Anda di halaman 1dari 8

TABIAT MEMBOLOS

Muhammad Fazrian Bakar (151418033)


Dimas Suaiba (151418043)
1. Pengantar
Pendidikan adalah suatu ilmu yang kita pelajari. Dengan adanya
pendidikan kita dapat mempelakjari dan mengetahui tantang ilmu-ilmu yang
penting.pendidikan sangat penting kita dapatkan, karena jika kita tidak
mengetahui dan mendapatkan ilmu kita akan mudah di tipu dan dipermainkan
oleh orang. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dlam kehidupan kita, ini
berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu
berkembang dalam pendidikan.
Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Sehingga menjadi orang yang terdidik itu sangat penting.
Menurut Rousseau pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan
sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya diwaktu dewasa. Dengan adanya pendidikan, diharapkan
setiap individu mempunyai persiapan untuk menghadapi segala permasalahan
dalam hidup.
Naman di negara kita masih banyak terjadi permasalahan tentang
pendidikan. Salah satu masalah yang masih bisa kita lihat saat ini adalah
perilaku membolos. Kurangnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan
manjadi faktor utama penyebab perilaku membolos pada siswa. Membolos
sekolah merupakan hal yang di sengaja oleh siwa/siswi atau justru dari orang
yang ada disekitarnya, misalnya teman, orang tua, bapak atau ibu guru dan
lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan pelajar mengalami masalah dalam bangku
pendidikan. Orang yang membolos adalah orang yang malas mengikuti
pelajarandan tidak mau untuk bersama atau bersosialisasi dengan sesama.
Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi
banyak pelajar. Setidaknya bagi mereka pernah mengenyam pendidikan.
Perilaku membolos ini pernah terjadi pada siswa sebuah sekolah MA
yang berinisial (…). Dia melakukan perilaku membolos ini kurang lebih
selama 1 bulan.
2. Pembahasan
Setiap jenjang pendidikan dari SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA pasti
pernah mendapati beberapa siswa/siswinya bolos atau pulang sebelum
waktunya. Hal ini mungkin sudah tidak asing di telinga kita, dan mungkin
diantara kita pernah melakukan hal yang sama.
Kata “BOLOS” sangat populer dikalangan pelajar baik di sekolah
dasar atau tingkat menengah.Pengertian dari membolos itu sendiri yaitu
perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran tanpa
alasan atau dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Banyak
para ahli yang mendefinisikan pengertian dari membolas, salah satunya
Ridlowi (2009). Ia mengatakan bahwa “membolos dapat diartikan sebagai
perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat.
Atau juga dapat dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas”.
Tindakan membolos dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas
kejuenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum
sekolah. Kebiasaan membolos yang sering dilakukan oleh siswa dapat
berdampak neatif pada dirinya, misalnya dihukum, diskorsing, tidak dapat
mengikuti ujian, bahkan bisa dikeluarkan dari sekolah. Selain itu, kebiasaan
membolos juga dapat menurunkan prestasi belajarnya. Kebiasaan membolos
merupakan tingkah laku, maka diperlukan suatu cara untuk membantu
permasalahan siswa dalam mengendalikan tingkah lakunya.
Penyebab siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor penyebab siswa membolos dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri, seperti:
1) Ketidak mampuan siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
2) Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tingi dari taman-
temannya.
3) Karakter siswa yang memang suka membolos.
4) Siswa hanya menjadikan sekolas sebagai tempat mangkal atau
nongkrong dari rutinitas-rutinitas yang membosankan di
rumah.
5) Tidak adanya motivasi untuk belajar atau kurangmya dorongan
untuk maju atau bercita cita untuk menjadi seorang yang
sukses, sehingga ia merasa bahwa sekolah dengan baik tidak
perlu dilakukan.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang
mempengaruhi siswa tersebut, seperti:
1) Kebijakan sekolah yang berlawanan atau bertentangan
dengan kepentingan siswa.
2) Guru yang tidak profesional.
3) Fasilitas penunjang sekolah seperti perpustakaan,
laboratoriumdan lain sebagainya yang kurang memadai.
4) Kurikulum yang kurang bersahabat sehingga
mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah seperti K13
yang mewajibkan sekolah menerapkan FULL DAY
SCHOOL.
5) Perhatian dan pengawasan sekolah yang kurang
memperhatikan anak didiknya dengan alasan tertenu juga
bisa menjadi penyebab siswa gampang bolos karena pihak
sekolah tidak pernah menindaklanjuti masalah tersebut.
6) Hukumun yang tidak setimpal atas kesalahan yang di
lakukan. Terkadang ada guru yang tidak mampu menahan
emosi karena pelanggaran yang berualang-ualang dilakukan
olejh siswa sehingga hukuman yang diberikan melebihi apa
yang seharusnya.
Tumpuan kesalahan prilaku membolos kebanyakan dibebankan
kepada anak didik yang terlibat membolos. Ketika kasus demi kasus dapat
terungkap anak didiklah yang menjadi beban kesalahan. Ini adalah sikap yang
tidak mendukung justru akan menambah masalah. Sikap hunanis dan saling
introspeksi diri itu adalah hal yang mendukung untuk menyelesaikan masalah
prilaku membolos. Unsur-unsur yang ada disekolah bisa saja menjadi alasan
siswa bisa membolos.
Perilaku membolos juga merupakan salah satu penyebab terjadinya
angka putus sekolah di Indonesia. Pada tahun 2017 angka anak putus sekolah
sekitar 1.000 anak baik SD, SMP, SMA.
Membolos yang dilakukan para siswa ditimbulkan dengan adanya
motif atau faktor – faktor pendorong dilakukannya membolos. Menurut
Guralnik (1979)” motif adalah suatu perangsang dari dalam, suatu penggerak
hati, dan sebagainya yang menyebabbkan seseorang melakukan
sesuatu”(Sobur,2003) selaras dengan pengertian menurut Gerungan
(1964)yang mengartikan motif sebagai suatu pengertian yang meliputi semua
penggerak, alasan – alasan dan dorongan – dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa motif adalah dorongan – dorongan atau alasan – alasan,
hasrat,keinginan dan tenaga penggerak yang lainnya yang berasal dari dalam
diri dimana yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu.
Kartono (2000), mengemukakan bahwa perilaku membolos berakibat
pada dirinya sendiri dan bagi orang lain. Bagi dirinya sendiri maka ia akan
ketinggalan pelajaran. Hal ini akan menyebabkan siswa mengalami kegagalan
dalam pelajaran, tidak naik kelas, nilainya jelek dan kegagalan lain di sekolah.
Membolos akan menyebabkan gagal dalam pelajaran, mengganggu kegiatan
belajar teman-teman sekelas dan masih banyak akibat yang ditimbulkan.
Diantara akibat dari membolos yaitu dia akan bergaul dengan teman-teman
yang tidak baik atau terjerumus dalam pergaulan bebas yang akan
menyebabkan banyak lagi kenakalan-kenakalan remaja yang lain.
Ada beberapa solusi yang dapat lakukan untuk mengatasi siswa
membolos, antara lain:

1. Sajikan materi pelajaran secara menarik dan menyenangkan. Ini


akan mampu mereduksi kebiasaan siswa untuk sering minta izin
dengan berbagai alasan.
2. Ciptakan suasana komunikasi harmonis dengan siswa. Komunikasi
yang harmonis antara guru dan siswa akan membuat siswa merasa
betah berada di kelas.
3. Kuasai seisi  ruangan kelas dengan cermat.  Ini mencegah siswa
yang meninggalkan kelas diam-diam tanpa sepengetahuan guru.
Misalnya saat guru menulis di papan tulis. Oleh sebab itu posisi
berdiri saat menulis di papan tulis tidak membelakang penuh
kepada siswa.
4. Atur siswa yang minta izin meninggalkan kelas. Jangan bolehkan
siswa minta izin lebih dari satu orang secara bersamaan. Melainkan
izinkan secara bergantian satu persatu siswa. Ada semacam budaya
antri untuk minta izin meninggalkan kelas.
5. Jika memungkinkan, siswa yang minta izin supaya menuliskan
nama dan lamanya waktu meninggalkan kelas. Hal ini ditulis di
pojok kanan papan tulis. Jika ada siswa lain yang ingin minta izin,
dapat membaca siapa yang sedang minta izin. Cara seperti ini
membantu guru untuk memantau siswa yang sedang meninggalkan
kelas atau siswa yang bolos.

3. Kesimpulan
Penyebab perilaku membolos siswa Penyebab perilaku membolos
siswa berasal dari faktor internal yaitu bersal dari diri sendiri seperti sakit,
kurang motivasi dalam bersekolah, kurang pengertian mengenai arti
pendidikan, takut karena belum mengerjakan tugas/ada ulangan harian, Ingin
bermain dengan temanteman diluar dan factor eksternal yaitu berasal dari
keluarga dan sekolah seperti keluarga yang kurang mendorong anaknya untuk
pergi kesekolah, dan keluarga yang kurang mengerti arti pendidikan dan
factor yang berasal dari sekolah yaitu sekolah yang terbuka dan tidak ada
penjaga yang membuat siswa leluasa keluar masuk. Persepsi siswa mengenai
perilaku membolos Persepsi siswa mengenai perilaku membolos adalah
ketika ia tidak masuk sekolah tanpa keterangan , tapi hal ini merupakan hal
yang biasa karena prang tua tidak mempermasalhkan hal itu dan juga ada ang
memang tidak inigin bersekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Denok Setiawati, M. K. (2013). STUDI TENTANG PERILAKU MEMBOLOS PADA


SISWA SMA SWASTA DI SURABAYA. Jurnal BK UNESA , 456-457.

Kartini, K. (1991). Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang bermasalah. Jakarta:
Rajawali Press.

http://nasional.kompas.com/read/2012/09/26/02000522/Ketahuan.Membolos..Seo
rang.Siswi.Pingsan

http://cigadoggoblog.blogspot.com/2012/06/makalah-mengatasi-siswa-sering-
bolos.html
KARAKTERISTIK INOVASI

1. Keunggulan relatif

Dalam segi keunggulan, mungkin tulisan ini belum terlalu


memeberikan keuntungan, karena tulisan ini masih memiliki banyak
kekurangan dan masih diperlukan banyak perbaikan untuk menjadi suatu
inovasi yang memberikan keuntungan bagi pengadopsi. Namun setelah
melakukan perbaikan tulisan ini akan memberikan keuntungan, apabila
tulisan ini diterapkan atau diadopsi, yaitu akan brkurang siswa yang
membolos. Karena dalam tulisan ini memberikan solusi yang
memungkinkan siswa merasa nyaman dalam proses belajarnya.

2. Kesesuaian (compatibility)

Tulisan ini dalam proses penerapanya sesuai dengan nilai dan


norma yang berlaku, karena dalam proses penerapanya siswa dituntut
untuk mengikuti kegiatan di sekolah,namun dengan cara memperbaiki
proses pembelajaran yang tidak sesuai dan mempersiapkan segala fasilitas
penunjang agar siswa tersebut mempunyai ruang unttuk mengembangkan
dirinya sehingga siswa tersebut tidak berpikir untuk membolos.

3. Kompleksitas (Complexity)

Dalam proses penerapan tulisan ini tidak terlalu sulit, hanya saja
memerlukan kerja sama antara sekolah, kurikulum, siswa dan orang tua
sehingga hal ini dapatt terwujud. Apabila kerja sama ini tidak berjalan
dengan baik maka hal ini akan mempengaruhi proses pembelajaran.

4. Trialabilitas atau kemampuan uji coba

Tulisan ini dapat di uji cobakan di sekolah yang mengalami banyak


permasalahan ddalam proses pembelajaran terlebih siswa yang sering
melanggar peraturan sekolah. Namun dalam proses uji coba diperluakan
kerja sama yang baik dengan sekolah yang bersangkutan.
5. Dapat diamati (obsevasi)

Hasil dari penerapannya dapat diamati secara langsung, yaitu dapat


dilihat dari perilaku siswa. Apabila siswa yang tadinya sering melanggar
peraturan sekolah, tetapi sekarang telah mengikuti segala kegiatan di
sekolah dengan baik maka tujuan dari tulisan ini tercapaidengan baik.
Namun tulisan ini masih memerlukan banyak perbaikan untuk bisa
menjadi suatu inovasi dan dapat di terapkan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai