisan dan batas kondisi.
a. Critical Elements of Pre-Processing
Analisis CFD diimplementasikan sebaik mungkin yaitu Ketika seberapa
akurat perancang dapat mengatur (atau pra-proses) model sebagai desain
awal pada akhirnya akan mempengaruhi model pada fase analisis
selanjutnya. Oleh karena itu Sangat penting bagi perancang untuk
memastikan bahwa model geometris bebas dari kesalahan atau cacat.
Masalah umum yang biasa terlibatkan:
 Kesenjangan dalam model
 Wajah yang hilang atau tumpang tindih
 Geometri tidak tertutup seperti wajah, tepi, dan simpul bebas.

b. Problem Analysis
Analisis masalah adalah landasan simulasi. Perlu untuk memahami masalah
yang coba diselesaikan untuk menentukan tujuan dan parameter dengan
tepat. Dengan analisis masalah yang akurat akan dapat menentukan model
desain alat atau sistem dengan atribut yang tepat untuk menghindari data
yang salah dalam hasil simulasi.
c. Geometry
Perlu harus membuat geometri dua atau tiga dimensi yang bergantung pada
analisis masalah yang akan diselesaikan. Beberapa masalah dapat
dipecahkan dalam dua dimensi, yang dapat menghemat waktu dan biaya
melalui pengurangan kebutuhan komputasi. Alat seperti Autodesk Inventor,
Spaceclaim, CATIA, Solidworks atau Design Modeller akan lebih sesuai untuk
model tiga dimensi sedangkan Design Modeler dan GAMBIT lebih cocok
untuk kebutuhan dua dimensi.
d. Meshing
Meshing membutuhkan banyak perhatian karena dapat memiliki efek
berjenjang pada analisis CFD Jika dilakukan dengan tidak benar. Langkah ini
melibatkan penetapan domain fisik lingkungan Anda ke dalam wilayah
tertentu yang disebut sel, atau volume kontrol.
Sel-sel ini diterjemahkan oleh persamaan aliran fluida di dalam pengaturnya
yang mengharuskan perancang untuk membuat asumsi yang didasari
teoritis tentang profil alirannya (selalu yang terbaik adalah memulai dengan
jaring kasar dan kemudian menyempurnakannya dari waktu ke waktu untuk
area tertentu).
e. Setup Solver
menentukan kondisi masalah yang akan dipecahkan. Misalnya, transien satu
fase, seimbang atau multifase, model turbulensi, jenis fluida dan batas
kondisi.
2. Solving
Pada tahap ini, strategi simulasi yang paling cocok untuk masalah dipilih.
Bergantung pada skala masalah yang dipecahkan, sejumlah besar daya
komputasi dapat diperlukan karena perangkat lunak yang menghasilkan solusi
belum tentu cerdas, melainkan bekerja keras. Untuk mendapatkan solusi,
perangkat lunak akan menguji setiap variabel tunggal dalam setiap skenario
(dalam alasan) sampai mendapatkan solusi. Oleh karena itu mengapa penting
untuk memilih strategi simulasi yang tepat.
3. Post-Processing
Setelah mendapatkan hasil pada tahap Processing, langkah selanjutnya adalah
menganalisis hasil tersebut. Gunakan metode yang tersedia seperti plot vektor,
plot kontur, kurva data, dan garis arus. Dengan begitu, akan didapatkan laporan
dan representasi grafis yang akurat. Beberapa perangkat lunak yang digunakan
pada tahap pasca-pemrosesan antara lain EnsSight, ANSYS CFD-POST, ParaView,
FieldView, dan Tecplot 360.

(Anderson, 1995)

2.5.5 Equation using in Computational Fluid Dynamics


Dalam mengoperasikan CFD untuk menganalisa laju perpindahan fenomena
pada udara yang mengalir keluar dan masuk pada suatu ruang diperlukan 3
persamaan yang digunakan yaitu Equiaton of Continuity, Equation of Motion, dan
Equation of Energy. Persamaan tersebut menggunakan volume control pembanding
seperti di gambarkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Fixed volume element ∆ x, ∆ y ∆ z, with six arrows indicating the directions of the
fluxes of x-momentum through the surfaces by all mechanisms.
1. Persamaan Kontinuitas (Equation of continuity)

Persamaan ini dapat menggambarkan laju waktu perubahan densitas fluida


pada titik tetap dalam ruang. Persamaan ini dikembangkan dengan menulis
kesetimbangan massa di atas elemen volume Ax Ay Az, tetap dalam ruang, melalui
fluida yang mengalir.

{ Rate of increase of mass }=¿

Jika dikembangkan dalam kordinat cartesius dengan sumbu x tegak lurus


terhadap 2 area yang diarsir maka akan menjadi:

Dengan membagi seluruh persamaan dengan Ax Ay Az dan kemudian


menggunakan definisi turunan parsial, kita mendapatkan:

Persamaan ini dapat ditulis lebih ringkas dengan menggunakan vector, yaitu
sebagai berikut:
2. Persamaan Gerak (Equation of motion)
Persamaan gerak adalah ekspresi dari hukum kedua Newton tentang gerak.

{ Mass x Acceleration=Force }
( Rate of increase of momentum )=¿ )

Untuk menerapkan hukum ini kita harus memusatkan perhatian kita pada
elemen tertentu dari fluida, katakanlah elemen persegi panjang kecil yang pada
waktu t memiliki titik sudut di P [= (x, y, z)] dan panjang rusuknya x, y, z. Massa
elemen ini adalah x y z, di mana adalah densitas fluida (atau massa per satuan
volume), yang kita asumsikan konstan.

Kecepatan dalam fluida, u = u(x, y, z, t) adalah fungsi dari posisi (x, y, z) dan
waktu t, dan dari sini kita harus menurunkan rumus untuk percepatan elemen fluida
yang berubah posisinya terhadap waktu. Pertimbangkan, misalnya, aliran tunak
melalui penyempitan dalam pipa. Unsur-unsur cairan harus berakselerasi ke dalam
penyempitan saat garis arus mendekat dan melambat di luar saat mereka membuka
keluar lagi. Jadi, secara umum, percepatan suatu elemen (yaitu, laju perubahan u
terhadap waktu untuk elemen itu) mencakup laju perubahan pada posisi tetap u/∂t.

Di sini kita telah menggunakan definisi turunan parsial. persamaan serupa


dapat dikembangkan untuk komponen y- dan z dari keseimbangan momentum.
Dengan menggunakan notasi vektor-tensor, ketiga persamaan tersebut dapat ditulis
sebagai berikut:

3. Persamaan Energy Mekanik (Equation Of The Mechanical Energy)

Energi mekanik tidak kekal dalam sistem aliran. Persamaan perubahan energi
mekanik, yang hanya melibatkan istilah mekanik, dapat diturunkan dari persamaan
gerak. Dengan mengambil hasil titik vector dari kecepatan (v) pada persamaan gerak
(equation of motion) serta melalukan penataan ulang pada variable dengan
menggunakan persamaan kontinuitas (equation of continuity), pada akhirnya akan
mendapatkan persamaan perubahan energi kinetik.

the potential energy2 (per unit mass) Փ, defined by g=−∇ Փ. Dengan


pengenalan energi potensial, persamaan perubahan energi kinetik mengasumsikan
bentuk berikut:

Istilah ρ (∇−¿ v) dapat positif atau negatif tergantung pada apakah fluida
sedang mengalami ekspansi atau kompresi. Perubahan suhu yang dihasilkan dapat
besar untuk gas di kompresor, turbin, dan tabung kejut. Variabel (- τ :∇ v) selalu
positif untuk fluida Newtonian dan dapat ditulis sebagai jumlah suku kuadrat yaitu
sebagai berikut:

Besaran (-τ :∇ v) menggambarkan degradasi energi mekanik menjadi energi


panas yang terjadi pada semua sistem aliran (kadang-kadang disebut panas disipasi
viskos).

(Bird, 1960)

2.5.6 Diskritisasi Computational Fluid Dynamics


Secara matematis CFD mengganti persamaan-persamaan diferensial parsial dari
kontinuitas, momentum dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar linear. CFD
merupakan pendekatan dari persoalan yang asalnya kontinum (memiliki jumlah sel
tak terhingga) menjadi model yang diskrit (jumlah sel terhingga).
Perhitungan/komputasi aljabar untuk memecahkan persamaan-persamaan
diferensial parsial ini ada beberapa metode (metode diskritisasi), diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Finite Volume Method (FVM)
Metode ini adalah pendekatan yang umum digunakan dalam CFD, persamaan
yang mengatur diselesaikan melalui volume kontrol diskrit. Metode volume terbatas
menyusun kembali persamaan diferensial parsial yang mengatur (biasanya
persamaan Navier-Stokes) dalam bentuk konservatif, dan kemudian discretize
persamaan baru.
2) Finite Element Method (FEM)
Digunakan dalam analisis struktural dari padatan, tetapi juga berlaku untuk
cairan. Namun, formulasi FEM membutuhkan perawatan khusus untuk memastikan
solusi konservatif. Perumusan FEM telah diadaptasi untuk digunakan dengan
dinamika fluida yang mengatur persamaan. Meskipun FEM harus hati-hati
dirumuskan untuk menjadi konservatif, jauh lebih stabil dibandingkan dengan
pendekatan volume terbatas.
3) Finite Difference Method (FDM)
Memiliki sejarah penting dan sederhana untuk program. Hal ini hanya
digunakan dalam beberapa kode khusus. Modern Kode beda hingga menggunakan
sebuah batas tertanam untuk menangani geometri yang kompleks, membuat kode-
kode yang sangat efisien dan akurat. Cara lain untuk menangani geometri termasuk
penggunaan tumpang tindih grid, dimana solusinya adalah interpolated di jaringan
masing-masing.
Metode diskritisasi yang dipilih umumnya menentukan kestabilan dari
program numerik/CFD yang dibuat atau program software yang ada. Oleh
karenanya, diperlukan kehati-hatian dalam cara mendiskritkan model khususnya
cara mengatasi bagian yang kosong atau diskontinu.
(Nababan, 2018)
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN, PENGAMBILAN DATA, PEMODELAN DAN SIMULASI

3.1 METODELOGI PENELITIAN


3.3.1 Pendahuluan
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri
dari pengumpulan data di lapangan untuk mendapatkan geometri ruangan,
material dan spesifikasi peralatan yang digunakan, serta melihat langsung
objek penelitian untuk mengetahui keadaan sebenarnya, mengukur
kecepatan aliran udara, untuk mengukur suhu udara, kelembaban dan
tingkat pencahayaan atau radiasi matahari pada objek penelitian dengan
alat ukur, yang akan berlangsung pada tahap selanjutnya yaitu simulasi
objek penelitian dengan program FLOVENT dan pelaksanaan survei tingkat
kenyamanan masyarakat di objek penelitian.
Tujuan dari simulasi ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat tampilan
khususnya seperti arah dan kecepatan serta pola atau distribusi aliran
udara, distribusi suhu, kelembaban dan kecepatan angin pada objek
penelitian sebagai validasi data yang terekam pada bidang. Batasan
penelitian ini adalah: Simulasi dan pemodelan distribusi udara dan
temperatur di lantai dua objek penelitian.

3.3.2 Objek, Tempat dan Waktu Penelitian


Objek pada penelitian kali ini yaitu Ruang Kuliah SCR Lantai 3 yang
berlokasi di Gedung Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional serta rumah
hunian berarsitektur Belanda yang berlokasi di Dago Pakar Kota Bandung.

3.3.3 Peralatan dan Alat Ukur


Pada penelitian ini peralatan dan alat ukur yang digunakan sebagai yaitu
sebagai berikut :

1. Hygrometer, yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara


serta mengukur temperatur udara
2. Anemometer, yang digunakan untuk mengukur laju kecepatan
aliran udara serta mengukur temperatur udara.

3. Lux meter, yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya


atau radiasi matahari pada ruangan tersebut.

4. Meteran, yang digunakan untuk lokasi pengambilan data dan


geometri ruang.

5. Kamera digital, yang digunakan sebagai dokumentasi pada ruangan


tersebut

6. Personal Computer (PC) dengan program Sketchup 5, AutoCad 2007,


Inventor 11, FLOMCAD dan FLOVENT, yang digunakan untuk
penggambaran modeling dan simulasi objek penelitian tersebut.

3.3.4 Prosedur Penelitian

Melakukan Melakukan Penelitian Melakukan Pemodelan


Studi Literatur dan Pengambilan Data Dengan CFD

Memvalidasi CFD
Menganalisa Pemodelan
Dengan Pengukuran
CFD
Aktual

Membandingkan
Eksperimen Dengan Selesai
Literatur
3.2 PEMODELAN
Pada tahap ini yang dilakukan yaitu Pembuatan geometri bangunan dan
pengukuran terhadap parameter-parameter yang diperlukan sebagai input dalam
Program FLOVENT. Parameter-parameter yang diukur antara lain temperatur udara,
kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya atau radiasi matahari
(default = 20° C) dengan alat ukur.

Melakukan Pengambilan
dan Pengukuran Data
(Sketcup 5 3D dan
AutoCad 2020

NO

IMPORT

NO
YES

Membuat Geometri
YES
(Autocad&Solidwork) IMPORT Pemodelan (Flovent)

Gambar 3.1 Pemodelan 3D Ruang SCR Teknik Kimia Itenas


2,8 m

6,8 m

11,8 m
Gambar 3.2 Dimensi Ruang SCR Teknik Kimia Itenas

3.3 Cara Pengukuran


3.3.1 Pengukuran Kecepatan Aliran Udara

Pengukuran kecepatan aliran udara ini akan digunakan sebagai input dan
data pembanding ke dalam program FLOVENT, serta juga akan digunakan untuk
validasi hasil simulasi dari program tersebut. Untuk mengukur kecepatan aliran
udara didalam ruang, alat ukur yang digunakan adalah anemometer.

Proses pengambilan data adalah sebagai berikut:


1. Menyalakan anemometer, pastikan kipas dari anemometer dalam keadaan diam
terlebih dahulu.
2. Memastikan bahwa bagian yang digunakan adalah bagian depan kipas dari
anemometer.
3. Hadapkan bagian depan dari anemometer tersebut ke titik yang ingin diukur
kecepatan aliran udaranya. Arah aliran yang ingin diambil harus tegak lurus
dengan bagian depan dari anemometer.
4. Pencatatan hasil pengukuran.
3.1.2 Pengukuran Temperatur Udara dan Pengukuran Kelembapan Udara

Pengukuran temperatur dan kelembaban udara dilakukukan


sama dengan pengukuran kecepatan aliran udara, bedanya hanya data yang dicatat
adalah temperatur dan kelembaban udara, dengan alat yang digunakan yaitu
hygrometer. Proses pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Menyalakan hygrometer pada setiap lokasi titik-titik pengukuran, lalu mencatat
hasil yang tertera pada alat tersebut.
2. Pengambilan data ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan dalam selang
waktu rata-rata 30 – 1 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Rizky Nanda Puspitasari, 2014, Analisis Kenyamanan Thermal Dan Konsumsi Energi Pada
Rumah Tipe Fasad Bata dan Kayu, Insitut Teknologi Sepuluh November, Surabaya

Rahmat Agung Sanjaya, 2008, Simulasi Modelling Aliran Udara menggunakan CFD,
Universitas Indonesia, Jakarta

McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 2005, “Unit Operation of Chemical Engineering”,
McGraw Hill Book, Co., United States of America.

Holman, J.P. 1987. Heat Transfer. New York: McGraw-Hill.

Linfield, K. W., and Mudry, R. G., 2008, Pros and cons of CFD and physical flow modeling.

Tu, J., Yeoh, G., and Liu, C., 2012, Computational Fluid Dynamics – A practical Approach,
2nd Edition, Elsevier, UK.

Ambarita, Himsar. 2011. Materi Kuliah Metode Perhitungan Dinamika Fluida. Medan :
Departemen Teknik Mesin FT USU.

Tuakia, Firman. 2008. “Dasar-dasar CFD menggunakan FLUENT”. Bandung : Informatika

Anderson, J.D., 1995. Computational Fluid Dynamics: the Basics with Applications.
McGraw-Hill, Singapore.

Bin Xia, Da-Wen Sun, 2002. Applications of computational fluid dynamics (CFD) in the food
industry. Department of Agricultural and Food Engineering, University College
Dublin

Senan,Thabet., Thabit Hassan., 2018, Computational Fluid Dynamics: Science of the


Future, International Journal of Research and Engineering, Vol. 5 No. 6

Nababan,. A., 2018, ANALISIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) PADA MESIN
PENGERING PAKAIAN YANG MEMANFAATKAN ENERGI PANAS BUANGAN
KONDENSOR AC (AIR CONDITIONER) SPLIT 1 PK DENGAN MENGGUNAKAN
SOFTWARE SOLIDWORKS2015, DEPARTEMEN TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA; MEDAN

Anda mungkin juga menyukai