BAB I
PENDAHULUAN
rumit dan memerlukan pengkajian yang cukup. Oleh karena itu maka dilakukan penyederhanaan
dalam peninjauan proses tersebut yaitu dengan jalan memperhatikan hal-hal yang kurang
berpengaruh terhadap proses keseluruhan. Dengan dasar penyederhanaan tersebut, maka
mekanisme perpindahan panas dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu konveksi, konduksi dan
radiasi.
BAB II
TEORI DASAR
Q kAΔT
=
t d
II.2. Konveksi/Ilian (Convection)
Transfer panas yang disebabkan konveksi melibatkan pertukaran energy antara suatu
permukaan dengan fluida didekatnya. Suatu perbedaan harus dibuat antara konveksi paksa
(forced convection, dimana suatu fluida dibuat mengalir melalui suatu permukaan padat oleh
suatu komponen eksternal (external agent) seperti kipas atau pompa, dan konveksi bebas, atau
konveksi alami, dimana fluida yang lebih panas (atau lebih dingin) didekat batas padatan akan
menyebabkan sirkulasi karena adanya perbedaan dentitas yang dihasilkan dari variasi
temperature diseluruh daerah dari fluida tersebut.
Persamaan laju untuk transfer panas konvektif pertama kali dinyatakan oleh Newton pada
tahun 1701, dan disebut sebagai persamaan laju Newton atau “hukum” Newton tentang
pendinginan. Persamaan ini adalah
Q
= hΔT
A
Dimana q adalah laju transfer-panas konvektif, dalam W atau Btu/jam; A adalah luas daerah
yang normal (tegak-lurus) terhadap arah aliran panas, dalam m2 atau ft2; ΔT adalah beda
temperature antara permukaan dan fluida, dalam K atau °F; dan h adalah koefisien transfer panas
konvektif, dalam W/m2K atau Btu/jam ft2 °F.
Ada dua jenis konveksi: konveksi alamiah dan konveksi paksa
Pada konveksi alamiah, perpindahan molekul terjadi secara alamiah berdasarkan perbedaan
massa jenis. Misalnya, kita memanaskan air, air yang dipanaskan massa jenisnya lebih kecil
sehingga akan mengalir ke atas, sebaliknya air yang lebih dingin akan mengalir ke bawah.
Pemanasan air seperti ini akan berlangsung terus hingga seluruh air yang hendak kita panaskan
mencapai suhu yang sama.
Konveksi paksa, pada konveksi jenis ini, fluida (cairan atau gas) yang telah dipanasi
dipaksa untuk bergerak ke tujuan tertentu. Misalnya udara panas dari sebuah pengering rambut
(hair dryer) diarahkan ke rambut untuk mengeringkan rambut.
Q
W= = eσA T4
t
Dengan:
e = emisitivitas benda (0 < e < 1)
T = suhu permukaan benda (Kelvin)
σ = konstanta Stefan-Boltzman = 5,67 × 10-8 wattm-2K-4
W = energy yang dipancarkan setiap satuan luas dan setiap satuan waktu (Js-1)
Emisivitas benda adalah besaran yang bergantung pada sifat permukaan benda. Benda hitam
sempurna (black body) memiliki harga emisivitas (e = 1). Benda merupakan pemancar dan
penyerap paling baik. Permukaan pemantul sempurna memiliki nilai e = 0 dan benda hitam
sempurna memiliki nilai e = 1. Pada umumnya, tubuh manusia memiliki nilai emisivitas e = 0,98
atau tergantung warna kulit.
Jika suatu benda menyerap kalor dari lingkungannya dan memancarkan kalor pada
lingkungannya maka laju energy radiasi kalor total benda tersebut dinyatakan dalam persamaan
berikut.
ΔQ
= eσA (T24 – T14)
Δt
TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 6
PERPINDAHAN PANAS
Dengan:
T2 = temperatur lingkungan
T1 = temperature benda
e = emisivutas pada benda (T1)
BAB III
PEMBAHASAN DAN PENYAJIAN DATA
A. PERCOBAAN I
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada pukul 12.45 WITA pada hari Selasa, 26 November 2019
bertempat di ruangan laboratorium Perpindahan Panas, Gedung Naval A Lantai 3,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan Bahan
1. Armfield
c) Pastikan suhu stabil sebelum mengambil sampel data dan beralih ke voltase
berikutnya.
d) Sebelum mematikan unit; atur "Voltage Control" menjadi nol.
B. PERCOBAAN II
Praktikum ini dilakukan pada pukul 08.30 WITA pada hari Jumat 15 November 2018
bertempat di ruangan laboratorium Perpindahan Panas, Gedung Naval A Lantai 3,
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Alat dan Bahan
1. Armfield
2. Tabung Silinder
3. Prosedur Praktikum
e) Putar "Operate Selector Switch" ke posisi manual, dan atur voltase masukan
menjadi minimum dengan memutar potensiometer "Voltage Control" di arah
berlawanan arah jarum jam
f) Nyalakan daya ke unit dengan menggunakan sakelar di bagian depan unit.
g) Setel tombol "Function Selector" ke posisi Voltage, lalu atur "Voltage Control"
potensiometer, untuk mengatur tegangan pemanas sampai 5 Volt.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
IV.1 Percobaaan Pertama
IV.1.1 Data yang Diperoleh
Voltase T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
(V) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
7.3 33,5 32,2 31,3 31 30,1 29,8 29,5 29,7 28
8.3 34 31,8 30,3 29,7 28,7 28,4 28,1 28,4 27,6
9.3 35,8 33,6 31,8 30,9 29,7 29,2 28,8 29,1 27,8
Data dimensi serta luas permukaan silinder
As 0,001099 m2
L 0,350 m
D 0,01 m
Data Dimensi Batang Silinder
Diameter 0,01 m
Panjang 0,35 m
Jarak antar sensor suhu 0,05 m
Luas penampang batang 0,001099 m2
Konduktivitas kuningan 109 W /m2 K
40
35
PERBANDINGAN SUHU DAN JARAK
30
25
20 7,3
Suhu
8,3
15
9,3
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak
Berdasarkan grafik yang terbentuk dapat dilihat semakin jauh jarak dari heater maka suhu
akan semakin turun. Berdasarkan hukum termodinamika II, kalor akan mengalir dari benda
yang suhunya panas ke benda yang suhunya lebih rendah
[ ]
0,25
( Tx−T 9 )
hc=1,32
D
1. Nilai hc pada 7.3 V
0
[ ]
0,25
( 33,5−28 )
1,32 6.9077919
0,01
0,05
[ ]
0,25
( 32,2−28 )
1,32 6.586760
0,01
0,10
[ ]
0,25
( 31,3−28 )
1,32 6.333487
0,01
0,15
[ ]
0,25
( 31−28 )
1,32 6.241894
0,01
0,20
[ ]
0,25
( 3 0,1−28 )
1,32 5.939773
0,01
0,25
[ ]
0,25
( 29,8−28 )
1,32 5.828003
0,01
0,30
[ ]
0,25
( 29,5−28 )
1,32 5.709406
0,01
0,35
[ ]
0,25
( 29,7−28 )
1,32 5.789277
0,01
0
[ ]
0,25
( 34−27,6 )
1,32 6,639248
0,01
0,05
[ ]
0,25
( 31,8−27,6 )
1,32 5,975665
0,01
0,10
[ ]
0,25
( 3 0,3−27,6 )
1,32 5,350752
0,01
0,15
[ ]
0,25
( 29,7−27,6 )
1,32 5,024915
0,01
0,20
[ ]
0,25
( 28,7−27,6 )
1,32 4,274862
0,01
0,25
[ ]
0,25
( 28,4−27,6 )
1,32 3,947720
0,01
0,30
[ ]
0,25
( 28,1−27,6 )
1,32 3,510075
0,01
0,35
[ ]
0,25
( 28,4−27,6 )
1,32 3,947720
0,01
0
[ ]
0,25
( 35,8−27,8 )
1,32 7.385509
0,01
0,05
[ ]
0,25
( 33,6−27,8 )
1,32 6.930703
0,01
0,10
[ ]
0,25
( 3 1,8−27,8 )
1,32 6.477850
0,01
0,15
[ ]
0,25
( 3 0,9−27,8 )
1,32 6.210448
0,01
0,20
[ ]
0,25
( 29,7−27,8 )
1,32 5.789277
0,01
0,25
[ ]
0,25
( 29 , 2−27,8 )
1,32 5.582920
0,01
0,30
[ ]
0,25
( 28,8−27,8 )
1,32 5.399623
0,01
0,35
[ ]
0,25
( 29,1−27,8 )
1,32 5.538783
0,01
7
Hubungan HC dan Tegangan
6
4 7,3
HC
8,3
3
9,3
2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak
Pada grafik diatas yang merupakan hubungan antara koefisien perpindahan panas konveksi (hc)
dan jarak. Dapat dilihat pada grafik semakin jauh jaraknya maka nilai hc akan semakin kecil. Hal
ini dapat disebabkan oleh perbedaan suhu pada jarak x dan suhu dilingkungan yang semakin
kecil.
c. Data Perbandingan antara Jarak dan Perpindahan Panas Konduksi (Qc)
Untuk menentukan nilai perpindahan panas konduksi (Qk) dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
k . A .(T 1−Tx)
Qc=
x
7,3
2 8,3
QC
9,3
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Jarak
Pada grafik diatas merupakan hubungan antara Qk dan jarak. Dapat dilihat bahwa semakin jauh
jarak maka nilai Qk akan semakin mengecil. Hal ini dapat disebabkan oleh jarak yang semakin
menjauh dari heater. hal ini juga sesuai dengan rumus bahwa Qk berbanding terbalik dengan
jarak(x)
50
40
T9
Suhu
30 T10
20
10
0
7.3 8.3 9.3
Tegangan
Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan
kata lain, tidak semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat dibalik). Menurut hukum
termodinamika II bahwa “Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang
dingin; kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin kebenda panas tanpa
dilakukan usaha”.
As 0,001098 m2
L 0,07 m
D 0,01 m
Dimana :
As : πDL = (3,14)(0,01)(0,07)m2
= 0,002198 m2
Analisa pertama yakni menentukan koefisien perpindahan panas secara konveksi dan
secara radiasi dengan menggunakan rumus empiris.
A. Mencari Hcm
[ ]
0,25
( T 10−T 9 )
Hcm=1,32
D
Di mana :
Hcm : Koefisien perpindahan panas konveksi (Wm-2K-1)
7
[ ]
0,25
( 333−305,2 )
1,32
0.01 9.7934247
9
[ ]
0,25
( 352−305,8 )
1,32
0.01 9.89682069
B. Mencari Hrm
Rumus Hrm :
( T 10 4−T 94 )
Hrm=σ ε F
(T 10−T 9 )
Di mana :
Hrm : Koefisien perpindahan panas radiasi (Wm-2K-1)
( T 10 4−T 94 )
Hrm=σ ε F
(T 10−T 9 )
Volt (v) Rumus Hrm Hasil (W m-2 K-1)
5 −9 ( 319 4−303,6 4 )
(56,7 x 10 )( 0,95)(1)
( 319−303,6 ) 6.74769333
7 −9 ( 333 4−305,24 )
(56,7 x 10 )( 0,95)(1)
( 333−305,2 ) 6.93455885
9 −9 ( 352 4−305,84 )
(56,7 x 10 )( 0,95)(1)
( 352−305,8 ) 7.02454305
C. Mencari H
Rumus mencari H
H=Hcm+ Hrm
Di mana :
Volt (v) Hcm (W m-2 K-2) Hrm (W m-2 K-2) H (W m-2 K-2)
10
HCM
Nilai H
6
HRM
4
0
329 333 335
suhu T(K)
Dari table ini menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas baik konveksi dan
radiasinya berbanding lurus dengan peningkatan suhunya. Sehingga setiap menit pengukuran
terjadi peningkatan suhu untuk grafik ini.
Setelah mendapatkan nilai kosefisien perpindahan konveksi dan radiasi kita selanjutnya
menghitung nilai aliran panas masuk (Qin). Qin didapatkan dari hasil penjumlahan Qc + Qr.
a. Menghitung nilai Qc
Rumus Qc = Hcm. As ( T10 – T9 )
Volt (v) Rumus Qc (W m-2 K-1) Hasil (W)
7.3 8,26 W m-2 K-1 x 0,002198 m2 x (319-303,6) 0.295474
b. Menghitung nilai Qr
Setelah mendapatkan nilai Qc dan Qr maka nilai Qin dapat dihitung dengan
menjumlahkan nilai Qc dan Qr.
Qin = Qc + Qr
Volt (v) Qc Qr Qin
0.20764
7.3 0.295474 0.503114
0.230919
8.3 0.326118 0.557037
0.243951
9.3 0.343701 0.587652
0.6
0.5
0.4 QC
Nilai Q
QR
0.3 Qin
0.2
0.1
0
7.3 8.3 9.3
Tegangan
Dari table ini menunjukkan nilai aliran panas konveksi paksa pada percobaan
sebanding dengan kenaikan suhu yang dipengaruhi kecepatan udara paksa. Jika suatu
permukaan, pada suhu di atas permukaannya, terletak di udara stasioner pada suhu yang sama
dengan lingkungan sekitarnya, maka panas akan dipindahkan dari permukaan ke udara dan
sekitarnya. Perpindahan panas ini akan menjadi kombinasi antara konveksi alami, udara, dan
radiasi ke sekitarnya. Sebuah silinder horizontal digunakan dalam percobaan ini untuk
menyediakan bentuk sederhana dari mana perpindahan panas dapat dihitung. Ketika silinder
mencapai keadaan mantap, kekuatan pemanas yang diaplikasikan ke silinder sama dengan
kehilangan panas dari silinder sesuai dengan konservasi energi.
d. Mencari Presentase Qc
Q¿−Q c
Qc (%) = × 100%
Q¿
0,499−0,279
1. Qc (%) = × 100% = 44%
0,499
TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 25
PERPINDAHAN PANAS
1,013−0,428
2. Qc (%) = × 100% = 57%
1,013
1,886−0,781
3. Qc (%) = × 100% = 58%
1,886
e. Mencari Presentase Qr
Qtot −Qr
Qr(%) = 2
× 100%
Qtot
0,499−0,220
1. Qr(%) = × 100% = 55 %
0,499
0,902−0,428
2. Qr(%) = × 100% = 52 %
0,902
1,499−0,781
3. Qr(%) = × 100% = 47 %
1,499
Qc(%) Qr(%)
41.2709
7 58.72903
41.4548
4 58.54516
41.5128
7 58.48713
f. Grafik perbandingan antara Qc, Qr dan Qtotal
0.6
0.5
0.4 QC
Nilai Q
QR
0.3 Qtot
0.2
0.1
0
7.3 8.3 9.3
Tegangan
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada percobaan ini pengaruh perpindahan panas
konveksi seimbang dengan pengaruh perpindahan panas radiasi dimana selisih nilai dari
konveksi dan radiasi tidak terlalu berbeda.
g. Mencari Qteori
Q=I.V
Volt (v) Ampere (I) Qteori (W)
7.3 1.25 9.125
8.3 1.44 11.952
9.3 1.6 14.88
Qteori−Q praktek
PK = × 100%
Q teori
4,3−0,499
x 100%
7.3 4,3 94.48642252
8,4−0,902
x 100%
8.3 8,4 95.33938392
13,95−1,499
x 100%
9.3 13,95 96.05072656
NO Qteori Qpraktek PK
ilai presentase yang didapatkan pada setiap voltase berkisar 80-an%. Nilai presentase kesalahan
ini cukup tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kesalahan dalam pengambilan
data. Namun presentase kesalahan ini dapat diterima dalam percobaan ini.
BAB V
TEKNIK SISTEM PERKAPALAN / KELOMPOK IX 28
PERPINDAHAN PANAS
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Pada percobaan ini terjadi kenaikan suhu yang sangat signifikan pada saat pengujian alat HT
15 dalam keadaan tertutup (piringan), suhu yang kami ukur yakni pada suhu permukaan
silinder. Setelah kami memvariasikan bukaan pada piringan tersebut ternyata terjadi
perubahan suhu yang semakin menurun. Hukum 2 termodinamika menunjukkan kondisi
alami dari alur kalor suatu objek dengan sistem.Menurut hokum termodinamika II bahwa
“Kalor mengalir secara alami dari benda yang panaskebenda yang dingin; kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tanpa dilakukan usaha”.
Dari percobaan menunjukkan pula penerapan hokum termodinamika II bahwa kalor
mengalir dari suhu tinggi kerendah tidak secara spontan, tidak lain melalui konveksi paksa.
Suhu udara pada silinder mengalami panas (bersuhu tinggi) akan mendingin lebih cepat bila
ditaruh di dalam udara yang mengalir dibandingkan bila ditempatkan di udara tenang. Kita
katakana bahwa panas dikonveksikan keudara sekitar dan proses ini dinamakan perpindahan
panas secara konveksi.
V.2.Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan
praktikan kedepannya mampu mealakukan percobaan ini lebih fokus dan details agar nilai
yang didapat lebih presisi dan akurat. Serta diharapkan nantinya mampu menghubungkan
perangkat percobaan dengan komputer dan aplikasi armfield