Anda di halaman 1dari 21

EVAPORASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja evaporasi
- Mahasiswa dapat mengoperasikan alat evaporasi

II. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
- Satu set alat evaporator
- Gelas Ukur
- Gelas Kimia
- Pengaduk
- Corong
- Ember / baskom
B. BAHAN
- Gula
- Air suling

III. DASAR TEORI


Proses Evaporasi adalah proses untuk memisahkan pelarut dengan proses
penguapan dari padatan (zat terlarut) yang tidak volatil (tidak mudah menguap). Inti
dari proses ini adalah terjadinya perubahan fasa dari fasa cair menjadi fasa uap, suatu
proses yang membutuhkan energi yang relatif besar. Evaporasi dilaksanakan dengan
cara menguapkan sebagian dari pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh
larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada
evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa
campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen-
komponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang dipentingkan,
sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Sebagai contoh adalah
pemekatan larutan susu, sebelum dibuat menjadi susu bubuk. Beberapa sistem
evaporasi bertujuan untuk mengambil air pelarutnya, misalnya dalam unit desalinasi
air laut untuk mengambil air tawarnya.
Perlu diperhatikan bahwa titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan.
Makin tinggi tekanan, maka titik didih juga semakin tinggi. Hubungan antara titik
didih dengan tekanan uapnya dapat dirumuskan dengan persamaan Antoine :
B
log (P°) = A −
C+t
Untuk air : A = 6,96681; B = 1668,21; C = 228, dimana P° dalam cmHg dan t
dalam ℃
Titik didih larutan yang mengandung zat yang sulit menguap akan tergantung
pada tekanan dan kadar zat tersebut. Pada tekanan yang sama, makin tinggi kadar
zat, makin tinggi titik didih larutannya. Beda antara titik didih larutan dengan titik
didih pelarut murninya disebut kenaikan titik didih (boiling point rise)
Dalam evaporator, terjadi 3 proses penting yang berlangsung simultan, yaitu :
(a) Transfer panas
(b)Penguapan (transfer massa)
(c) Pemisahan uap dan cairan
Penguapan umumnya berlangsung cepat, sehingga tidak mengontrol kecepatan
keseluruhan proses. Penguapan cairan pada evaporator ukuran standar sudah
dirancang oleh manufacturer sedemikian rupa sehingga untuk jumlah penguapan
dalam evaporator tersebut, pemisahan uap-cairan sudah bisa berjalan dengan baik.
Jadi untuk perhitungan / perancangan evaporator (bentuk standar), yang perlu
diperhatikan hanyalah kecepatan transfer panasnya. Untuk perhitungan kecepatan
transfer panas, diperlukan hitungan neraca massa dan neraca panas.
Penyelesaian praktis terhadap masalah evaporasi sangat ditentukan oleh
karakteristik cairan yang akan dikonsentrasikan. Beberapa sifat penting dari zat cair
yang dievaporasikan :
1. Konsentrasi
Walaupun cairan encer diumpankan ke dalam evaporator mungkin cukup encer
sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika konsentrasinya
meningkat, larutan itu akan makin bersifat individual. Densitas dan viskositasnya
meningkat bersamaan dengan kandungan zat padatnya, hingga larutan itu menjadi
jenuh, atau jika tidak, menjadi terlalu lamban sehingga tidak dapat melakukan
perpindahan kalor yang memadai. Jika zat cair jenuh dididihkan terus, maka akan
terjadi pembentukan kristal, dan kristal ini harus dipisahakan karena bisa
menyebabkan tabung evaporator tersumbat. Titik didih larutanpun dapat meningkat
dengan sangat bila kandungan zat padatnya bertambah, sehingga suhu didih larutan
jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih air pada tekanan yang sama.
2. Pembentukan Busa
Beberapa bahan tertentu, lebih-lebih zat-zat organik, membusa (foam) pada
waktu diuapkan. Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama uap, dan
menyebabkan banyaknya bahan yang terbawa-ikut. Dalam hal-hal yang ekstrem,
keseluruhan massa zat cair itu mungkin meluap ke dalam saluran uap keluar dan
terbuang.
3. Kepekaan Terhadap Suhu
Beberapa bahan kimia berharga, bahan kimia farmasi dan bahan makanan
dapat rusak bila dipanaskan pada suhu sedang selama waktu yang singkat saja.
Dalam mengkonsentrasikan bahan-bahan seperti itu diperlukan teknik khusus untuk
mengurangi suhu zat cair dan menurunkan waktu pemanasan.
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan kerak pada permukaan pemanasan. Hal
ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin berkurang, sampai
akhirnya operasi evaporator terpaksa dihentikan untuk membersihkannya. Bila kerak
itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu tidak mudah dan memakan biaya.
5. Bahan Konstruksi
Bilamana mungkin, evaporator itu dibuat dari baja. Akan tetapi, banyak larutan
yang merusak bahan-bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan itu. Karena
itu digunakan juga bahan-bahan kondtruksi khusus, seperti tembaga, nikel, baja tahan
karat, aluminium, grafit tak tembus dan timbal. Oleh karena bahan-bahan ini relatif
mahal, maka laju perpindahan kalor harus harus tinggi agar dapat menurunkan biaya
pokok peralatan.
Oleh karena adanya variasi dalam sifat-sifat zat cair, maka dikembangkanlah
berbagai jenis rancang evaporator. Evaporator mana yang dipilih untuk suatu
masalah tertentu bergantung terutama pada karakteristik zat cair itu.

Ada dua metode pada evaporator yaitu :


1. Operasi Efek Tunggal (Single-Effect Evaporation)
Hanya menggunakan satu evaporator dimana uap dari zat cair yang mendidih
dikondensasikan dan dibuang. Walaupun sederhana, nemun proses ini tidak efektif
dalam penggunaan uap.
2. Operasi Efek Berganda (Multiple-Effect Evaporation)
Metode yang umum digunakan untuk meningkatkan evaporasi perpon uap
dengan menggunakan sederetan evaporator antara penyediaan uap dan kondensor.
Jika uap dari satu evaporator dimasukkan ke dalam rongga uap (steam chest)
evaporator kedua, dan uap dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam kondensor,
maka operasi itu akan menjadi efek dua kali atau efek dua (doubble-effect). Kalor
dari uap yang semula digunakan lagi dalm efek yang kedua dan evaporasi yang
didapatkan oleh satu satuan massa uap yang diumpankan ke dalam efek pertama
menjadi hampir lipat dua. Efek ini dapat ditambah lagi dengan cara yang sama.
Untuk bisa memahami proses evaporasi ini, maka diperlukan pengetahuan
dasar tentang neraca massa dan neraca energi untuk proses dengan perubahan fasa.
Salah satu alat yang menggunakan prinsip ini adalah alat pembuat aquades ( auto still
). Pada pembuatan aquades ini, air ( pelarut ) dipisahkan dengan dari padatan
pengotornya ( Padatan pengotor tidak volatil ) dengan proses penguapan. Pada
praktikum ini penekanannya pada pengguaan neraca massa dan neraca energi untuk
mengetahui performance dari suatu unit operasi, dan mendapatkan kondisi optimal
proses.
Neraca Massa ( keadaan steady ) adalah
Kecepatan massa masuk – Kecepatan massa keluar = 0
Neraca Energi ( keadaan steady ) adalah
Kecepatan panas masuk – Kecepatan panas keluar = 0
Entalpi ( H )
Isi panas dari satu satuan massa bahan dibandingkan dengan isi panas dari
bahan tersebut pada suhu referensinya.
Entalpi Cair pada suhu T ( hl pada T )
Hl = Panas Sensibel
= Cp1( T – TR )
Entalpi Uap pada suhu T ( HV pada T )
HV = Panas Sensibel Cair – Panas Laten (Panas Penguapan) + Panas Sensibel
uap
= Cp1 ( Tb – TR ) – λ . CpV ( T – Tb )

hl = entalpi spesifik keadaan cair  kJ 


 Kg 
HV = entalpi spesifik keadan uap  kJ 
 Kg 
 

Cp1 = kapasitas panas bahan dalam keadan cair kJ , untuk air


Kg0C

= 4,182 kJ
0
Kg C

CpV = kapasitas panas bahan dalam keadan uap kJ , untuk uap air
Kg0C

suhu menengah = 1,185 kJ


0
Kg C

T = suhu bahan dalam ( °C )


TR = suhu referensi, pada “steam table” digunakan 0 °C
Tb = titik didih bahan ( °C )
λ = panas laten / panas penguapan bahan, untuk air pada suhu 100 °C =
2260,16 kJ
Kg

Neraca Massa Total Keadaan Steady State


Kecepatan Massa Masuk = Kecepatan Massa Keluar
FT = O + D ……………………………………………………(1)

Neraca Energi Total Keadaan Steady State


Kecepatan Panas Masuk = Kecepatan Panas Keluar
Panas dibawa pendingin + Panas dari Heater = Panas dibawa Over Flow +
Panas dibawa Distilat – Panas hilang ke lingkungan.
FT . Cp1 ( TFT – TR ) + Q = O . Cp1 ( TO – TR ) + D . Cp1 ( TD – TR ) + Qloss…(2)

Neraca Energi di Pendingin


Panas dibawa air pendingin masuk + Panas dibawa uap masuk = Panas dibawa
Distilat keluar + Panas dibawa air pendingin keluar.
FT . Cp1 ( TFT – TR ) + V. HV = D . Cp1 ( TD – TR ) + ( O + FB ) . Cp1 . ( TO – TR )
Karena FB = V = D
O + FB = O + D = FT
FT . Cp1 ( TFT – TR ) + V. HV = D . Cp1 ( TD – TR ) + FT. Cp1 . ( TO – TR ) …...(3)
Neraca Energi di Boiler
Panas dari Heater = Panas dibawa Uap + Panas hilang ke lingkungan
Q = V . HV + Qloss, karena V = D, maka
Q = D . HV + Qloss ….………………………………..( 4 )
HV = Cp1 . ( Tb – TR ) + λ + CpV . ( T – Tb ), karena T = Tb = 100 °C
HV = Cp1 . ( 100 – TR ) + λ ………………………………….( 5 )

Faktor-faktor yang mempercepat proses evaporasi :


1. Suhu; walaupun cairan bisa evaporasi di bawah suhu titik didihnya, namun
prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini terjadi
karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan demikian,
semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang terserap untuk
mempercepat evaporasi.
2. Kelembapan udara; jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering.
Semakin kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin
cepat evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di
ruang terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di dalam
botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering di daerah
kelembapan udaranya rendah.
3. Tekanan; semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi.
Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah dikosongkan
(tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara; pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang
sirkulasi udara atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air. Hal
ini sama saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan; cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat
daripada cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357°C
lebih susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35°C.
Diagram Pemanasan Air

Kalor sensibel adalah kalor yang dibuthkan untuk menaikan suhu air. Bila kita
memanaskan suhu air maka secara perlahan suhu air akan terus naik dan pada suatu
titik akan mendidih. Kalor sensibel bisa diliat pada grafik di atas, yaitu garis yang
semakin naik. Kalor sensibel bisa dicari dengan menggunakan rumus :
Q = m c (T2-T1)
Dimana :
m = massa benda
c = panas jenis
(T2-T1)= perbedaan jenis

Kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan untuk menguapkan wujud zat, dai es
menjadi air, dari air menjadi uap dan sebagainya. Bila air suda mencapai titik
didihnya lalu dipanaskan terus, suhu air tidak akan naik melainkanwujudnya akan
berubah. Kalor laten ditunjukan oleh garis mendatar pada grafik di atas. Kalor laten
bisa dicari dengan menggunakan rumus :
Q=mL
Dimana :
m = massa benda
L = kalor lebur benda
IV. LANGKAH KERJA
4.1. Pembuatan Larutan Gula
1. Menimbang gula sebanyak 750 gram
2. Mencampurkan gula dengan air keran sebanyak 4 liter
3. Mengaduk sampai campuran homogen

4.2. Proses Evaporasi


1. Menghubungkan evaporator pada stop kontak
2. Menghidupkan main evaporator dengan menekan tombol pada bagian samping
tombol papan
3. Memanaskan heater dengan memutar tombol heater ke kanan
4. Menguapkan larutan gula
5. Mencatat waktu dan suhu ketika terbentuk bubble pertama
6. Mencatat T boiler, T in condensat, dan T out condensat setiap 5 menit
7. Menghitung volume cairan hasil evaporasi
8. Ketika semua proses selesai, tombol heater diatikan dengan memutar tombol
kearah kiri
9. Mematikan main operator dengan memutarnya ke posisi off
10. Mencabut kabel evaporator pada stop kontak
11. Menunggu sampai kondisi evaporator dalam keadaan suhu ruang, kemudian
mematikan kondenser.

V. DATA PENGAMATAN
5.1. Minggu Ke-1
Molaritas Mol
Massa Fraksi
Volume Larutan Indeks
Gula gula air Mol Gula
air (ml) Gula Bias
(gr) (Xs)
( M)
0 10 0 0 0,5556 0 1,332

0,5 10 0,15 0,0015 0,5556 0,0027 1,338

1 10 0,29 0,0029 0,5556 0,0052 1,346

1,5 10 0,44 0,0044 0,5556 0,0079 1,352

2 10 0,58 0,0058 0,5556 0,0103 1,359


5.2. Minggu ke 2
 Tabel Proses Evaporasi
Waktu Temperatur Boiler Tin Condenser Tout Condenser
(menit) (0C) (0C) (0C)
28,9 63 20,8 23,0
28,9 83 10,5 21,3
29,0 98 17,3 20,1
29,1 101 16,8 19,8
29,1 101 17,5 28,4
29,3 101 18,2 28,9
Rata-rata 91,166 18,18 23,58

 Tabel Analisa Sampel


Sampel Massa (gr) Volume (ml) 𝝆 (gr/ml) µ (𝝋) Indeks Bias
Umpan 4332,8 4000 1,0832 121,4 1,366
Kondensat 1544,2 1510 1,0227 97 1,331
Residu 2621,2 2430 1,0787 1252,64 1,368

VI. DATA PERHITUNGAN


6.1. Minggu Ke-1
6.1.1. Perhitungan molaritas larutan gula (M)
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
M= ×
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Dimana BM gula (C12H22O11) = 342 gr/mol
a. Pada saat massa gula = 0 gr
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= ×
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 10 𝑚𝑙

= 0 mol/L
b. Pada saat massa gula = 0,5 gr
0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= ×
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 10 𝑚𝑙

= 0,15 mol/L
c. Pada saat massa gula = 1 gr
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= ×
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 10 𝑚𝑙

= 0,29 mol/L
d. Pada saat massa gula = 1,5 gr
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= ×
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 10 𝑚𝑙

= 0,44 mol/L
e. Pada saat massa gula = 2 gr
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= ×
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 10 𝑚𝑙

= 0,58 mol/L

6.1.2. Perhitungan mol


6.1.2.1. Mol gula (C12H22O11)
𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol = , dimana BM gula (C12H22O11) = 342 gr/mol
𝐵𝑀
a. Mol pada 0 gr
0 𝑔𝑟
Mol = = 0 mol
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

b. Mol pada 0,5 gr


0,5 𝑔𝑟
Mol = = 0,0015 mol
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

c. Mol pada 1 gr
1 𝑔𝑟
Mol = = 0,0029 mol
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

d. Mol pada 1,5 gr


1,5 𝑔𝑟
Mol = = 0,0044 mol
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

e. Mol pada 2 gr
2 𝑔𝑟
Mol = = 0,0058 mol
342 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

6.1.2.2. Mol air (H2O)


𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol = , dimana BM air (H2O) = 18 gr/mol
𝐵𝑀
Gram H2O = ρ H2O × V H2O
= 1 gr/ml × 10 ml
= 10 gram
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol H2O = = 0,5556 mol
18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

6.1.3. Perhitungan fraksi mol gula (Xt)


𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑢𝑙𝑎
Xt = =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑢𝑙𝑎 + 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟

a. Fraksi mol gula (Xt) pada 0 gr


0 𝑔𝑟𝑎𝑚
Xt = = 0 mol
0 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0,5556 𝑚𝑜𝑙

b. Fraksi mol gula (Xt) pada 0,5 gr


0,5𝑔𝑟𝑎𝑚
Xt = = 0,0027 mol
0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0,5556 𝑚𝑜𝑙

c. Fraksi mol gula (Xt) pada 1 gr


1 𝑔𝑟𝑎𝑚
Xt = = 0,0052 mol
1 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0,5556 𝑚𝑜𝑙

d. Fraksi mol gula (Xt) pada 1,5 gr


1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Xt = = 0,0079 mol
1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0,5556 𝑚𝑜𝑙

e. Fraksi mol gula (Xt) pada 2 gr


2 𝑔𝑟𝑎𝑚
Xt = = 0,0103 mol
2 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0,5556 𝑚𝑜𝑙

6.1.4. Perhitungan persamaan garis lurus


X Y X2 X.Y
1,332 0 1,7742 0
1,338 0,0027 1,7902 0,003613
1,346 0,0052 1,8117 0,006999
1,352 0,0079 1,8279 0,010681
1,359 0,0103 1,8469 0,013998
∑X = 6,727 ∑Y = 0,0261 ∑ X2 = 9,0510 ∑X.Y = 0,03529
y = mx + C
𝑛(∑XY) −(∑X) (∑Y)
m=
𝑛 (∑ X2 ) − (∑X)2
5 (0,03529) − (6,727) (0,0261)
=
5 (9,0510) − (6,727)2

= 0,3786

(∑Y)(∑ X2 ) −(∑X) (∑XY)


C=
𝑛 (∑ X2 ) − (∑X)2
(0,0261) ( 9,0510 ) − ( 6,727 ) (0,03529)
=
5 (9,0510) − (6,727)2
= - 0,5041
Maka, didapatkan persamaan garis lurusnya adalah :
y = 0,3786 x – 0,5041

6.2. Minggu Ke-2


6.2.1. Menghitung Densitas
a) Densitas Sampel (𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Diketahui :
Massa pikno kosong (a) = 37,08 gr
Massa sampel + pikno (b) = 63,76 gr
Massa pikno + aquadest (c) = 61,71 gr

 Menghitung volume pikno


𝑐−𝑎
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟
61,71 𝑔𝑟−37,08 𝑔𝑟
= = 24,63 ml
1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
 Massa sampel = b – a
= (63,76 – 37,08) gr
= 26,68 gr

𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
𝑣 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

26,69 𝑔𝑟
= = 1,0832 gr/ml
24,63 𝑚𝑙

b) Densitas Kondensat (destilat)


Diketahui :
Massa pikno + destilat (d) = 62,27 gr
(𝑑−𝑎)
𝜌 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡 = 𝑣 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
62,27 𝑔𝑟−37,08 𝑔𝑟
= = 1,0227 gr/ml
24,63 𝑚𝑙

c) Densitas residu
Diketahui :
Massa pikno + residu (e) =63,65 gr
(𝑒−𝑎)
𝜌 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 = 𝑣 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
63,65 𝑔𝑟−37,08 𝑔𝑟
= = 1,0787 gr/ml
24,63 𝑚𝑙

6.2.2. Menghitung Viskositas


a. Viskositas Umpan
Diketahui :
t1 = 12,58 sekon
t2 = 12,35 sekon trata-rata = 12,50 sekon
t3 = 12,56 sekon
µumpan = k (𝜌 𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛) t
= 0,00855 (2,22 – 1,0832) 12,50 sekon
= 0,1214 kg/ms
= 121,4 cp

b. Viskositas Destilat
Diketahui :
t1 = 9,25 sekon
t2 = 9,62 sekon trata-rata = 9,48 sekon
t3 = 9,57 sekon
µdestilat = k (𝜌 𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡) t
= 0,00855 (2,22 – 1,0227) gr/ml . 9,48 sekon
= 0,0970 kg/ms
= 97 cp

c. Viskositas Residu
Diketahui :
t1 = 127,66 sekon
t2 = 129,05 sekon trata-rata = 128,37 sekon
t3 = 9,57 sekon
µresidu = k (𝜌 𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢) t
= 0,00855 (2,22 – 1,0787) gr/ml . 128,37 sekon
= 1,2526 kg/ms
= 1252,64 cp
6.2.3. Perhitungan Neraca Massa
%X

%Y

F P
%X %X

%Y %Y

(*Keterangan : % X = Fraksi Gula, % Y= Fraksi Air)

a. Umpan (F)
1000 𝐾𝑔
%𝑋 = 𝑥 100% = 25%
4000 𝑚𝑙

% Y = 100% - X % = 100% - 25% = 75%

 Massa Umpan = 4332,8 gr (F)


 Massa Produk = 2621,2 gr (P)

b. Neraca Massa Komponen :


Input = Output
F=W+P
 Untuk Fraksi Gula
F=W+P
0,25 F = 0 + P.X
(0,25)(4332,8) = 0 + (2621,2)X
1083,12
𝑋= = 0,4132
2621,2

 Untuk Produk
% X = 0,4132 x 100% = 41,3245%
% Y = 100% - 41,3245% = 58,67%

 Untuk Fraksi Air


F=W+P
0,75 F = W + (0,5867)P
(0,75)(4332) = W + (0,5867)(2621,2)
3249 = W + 1537,85
W = 1711,15 gr

c. Neraca Massa Komponen Total

Komponen Input (gr) Output (gr)


Gula 4332,8 2621,2
Air - 11711.15
Total 4332,8 4332,25

6.2.4. Perhitungan Neraca Energi (Neraca Panas)


Diketahui :
 Massa Umpan (a) = 4332,8 gr
 Massa Kondesat (b) = 1544,2 gr
 Massa Residu (c) = 2621,2 gr
 Massa Akumulasi = a – (b + c)
= 4332,8 gr – (1544,2+2621,2)gr
=167,8 gr
a. Q Input
 Q Sensibel
Diketahui :
m = 4332 kg
Cp = 4,20734 kJ/kg.°C
∆T = (23,58-18,18) °C = 5,4°C
Ditanya : Q ?
Jawab :
Q = m.Cp. ∆T
= (4332 kg)( 4,20734 kj/kg.°C)( 5,4°C)
= 98,4373 kg

 Q Laten
Diketahui :
Massa uap = Massa Kondensat + Massa Akumulasi
= 1544,2 gr + 167,4 gr
= 1711,6 gr = 1,7116 kg
X uap = 2,26x103 kJ/kg
Ditanya : Q ?
Jawab :
Q = m. X uap
= (1,7116 kg)( 2,26x103 kJ/kg) = 3868,216 kJ

b. Q Coil
 Qv Kondensat
Diketahui :
Massa = 1544,2 gr = 1,5442 kg
1,5442 𝑘𝑔
Mol = 𝑘𝑔 = 0,0857 𝑚𝑜𝑙
18
𝑚𝑜𝑙
Hv = 10.519 kal/mol
Ditanya : Q ?
Jawab :
Q = mol.Hv
= (0,0857 mol)( 10.519 kal/mol)
= 901,4783 kal
= (901,4783 kal)(4,186 kJ/kg)
= 3773,5881 kJ

c. Q Output
 Q Sensibel
Diketahui :
Massa = massa kondensat – massa residu
= 1544,2 gr + 2621,2 gr
= 4165,4 gr = 4,1654 kg
Cp = 4120724 kJ/kg.°C
∆T = 5,4 °c
Ditanya : Q ?
Jawab :
Q = m.Cp. ∆T
Q = (4,1654 kg)( 4120724 kJ/kg.°C)( 5,4 °C)
Q = 94,6341 kJ

 Q Laten
Diketahui :
Massa kondensat = 1544,2 gr = 1,5442 kg
X uap = 2,26x103 kJ/kg
Ditanya : Q ?
Jawab :
Q = m. X uap
= (1,5442 kg)( 2,26x103 kJ/kg) = 3489,892 kJ

Maka Q total yang didapat adalah sebagai berikut :

 Q input total = Q sensibel + Q laten


= 98,4713 kJ + 3868,2168 kJ
= 3966,6533 kJ

 Q output total = Q sensible + Q laten


= 94,6341 kJ + 3489,892 kJ
= 3584,5261 kJ

 Q coil = Q kondensat + (Q output – Q input)


= 3773,5881 kJ + (3184,5261 kJ – 3966,6533 kJ)
= 3391,1609 kJ
VII. ANALISA DATA
7.1. Minggu Ke-1
Pada praktikum kali ini dilakukan pengecekan indeks bias dari suatu larutan
dengan menggunakan alat refraktometer. Pada pembuatan larutan, dilakukan
variasi pada massa gula yang dilarutkan yaitu 0 gr ; 0,5 gr ; 1 gr ; 1,5 gr ; 2 gr
dengan volume air yang sam yaitu masing-masing 10ml. Adapun tujuan dilakukan
percobaan pada minggu pertama ini yaitu untuk mengetahui tingkat kelarutan dari
setiap sampel dan mengetahui indeks bias dari masing-masing sampel.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, proses pencampuran gula dan
air dilakukan pada suhu ruang (25-27◦C). Variasi yang dilakukan terhadap massa
gula yang dilarutkan dengan air sangat mempengaruhi kecepatan pelarutan gula itu
sendiri. Pada praktikum dapat diamati bahwa semakin banyak kadar/konsentrasi
gula maka semakin banyak jenis zat terlarut yang dicampurkan, maka semakin
tinggi titik didih larutannya. Jadi semakin besar besar konsentrasi larutan, maka
energy yang digunakan akan semakin besar dan waktu yang dibutuhkan semakin
sedikit. Hal ini dikarenakan ketika gula larut dalam air maka bahan dari gula
tersebut akan terurai menjadi partikel-partikel yang akan mengikat molekul-
molekul air. Dengan kata lain molekul-molekul air akan memerlukan energy yang
lebih tinggi untuk menguap, sehingga apabila kalor yang diberikan akan digunakan
sebagai penambahan energy untuk membebaskan diri dari partikel-partikel zat
terlarut (gula).
Pada saat pengecekan indeks bias menggunakan alat refraktometer. Jika
dilihat dari grafik/kurva baku didapatkan garis korelasi linier. Hal ini dikarenakan
larutan gula dengan konsentrasi rendah akan menyebabkan densitas semakin kecil,
maka pembiasan cahayanya juga semakin menjauhi garis normalnya. Maka dapat
diketahui hubungan antara densitas dengan indeks bias yaitu semakin kecil
densitas larutan gula, maka semakin kecil indeks bias.

7.2. Minggu Ke-2


Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai evaporasi.
Dimana evaporasi merupakan proses pengentalan dan penguapan larutan dengan
cara mendidihkan dan menguapkan pelarut. Adapun alat yang digunakan pada
proses evaporasi yaitu evaporator yang prinsip kerjanya yaitu memanaskan umpan
kemudian menguapkannya dimana akan terdapat dua hasil berupa destilat dan
residu, destilat berupa hasil dan residu berupa umpan yang terkondensasi.
Pada sistem evaporasi terdiri dari alat pemindahan panas yang berfungsi
untuk mensuplai panas, baik panas sensible maupun panas laten. Alat pemindah
panas berfungsi untuk memisahkan uap air dari cairan pengentalnya yaitu berupa
gula. Sedangkan alat pendinginnya berupa condenser yang berfungsi untuk
mengkondensasikan uap dan memisahkannya.
Selama proses evaporasi, terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan
warna, suhu larutan yang terlalu tinggi akan menyebabkan karamelisasi apabila
berada pada suhu dan tekanan yang terlalu tinggi, sehingga menghasilkan warna
kecoklatan pada gula; kehilangan aroma. Bila dilakukan evaporasi menggunakan
suhu yang cukup tinggi, akan menyebabkan aroma bahan berkurang dan
penurunan kualitas bahan, kerusakan komposisi gizi; karena suhu tinggi akan
merusak atau menurunkan kandungan gizi pada gula arena terjadi degradasi;
peningkatan viskositas cairan, terjadi penguapan komponen air. Adapun faktor-
faktor yang menyebabkan perubahan komponen kimia yaitu suhu dan tekanan,
lama evaporasi, luas permukaan, jenis bahan, viskositas cairan dan kerak.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa Q laten dan Q sensible input lebih
besar daripada Q laten dan Q sensible output. Hal ini dikarenakan Q input berasal
dari heater sedangkan Q output berasal dari uap panas yang telah dikondensasi.
Maka dari itu Q input > Q output atau T1 > T2.

VIII. KESIMPULAN
8.1. Minggu Ke-1
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Zat pelarut yang digunakan berupa air,sedangkan zat terlarut yang digunakan
berupakan gula.
2. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/konsentrasi
bahan terlarut berdasarkan indeks bias.
3. Semakin besar konsentrasi larutan, maka energy yang diperlukan semakin
besar.
4. Konsentrasi larutan yang rendah akan menyebabkan densitas semakin kecil,
sehingga pembiasan cahayanya juga semakin menjauhi garis normal.
5. Semakin kecil densitas larutan, maka semakin kecil indeks bias.

8.2. Minggu Ke-2


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Evaporasi adalah proses pengentalan dan penguapan larutan dengan cara
mendidihkan dan menguapkan pelarut.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan komponen kimia pada evaporasi
yaitu suhu dan tekanan, lama evaporasi, luas permukaan, jenis bahan, viskositas
cairan dan kerak.
3. Hasil dari evaporasi berupa destilat berwarna larutan bening.
4. Residu dari evaporasi yang dihasilkan seharusnya makin pekat karena sebagian
air yang terkandung teruapkan.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2019. Penuntun Praktikum Satuan Operas 2. “Evaporasi”. Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya

Ahyari, J. 2009. Rotary Evaporator. http://blogkita.info.com. Diakses pada tanggal


27 Mei 2019.

I Nengah Juliana. 2013. Rotary Evaporator. http://Inengahjuliana.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 27 Mei 2019

Arie Rahman. 2013. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam.


http://arhycancer.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Mei 2019
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Pipet Ukur Bola Karet

Spatula Batang Pengaduk


Botol Aquadest

Neraca Analitik

Refraktometer
Seperangkat Alat Evaporator

Anda mungkin juga menyukai