Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam

industri proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau

pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang

dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai

keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila

pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai

dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu

mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat

pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan secara kimia,

keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami.

Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem

yang suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi.

Proses ini disebut sebagai perpindahan Kalor (Heat Transfer). Dari titik

pandang teknik (engineering). Salah satu contohnya peristiwa sederhana

adalah proses memasak air yang mana didalamnya terdapat titik didih air

(batas temperature antara fasa liquid dan gas) yang menarik dan memerlukan

analisa yang didasarkan pada ilmu perpindahan Kalor.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas kita mengambil rumusan masalah diantaranya :

1. Apa pengertian dari perpindahan kalor?

2. Apa jenis-jenis perpindahan kalor didih ( boiling liquid) ?

3. Bagaimana perpindahan kalor didih ( boiling liquid) ?

1.3 Tujuan

Dari rumasan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini diantaranya :

1. Mengetahui apa yang dimaksud perpindahan kalor

2. Mengetahui jenis – jenis perpindahn kalor

3. Mengetahui perpindahan kalor pada titik didih air ( boiling liquid)

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda

atau material.Pada termodinamika telah kita ketahui bahwa energi yang

pindah itu dinamakan kalor (heat). Ilmu perpindahan kalor tidak hanya

mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari suatu benda

ke benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi

pada kondisikondisi tertentu. Kenyataan di sini yang menjadi sasaran analisis

ialah masalah laju perpindahan, inilah yang membedakan ilmu perpindahan

kalor dari ilmu termodinamika. (Buchori,2017).

Termodinamika membahas sistem dalam keseimbangan, ilmu ini dapat

digunakan untuk meramal energi yang diperlukan untuk mengubah sistem dari

suatu keadaan seimbang ke keadaan seimbang lain, tetapi tidak dapat

meramalkan kecepatan perpindahan itu. Hal ini disebabkan karena pada waktu

proses perpindahan itu berlangsung, sistem tidak berada dalam keadaan

seimbang. Ilmu perpindahan kalor melengkapi hukum pertama dan kedua

termodinamika, yaitu dengan memberikan beberapa kaidah percobaan yang

dapat dimanfaatkan untuk menentukan perpindahan energi. Sebagaimana juga

7 dalam ilmu termodinamika, kaidah-kaidah percobaan yang digunakan dalam

masalah perpindahan kalor cukup sederhana, dan dapat dengan mudah dikem

bangkan sehingga mencakup berbagai ragam situasi praktis. (Holman,1997)

3
2.2 Jenis Perpindahan Kalor Didih

2.2.1 Mendidih Wadah (Pool Boiling)

Misalkan kita memanaskan air yang ditempatkan pada sebuah wadah

dengan pemanas, maka pada saat temperature air telah mencapai temperature

saturasi disebutlah air tersebut telah mendidih. Seperti yang telah disebutkan, pada

tekanan 1 atmosfer temperature saturasi air adalah 100oC. pada gambar

ditampilkan proses pendidihan saat temperature permukaan pemanas mulai dari

sekitar 103oC sampai dengan 400oC.

A. Pendidihan konveksi alamiah/natural (Garis 0A)

Meskipun air telah mencapai temperature saturasi, tetapi jika temperature

permukaan pemanasnya masih kurang dari 105oC, di dalam air belum akan

terbentuk gelembung-gelembung uap. Oleh karena itu, kasus pendidihan yang

seperti ini dapat dikategorikan sebagai konveksi natural.

B. Nucleate Boiling (Garis A-B-C)

Jika excess temperature dinaikkan lagi, hingga mencapai 30oC, akan

terbentuk gelembung uap, dan namanya akan disebut nucleate boiling. Proses

4
ini dapat dibagi menjadi dua, proses A-B gelembung uap yang terjadi masih

hilang di dalam air atau belum sampai ke permukaan. Pada proses B-C,

gelembung air sudah mempunyai temperature yang cukup untuk lepas ke

permukaan.

C. Transition Boiling (Garis C-D)

Setelah mencapai titik maksimum di C. laju perpindahan panas

diperkirakan akan menurun menuju titik D. Terjadinya penurunan laju

perpindahan panas ini, karena mulai terbentuk kantung-kantung uap di

permukaan pemanas, yang mengurangi koefisien perpindahan panas.

D. Film Boiling ( D ~)

Setelah melalui titik D, diperkirakan di atas permukaan pemanas akan

terbentuk lapisan uap, fenomena ini lah yang menjadi alasan disebut film

boiling.

2.2.2 Flow Boiling

Perbedaan utama bagian ini dengan pool boiling adalah adanya gaya luar

yang mendorong terjadinya aliran fluida. Jenis aliran yang terjadi bisa saja fluida

mendidih mengalir di dalam pipa seperti yang umum dijumpai pada pipa-pipa

boiler, atau aliran fluida yang mendidih di lura pipa. Pada gambar ditunjukkan

mekanisme pendidihan yang terjadi pada aliran fluida di dalam pipa.

5
A.Single Pashe Liquid

Yaitu daerah dimana hanya ada satu fasa tunggal yakni liquid

B.Bubbly Flow

Tepat pada titik (1) mulai terbentuk gelembung-gelembung uap air, menjadi tanda

bahwa proses awal pendidihan dimulai. Pada titik (2), gelembung-gelembung uap

air semakin banyak terbentuk dan membuat aliran gelembung (bubbly flow).

C. Intermediate Flow

Diantara titik (2) dan (3), gelembung-gelembung uap semakin banyak dan

berkumpul membentuk gelembung-gelembung berukuran lebih besar. Aliran yang

dikenal dengan istilah intermediate flow ini memiliki fase bernama saturated

nucleate boiling.

6
D. Annular Flow

Sampai di titik (3), temperatur air semakin tinggi dan mencapai temperatur

saturasinya dan mencapai fase nucleate boiling region. Pada fase ini campuran air

dengan uap air mulai membentuk sebuah aliran yang bergelembung, dan

membentuk lingkaran seperti gelang (annular flow).

E. Mist Flow

Pada titik (4) proses perpindahan panas mencapai CHF (Critical Heat Flux),

dimana lapisan film air pada dinding pipa digantikan dengan lapisan film berupa

uap air.

F. Single Phase Flow

Setelah titik (5), semua air telah terevaporasi dan berubah fase menjadi uap air.

2.3 Perpindahan Kalor Didih ( Boiling Liquid)

Pendidihan adalah sebuah proses perubahan menjadi fasa gas vapor pada

cairan yang dipanaskan.karekteristik yang paling menonjol dari proses mendidih

adalah terbentuknya fasa berupa fasa gas (vapor).Secara umum diketahui , bahwa

temperartur pembentukan gas ( Saturation Temperature Ts), dapat dihitung

dengan pertimbangan tekanan sekitar (P). Saat sebuah tekanan diberikan ,

Saturation temperature dapat diketahui nilainya secara pasti melalui table

termodinamika dan tetap konstan saat mengalai proses pendidihan untuk beberapa

liquid.(Mikhayev,1986)

Biasanya temperatur didih (titik didih ) liquid diasumsikan sama dengan

saturation temperature. Pencobaan menunjukan , bahwa titik didih liquid

7
biasanya terlalu panas ini disebut Tf yang sedikit lebih tinggi dari temperature

saturation Ts . Perbedaan suhu(φ) tertentu selalu ada pada permukaan antara cairan

dan uap. Ini adalah fungsi dari sifat fisik cairan yang terlibat dan intensitas

pembentukan uap, untuk pendidihan air pada kondisi atmosfer adalah ; φ = Tf -Ts=

0.4-0.8 oC.(Mikhayev,1986)

Percobaan diatas menunjukkan temperatur didih (titik didih ) liquid hampir

konstan (Gbr.5.1) pada tingkat cairan permukaan yang dipanaskan. Peningkatan

tajam pada temperature dapat dilihat pada permukaan yang dipanaskan dengan

tebal 2-5 mm. Temperature partikel cairan dalam kontak fisik langsung dengan

permukaan yang dipanaskan . Karenanya , temperarur dari cairan pada permukaan

pemanasan lebih tinggi dari pada saturation temperature , ∆t = Tw-Ts . Nilai dari

∆t naik seiring dengan kenaikan rata – rata dari Perpindahan kalor (q) [ kcal/sq m-

hr]. (Mikhayev,1986)

Melalui pengamatan visual didapatkan bahwa gelembung terbentu hanya pada

permukaan cairan yang dipanaskan,dimana cairan berada pada titik superheated

maximum, dan hanya pada titik tertentu di permuakaan yang disebut sebagai

8
Starting Point. Sifat dari titik awal belum ditetapkan. Hanya diperlihatkan bahwa

gelembung-gelembung gas yang diadsorpsi oleh permukaan dan bagian-bagian

permukaan dimana efek adhesi dapat menjadi titik awal penguapan. Adhesi

didefinisikan sebagai upaya yang diperlukan untuk melepaskan cairan dari

permukaan. (Mikhayev,1986)

Penelitian lebih lanjut menunjukan nilai dari Starting Point (Z) tergantung dari

derajat superheated pada permukaan yang dipanaskan.Kenaikan pada ∆t

memerlukan penigkatan Z , dan intensitas pendidihan. Pada dasarnya , ini

tergantung fenomena tegangan permukaan yang muncul antara liquid dan gas.

(Mikhayev,1986)

Tegangan permukaan didefinisikan sebagai tegangan yang menyebabkan

permukaan cairan bebas berkontraksi; tegangan ini bersinggungan dengan

permukaan. Satuan tegangan permukaan adalah tegangan per satuan panjang garis

batas acak pada permukaan cairan. Tegangan permukaan berkurang dengan

kenaikan suhu dan mencapai nol pada suhu kritis. (Mikhayev,1986)

Perubahan tegangan permukaan dengan suhu dapat diungkapkan oleh rumus

ilmuwan Soviet Bachinsky:

σ = c (γ’- γ’’)4 [Kg/m] (5.1)

dimana γ’ : Gravitasi Spesifik liquid

γ’’: Gravitasi Spesifik dari gas pada temperature saturasi

c : Faktor Proporsional

9
Nama senyawa Tegangan Permukaan pada suhu 20oC

Air 0,00695

Benzene 0,00294

Ethyl alcohol 0,00227

Mercury 0,048

Tabel . Nilai tegangan permukaan dari beberapa cairan

Jika temperature dari air lebih dari 300oC maka dapat di cari dengan

persamaan

γ’− γ’’
σ =0,0071 [Kg/m] (5.2)
1000

Tekanan didalam gelembung P1 lebih tinggi dari paa tekanan di sekitar cairan P

karena tekanan permukaan.Menurut persamaan Laplace, tekanan pada gelembung

yang mempunyai perbedaan dua tekanan dapat dihutung melalui persamaan

berikut :


∆P = P1-P = (5.3)

Dimana ᵨ = Radius Kelengkungan gelembung , m

Tekanan p sesuai dengan temperature saturasi Ts , dan temperatur uap pada

gelembung lebih tinggi dari Ts , karena tekanan P1 melebihi P. Ini jelas bahwa

temperature di dalam gelembung yang terbentuk pada permukaan sama dengan

Tw= Ts+∆T . Karena perbedaan tekanan ∆P = P1-P dimana gelembungya dapat

diekspresikan oleh superheat cairan di dinding ∆T melalui persamaan :

10
∆𝑇 2
∆P = P (Ts+∆T) – P(Ts) = P’∆T + P’’ + …… + P’∆T (5.4)
2

P’dapat dihitung dengan persamaan Clausius – Clapyron:

(𝑑𝑝) 𝑟 𝑥 γ’x γ’’


P’ = s = 𝐴 𝑥 𝑇𝑠 𝑥( γ’− γ’’ ) [ Kg/sq m-oC] (5.5)
(𝑑𝑡)

Dimana 𝑟 : kalor penguapan , kcal/kg


γ’ : Gravitasi Spesifik liquid, Kg/cu m
γ’’: Gravitasi Spesifik dari gas pada temperature saturasi, Kg/cu m
Ts : Temperature Saturasi absolut , o K

Dari persamaan (5-3) (5-4) dapat disimpulkan bahwa pembentukan

gelembung lebih mungkin terjadi pada titik superheat maksimum, yaitu pada

permukaan yang dipanaskan di mana tekanan uap jenuh maksimum.

Lebih lanjut, dari persamaan (5-6) dapat disimpulkan bahwa dalam cairan

mendidih pada setiap perbedaan suhu yang diberikan ∆T, ada radius minimum

yang cukup pasti dari titik lengkung titik di mana pembentukan gelembung uap

dimungkinkan. Namun, pertumbuhan gelembung yang lebih kecil masih tidak

mungkin, karena ᵨ < ᵨmin dan tekanan didalam gelembung melebihi dari

kesetimbangan (∆P> P’∆T).

Persamaan berikut , berdasarkan teori data uji kapilaritas , untuk

menentukan diameter pemisah dalam dari gelembung dalam cairan tenang :

σ
do = 20 x 𝛳 √γ’− γ’’ (mm)

Untuk air mendidih pada permukaan logam formula ini dapat disusun

seperti pada bentuk berikut:

11
𝑦 ′ − 𝑦 ′′ 2
d = 2,65 x √( ) (𝑚𝑚).
1000

Pada tekanan atmosfir (t = 100°C), y’ = 958 kg/cu m, y’’ = 0,58 kg/cu m

dan d = 2,5 mm.

Gelembung yang dihasilkan pada cairan yang didihkan memiliki bentuk

seperti yang tergambar di gambar 5-3 (a), dan secara mudah dapat terpisah dari

permukaan. Jika cairan mendidih tidak membahasi permukaan pemanas, uap

menumpuk dalam bentuk gelembung seperti pada gambar (b).

Gambar 5-3 (a) gelembung uap pada saat membasahi permukaan

(b) gelembung uap pada saat tidak membasahi permukaan.

Karena suhu cairan mendidih t, lebih tinggi daripada suhu saturasi ts,

perpindahan panas intensif antara cairan dan gelembung terjadi dan menyebabkan

gelembung terus tumbuh setelah pemisahannya dari permukaan. Gelembung

meningkat dalam volume puluhan kali, ini tergantung pada waktu naik dan tingkat

cairan superheat. Sketsa dari film yang dibuat dengan kamera gambar bergerak,

diperlihatkan dalam gambar 5-4, memberikan beberapa gambaran tentang laju

peningkatan gelembung 5 sampai 6 kali sepanjang jarak 50 mm dalam seperempat

12
detik. Gambar 5-5 menggambarkan secara grafis ketergantungan d = f(τ) untuk

masing-masing gelembung uap.

Peningkatan ganda dalam volume dari gelembung-gelembung yang

terpisah membuktikan bahwa dari permukaan pemanas panas ditransfer terutama

ke cairan; itu diantarkan ke volume dengan konveksi dan selanjutnya digunakan

untuk menguapkan cairan menjadi gelembung.

Transfer langsung panas dari permukaan pemanas ke uap hanya

dimungkinkan selama pertumbuhan gelembung dan sebelum terlepasnya dari

permukaan. Tetapi, karena area kontak gelembung ke permukaan kecil dan

konduktivitas termal uap yang rendah, hanya sejumlah kecil panas yang dapat

ditransfer ke gelembung pada periode tersebut.

Jika seseorang mengawasi cara dari gelembung berasal, tumbuh dan

terlepas dari salah satu titik awal, orang itu memperhatikan bahwa ada periodisitas

tertentu dalam proses tersebut. Misalnya, dalam salah satu pengujian yang

dilakukan dengan air mendidih di bawah tekanan atmosfer telah dipastikan

dengan bantuan kamera gambar bergerak berkecepatan tinggi bahwa gelembung

yang muncul tetap pada titik awal tetapi untuk interval waktu τ1 = 0,025 detik.

Cairan bercampur di sekitar titik awal setelah gelembung terpisah dari permukaan.

Oleh karena itu, gelembung berikutnya dapat berasal pada titik awal hanya setelah

cairan telah dipanaskan ke suhu yang diperlukan, ini berlangsung selama periode

perkiraan waktu τ1 = 0,025 detik.

13
Gambar 5-4 laju pertumbuhan gelembung uap dalam air mendidih.

Karenanya, waktu pertumbuhan gelembung adalah τ0 = τ1 + τ1 = 0,025 + 0,025 =

0,05 detik dalam kasus ini, dan frekuensi gelembung berasal (atau terpisah dari
1
permukaan pemanas) U = = 20 l/detik. Dalam kondisi atmosfer, semakin kecil
τ0

d, maka semakin tinggi U, dan sebaliknya; U x d = konstan (kurang-lebih).

Produk dari Ud, bagaimanapun, tidak tetap konstan dengan tekanan yang

meningkat, itu dapat berkurang.

Gambar 5-5 variasi gelembung uap dengan waktu.

14
Pertumbuhan gelembung sampai pemisahannya lalu pergerakan

selanjutnya menyebabkan sirkulasi dan pencampuran cairan di permukaan, ini

menghasilkan peningkatan tajam dalam laju perpindahan panas dari permukaan ke

cairan. Oleh karena itu, semakin tinggi frekuensi gelembung terlepas dari

permukaan U dalam cairan mendidih dan semakin besar jumlah titik awal Z,

semakin besar perpindahan panas menjadi, yaitu semakin tinggi koefisien

perpindahan panas α, yang terakhir adalah fungsi dari Δt atau q, untuk nilai-nilai

U dan Z tergantung pada perbedaan suhu Δt.

Kurva tipikal yang mengekspresikan koefisien perpindahan panas yang

diplotkan terhadap perbedaan suhu Δt ditunjukkan pada gambar 5-6. Di wilayah

AB perbedaan suhu rendah dan laju aliran panas yang rendah. Koefisien

perpindahan panas kecil ini ditentukan .

Gambar 5-6 variasi fluks panas dan koefisien perpindahan panas

dalam air mendidih dengan perbedaan suhu.

15
oleh konveksi bebas cairan fase tunggal. Untuk air wilayah ini dibatasi oleh

perbedaan suhu Δt≈5°C dan laju perpindahan panas yang sesuai q≈5x103 kkal/sq

m-hr. Di wilayah BC, intensitas perpindahan panas adalah fungsi konveksi cair

yang dihasilkan dari pertumbuhan dan gerakan gelembung. Disini koefisien

perpindahan panas α meningkat pesat dengan meningkatnya perbedaan suhu Δt

dan mencapai nilai yang sangat tinggi. Mode pendidihan ini disebut nukleat,

karena intensitas proses ditentukan terutama oleh kehadiran dan gerakan

gelembung.

Dalam ilustrasi gambar 5-7 dan 5-8 menunjukkan nilai-nilai α diplot

dengan q untuk air dan benzena dalam nukleat intensif yang mendidih pada

tekanan yang berbeda. Kurva didasarkan pada data uji. Berdasarkan itu dan analog

data,

kkal
α = A x 𝑞 0.7 = B x Δ𝑡 2,55 [ m − hr − °C].
sq

Pada titik C mode dari perubahan didih dan koefisien perpindahan panas α

turun tajam dengan meningkatnya perbedaan suhu Δt. Ini disebabkan oleh fakta

bahwa dalam zona didihnukleat angka jumlah titik awal atau nuclei terus

meningkat dengan naiknya Δt dan pada akhirnya ada begitu banyak titik awal

sehingga gelembung-gelembung asal bergabung untuk membentuk film uap yang

memisahkan cairan dari permukaan yang dipanaskan. Rezim mendidih ini

didefinisasikan sebagai didih film.

Film uap, tentu saja tidak stabil; itu pecah secara terus menerus menjadi

beberapa bagian dan terpisah dari permukaan dalam bentuk gelembung besar,

dengan film baru terbentuk pada permukaan yang dibebaskan. Karena itu, momen

16
ketika nukleasi berubah menjadi film didih bergantung pada sifat fisik cairan didih

dan kondisi hidrodinamik dimana proses terjadi, terutama pada intensitas

sirkulasi.

Gambar 5-7 α = ! (q, ?) untuk air dan gambar 5-8 α = f(q, p) untuk benzena

Nilai-nilai perbedaan suhu, koefisien perpindahan panas dan laju aliran

panas per satuan luas dimana pendidihan nukleasi berubah menjadi pendidihan

film disebut kritis atau puncak. Nilai-nilai ini berbeda untuk cairan yang berbeda

pula; misalnya, untuk air yang mendidih di bawah tekanan atmosfer dan konveksi

alami Δtcr = 25°C, αct = 5x103 kkal/sq m-hr-°C dan qpuncak = 1,25x104 kkal/sq m-

hr; untuk benzena didih dalam kondisi yang sama Δtcr = 47°C, αct = 8,5x103

kkal/sq m-h-°C dan qpeak = 4x105 kkal/sq m-hr. Perbedaan suhu kritis berkurang

dengan meningkatnya tekanan.

Pembentukan keberadaan perbedaan suhu kritis sangat penting untuk

secara praktik. Ini dapat digunakan untuk memilih kondisi suhu optimal untuk

pendidih dan evaporator dimana panas dipindahkan dari satu cairan pada suhu ts

ke cairan lain yang mendidih pada suhu ts. Perbedaan suhu keseluruhan dan laju

perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan menaikkan suhu cairan pemanas.

17
Bahwa bagaimanapun, hanya benar sampai tw – ts < Δtcr pada sisi cairan didih;

pada tw – ts > Δtcr peningkatan suhu pemanasan menyebabkan penurunan tajam

dalam kapasitas peralatan karena perubahan didih nukleasi menjadi didih film dan

koefisien perpindahan panas menurun tajam. Oleh karena itu, kondisi suhu

peralatan ketel harus diperiksa dengan teliti.

Dalam bagiannya, bagaimanapun sering ada kasus ketika laju aliran panas

q diberikan, ini menjadi ciri khas dinding air tanur ketel uap, penukar panas

listrik, dll. Pada suhu q>qpeak suhu dinding logam naik tajam ke nilai yang tidak

dapat diterima. Oleh karena itu, dalam menghitung perangkat ketel, seseorang

harus tahu tidak hanya Δtcr, tetapi juga nilai qpeak nya harus sesuai, karena yang

terakhir dalam kebanyakan kasus adalah batas atas dari fluks panas yang

permukaan pemanasnya dikenakan selama pendidihan.

Kurva khas yang menunjukkan q diplot sebagai fungsi Δt diperlihatkan

pada gambar 5-6. Pada titik D dimana Δt=Δtcr kurva berada pada titik tertinggi,

dan titik ini menentukan fluks panas puncak qpeak.

Menurut data uji , fluks panas puncak qpeak pertama meningkat tajam,

mencapai maksimum tertentu dengan meningkatnya tekanan, kemudian turun ke

nol pada tekanan kritis. Kurva pada gambar 5-9 menyatakan rasio p/pcr (tekanan

relatif) yang diplot dengan qpeak, p/qpeak tipikal dari banyak cairan. Disini pcr adalah

tekanan kritis; qpeak, fluks panas puncak p pada qpeak adalah fluks panas puncak

pada p = 1 ata. Kurva maksimum pada nilai variabel berikut; qpeak, p/qpeak = 3,2

dan p/pcr = 0,35.

18
Gambar 5-9 variasi fluks panas puncak dengan tekanan untuk air.

Jika data ini diterapkan pada air (pcr = 225 ata), akan terlihat bahwa qpeak

tertinggi = 4x105 kkal/sq m-hr harus terjadi pada p = 80 ata. Untuk benzena (pcr =

49,7 ata) qpeak = 1,28x104 kkal/sq m-hr pada p = 17,5 ata.

Selain menentukan ketergantungan koefisien perpindahan panas pada fluks

panas atau pada perbedaan suhu (lihat persamaan (5-9)), tes khusus membantu

untuk menentukan ketergantungan koefisien perpindahan panas pada tegangan

permukaan dan viskositas cairan. Tes dilakukan dengan air di bawah tekanan

atmosfer dan q = 5x103 kkal/sq m-hr. Tegangan permukaan bervariasi dari 6x10-3

hingga 2,9x10-3 kg/m, yaitu dua kali, melalui penambahan.

Gambar 5-10 variasi fluks panas dalam air mendidih, tergantung pada perubahan

tegangan permukaan pada q = 2x105 kkal/sq m-hr.

19
alkohol isoamyl (hingga 2 persen). Koefisien viskositas diubah dengan

melarutkan gula (hingga 60 persen) dalam air, sebagai hasilnya, viskositas

berubah 11,8 kali. Hasil uji ditunjukkan secara grafik dalam gambar 5-10 dan 5-

11. Analisis kurva akan menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas cairan

didih berkurang dengan meningkatnya tegangan permukaan dan koefisien

viskositas.

𝛼 ≈ 𝜎 0,32 𝑑𝑎𝑛 𝛼 ≈ 𝜎 0,45

(5-10)

Karena perpindahan panas dalam cairan mendidih adalah proses yang

sangat kompleks yang tergantung pada sejumlah besar parameter individu,

hubungan yang terungkap (5-9) dan (5-10) dengan sendirinya tidak penting, tetapi

mereka sangat membantu dalam menemukan hubungan tanpa dimensi untuk

proses yang sedang diselidiki.

Gambar 5-11 variasi fluks panas dalam air mendidih, tergantung pada perubahan

koefisien viskositas pada q = 2x105 kkal/sq m-hr.

Proses perebusan yang dijelaskan di atas secara kualitatif benar untuk

setiap cairan yang membasahi permukaan pemanas. Namun demikian, seseorang

20
tidak boleh memperluas hasil kuantitatif yang diperoleh dalam tes individual dan

diketahui dari literatur ke cairan dan tekanan lainnya: data ini hanya berlaku untuk

cairan yang diuji dan untuk kondisi dimana pengujian individual dilakukan.

Perpindahan panas dalam cairan mendidih merupakan proses yang sangat

kompleks. Oleh karena itu muncul dalam menemukan istilah tanpa dimensi dan

membangun hubungan tanpa dimensi. Setiap penulis memiliki cara sendiri untuk

memecahkan masalahnya. Tidak semua cara-cara ini sepenuhnya dibenarkan.

Generalisasi yang dibuat oleh ilmuwan soviet G. N. Kruzhilin adalah yang paling

konsisten dan valid seara fisik dari semua saran untuk menyelesaikan masalah.

Mulanya Ia mempertimbangkan kondisi dari perpindahan panas dimana

hanya ada satu titik mula. Dalam kasus ini, proses sepenuhnya menggunakan

persamaan aliran, konduktifitas dan kontinuitas dari fasa liquid saja. Rumus ini

harus dilengkapi dengan persamaan ekspresif dari pertumbuhan dan gerakan

gelembung uap. Ini penting untuk memperhitungkan interaksi dari masing-masing

gelembung, untuk biasanya kebanyakan titik mulanya di permukaan pemanas.

Interaksi pada titik mula dihitung untuk mengasumsikan bahwa pada momen itu

gelembung membentuk jari-jari kelenkungannya, jari-jari permukaan yang tidak

teratur disebut sebagai titik mula

21
Setelah mengerjakan data dari hasil uji, Kruzhilin menyarankan persamaan

tak berdimensi berikut berdasarkan serangkaian persamaan yang disebutkan :

𝜎
Dimana, = √𝛾′ −𝛾" , proporsional untuk diameter d0, dari gelembung yang

terlepas sendiri dari permukaan, diambil sebagai dimensi linear, sifat fisik dari

liquid diterapkan ke fasa liquid pada temperatur saturasi fs.

22
Persamaan tanpa dimensi (5-11) dan (5-12) mengekspresikan data uji yang

diperoleh dengan cairan mendidih dalam volume besar dalam kondisi konveksi

bebas. Persamaan ini tidak memperhitungkan efek sirkulasi paksa. Ukuran dimana

cairan tidak dipanaskan sampai temperature saturasi, dan sifat basah cairan.

Akibatnya, hal tersebut memerlukan klarifikasi lebih lanjut dan ekstensi dari

rentang aplikasinya. Namun demikian persamaan yang diperoleh cukup menarik,

karena mereka membuktikan bahwa adalah munkin untuk menggeneralisasikan

data uji yang berkaitan dengan proses yang kompleks, seperti mendidih dan

mempertimbangkan untuk memperluas kemungkinan menghitung perpindahan

panas untuk berbagai cairan mendidih. Memperluas dan menyajikan persamaan

diatas dalam bentuk tanpa dimensi, kami mendapatkan hubungan berikut

23
Untuk koefisien perpindahan panas :

Satuan dalam rumus diatas adalah kg-s/sq m untuk µ dan kg, m, jam, kcal,

C untuk semua parameter lainnya. Disini α dan qpeak dianggap sebagai fungsi
o

sifat fisik saja. Oleh karena itu, rumus dapat digunakan (dalam rentang aplikasi

mereka) untuk menghitung α dan qpeak, sama seperti αcr dan Δtcr untuk semua

cairan dan tekanan, asalkan tersedia data yang dapat diandalkan tentang sifat yang

tersedia.

Hasil dari beberapa kalkulasi untuk air ditampilkan dalam grafik dalam

bentuk hubungan α = I (Δt, p) dan dalam gambar 5-13 α = f (q, p). Grafik

menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas meningkat dan perbedaan

temperature kritis berkurang dengan meningkatnya tekanan, sementara fluks

panas puncak pertama meningkat dengan tekanan hinga 80 ata, lalu menurun

tajam, mendekati nol pada p =pcr. Variasi dari qpeak, Δtcr dan αcr dengan tekanan

ditampilkan dalam (5.14). Perhitungan rumus selanjutnya, berdasarkan grafik

direncanakan untuk rentang tekanan dari p = 0.2 ke p = 100 ata, mungkin

direkomendasikan untuk koefisien perpindahan panas dari air dalam nucleate

boiling :

24
Rumus perhitungan yang sederhana dan mudah seperti itu dapat diturunkan

dari persamaan (5.13) dan (5.14) untuk setiap cairan; rumus-rumus ini tidak dapat

diterapkan di daerah kritis. Sebagai kesimpulan, mari kita juga

mempertimbangkan pembaharuan panas dalam cairan mendidih pada parameter

individu dari proses tersebut. Pengalaman menunjukkan bagaimana perubahan

panas dalam cairan mendidih berbeda untuk cairan yang berbeda. Perbedaan ini

tergantung kepada sifat fisik liquid. Ketergantungan perpindahan panas pada

tekanan juga ditentukan oleh variasi sifat dengan temperature. Oleh karena itu

sangat penting untuk mengetahui tempat dan signifikasi setiap sifat fisik dalam

proses yang dipelajari. Secara eksperimental sangat sulit untuk menentukan efek

individu dari banyaknya sifat dari proses dari perpindahan panas. Tetapi, seperti

yang dikatakan dalam Sec. 2-4, ini dapat diselesaikan dengan menganalisa

hubungan umum yang menggambarkan proses.

25
Ini merujuk dari persamaan (5-13) bahwa intensitas perpindahan panas

paling dipengaruhi oleh fluks panas, gravitasi spesifik cairan mendidih dan

kondukticitas termal: intensitas perpidahan panas meningkat dengan

meningkatnya nilai-nilai ini. Dari persamaan (5-14) dapat dilihat bahwa fluks

panas puncak terutama tergantung pada perbedaan dalam gravitasi spesifik cairan

dan uap, konduktifitas termal cairan, temperature didih absolut, panas penguapan

dan panas. Gravitasi spesifik dari uap; fluks panas puncak naik dengan nilai-nilai

ini. Semua kesimpulan ini, bagaimanapun, hanya berlaku untuk cairan

pembasahan. Dalam hal cairan tidak basah, gelembung gelembung menyebar ke

permukaan, bergabung dan membentuk lapisan uap kontinu.

Perpindahan panas yang efisien dan fluks panas puncak sangat tergantung

pada kondisi di mana vapor yang dihasilkan terpisah dari permukaan pemanas.

26
Kondisi ini paling disukai dalam kasus permukaan pemanasan horizontal, sisi

dingin menghadap ke atas. (5-11) hingga (5-15) berlaku untuk kondisi seperti itu

saja. Jika sisi di dinginkan dari pelat leating menghadap ke bawah, kondisi

dimana uap terpisah dari permukaan memburuk dengan tajam dan panas puncak

melonjak dua kali lipat (40 persen, lebih tepatnya).

Bentuk dan ukuran permukaan panas dan ketinggian cairan di atasnya

praktis tidak terpengaruh pada intensitas dari perpiundahan panas.

Ada pandangan yang agak meluas bahwa bahan dan kondisi permukaan

pemanas sangat mempengaruhi intensitas transier panas dalam cairan boilling.

Namun, pengaruh faktor-faktor ini hanya pada tahap awal saja, sementara

permukaannya masih baru. Seiring waktu oksidasi pengotoran dan penskalaan

menghilangkan perbedaan antara permukaan irreguler dan halus.

Jika proses boiling terjadi dalam ruang terbatas tabung, misalnya kondisi

yang dijelaskan tetap berlaku, meskipun sejumlah faktor baru muncul. Dalam

kasus tabung arrangement sangat penting dan kadang-kadang, itu sangat penting

karena posisi pelumas di ruang makan sangat mempengaruhi sifat gerak dan

kecepatan di mana cairan mendidih bergerak.

27
Selain itu, perpindahan panas tergantung pada kandungan uap dalam

cairan. Telah ditemukan melalui penelitian khusus bahwa gerakan campuran uap

air berbeda sesuai dengan rasio uap air : campuran bergerak sebagai emulsi

homogen atau dalam dan uap (gam,bar 5-15). Dalam beberapa kasus, air bergerak

ke atas perimeter, di dinding dan uap tengah di tengah tabung. Di yang lain, kedua

aliran tidak tergantung cairan bergerak di satu bagian tabung dan uap di bagian

lain tabung.

Pengetahuan kami tentang proses pendidihan didalam tabung masih jauh

dari memadai dan belum bisa menjadi rumitnya kondisi hidrodinamik dimana

proses tersebut terjadi. Oleh karena itu, perhitungan koefisien perpindahan panas

dan fluks panas puncak untuk cairan yang mendidih di dalam tabung harus

didasarkan pada data khusus yang diperoleh dalam pengujian yang dilakukan

dengan cairan yang sama dalam kondisi yang sesuai. Dalam kasus dimana tidak

ada data tersebut tersedia, urutan besarnya yang tidak diketahui (α dan 𝑞𝑝𝑒𝑎𝑘 ).

28
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan tentang perpindahan kalor pada titik didih air (

boiling liquid) dapat disimpulkan bahwa Perpindahan kalor (heat transfer)

ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena

adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. Sedangkan titik

didih air adalah sebuah proses perubahan menjadi fasa gas vapor pada

cairan yang dipanaskan.

Karekteristik yang paling menonjol dari proses mendidih adalah

terbentuknya fasa berupa fasa gas (vapor).Secara umum diketahui , bahwa

temperartur pembentukan gas ( Saturation Temperature Ts), dapat dihitung

dengan pertimbangan tekanan sekitar (P). Setelah itu didapatkan berbagai

jenis titik didih air yakni pool boiling dan flow boiling.

3.2 saran

Dari pembahasan yang diatas tadi kita bisa mempelajari tentang

perpindahan kalor pada titik didih air. Kita juga bisa mempelajarinya lebih

dalam lagi dan kita juga bisa menerapkannya. Semoga makalah ini mampu

digunakan sebagai pembanding dari hasil tugas makalah tentang

perpindahan kalor pada titik didih air dan sebagai rujukan mahasiswa

maupun civitas academia untuk pembelajaran mengenai perpindahan kalor

pada titik didih air.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita , H.2017, Perpindahan Panas dan Massa , Medan : Intelegensia

media

Mikheyev, M.. 1986 ,Fundamentals of Heat Transfer, Moscow: John Willey & Sons

Inc

30

Anda mungkin juga menyukai