Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

PERPINDAHAN PANAS

Disusun oleh :

Nama : Tasya Aprilia Agustin

NIM : 18.4210.1817

Tugas : 2

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan temperatur dan kalor
berpindah dari benda temperatur tinggi ke benda temperatur lebih rendah. Perpindahan
panas terjadi dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi adalah
perpindahan panas yang terjadi melalui medium yang diam, misalnya perpindahan panas
di dalam benda padat. Sedang konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara
permukaan dengan fluida yang bergerak misalnya dari plat ke udara. Radiasi
didefinisikan sebagai perpindahan panas antara dua benda yang tidak membutuhkan
medium perantara contohnya panas sinar matahari sampai ke bumi.
Setiap permukaan yang memiliki temperatur yang lebih tinggi (lebih panas) bila
dibandingkan temperatur sekitarnya akan mengalami pelepasan kalor (rugi kalor atau
heat loss), sehingga menaikkan temperatur lingkungan menjadi lebih tinggi. Banyaknya
panas yang hilang tergantung pada banyak faktor, tapi temperatur permukaan dan
ukurannya merupakan faktor yang sangat dominan. . Hukum alam menyatakan bahwa
kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut sebagai
perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik (engineering), Analisa
perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya, kelayakan, dan besarnya
peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas tertentu dalam waktu
yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin, dan penukar panas tergantung
tidak hanya pada jumlah panas yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju
perpindahan panas pada kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik
komponen-komponen peralatan, seperti misalnya sudu-sudu turbin atau dinding ruang
bakar, tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan
membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu permukaan. Juga
pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator dan bantalan, harus
diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari konduksi-konduksi yang akan
menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan peralatan. Berbagai contoh ini
menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang keteknikan dijumpai masalah
perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan dengan penalaran termodinamika saja,
tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu perpindahan panas.
Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan
lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi (pengandaian)
dan idealisasi. Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya
didalam ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan
mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam
jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi
kemungkinan ini
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar perpindahan panas?
2. Jelaskan bagaimana saja cara perpindahan panas beserta contohnya!
3. Jelaskan perbedaan konveksi alamiah dan konveksi paksa!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan heat exchanger!
5. Apa saja cara perhitungan perpindahan panas dan laju aliran?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui konsep dasar perpindahan panas
2. Untuk mengetahui apa saja cara perpindahan panas beserta contohnya
3. Untuk mengetahui perbedaan konveksi alamiah dan konveksi paksa
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan heat exchanger
5. Untuk mengetahui cara perhitungan perpindahan panas dan laju aliran
1.4 Manfaat Makalah
Agar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga dapat memenuhi tugas mata kuliah
Perpindahan Panas dan sebagai media pembelajaran serta menambah wawasan
pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas


Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih tinggi
ke tempat dengan temperatur lebih rendah. Hukum percampuran panas juga terjadi
karena panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perpindahan panas dapat terjadi
dalam bentuk pertukaran panas dengan luar sistem. Jadi pemberian atau pengurangan
panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa zat suatu benda secara lokal, melainkan
panas itu merambat ke atau dari bagian lain benda atau tempat lain. peristiwa ini disebut
perpindahan panas. Menurut penyeledikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam
beberapa golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke
bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-
partikel zat yang mengalir. Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah melalui pancaran
yang merupakan juga satu cara perpindahan panas. Umumnya perpindahan panas
berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini.

2.2 Cara Perpindahan Panas


1. Konduksi: perambatan panas yang umumnya terjadi di dalam benda padat, dari
satu titik ke titik lain; tanpa ada aliran benda perantara; rambatan panas dibantu
oleh getaran molekul atau atom
Contoh:
• Benda yang terbuat dari logam akan terasa hangat atau panas jika ujung
benda dipanaskan, misalnya ketika memegang kembang api yang sedang
dibakar.
• Knalpot motor menjadi panas saat mesin dihidupkan.
• Tutup panci menjadi panas saat dipakai untuk menutup rebusan air.
• Mentega yang dipanaskan di wajan menjadi meleleh karena panas.
2. Konveksi: perpindahan panas yang terutama diakibatkan oleh perpindahan masa
benda, jadi umumnya terjadi pada fasa cair atau gas
Contoh:
• Gerakan naik dan turun air ketika dipanaskan.
• Gerakan naik dan turun kacang hijau, kedelai dan lainnya ketika
dipanaskan.
• Gerakan balon udara.
• Asap cerobong pabrik yang membumbung tinggi.
• Terjadinya angin darat dan angin laut. (Anonim2, 2014)

3. Radiasi: perpindahan pada satu permukaan benda ke permukaan lain tanpa benda
perantara; diakibatkan oleh gelombang elektromagnetik
Contoh :
• Panas matahari sampai ke bumi walau melalui ruang hampa.
• Tubuh terasa hangat ketika berada di dekat sumber api.
• Menetaskan telur unggas dengan lampu.
• Pakaian menjadi kering ketika dijemur di bawah terik matahari.

4. Gabungan dua atau tiga mode di atas

2.3 Perbedaan Konveksi Alamiah dan Konveksi Paksa


➢ Konveksi alamiah (Natural Convection)
Konveksi alamiah (natural convection) atau konveksi bebas (free convection),
terjadi antara dinding panas ke lingkungan fluida yang dingin yang pada dasarnya
tidak mengalir. Radiator panas yang digunakan untuk memanaskan ruang
merupakan suatu contoh piranti praktis yang memindahkan kalor dengan
konveksi bebas. Gerakan fluida dalam konveksi bebas, baik fluida itu gas maupun
zat cair terjadi karena gaya apung (bouyancy force) yang dialaminya 14 apabila
densitas fluida di dekat permukaan perpindahan kalor berkurang sebagai akibat
proses pemanasan. Gaya apung itu tidak akan terjadi apabila fluida itu tidak
mengalami sesuatu gaya dari luar seperti gravitasi (gaya berat), walaupun
gravitasi bukanlah satu-satunya medan gaya luar yang dapat menghasilkan arus
konveksi bebas. Fluida yang terkurung dalam mesin rotasi mengalami medan
gaya sentrifugal, dan karena itu mengalami arus konveksi bebas bila salah satu
atau beberapa permukaannya yang dalam kontak dengan fluida itu dipanaskan.
(Holman, 1997). Pada konveksi ini menggunakan pola aliran efek “buoyant”
Contoh: permukaan pipa panas yang kontak dengan udara luar yang tidak
mengalir (tidak ada angin)
➢ Konveksi Paksa (Force Convection)
Konveksi paksa adalah perpindahan panas terjadi akibat fluida dingin dan panas
dialirkan secara sengaja untuk saling kontak pada dinding pemisah sehingga ada
perbedaan temperatur antar muka permukaan dinding ini, perpindahan panas yang
mana dialirannya tersebut berasal dari luar, seperti dari blower atau kran dan
pompa. Konveksi paksa dalam pipa merupakan persolaan perpindahan konveksi
untuk aliran dalam atau yang disebut dengan internal flow. Adapun aliran yang
terjadi dalam pipa adalah fluida yang dibatasi oleh suatu permukaan. Sehingga
lapisan batas tidak dapat berkembang secara bebas seperti halnya pada aliran luar.
Pada konveksi ini menggunakan pola aliran gaya luar .Sebagai gambaran adalah
fenomena perpindahan panas aliran di dalam pipa yang dinyatakan sebagai:
dq = m . Cp .  Tb
Contoh: Alat tukar panas shell dan tube, alat tukar panas tipe plate dan frame

2.4 Heat Exchanger


Heat Exchanger merupakan peralatan yang digunakan untuk perpindahan panas
antara dua atau lebih fluida. Banyak jenis Heat Exchanger yang dibuat dan digunakan
dalam pusat pembangkit tenaga, unit pendingin, unit produksi udara, proses di industri,
sistem turbin gas, dan lain lain. Dalam heat 16 exchanger tidak terjadi pencampuran
seperti dalam halnya suatu mixing chamber. Dalam radiator mobil misalnya, panas
berpindah dari air yang panas yang mengalir dalam pipa radiator ke udara yang mengalir
dengan bantuan fan.
Suatu heat exchanger terdiri dari elemen penukar kalor yang disebut sebagai inti
atau matrix yang berisikan di dinding penukar panas, dan elemen distribusi fluida seperti
tangki, nozzle masukan, nozzle keluaran, pipa-pipa, dan lain-lain. Biasanya, tidak ada
pergerakan pada bagian-bagian dalam heat exchanger. Namun, ada perkecualian untuk
regenerator rotary dimana matriksnya digerakan berputar dengan kecepatan yang
dirancang. Dinding permukaan heat exchanger adalah bagian yang bersinggungan
langsung dengan fluida yang mentransfer panasnya secara konduksi. (Kuppan, 2000)
Hampir disemua heat exchanger, perpindahan panas didominasi oleh konveksi
dan konduksi dari fluida panas ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan oleh
dinding. Perpindahan panas secara konveksi sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri
heat exchanger dan tiga bilangan tak berdimensi, yaitu bilangan Reynold, bilangan
Nusselt dan bilangan Prandtl fluida. Besar konveksi yang terjadi dalam suatu double-pipe
heat exchanger akan berbeda dengan cros-flow heat exchanger atau compact heat
exchanger atau plate heat exchanger untuk berbeda temperatur yang sama. Sedang besar
ketiga bilangan tak berdimensi tersebut tergantung pada kecepatan aliran serta property
fluida yang meliputi massa jenis, viskositas absolut, panas jenis dan konduktivitas panas.
(Cengel,2003)

2.5 Perhitungan Perpindahan Panas dan Laju Aliran


➢ Kesetimbangan Energi Aliran di dalam celah adalah tertutup sempurna, maka
kesetimbangan energi dapat digunakan untuk menentukan temperatur fluida yang
bervariasi dan nilai total transfer panas konveksi Qconv tergantung dari laju aliran
massa. Jika perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan, maka
pengaruh yang signifikan adalah perubahan energi thermal dan fluida kerja.
Sehingga kesetimbangan energi tergantung pada 3 variable, yang dapat
dirumuskan sebagi berikut (Incopera, 2007):

Q = mc . Cp.c .  Tc = mh . Cp.h .  Th
Dimana:
Q = laju perpindahan panas (W)
mc = aliran massa yang melalui tube (kg/s)
mh = aliran massa yang melalui shell (kg/s)
Cp = koefisien pepindahan panas (Kj/kg.K)
 Tc = beda temperatur fluida dingin yang melalui tube ( oC)
 Th = beda temperatur fluida panas yang melalui shell ( oC)
➢ Bilangan Reynold
Setiap aliran fluida mempunyai nilai bilangan Reynolds yang merupakan
pengelompokan aliran yang mengalir Pengelompokan aliran yang mengalir
tersebut dapat diketahui dengan bilangan Reynold, sebagai berikut :

Dimana:
Re = Bilangan Reynold
ρ = densitas fluida (kg/m3 )
d = diameter (m)
v = laju alir fluida (m/s2 )
µ = viskositas fluida (ms2 /kg)
➢ Bilangan Prandtl
Merupakan bilangan tak berdimensi yang didefinisikan sebagai pebandingan
antara kapasitas panas fluida dikalikan viskositas terhadap konduktivitas
termal fluida. Secara matematis bilangan Prandtl dirumuskan sebagai:

Dimana :
Pr = Bilangan Prandtl
Cp = kapasitas panas fluida
µ = viskositas fluida (ms2 /kg)
k = konduktivitas termal fluida
➢ Bilangan Nuselt
Menggambarkan karakteristik proses perpindahan panas yang dirumuskan sebagai
berikut :

Dimana: :
Nu = bilangan Nusselt
h = koefisien perpindahan panas konveksi, W/m2.K
D = diameter pipa, m
k = konduktivitas termal fluida
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan diatas diantaranya yaitu
sebagai berikut :
1. Perpindahan panas terjadi karena adanya perbedaan temperature, berpindah dari
tempat dengan temperatur lebih tinggi ke tempat dengan temperatur lebih rendah.
2. Perpindahan panas terjadi dengan tiga cara; yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
3. Pola aliran pada konveksi ilmiah mengunakan efek buoyant berbeda dengan
konveksi paksa yang menggunakan pola aliran gaya luar
4. Alat yang digunakan dalam perpindahan panas antara dua atau lebih fluida yaitu
heat exchanger
5. Cara menghitung perpindahan panas dan laju aliran yaitu dengan menggunakan
rumus kesetimbangan energi yang tergantung pada 3 variable, menggunakan
bilangan reynold ( Re ), bilangan prandtl ( Pr ), dan bilangan nuselt ( Nu )

3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan maka dari itu penulis harapkan
kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim2, 2014. Laporan Praktikum Pindah Panas. http://menger jakantugas.blogspot.co. id.


(diakses 12 desember 2015)
Ambarita, Himsar. 2011. Perpindahan Panas Konveksi dan Pengantar Alat Penukar Kalor.
Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU.
Cengel, Yunus A., 2003. Heat Transfer : A Practical Approach Second Edition, McGraw-Hill.
New York
Holman, J.P., dan jasjfi. Perpindahan Kalor. Edisi keenam.Erlangga:Jakarta.1997
Incropera P. Frank. 2007. Fundamentals of Heat and Mass Transfer. Seventh edition. United
States: John Wiley & Sons, Inc.
Kreith,Frank dan Arko prijono. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas .Edisi ketiga.
Erlangga:Jakarta.1997.
Kuppan, T., 2000, Heat Exchanger Design Handbook, New York : Marcel Dekker. Inc
Robert W. Fox dan Alan T. McDonald. 1976. Introduction to Fluid Mechanics, Fifth Edition,
John Wiley & Sons Co: USA

Anda mungkin juga menyukai