Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Membolos pelajaran merupakan hal yang di sengaja oleh siswa atau siswi atau justru dari
orang yang ada disekitarnya misalnya teman, orang tua, bapak/ibu guru dll. Siswa atau siswi
yang terpengaruh oleh teman-teman yang terjadi pada sekolah menengah pertama (SMP)
maupun sekolah menengah atas (SMA). Seperti juga hal ini kita sering temui bahwa siswa-siswi
yang kurangnya kepercayaan diri sehingga menjadi penghalang bagi pendidikannya atau segala
aktivitas yang ada di sekolah. hal ini menyebabkan pelajar mengalami masalah dalam bangku
pendidikan. Kenakalan membolos yang dilakukan oleh siswa-siswi penyebabnya tidak naik kelas
dan tertinggal pembelajaran yang di berikan oleh guru tersebut, orang yang membolos adalah
orang yang malas mengikuti pelajaran dan tidak mau untuk bersama atau bersosialisasi dengan
sesama. Kenakalan membolos tidak hanya banyak terjadi di kalangan pelajar Sekolah Menengah
Atas (SMA),namun dari mulai SD sudah banyak yang bolos sekolah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian dari membolos?
b. Apa faktor-faktor penyebab sehingga siswa-siswi membolos ?
c. Apakah akibat yang ditimbulkan siswa suka membolos ?
d. Kenapa siswa-siswi suka membolos pelajaran ?
e. Bagaimana cara mengatasi masalah membolos?

1.3 TUJUAN PENULIS


a. Untuk Mengetahui pengertian membolos.
b. Untuk Mengetahui faktor-faktot membolos.
c. Untuk Mengetahui akibat yang di timbulkan suka membolos.
d. Untuk mengetahui siswa-siswi yang suka membolos.
e. Untuk mengetahui cara mengatasi membolos.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Membolos
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan
alasan yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa
adanya suatu alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa,
yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih
parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang
sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu
dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam
keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi
sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
Faktor-faktor Penyebab siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu :
2.2 Faktor Keluarga
Mungkin kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa yang tidak
diperbolehkan masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini
dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau permasalahan dalam keluarganya. Misalkan
kakaknya sakit, sementara kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk
menemani kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut
bolehlah sang adik tidak masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut
tidak membuat surat izin kepada pihak sekolah, sehingga pihak sekolah tidak mengerti
permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak tersebut
ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan (membolos), lambat
laun siswa tersebut tidak peduli lagi dengan peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau
masuk atau tidak.
 Orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan.
Selain itu sikap orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak.
Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang waktu
saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak bahwa ia tidak akan berhasil, anak
ini akan berkurang semangatnya untuk masuk sekolah. Biasanya sikap orang tua yang

2
menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena mereka sendiri orang yang kurang
berpendidikan. Akibatnya penghargaan terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata.
Bahkan mereka menuntut agar anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka
juga menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan anak tersebut.
Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan, sebagai imbasnya masa depan
anaklah yang menjadi korban.
 Membeda – bedakan anak.
Ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak laki-laki lebih penting dari
pada anak perempuan. Anak laki – lakilah yang menjadi tumpuan dan kebanggaan keluarga,
sementara anak perempuan pada akhirnya akan menikah dan hanya mengurusi masalah dapur,
sehingga tidak memerlukan pendidikan yang terlalu tinggi. Dalam hal ini, anak perempuan
didorong untuk tidak masuk sekolah. Meskipun tidak semua anak menginginkan uang saku yang
banyak, namun tidak sedikit pula anak – anak yang merasa kurang percaya diri jika uang saku
mereka sedikit dibanding dengan teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak tersebut ialah
ia menjadi malas untuk masuk sekolah.
Di zaman modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak terkecuali pada
bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan siswa-siswanya untuk membeli
LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain demi kepentingan proses belajar. Untuk barang-
barang tersebut kadang orang tua tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa
yang tidak membeli akan malu pada siswa lain yang membeli, dan siswa yang tidak membeli
akan malas untuk berangkat ke sekolah.
 Kurangnya Kepercayaan Diri
Faktor utama penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan
kreatifitas siswa. Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat siswa tidak
percaya diri dengan segala yang dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta
dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut,perasaan rendah diri tidak selalu muncul pada
setiap mata pelajaran,terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata pelajaran matematika,
tetapi ia mampu pada mata pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia
cenderung berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah.

3
 Perasaan yang Tersisihkan
Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu muncul
tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima di
kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan
sindiran atau ucapan,siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman
berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. ada
juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama.
Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu, misalnya faktor
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
2.3 Faktor Personal
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat
akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi
alkohol dan minuman keras
2.4 Faktor yang Berasal dari Sekolah
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja,
karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya
barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya.
Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang
menghukum kadang menghiraukannya. Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan
siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba – coba membolos lagi. Jika
penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat
dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas
dengan sanksi – sanksi yang dipaparkan secara tegas, termasuk peraturan mengenai presensi
siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos,
pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan
pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan
belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas – tugas yang ada sangat mudah sehingga
membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.

4
Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan
kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa – siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar
mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.
Dalam sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa, termasuk perilaku
membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada
selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa
semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah. Salah satu cara yang
dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan
merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi
minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka
selama dalam proses pembelajaran.
Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru
sehingga jika ada permasalahan guru dapat segera membantu,dengan suasana seperti itu siswa
akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang mengarah pada kenakalan remaja
dapat dikurangi
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa – siswa
belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik
perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat anak atau yang di
dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan
aktivitas belajar. Jadi, suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain
itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam
pemahamannya,sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko meningkatkan
munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain kebijakan mengenai pembolosan
yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-
guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
2.5 Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos
Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar pelajaran yang
ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan. Kelas berjalan terus,bahkan
meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru karena ia tidak mempelajari

5
dasar – dasar dari mata pelajaran – mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti apa yang
diajarkan.
2.6 Cara Mengatasi Siswa yang Suka Membolos
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau
bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai pengadilan siswa dari
pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka
langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman.
BP itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi
anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai teman
bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa
memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap
masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan
lain sebagainya. Perubahan ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa
semakin diberkurang.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak – anak dengan
berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang
berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk
membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan
pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan
keluar.Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting sebagai sarana untuk
mencari solusi. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan
pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas
apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang
tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir
kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada,dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan
program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami
sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-
satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut
malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan
masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya
tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu, penanganannya

6
harus hati – hati.Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami
marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala
siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-temannya ia anak
nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa disiplin,
ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada
urusan sekolahnya,dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah. Lalu karena tidak
masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus
belajar sendiri untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak
memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilainya.

2.7 Tindakan yang dapat dilakukan


1. Dengan Mengetahui Faktor – Faktor Penyebabnya
Dengan mengetahui faktor – faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana
kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang
membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup,
tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan
cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah
diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang
telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan
arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya
anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di
luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan membolos siswa tidak
sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut hadir dalam pembolosan
tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan
lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam
usaha mengatasi masalah anak.
2. Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi
pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat

7
hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk
menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai
tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar
yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan
pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali tidak di rumah
karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif. Fenomena bolos sekolah ini
sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral
pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu tindakan tegas dari para aparat Satpol PP untuk sering
melakukan operasi agar menjadi sebuah shock therapy yang mempunyai efek jera bagi para
pembolos dan juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos sekolah.
Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah dengan
menggunakan surat ijin.
3. Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta berkoordinasi
dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan seperti Play
Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang
bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan
penempelan stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka
ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar
bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan maka bisa
dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan yang
berlaku.Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah
keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai Designer of Instruction. Sebagai
Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi
seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan – bahan
pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada
gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang
mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai
hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi
banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan

8
penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu
banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.
2.8 Solusi
1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa
sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
2. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum
sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan
hidup.
4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan
memahami yang telah diajarkan guru.
5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak
merekayasa.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang diata dapat disimpulkan bahwa Membolos merupakan kegiatan
siswa yang sering terjadi karena berbagai faktor,dan sudah dapat dikatakan bahwa Membolos
merupakan kenakalan remaja yang harus segera diarahkan sehingga siswa tidak akan
tertinggalan pelajaran dan dengan demikian akan mengurangi dampak dari kenakalan remaja.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui tentang cara
menanggulangi Perilaku siswa yang suka membolos yang kerap dilakukan para siswa-siswi di
sekolah.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. http://cigadoggoblog.blogspot.com/2012/06/makalah-mengatasi-siswa-sering-bolos.html
2. Soekanto, Soerjono.1883. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta:Ghalia
Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai