Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep perpindahan panas


Ilmu perpindahan panas diperlukan utuk menganalisa proses perpindahan panas
dari suatu benda lain atau dari suatu bagian benda ke bagian benda lainnya. Walaupun
di dalam termodinamika perpindahan energi dalam bentuk panas telah dipelajari, tetapi
ilmu termodinamika tidak mampu memberikan suatu keterangan tentang cara
berlangsungnya proses tersebut, lama waktu perpindahan panas dan perubahan-
perubahan temperatur yang terjadi di dalam sistem. Termodinamika hanya membahas
berdasarkan keadaan awal dan keadaan akhir dari proses di mana perpindahan energi
dalam bentuk panas dipandang sebagai selisih antara energi yang dipunyai sistem pada
keadaan awal dan akhir proses tersebut, dengan balans energi.
Pada dasarnya perpindahan panas terjadi akibat adanya ketidakseimbangan
(adanya perbedaan temperatur) termal. Proses perpindahan panas yang sebenarnya
terjadi adalah sangat rumit dan memerlukan pengkajian yang cukup sulit. Oleh karena
itu dilakukan berbagai cara penyederhanaan dalam peninjauan proses tersebut yaitu
dengan jalan memperhatikan hal-hal yang kurang berpengaruh terhadap proses
keseluruhan. Dengan dasar penyederhanaan tersebut, maka mekanisme perpindahan
panas dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu : konveksi, konduksi dan radiasi (Mahmudi.
A & Haryadi, 2012).

2.1.1 Konduksi
Perpindahan panas konduksi, di mana proses perpindahan panas terjadi antara
benda atau partikel-partikel yang berkontak langsung, melekat satu dengan yang
lainnya; tidak ada pergerakkan relatif di antara benda-benda tersebut. Misalnya panas
yang berpindah di dalam sebuah batang logam akibat pemanasan salah satu ujungnya
seperti terlihat pada gambar 2.1 Ujung A menjadi naik temperaturnya walaupun yang
dipanasi adalah ujung B. Gambar 2.2 menunjukkkan prinsip dan laju perpindahan
panas konduksi pada dinding pelat (Mahmudi. A & Haryadi, 2012).

Gambar 2.1 konduksi pada kawat (Mahmudi. A & Haryadi, 2012)

Gambar 2.2 konduksi satu dimensi pada dinding (Mahmudi. A & Haryadi, 2012)

𝑑𝑇
𝑞k = −𝑘𝐴
𝑑𝑥

𝐴
𝑞𝑘 = 𝑘 (𝑇1 − 𝑇2)
𝐿
Dimana:
qk= laju panas konduksi yang berpindah
A = luas penampang bidang
L = tebal dinding
k = konduktivitas termal bahan
T = temperature

2.1.2 Konveksi
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat, cairan atau gas.
Perpindahan panas secara konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan
alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata – mata sebagai akibat dari
perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu, maka disebut konveksi bebas
atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar
seperti pompa atau kipas, maka prosesnya disebut konveksi paksa (Klara. S, 2008).
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan
suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan :
qc= hc A ∆T
Dimana :
qc = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, Btu/h;
A = luas perpindahan panas, ft2
∆T = beda antara permukaan suhu Ts dan suhu fluida T∞ dilokasi yang
ditentukan (biasanya jauh dari permukaan),
hc = Konduktansi termal satuan konveksi rata – rata (sering disebut
koefisien permukaan perpindahan panas atau koefisien
perpindahan panas konveksi), Btu/h ft2 F.
2.1.3 Radiasi
Radiasi merupakan proses perpindahan panas dari suatu benda ke benda lain
tanpa melalui medium. Dalam teori radiasi dijelaskan bahwa panas yang berpindah dari
suatu benda ke benda lain dipancarkan melalui gelombang elektromagnetik sehingga
dalam proses perpindahannya tidak memerlukan medium sama sekali. Bahkan jika
kedua benda tersebut dipisahkan oleh ruang hampa, panas akan tetap berpindah melalui
pancaran gelombang elektromagnetik.
Panas matahari yang sampai ke bumi merupakan salah satu contoh nyata bentuk
perpindahan panas secara radiasi. Meskipun jarak antara matahari dan bumi sangat jauh
serta dipisahkan oleh ruang hampa, panas matahari tetap dapat sampai ke bumi melalui
pancaran. Laju perpindahan panas radiasi suatu benda dipengaruhi oleh beberapa hal.
Laju energi yang dipindahkan tergantung kepada beberapa faktor yaitu temperatur
permukaan yang mengemisi dan menerima radiasi, emisivitas permukaan yang
teradiasi, refleksi, absorpsi dan transmisi, serta faktor pandang (view’s factor) antara
permukaan yang mengemisi dan yang menerima radiasi. Salah satu hal yang
berpengaruh terhadap laju perpindahan panas secara radiasi adalah kondisi permukaan
benda yang memancarkan dan menerima radiasi. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat
permukaan benda berpengaruh langsung terhadap emisivitas (daya pancar) benda
tersebut. Dengan kata lain, kekasaran permukaan, pelapisan serta perlakuan
permukaan terhadap suatu benda akan berpengaruh terhadap proses laju perpindahan
panas yang terjadi antara dua benda yang bertukar panas (Burhani. K, Ramelan &
Naryanto. R.F, 2014).

2.2 Konduktivitas termal


Konduktivitas termal adalah suatu besaran intensif bahan yang menunjukan
kemampuannya untuk menghantarkan panas maupun itu terhadap zat cair maupun zat
padat. Nilai kondukitivitas termal suatu bahan menunjukkan laju perpindahan panas
yang mengalir dalam suatu bahan. Misalnya selembar pelat memiliki tampang lintang
A dan tebal ∆x, kedua permukaannya dipertahankan pada suhu yang berbeda. Akan
diukur panas Q yang mengalir tegak lurus terhadap permukaan selama waktu t
(Marfizal.dkk, 2015).

Eksperimen menunjukkan bahwa untuk beda suhu antara kedua permukaan


sebesar ∆T, Q sebanding dengan waktu t dan tampang lintang A dan jika t dan A kecil
maka Q sebanding dengan ∆T/∆x untuk t dan A yang diberikan. Maka :

Gambar 2.3 pengujian perpindahan panas (Marfizal.dkk, 2015)

Jika tebal pelat tipis sekali mencapai infinitesimal dx maka beda suhu antara
kedua permukaan dT sehingga diperoleh rumus untuk konduksi:

Dengan dQ/dt adalah laju perpindahan panas terhadap waktu, dT/dx gradien suhu dan
k konduktivitas termal. Jika x semakin bertambah maka suhu T semakin berkurang
maka pada ruas kanan persamaan diberi tanda negatif (dQ/dt positif, jika dT/dx
negatif).
Dimana:

Q = Laju aliran kalor (J)

K = Konduktivitas termal (W/m2·oC)

A = Luas penampang (m2)

T = Temperatur (oC)

∆𝑇0 = Perbedaan temperatur bahan standar (oC)

∆𝑇𝑋= Temperatur bahan uji (oC)

∆𝐿0 = Perbedaan jarak bahan Standar (m)

∆𝐿𝑋= Perbedaan jarak bahan uji (m)

q1 =q2 =q3

Diketahui:

q1=q3= Laju perpindahan kalor bahan standar (q0)

q2= Laju perpindahan kalor bahan spesimen (qx)


Dari persamaan di atas didapat:

dimana A0 = Ax

Bahan yang memiliki konduktivitas termal besar merupakan konduktor yang


baik dan sebaliknya bahan yang memiliki konduktivitas kecil merupakan konduktor
yang jelek. Pada tabel 1 diberikan nilai k untuk berbagai bahan.

Tabel 1. Konduktivitas termal untuk berbagai bahan


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, I 2015, ‘Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan


Besi dengan Metode Gandengan’, Jurnal Universitas Indraprasta PGRI,
Vol 6 No. 1, hh. 31.
Burhani. K, Ramelan & Naryanto. R.F 2014, ‘Pengembangan Media Pembelajaran
Perpindahan Panas Radiasi Dengan Variasi Beda Perlakuan Permukaan
Spesimen Uji’, Journal of Mechanical Engineering Learning, hh. 87.
Klara. S 2008., ‘Peningkatan Keaktifan Mahasiswa Dengan Penerapan Metode
Student Centre Learning Pada Matakuliah Perpindahan Panas’, Laporan
Modul Pembelajaran Berbasis SCL. Universitas Hasanuddin. Makasar
Mahmudi. A & Haryadi 2012, Buku Bahan Ajar Perpindahan Panas, Politeknik
Negeri Bandung, Bandung.
Marfizal,dkk 2015, ‘Membandingkan Nilai Konduktivitas Termal Bahan Tembaga
Dengan Kuningan Menggunakan Alat Uji Konduktivitas Termal’, Jurnal
Jurusan Teknik Mesin, Vol 5 No. 1, hh. 3.
Wibowo.A, Suswanto & Mustaqim 2015, ‘Perpindahan Panas Pada Heat Exchanger
Dobel Pipa Dengan Sirip Berbentuk Siku Empat’, Jurnal Teknik Industri
Universitas Pancasakti Tegal, Vol 10 No. 1, hh. 48.

Anda mungkin juga menyukai