Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap anak mengalami tahap-tahap perkembangan. Tahap-tahap perkembangan anak secara


umum sama. Pada setiap tahap perkembangan, setiap anak dituntut dapat bertindak atau
melaksanakan hal-hal (perilaku) yang menjadi tugas perkembangannya dengan baik.

Perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau pengalaman. Kartono
dalam Darwis (2006: 43) mengemukakan bahwa ada dua jenis perilaku manusia, yakni
perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima
oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang tidak
bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial
yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang atau perilaku
bermasalah.

Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan
sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau masuk
tidak teratur. Membolos disebut kenakalan remaja karena membolos sudah merupakan
perilaku yang mencerminkan telah melanggar aturan sekolah.

1
Perilaku menyimpang adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan
semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu
bentuk perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama
dengan teman, yang merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar anak dan
hal itu termasuk perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 43). Guru perlu memahami perilaku
bermasalah ini sebab anak yang bermasalah biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia
menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.

Walaupun gejala perilaku bermasalah di sekolah itu mungkin hanya tampak pada sebagian
anak, pada dasarnya setiap anak memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian
sosial. Masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah atau menyimpang
yang kronis (darwis, 2006: 44).

1.2. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana identifikasi perilaku membolos yang terjadi di lingkungan sekolah ?

2.      Apa penyebab dari perilaku membolos tersebut ?

3.      Apa solusi yang bisa ditangani oleh Bk dari perilaku membolos

1.3. Tujuan

1.      Mengetahui identifikasi perilaku membolos yang terjadi di lingkungan sekolah

2.      Mengetahui penyebab dari perilaku membolos yang dilakukan

3.      Mengetahui solusi yang bisa ditangani oleh BK dari perilaku membolos

1.4. Manfaat

1.      Mengerti tentang identifikasi perilaku membolos yang terjadi di lingkungan sekolah

2.      Mengerti akan penyebab dari perilaku membolos

3.      Mengerti solusi yang bisa di tangani dan di lakukan BK dari perilaku membolos

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Identikasi Perilaku Membolos Di Lingkungan Sekolah

Perilaku abnornal merupakan perilaku yang menyimpang yang tidak sesuai dengan norma-
norma kehidupan bermasyarakat. Di lingkungan sekolah tentunya juga terdapat perilaku
abnormal atau perilaku menyimpang. Salah satunya yaitu perilaku membolos. Perilaku
membolos hanya salah satu di antara banyaknya perilaku abnormal atau perilaku
menyimpang yang terjadi di dalam lingkungan sekolah.

Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan
yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa
adanya suatu alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan
siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak
yang lebih parah.

Kata “BOLOS” sangat populer dikalangan pelajar atau siswa baik di sekolah dasar atau di
tingkat menengah. Dari beberapa survei,  jumlah siswa yang membolos pada jam efektif
sekolah hanya sedikit dibandingkan dari jumlah siswa yang tidak membolos, terlepas sekecil
apapun dari jumlah tersebut harus menjadi perhatian bagi institusi yang bernama sekolah,
karena apabila disikapi dengan tidak serius, tidak tertutup kemungkinan yang kecil akan
menjadi besar dan menjelma menjadi bola salju liar yang akan terus menggelinding hingga
jumlah siswa yang membolos sekolah akan terus meningkat. Oleh karena itu penanganan
terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.

Menurut Wikipedia, Truancy is unapproved absence from school, usually without a parent's


knowledge. Perilaku membolos (truant behavior) adalah pembolosan yang tidak
disetujui dari sekolah, biasanya tanpa diketahui oleh orang tua. Jadi siswa berangkat ke
sekolah tapi tidak sampai ke sekolah dengan atau tanpa alasan yang jelas.

Menurut Kristiyani (2009) perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan
cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak
berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan
SMP.

3
Sedangkan menurut Ridlowi (2009) membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang
tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran
tanpa alasan yang jelas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos adalah perilaku
siswa yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan atau dengan
alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Dan perilaku ini termasuk perilaku
abnormal.

2.2. Penyebab Perilaku Membolos

Salah satu faktor penyebab perilaku membolos adalah terkait dengan masalah kenakalan
remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus
ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui
faktor penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.

1.      Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja
antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim
antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas
sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

2.      Faktor Personal

Misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi
ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman
keras.

3.      Faktor Keluarga

Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak
(Kearney, 2001).

4.      Perasaan yang Termarginalkan

Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu muncul tanpa
kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima di

4
kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan
sindiran atau ucapan.

5.      Kurangnya Kepercayaan Diri

Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri
dengan segala yang dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta
dicemoohsebagai akibat dari kegagalan tersebut. Perasaan rendah diri tidak selalu muncul
pada setiap mata pelajaran. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha
untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah.

Menurut Gunarsa (2002), faktor penyebab anak absent dan tidak ke sekolah dibagi dalam 2
kelompok, yaitu:

1. Sebab dari Dalam Diri Anak itu Sendiri

 Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit

 Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah

  Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-temannya

 Dari banyaknya kasus di sekolah, ternyata faktor pada anak yaitu kekurangan
motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak
2. Sebab dari Luar Anak

a. Keluarga

 Keadaan Keluarga --> Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam
menggunakan waktu untuk belajar sekehendak hatinya. Banyak keluarga yang masih
memerlukan bantuan anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas di rumah,
bahkan tidak jarang pula terlihat ada anak didik yang membantu orang tuanya mencari
nafkah. 

 Sikap Orang Tua --> Sikap orang tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang
tentunya kurang membantu mendorong anak untuk hadir ke sekolah. Orang tua
dengan mudah memberi surat keterangan sakit ke sekolah, padahal anak membolos
untuk menghindari ulangan.

b. Sekolah

5
 Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang menyebabkan
ia tidak senang di sekolah, lalu membolos. 

 Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan gurunya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku membolos
siswa tidak hanya berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal) melainkan dapat juga
disebabkan oleh faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan keluarga.

2.3. Solusi yang bisa ditangani oleh BK dari perilaku membolos

       Dalam menghadapi anak yang bermasalah  peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana


untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya
siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami
dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan
sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim
kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu
ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling
(BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya
dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk
membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan
anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi
emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk,
jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati -
hati.

Tindakan yang dapat dilakukan

a. Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya

Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana


kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa
yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap
tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing
menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi
yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan
pengobatan. Kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari

6
luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain
memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin
supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin
komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.

      b. Menerapkan Gerakan Disiplin

Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi pada
waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat hiburan.
Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan
keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suka membolos mempunyai tingkat
kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar yang
lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan
pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali tidak di rumah
karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif. Fenomena bolos sekolah ini
sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral
pelajar dimulai.

     c. Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan

Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Satpol PP serta berkoordinasi dengan Kepolisian harus
terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan seperti Play Station untuk tidak
menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah
”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker
atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan
menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos
bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan maka bisa
dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan
yang berlaku.

Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah


keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai, Designer of Instruction. Sebagai
Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi
seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan
pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada
gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu perhatian
yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat dihilangkan, tetapi usaha
untuk meminimalisir tetap ada. Membolos termaasuk ke dalam perilaku abnormal karena
perilaku membolos adalah perilaku yang menyimpang.

  Faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos terbagi menjadi dua golongan,
yaitu faktor internal dan eksternal. Selain itu, faktor – faktor lain yang menjadi penyebab
siswa  membolos lainnya, meliputi : faktor keluarga, faktor kurangnya kepercayaan diri,
perasaan yang termarginalkan, faktor personal serta faktor yang berasal dari sekolah.

Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa yang suka
membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor penyebab siswa membolos, menerapkan
gerakan disiplin serta sosialisasi kepada pengelola hiburan. Melalui program BK, pihak
sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka membolos. Karena membolos terkait
berbagai faktor, maka dalam penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah
juga mengikutsertakan orang tua.

3.2.Saran

Semoga dengan adanya makalah ini, maka akan membantu mengetahui salah satu perilaku
abnormal yang terjadi di lingkungan sekolah yaitu perilaku membolos. Perilaku abnormal itu
harus di hindari dengan cara selalu berprilaku yang baik, selalu berfikir positif dan gaya
hidup yang sehat.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://enisuryanitas3.blogspot.com/2012/05/kajian-bimbingan-konseling.html

Sumber : http://depdiknas.go.id, Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi


36. Diunggah tanggal 4 Juni 2012

http://www.teacheracim.blogspot.com/ diunggah tanggal 5 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai