PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perpindahan panas secara konveksi.
2. Untuk mengetahui proses perpindahan panas secara konveksi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
dimana :
q = Kalor yang dipindahkan
h = Koefisien perpindahan kalor secara konveksi
A = Luas bidang permukaan perpindahan panas
T= Temperatur
Fluks Kalor:
Adalah laju perpindahan panas persatuan luas (q/A). Fluks kalor boleh didasarkan
atas luas permukaan luar atau dalam pipa.
2
Jika A = Ao, luas permukaan luar tabung, maka U = Uo, koefisien yang didasarkan
atas luas permukaan luar
Gambar 1.3. Perpindahan panas konveksi. (a) konveksi paksa, (b) konveksi alamiah,
(c) pendidihan, (d) kondensasi
Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke
sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida
3
melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan
permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan
kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang
mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga
tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah.
Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida menerima energi kalor.
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke
atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida
yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan
yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat
asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu renah yang lain. Proses ini
akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor
yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah
perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil terma akan
terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses perpindahan kalor.
Dalam pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama
terletak pada cara mencari metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini
tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan, bergantung pada nilai
h. Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendoromg fluida
bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku. Sedangkan bila kecepatan medan
dipengaruhi oleh unsur luar seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan
terjadi merupakan proses perpindahan kalor konveksi paksa. Yang membedakan kedua
proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya.
4
Gambar 2.4 Ilustrasi aliran fiuda pada konveksi alamiah dan paksa
Konveksi alamiah terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung,
sedangkan gaya apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi
gaya dari luar sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada
fluida. Contoh konveksi alamiah antara lain aliran udara yang melintasi radiator panas
[McCabe,1993]. Pada perbatasan suatu permukaan dan suatu fluida akan terjadi
perpindahan panas secara konduksi dan konveksi. Biasanya temperatur permukaan itu
cukup tinggi untuk menimbulkan pula radiasi. Tanpa adanya aliran yang dipaksakan
terhadap fluida, maka sekitar permukaan akan terjadi konveksi secara alamiah.
Perbedaan temperatur antara bagian-bagian fluida menyebabkan perbedaan densiti dan
karena itu timbul gerakan dan aliran dalam fluida. Aliran alamiah ini memperbesar
perpindahan panas yang semula sampai tercapai keadaan yang tecap. Cara perpindahan
panas semacam ini disebut konveksi alamiah atau konveksi bebas.
Besarnya koefisien perpindahan panas harus didapat dari hasil percobaan.
Banyak penyelidikan telah dilakukan untuk menentukan koefisien pindah panas itu. Jika
berbagai hasil penyelidikan itu dikumpulkan, ternyata dapat diperoleh persamaan
empiris dalam bilangan-bilangan tanpa dimensi, salah satu di antaranya adalah bilangan
Grashof, yang dibuat untuk menunjukkan sifat- sifat konveksi bebas .
Hasil percobaan itu sering juga dinyatakan sebagai nomogram (alignment chart)
atau grafik.
5
Persamaan empiris dan nomogram itu dapat dipakai guna memperkirakan
koefisien perpindahan panas untuk konveksi bebas. Karena terdapat berbagai persamaan
dan nomogram, maka haruslah dicari yang keadaan sistemnya sama dengan sistem yang
sedang ditinjau.
6
2. Proses perpindahan panas, akibat penambahan (perpindahan) energi panas
terjadilah proses penguapan air dari dalam bahan ke permukaan bahan atau
proses perubahan fasa cair menjadi fasa uap.
Kedua proses tersebut diatas dilakukan dengan cara menurunkan Kelembapan
relatif udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan sehingga tekanan uap
air bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara sekeliling bahan yang di
keringkan.perbedaan tekanan ini meneyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan
keudara luar. Untuk meningkatkan perbedaantekanan udara antara permukaan bahan
dengan udara sekelilingnya dapat dilakukan dengan memanaskan udara yang
dihembuskan ke bahan. Makin panas udara yang dihembuskan mengelilingi
bahan, maka banyak pula uap air yang dapat di ttarik oleh udara panas pengering.
Energi panas yang berasal dari hasil pembakaran menyebabkan naiknya
temperature ruang pembakaran. Karena adanya perbedaan temperatur antara ruang
pembakaran dengan lemari pengering, maka terjadi perpindahan panas konveksi
alamiah didalam alat pengering. Udara panas didalam lemari pengeriingg mempunyai
densitas yang lebih kecil dari udara panas diruang pembakaran sehingga terjadi aliran
udara.
Cara perpindahan panas konveksi erat kaitannya dengan gerakan atau
aliran fluida. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui
apakah aliran fluida tersebut laminar atau turbulen. Dalam aliran laminar, aliran dari
garis aliran (streamline) bergerak dalam lapisan-lapisan, dengan masing- masing
partikel fluida mengikuti lintasan yang lancar serta malar (kontiniu). Partikel fluida
tersebut tetap pada urutan yang teratur tanpa saling mendahului. Sebagai kebalikan dari
gerakan laminar, gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen berbentuk zig-zag dan
tidak teratur. Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar terhadap
perpindahan panas konveksi.
Bila suatu fluida mengalir secrara laminar sepanjang suatu permukaan yang
mempunyai suhu berbeda dengan suhu fluida, maka perpindahan panas terjadi dengan
konduksi molekulardalam fluida maupun bidang antara (interface) fluida dan
permukaan. Sebaliknya dalam aliran turbulen mekanisme konduksi diubah dan dibantu
oleh banyak sekali pusaran-pusaran (eddies) yang membawa gumpalan fluida
melintasi garis aliran. Partikel-partikel iniberperan sebagai pembawa energy dan
memindahkan energi dengan cara bercampur dengan partikel fluida tersebut.
Karena itu, kenaikan laju pencampuran (atau turbulensi) akan juga menaikkan laju
perpindahan panas dengan cara konveksi
Untuk menganalisa distribusi temperatur dan laju perpindahan panas pada
peralatan pngeringan, diperlukan neraca energi disamping analisis dinamika fluida dan
analisi lapisan batas yang terjadi. Setelah kiat melakukan neraca energi terhadap sistem
aliran itu, dan kita tentukan pengaruh aliran itu tehadap beda temperatur dalam fluida
maka distribusi temperature dan laju perpindahan panas dari permukaan yang
dipanaskan ke fluida yang ada diatasnya dapat diketahui.
Keseimbangan energi panas dapat dilihat dalam rumusan berikut:
7
Qudout = mudCpdT = Qin = mairLHair
Perpindahan panas konveksi dinyatakan dalam bentuk:
Qkonveksi = hc.A.Dt
Pada sistem konveksi bebas dikenal suatu variable tak berdimensi baru yang
sangat penting dalam penyelesaian semua persoalan konveksi alami, yaitu angka
Grashof Gr yang peranannya sama dengan peranan angka Reynolds dalam sistem
konveksi paksa, didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya apung dengan gaya
viskositas di dalam sistem aliran konveksi alami.
Grƒ =
Dimana koefisien muai volume β untuk gas ideal, β = 1/T
Koefisien perpindahan panas konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi
dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi:
m
ƒ= = C (GrƒPrƒ)
Tƒ =
Produk perkalian antara angka grashof dan angka prandtl disebut angka
Rayleigh:
Ra = Gr . Pr
Menurut Fuji dan Imura untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap
5 11
ke bawah pada jangkauan + < 80 °C ;10 < Gr.Pr < 10 bentuk korelasinya adalah
:
1/4
Nu=0.56 (GrL.Pr cos)
8
Gambar 2.1 Konsep Positif dan Negative pada Plat Miring
Untuk plat dengan kemiringan kecil (88° < < 90°) dan permukaan panas
menghadap ke bawah maka persamaannya :
1/5
Nu=0,58 (GrL.Pr)
Untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke atas dalam
11 ° °
jangkauan GrL.Pr <10 ;GrL > Grc ; dan -15 < < -75
bentuk korelasinya adalah
1/3 1/3 1/4
Nu=0.145 [(GrL.Pr) -(Grc.Pr) ]+0,56 (Grc.Pr cos )
Untuk plat miring ,panas (atau dingin ) relative terhadap temperatur fluida, plat sejajar
dengan vector gravitasi,dan gaya apung yang terjadi menyebabkan garakan fluida ke atas atau ke
bawah. Bagaimanapun, jika platnya membentuk sudut terhadap gravitasi,gaya apung mempunyai
komponen normal terhadap permukaan plat.
Dengan adanya pengurangan gaya apung yang paralel terhadap plat,dan juga terjadi
penurunan kecepatan fluida sepanjang plat,dan bisa diperkirakan bahwa juga terjadi
penurunan pada perpindahan panas konveksi. Tetapi penurunan itu terjadi apakah
perpindahan panasnya berasal dari atas ataau bawah permukaan dari plat.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang Perpindahan kalor merupakan suatu proses berpindahnya suatu energi (kalor)
dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut.
Terdapat 3 jeni sperpindahan kalor yaitu perpindahan kalor konduksi, konveksi dan radiasi.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara
pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya dapat terjadi
melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat
cair dan gas.
B. Saran
Kami sadar bahwa pada makalah yang kami buat ini terdapat banyak kekurangan, maka
diperlukan kritik dari dosen pembimbing dan pembaca agar memberikan kritikan yang
bersifat membangun agar makalah ini bermanfaat.
10
DAFTAR
PUSTAKA
11