Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENGOLAHAN AIR BAKU

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1 / 4KA

M. Rivaldo Fadli (061730400298)


Masnun Lintang Alnasyah (061730400299)
Mega Aulia (061730400300)
Sindy Oyutri (061730400310)

MATA KULIAH : UTILITAS


PROGRAM STUDI : DIII TEKNIK KIMIA
DOSEN : IR. SOFIAH, M.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini sebagai tugas kuliah bahan konstruksi kimia.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik dari sebelumnya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan, dorongan, dan ilmu yang telah diberikan kepada kami sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah bahan
konstrusi kimia tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai dengan yang diharapkan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dari semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya makalah ini kami sajikan khusus untuk membahas tentang
“Pengolahan Air Baku”. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan
yang mendalam tentang definisi air baku beserta cara-cara pengolahannya. Kami
selaku penulis menyadari jika makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman untuk
memperbaiki makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan
terimakasih.

Palembang, 12 Maret 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………...…………..2


Daftar Isi ………………………………………………………………………..……3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………4
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 4
1.3. Tujuan ……………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Air Baku
2.1.1. Definisi Air Baku …………………………………………………….6
2.1.2. Sumber Air Baku ……………………………………………………..6
2.1.3. Kualitas Air …………………………………………………………..9
2.1.4. Karakteristik Air……………………………………………………..10
2.2. Pengolahan Air Baku
2.2.1. Tujuan dari Pengolahan Air …………………………………………21
2.2.2. Parameter dari Pengolahan Air ……………………………………...21
2.2.3. Skema Pengolahan Air ……………………………………...……... 22
2.2.4. Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi ……………………...……... 24
2.2.5. Pelunakan (Softening) ………………………………………...…… 28

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………...…32
3.2. Pertanyaan ………………………………………………………………….33

Daftar Pustaka……………………………………………………………………….33

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan indutri. Oleh karena
itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan dilestarikan bagi
kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa
air tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul akan pentingnya
air sebagai sumber kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir dan
bertindak secara bijak dalam menggunakan air dengan segala permasalahan
yang mengitarinya. Malah ironisnya, suatu kelompok masyarakat begitu sulit
mendapatkan air bersih, sedangkan segelintir kelompok masyarakat lainnya
dengan mudahnya menghambur-hamburkan air (Narita, Kadek, et al, 2011).
Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk
melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan
manusia itu sendiri. Ketidak bertanggung jawaban mereka membuat air
menjadi kotor, seperti membuang sampah ke tepian sungai sehingga aliran
sungai menjadi mampet dan akhirnya timbul banjir jika hujan turun,
membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air itu menjadi
tercemar oleh bahan-bahan berbahaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
diperlukan pengolahan air yang telah tercemar hingga layak digunakan untuk
aktivitas sehari-hari (Said, Nusa Idaman & Wahjono, Heru Dwi, 1999).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan air baku?
2. Apa saja sumber air baku?
3. Bagaimana karakteristik air baku?
4. Apa yang dimaksud dengan air industri?
5. Apa yang dimaksud dengan kontaminan?
4
6. Bagaimana cara pengolahan air yang baik?
7. Bagaimana mekanisme proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi?
8. Apa yang dimaksud dengan pelunakan (softening)?

1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk dapat memahami dan mengerti
lebih jauh tentang :
1. Definisi Air Baku dan Air Industri
2. Sumber Air Baku
3. Karakteristik Air
4. Proses Pengolahan Air
5. Mekanisme Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi
6. Pengertian dan mekanisme proses pelunakan (softening)

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Air Baku


2.1.1. Definisi Air Baku
Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses
dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Berdasarkan SNI
6773:2008 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan air dan
SNI 6774:2008 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi
Pengolahan Air, pada bagian istilah dan definisi yang disebut dengan air
baku yaitu: “Air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air
tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu
sebagai air baku untuk air minum”.

2.1.2. Sumber Air Baku


Sumber air baku sesuai siklus hidrologi adalah semua air yang ada di
alam dapat dijadikan sebagai air bersih tergantung dari kebutuhan
manusianya dan manfaat sumber air baku tersebut. Sumber air baku
untuk air bersih secara garis besar dapat digolongkan menjadi empat
bagian yaitu air laut, air atmosfir atau air hujan, air permukaan dan air
tanah masing-masing menpunyai karakteristik yang berbeda-beda
ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya (Totok Sutrisno,dkk,2004)
1. Air Tanah
Pada umumnya air tanah mempunyai kualitas cukup baik dan
apabila dilakukan pengambilan yang baik dan bebas dari
pengotoran dapat dipergunakan langsung. Untuk melindungi
pemakaian air dari bahaya terkontaminasi melalui air diperlukan
proses klorinasi. Menurut Totok Sutrisno, air tanah terbagi atas
tiga bagian besar, yaitu:

6
a. Air tanah dangkal (preatis)
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak
jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan
kedap air / impermeable. Air tanah dangkal terjadi karena
adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan sebagian
bakteri sehingga air tanah ini akan jernih tetapi lebih
banyak mengandung zat-zat kimia karena melalui lapisan
tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Pengotoran juga masih
terus berlangsung terutama pada permukaan air yang
dekat permukaan tanah. Air tanah dangkal ini
dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-
sumur dangkal.
b. Air tanah dalam (artesis)
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah
serta berada di antara dua lapisan kedap air. Untuk
mengambil air ini diperlukan bor karena kedalamannya
berkisar antara 100-300 meter. Jika tekanan air tanah ini
besar maka air akan menyembur kepermukaan sumur.
Sumur ini disebut sumur atesis. Jika air tidak dapat
keluar dengan sendirinya maka diperlukan pompa.
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya
ke permukaan tanah dengan hamper tidak dipengaruhi
oleh musim, sedangkan kualitasnya sama dengan air
dalam.

2. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran
7
selama pengalirannya, misalnya lumpur, batang-batang kayu,
daun-daun, kotoran industri kota, limbah domestik rumah tangga
dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran
fisik, kimia dan biologi. Air permukaan merupakan sumber air
yang relatif cukup besar,akan tetapi karena kualitasnya kurang
baik maka perlu pengolahan, Air permukaan ada 2 macam yaitu :
a. Air sungai
Dalam penggunaan air sungai sebagai air minum,
haruslah mengalami suatu pengolahan yang sesuai
mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai
derajat pengotoran yang tinggi. Sedangkan debit yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum
pada umumnya dapat mencukupi.
b. Air rawa atau danau
Kebanyakan air rawa berwarna yang disebabkan oleh zat-
zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus
yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning
coklat. Dengan adanya pembusukan,kadar zat organik
tinggi maka kadar Fe dan Mn kan larut,jadi untuk
pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu di
tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tidak
terbawa.

3. Air atmosfer atau air hujan


Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, adanya
pengotoran udara disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu
dan lain sebagainya. Air hujan mempunyai sifat agresif terhadap
pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir karena pada
umumnya air hujan mempunyai pH rendah, sehingga dapat
mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat
lunak (soft water ) karena kurang mengandung larutan garam
8
dan zat mineral,sehingga akan boros dalam pemakaian sabun dan
terasa kurang segar.

4. Air Laut
Mempunyai sifat asin,karena mengandung garam NaCl. Kadar
garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut
jarang digunakan sebagai air baku untuk keperluan air minum
karena tidak memenuhi syarat untuk diminum.

2.1.3. Kualitas Air


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi
persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat
dalam parameter wajib dan parameter tambahan. (Permenkes RI No.
492, 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas, yaitu:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
9
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2.1.4. Karakteristik Air Baku


2.1.4.1. Karakteristik Air
Air adalah satu-satunya unsur di alam yang dijumpai dalam tiga
fase (fase padat, cair dan gas) secara bersamaan. Air dalam bentuk padat
mempunyai susunan molekul yang sangat teratur, sedang bila berada
dalam bentuk gas susunan molekulnya sangat jarang.
Adapun karakteristik air adalah sebagai berikut :
1. Suhu air
Derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan derajat Celcius.
2. Warna
Warna nyata dari air yang dapat disebabkan oleh adanya ion
metal (besi dan mangan) humus, plankton, tumbuhan air dan
limbah industri, yang dimaksud dengan warna adalah warna
nyata yang kekeruhannya telah dihilangkan, sedangkan yang
dimaksud dengan warna tampak adalah warna yang tidak hanya
disebabkan zat-zat terlarut dalam air akan tetapi juga zat
tersuspensi, yang dinyatakan dalam satuan warna skala PtCo.
3. Kekeruhan
Sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang
melaluinya terabsorbsi dan terbias dan dihitung dalam satuan
mg/L SiO2 atau Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN).
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi
seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus
lainnya.
10
4. Kejernihan
Dalamnya lapisan air yang dapat ditembus oleh sinar matahari
yang dinyatakan dalam satuan cm.
5. Residu Total
Residu yang tersisa setelah penguapan contoh dan dilanjutkan
dengan pengeringan pada suhu tertentu secara merata dan
dinyatakan dalam satuan mg/L.
6. Residu Tersuspensi
Berat zat padat dalam air yang tertahan pada penyaring dengan
kertas saring yang berpori sebesar 0,45 mm dan dikeringkan
pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan
mg/L.
7. Residu Terlarut
Berat zat padat dalam air yang lolos pada penyaring dengan
kertas saring yang berpori sebesar 0,45 mm dan dikeringkan
pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan
mg/L.
8. Derajat keasaman (pH)
Logaritma negatif dan aktifitas ion hidrogen dalam suatu
larutan. Derajat keasaman (pH) air, penting untuk menentukan
nilai daya guna perairan baik untuk keperluan rumah tangga,
irigasi, kehidupan organisme perairan dan kepentingan lainnya.
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam
dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan. Mengingat nilai pH ditentukan oleh
interaksi berbagai zat dalam air termasuk zat-zat yang secara
kimia maupun biokimia tidak stabil maka penentuan pH harus
dilakukan setelah pengambilan contoh dan tidak dapat
diawetkan. pH dapat diukur dengan metode kolorimetri dan
elektrometri. Metode elektrometri lebih banyak digunakan di
laboratorium dan lapangan karena lebih teliti dan praktis.
11
9. Daya Hantar Listrik (DHL)
Kemampuan dari larutan untuk menghantarkan arus listerik yang
dinyatakan dalam mmhos/cm, kemampuan tersebut antara lain
tergantung pada kadar zat terlarut yang mengion di dalam air,
pergerakan ion, valensi dan suhu.
10. Salinitas/Kegaraman
Residu terlarut dalam air, apabila semua bromida dan iodida
dianggap sebagai klorida.
11. Klorositi
Kadar klor dalam satuan g/L yang digunakan pada perhitungan
salinitas.
12. Kesadahan Air
Kesadahan merupakan kandungan mineral dalam bentuk
karbonat yang dinyatakan dalam ukuran satuan dari CaCO3.
Bukan hanya disebabkan oleh ion kalsium dan magnesium saja,
air sadah juga bisa ditimbulkan oleh ion logam lainnya seperti
Fe2+, Cr2+, dll. Namun dari sekian banyak jenis ion yang
menyebabkan kesadahan air, kalsium dan magnesium atau
CaCO3 lah yang mendominasi.
Berdasarkan golongan jenis anion yang diikat oleh kationnya, air
sadah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Air sadah sementara.
Yaitu air sadah yang mengandung ion bikarbonat. Air
sadah tersebut bisa jadi mengandung senyawa kalsium
bikarbonat atau magnesium bikarbonat yang kesadahan
airnya bisa dihilangkan lewat proses pemanasan.
b. Air sadah tetap
Yaitu air sadah yang mengandung anion selain ion
bikarbonat. Kesadahan air ini hanya bisa dihilangkan
lewat proses kimia dan tak bisa dilakukan hanya dengan
proses pemanasan.
12
Berdasarkan tipenya, air sadah juga dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Kesadahan umum (“general hardness” atau GH)
Kesadahan total atau total hardness ini merupakan
penjumlahan dari GH dan KH. Kesadahan umum atau
“General Hardness” merupakan ukuran yang
menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion
magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya
ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi
pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit
diukur sehingga diabaikan. GH pada umumnya
dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/satu
persejuta bagian).
b. Kesadahan karbonat (“carbonate hardness” atau
KH).
Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang
menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan
karbonat (CO3-) di dalam air. KH sering disebut sebagai
alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk
mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat
H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah
kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas
pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan
untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya
dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH
berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi
untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering
dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan
dalam CaCO3 seperti halnya GH. Kesadahan karbonat
dapat diturunkan dengan merebus air yang bersangkutan,
atau dengan melalukan air melewati gambut. Untuk
13
menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan
menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau
kalsium karbonat. Penambahan kalsium karbonat akan
menaikan sekaligus baik KH maupun GH dengan
proporsi yang sama.
Secara garis besar, ada pula efek kesadahan air yang harus
diketahui dari sekarang. Beberapa efek dari kesadahan air yaitu:
 Tidak atau sedikit menghasilkan buih jika dicampur
dengan sabun.
 Membentuk gumpalan sampah sabun.
 Menghambat atau menyumbat saluran keran dan pipa air.
 Membuat pemakaian sabun menjadi lebih boros karena
sifatnya membuat sabun menjadi mengendap.
 Membuat aktivitas mencuci menjadi lebih terhambat.

2.1.4.2. Air Industri


Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang disebut air
industri. Air industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler, air
pendingin (cooling water), air sanitasi dan air limbah. Kelima jenis air
ini memerlukan tingkat pengolahan yang berbeda . Secara umum,
tingkat pengolahan air industri akan tergantung pada sumber air
darimana air baku diambil dan juga maksud penggunaan terhadap air
hasil olahan tersebut.
Pada prinsipnya, pengolahan air bertujuan untuk menghilangkan
atau mengurangi zat yang terkandung dalam air yang berada dalam
bentuk terlarut (ion), bentuk tersuspensi ataupun bentuk koloid hingga
dicapai kualitas air yang memenuhi dengan persyaratan sesuai dengan
maksud penggunaannya.
Air untuk keperluan industri dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:

14
1. Air Proses
Air dari utilitas yang sudah di treatment bebas mineral pengotor
dan pH netral sehingga bisa digunakan untuk melarutkan atau
mengencerkan zat dalam proses reaksi kimia. Pada umumnya air
untuk proses dari kegiatan industri diperuntukan sebagai pelarut,
pencampur, pengencer, media pembawa pencuci dan lainnya.
Dengan kualitas air proses yang berbeda tergantung fungsinya
dan sangat ditentukan oleh jenis industri lainnya. Parameter -
parameter yang dianggap penting sangat berbeda pada kegiatan
industri yang berbeda, demikian pula jumlah air yang diperlukan
untuk setiap produk yang dihasilkan sangat berbeda. Sebagai
contoh: pada industri kertas memerlukan air proses sekitar 70-
90% dari total kebutuhan air untuk kegiatan industrinya.
Demikian juga untuk industri tekstil kebutuhan air untuk industri
proses mencapai persentasi yang sama untuk industri kertas.
Sedang pada industri sabun kebutuhan air prosesnya tidak
sebesar industri kertas dan tekstil yaitu sekitar 30-50% dari total
kebutuhan airnya dan untuk industri ban kebutuhan air proses
sangat rendah sekitar 5-10% dari kebutuhan air.

2. Air Umpan Boiler (Boiler feed water)


Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan
boiler adalah air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk kerak
pada boiler, air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan korosi terhadap boiler dan sistem penunjangnya
dan juga tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan
terjadinya pembusaan terhadap air boiler. Oleh karena itu untuk
dapat digunakan sebagai air umpan boiler maka air baku dari
sumber air harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang
bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur atau padatan yang
15
terkandung didalam air baik dalam bentuk tersuspensi, terlarut,
ataupun koloid yang dapat menyebabkan terjadinya kerak, korosi
dan pembusaan dalam boiler. Disamping itu senyawa organik
dapat menyebabkan berbagai masalah dalam operasi boiler.
Kualitas air umpan boiler juga dipengaruhi oleh kondisi
operasi boiler, dimana semakin tinggi tekanan dan temperature
operasi maka semakin murni kualitas air umpan yang diperlukan.
Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air
umpan boiler, sering ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau
dapat mengacu pada criteria dari badan-badan International
seperti ASME dan ABMA.

3. Air Pendingin (Cooling Water)


Sistem pendinginan adalah suatu rangkaian untuk
mengatasi terjadinya over heating (panas yang berlebihan) pada
mesin agar mesin bisa bekerja secara stabil. Air pendingin
adalah air limbah yang berasal dari aliran air yang digunakan
untuk penghilangan panas dan tidak berkontak langsung dengan
bahan baku, produk antara dan produk akhir (KEP-
49/MENLH/11/2010).
Sistem air pendingin merupakan bagian yang terintegrasi
dari proses operasi pada industri. Untuk produktifitas pabrik
yang kontinu, sistem tersebut memerlukan pengolahan kimia
yang tepat, tindakan pencegahan, dan perawatan yang baik.
Kebanyakan proses produksi pada industri memerlukan air
pendingin untuk efisiensi dan operasi yang baik. Air pendingin
sistem mengontrol suhu dan tekanan dengan cara memindahkan
panas dari fluida proses ke air pendingin yang kemudian akan
membawa panasnya. Total nilai dari proses produksi akan
menjadi berarti jika sistem pendingin ini dapat menjaga suhu dan
tekanan proses dengan baik. Memonitor & mengatur korosi,
16
deposisi, pertumbuhan mikroba, dan sistem operasi sangat
penting untuk mencapai Total Cost of Operation (TCO) yang
optimal.

4. Air Sanitasi
Air bersih (Sanitasi) adalah salah satu jenis sumberdaya
berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh
manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan
sawah, untuk treatment air minum dan untuk treatmen air
sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan
kimia, fisika dan biologis. Walaupun bakteri dapat dibunuh
dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya,
terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini,
dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat
berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara
ini.

5. Air Limbah
Air limbah industri tahu adalah salah satu jenis industri
yang membuang hasil pengolahan limbah cair dan padat nya
baik secara langsung maupun tidak langsung ke badan air,
dimana didalam proses produksi tahu banyak sekali
membutuhkan air untuk proses produksinya. Sehingga
diperlukan pengolahan air limbah, salah satunya yaitu dengan
menggunakan teknologi plasma. Plasma dibuat dengan
pemanfaatan tegangan listrik, yaitu dengan menghadapkan dua
elektroda. Dengan memberikan tegangan listrik searah yang
cukup tinggi, yaitu < 10 kV. Teknologi plasma dalam limbah
cair merupakan loncatan-loncatan ion, loncatan ini membentuk
spesies aktif (OH, O, H, H2O2) yang memiliki sifat radikal
17
dimana mudah bereaksi dengan senyawa organik tanpa
terkecuali.
Pengolahan limbah cair industri tahu dengan
menggunakan proses teknologi plasma dilakukan dengan
beberapa variasi waktu kontak antara 10 sampai 160 menit dan
luas penampang antara 18 cm2 sampai 90 cm2. Hasil terbaik
yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu pada waktu kontak 160
menit dan luas penampang 90 cm2 yang menghasilkan
penyisihan COD 75.29 % dan TSS sebesar 77.27 %. Dengan
konstanta yang paling tinggi yaitu 0.000003 untuk penyisihan
COD dan dengan konstanta yang paling tinggi yaitu 0.000009
untuk penyisihan TSS.

2.1.4.3. Kontaminan
Pada umumnya gangguan terhadap suatu peralatan/ sistem
yang bermedia air disebabkan oleh zat-zat pengotor dalam air yang
disebut kontaminan. Kontaminan tersebut dapat berbentuk gas,
cair, padatan, dan mikroorganisme.
a. Kontaminan Gas
Beberapa kontaminan gas seperti karbondoksida, sulfur
dioksida, oksigen, dan lain-lain. Air yang mengandung
gas-gas tersebut bersifat korosif dalam reaksinya
terbentuk senyawa asam yang kemudian bereaksi dengan
peralatan dari logam dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + H2O  H2CO3 + Fe  FeCO3 + H2
SO2 + ½ O2  SO3
SO3 + H2O  H2SO4 + Fe  FeSO4 + H2

b. Kontaminan Cair
Kandungan zat cair dalam air dapat berupa asam, seperti
asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4) atau basa
18
seperti ammonia cair (NH4OH), minyak/ lemak yang
berasal dari kebocoran air yang masuk ke dalam system.
Kandungan asam dan basa dalam air akan bersifat
korosif.

c. Kontaminan Padat
Berdasarkan besarnya ukuran partikel padatan terlarut,
maka kontaminan padatan dikelompokkan menjadi 3
jenis, yaitu: padatan terlarut (TDS), padatan tersuspensi
(TSS), an padatan sediment.
 Padatan terlarut (TSS) terdiri dari senyawa
organic dan anorganik yang larut dalam air seperti
kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium
sulfat, magnesium sulfat, kalsium klorida,
natrium silikat, dan lain-lain. Air yang
mengandung padatan terlarut sangat baik daya
hantar listriknya. Garam-garam kalsium dan
magnesium menjadikan air bersifat sadah, dapat
menyebabkan kerak (CaCO3.CaSO4) dan defosit
lumpur [(MgCO3.Mg(OH)2)] pada pipa-pipa ketel
uap (boiler).
CaCl2 + SO42-  CaSO4 + 2Cl-
CaCl2 + CO32-  CaCO3 +
2Cl-
MgSO4 + CO32-  MgCO3 + SO42-
MgCl2 + CO32-  MgCO3 + 2Cl-
MgCl2 + H2O  Mg(OH)3 + 2HCl-
Garam natrium silikat ( Na2SiO3 ) dalam air
panas akan terhidrolisa menghasilkan asam
silikat pada temperatur diatas 200ºC akan
menjadi kristal keras yang sangat padat, kecil dan
19
rapat. Kristal ini yang menempelkan pada pipa-
pipa ketel uap. Silaka hanya dapat dihilangkan
dengan alat penukar ion di unit demin plant.
 Padatan tersuspensi (TSS) menyebabkan air
keruh, tidak larut, tidak dapat mengendap
langsung seperti tanah liat, koloid silikat. Koloid
silikat sering lolos dalam proses koagulasi
sehingga proses penghilangannya dapat
menggunakan alat penukar ion.
 Padatan Sedimen adalah padatan yang langsung
mengendap jika air didiamkan. Padatan yang
mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel
padat yang berukuran lebih besar dari padatan
tersusupensi, relative besar dan berat, seperti pasir
dan lumpur. Padatan sering menimbulkan erosi
pada material dan menyumbat aliran air.

d. Kontaminan Mikroorganisme
Kontaminan mikroorganisme seperti ganggang, lumut,
jamur dan bakteri dapat tumbuh dengan baik pada system
air pendingin “open circuit”. Mikroorganisme jenis
ganggang dan lumut dapat menyumbat saringan-saringan
air pendingin, tube-tube kondensor, pompa-pompa dan
mengurangi kecepatan pertukaran panas. Bakteri
merupakan salah satu jenis mikroorganisme dalam air
yang dapat merusak bangunan-bangunan menara
pendingin yang terbuat dari beton.

20
2.2. Pengolahan Air Baku
2.2.1. Tujuan dari Pengolahan Air
Pengolahan air secara umum bertujuan untuk mengelolah air
hasil buangan dari proses industri dimana pengelolahan itu dimaksudkan
supaya air buangan industry itu tidak mencemari lingkungan atau bisa
digunakan kembali untuk proses industri dengan cara menghilangkan
kontaminan atau memurnikan kembali air tersebut.

2.2.2. Parameter dalam Pengolahan Air


1. Parameter Fisik
Parameter fisik air biasanya di lihat dari unsur yang berhubungan
dengan indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan
penciuman, yang meliputi Turbidity (kekeruhan), warna, bau,
rasa dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa di gunakan adalah
Sistem Sedimentasi (Pengendapan), Filtrasi dan penambahan
desinfektan.

2. Parameter Kimia
Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn,
Ca, Mg, Na, SO4, CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa
kimia yang berlebihan (tidak masuk standart konsumsi yang
aman), pengolahan dapat dilakukan dengan sistem filtrasi
dengan menggunakan media tertentu misalnya system Reverse
Osmosis atau Demineralier dan Softener.

3. Parameter Biologi
Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang
ada di dalam air. Bila jumlah mikroorganisme di dalam air
berlebihan biasanya akan mengganggu kesehatan bila di
konsumsi. Pengolahan dapat dilakukan dengan menggunakan

21
desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya injeksi
Chlor, System UV dan System Ozone (O3).

2.2.3. Skema Pengolahan Air Bersih


a. Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk
masuknya air dari sumber air. Sumber air utamanya diambil dari
air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar screen (penyaring
kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut
tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon,
dsb.

b. Bak Prasedimentasi (optional)


Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik turbiditasnya
tinggi (kekeruhan yang menyebabkan air berwarna coklat).
Bentuknya hanya berupa bak sederhana, fungsinya untuk
pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti pasir, dll.
Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama pengolahan air bersih
yakni WTP.

c. WTP (Water Treatment Plant)


Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih.
Bangunan ini beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
 Koagulasi
Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini
dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada
dasarnya air sungai atau air kotor biasanya berbentuk
koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung
didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk memisahkan
air dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya
22
seperti memisahkan air pada susu kedelai. Pada unit ini
terjadi rapid mixing (pengadukan cepat) agar koagulan
dapat terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat
pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat
menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau
mekanis (menggunakan batang pengaduk).
 Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah
untuk membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang
terendapkan). Di sini dibutuhkan lokasi yang alirannya
tenang namun tetap ada pengadukan lambat (slow mixing)
supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan efisiensi,
biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu
mengikat flok-flok tersebut.
 Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-
partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit
sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis.
Berat jenis partikel kolid (biasanya berupa lumpur) akan
lebih besar daripada berat jenis air. Pada masa kini, unit
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi telah ada yang dibuat
tergabung yang disebut unit aselator.

d. Filtrasi
Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan
media butiran. Media butiran ini biasanya terdiri dari antrasit,
pasir silica dan kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara ini
dilakukan dengan metode gravitasi.

23
e. Desinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman
dan bakteri yang hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa kimia
yang dapat mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan
chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke
bangunan selanjutnya, yakni reservoir.

f. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air
bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi.
Karena kebanyakan distribusi di Indonesia menggunakan konsep
gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan di tempat dengan
posisi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran
distribusi, bisa diatas bukit atau gunung.

2.2.3. Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi


1. Koagulasi
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan
koloid padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu
koagulan. sehingga akan terbentuk flok-flok halus yang dapat
diendapkan. Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian
integral dari proses Koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah
untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia
melalui air yang diolah.

24
Gambar Koagulasi (Rapid Mixing)

Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika


menggunakan koagulan logam seperti alum dan ferric chloride,
karena proses hidrolisnya terjadi dalam hitungan detik dan
selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutukan
untuk zat kimia lain seperti polimer (polyelectrolites), chlorine, zat
kimia alkali, ozone, dan potassium permanganat, tidak optimal
karena tidak mengalami reaksi hidrolisis.

2. Flokulasi
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk
mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan
pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan
selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-
menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin
besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor
penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar
maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok,
sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka
proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok
besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai
gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara
25
90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan
mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga
kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses
pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses
penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan
flok.

Gambar Flokulasi (Slow Mixing)

Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan


dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses
koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di
mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding
gradien kecepatan koagulasi.
Tujuan dilakukan flokulasi pada air limbah selain lanjutan
dari proses koagulasi yaitu:
 Meningkatkan penyisihan Suspended Solid (SS) dan BOD
dari pengolahan fisik.
 Memperlancar proses conditioning air limbah, khususnya
limbah industri.
 Meningkatkan kinerja secondary-clarifier dan proses
lumpur aktif.
 Sebagai pretreatment untuk proses pembentukan
secondary effluent dalam filtrasi.
26
3. Sedimentasi

Gambar Sedimentasi

Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran


padatan dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge
(slurry yang lebih pekat konsentrasinya), Pemisahan dapat
berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi pada butiran
tersebut. Proses sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan
,misalnya pada proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur
selulose yang akan dipisahkan menjadi pulp dan air, proses
penjernihan air (water treatment),dan proeses pemisahan buangan
nira yang akan diolah menjadi gula.
Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara
sinambung dengan menggunakan alat yang dikenal dengan nama
thickener,sedangkan untuk skala laboratorium dilakukan secara
batch. Data-data yang diperoleh dari prinsip sedimentasi secara
batch dapat digunakan untuk proses yang sinambung.
Di industri aplikasi sedimentasi banyak digunakan, antara lain :
 Pada unit pemisahan , misalnya untuk mengambik senyawa
magnesium dari air laut.
 Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan
diolah, misalnya pada pabrik gula.

27
 Pengolahan air sungai menjadi boiler feed water.
 Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam
clarifier dengan prinsip perbedaan terminal velocity

2.2.4. Pelunakan (Softening)


Proses pelunakan (softening) bertujuan untuk mengurangi
kadar kesadahan air yang baisanya digunakan sebagai air umpan boiler.
Ada beberapa jenis proses pengolahan yang dapat digunakan
untuk melunakkan air. Pada setiap proses pengolahan, hasil akhir yang
diharapkan adalah sama. Air yang dilunakkan harus mempunyai suatu
kesadahan (hardness) sekitar 80 hingga 90 mg/L sebagai kalsium
karbonat (CaCO3). Jika air yang dilunakkan lebih lanjut (seperti dalam
proses pertukaran ion/ion exchange), air sadah harus dicampur dengan
air yang dilunakkan untuk mencapai tingkat kesadahan yang diinginkan.
Air terlalu lunak (soft) juga tidak terlalu baik, karena air mineral salah
satu unsurnya adalah calsium, tetapi terlalu tinggi juga tidak baik karena
dapat menyebabkan air sabun tidak dapat berbusa serta dapat
menyebabkan karatan pada pipa.

Jenis-Jenis Proses Pelunakan:


1. Pelunakan pertukaran Ion (Ion exchange softening),
Pelunakan ini juga dikenal sebagai pelunakan zeolit (zeolite
softening), air melalui suatu saringan yang berisi resin granular
(butiran-butiran kecil). Di dalam saringan, dikenal sebagai pelunak
(softener), calsium dan magnesium di dalam air ditukar (exchanged)
pada sodium dari resin granular (butiran-butiran kecil). Air yang
dihasilkan nantinya mempunyai kesadahan (hardness) 0 mg/L dan
harus dicampur dengan air sadah untuk mencegah terjadinya
masalah kelunakan (softness) ketika air didtribusikan ke rumah-
rumah penduduk.

28
Pelunakan pertukaran ion tidak memerlukan pengadukan
cepat, bak flokulasi, dan bak sedimentasi seperti yang terjadi pada
pelunakkan dengan kapur-abu soda. Sebagai tambahan, proses ini
tidak memakan banyak waktu seorang operator. Pelunakan
pertukaran ion adalah sangat efektif pada penurunan kesadahan
karbonat dan non karbonat, dan pelunakan dengan pertukuran ion
sering digunakan untuk kesadahan non karbonat yang tinggi dengan
total juga mempunyai kerugian. Kalsium dan magnesium di (dalam)
air kesadahan kurang dari 350 mg/L.

Ion Exchange

Bagaimanapun, pelunakan dengan pertukaran ion (ion


exchange softening) mengandung mineral digantikan oleh ion
sodium, yang dapat menyebabkan permasalahan kesehatan karena
air yang dikonsumsi mengandung kadar garam. Penanganannya
adalah pelunak (softner) harus di backwash dengan cara yang sama
seperti pada saringan, dan memberikan imbuhan air, keadaan seperti
itu kita kenal dengan nama brine.

29
2. Pelunakan Reverse-Osmosis (Reverse-osmosis softening).
Pelunakkan ini mengalirkan air dengan tekanan melalui suatu
selaput semi-permeable. Kalsium, magnesium, dan padatan terlarut
(dissolved solid) ditangkap ketika air yang dilunakkan dilewatkan
melalui membran tersebut.

Reverse Osmosis

3. Electrodialysis
Pelunakkan dengan cara ini air dilewatkan diantara dua plat
dengan muatan listrik. Metal-metal di dalam air ditarik ke plat
dengan muatan negatif sementara yang non metal ditarik ke plat
dengan muatan positif. Kedua jenis ion ini dapat ditangani dengan
plat. Electrodialysis sering digunakan pada air yang sangat sadah,
dengan kesadahan lebih dari 500 mg/L sebagai CaCO3.

Elektodialisis

30
4. Penyulingan (Distillation)
Pelunakkan dengan cara ini dilakukan dengan penguapan air. Air
yang diuapkan meninggalkan semua senyawa kesadahan, sehingga
air yang dihasilkan menjadi lunak.

5. Pembekuan (Freezing)
Pembekuan juga dapat digunakan untuk menurunkan kesadahan.

31
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting
bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan
indutri.
2. Sumber air baku untuk air bersih secara garis besar dapat
digolongkan menjadi empat bagian yaitu air laut, air atmosfir atau
air hujan, air permukaan dan air tanah
3. Air untuk keperluan industry dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu:
 Air untuk proses
 Air untuk operasi
4. Metode pengolahan sejauh ini terdapat tiga kelas proses pengolahan
yang pokok, yakni:
 Proses pengolahan fisika
 Proses pengolahan kimia
 Proses pengolahan biologi

32
PERTANYAAN

1. Penanya : Laurensia Verina Thomas (Kelompok 4)


Pertanyaan :
Dari beberapa cara pengolahan air, pada bagian biologis, mikroorganisme apa yang
digunakan dan bagaimana cara pemgolahan air secara biologis tersebut?
Jawaban :

2. Penanya : Gita Dara Safitri (Kelompok 5)


Pertanyaan :
Apa saja syarat-syarat air yang bisa digunakan untuk keperluan industri?
Jawaban :

3. Penanya : Muhammad Delika Maulidi (Kelompok 3)


Pertanyaan :
 Air hujan mengandung pH yang rendah, sehingga apabila anak-anak bermain
hujan, apakah itu diperbolehkan?
 Mengapa kita tidak diperbolehkan meminum air mentah?
Jawaban :

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa siklus hidrologi air


yaitu berawal saat terkena sinar matahari, seluruh permukaan bumi yang
mengandung air mengalami penguapan (evaporasi) dan makhluk hidup
mengalami transpirasi. Uap air dari hasil evaporasi ini selanjutnya akan
bergabung dengan polusi-polusi yang dihasilkan oleh proses di industri. Setelah
bergabung, uap air yang juga telah terkandung didalamnya polusi hasil industri
ini kemudian akan naik ke lapisan atmosfer membentuk awan. Kemudian awan
akan berpindah karena perbedaan suhu atau terbawa oleh angin. Saat terpapar
udara dingin awan akan mengalami kondensasi menjadi tetes-tetes air dan akan
jatuh ke bumi dalam bentuk hujan (presipitasi). Air yang turun sebagai hujan ini
memiliki pH rendah dikarenakan telah terkontaminasi oleh polusi yang
33
dihasilkan industri-industri sekarang ini. Itulah mengapa alasan tidak dianjurkan
untuk siapapun mandi di bawah air hujan, karena air hujan sekarang ini sudah
tidak sebersih air hujan pada jaman dahulu, sebab air hujan pada jaman sekarang
sudah bercampur dengan polusi yang berbahaya dan dapat merusak kulit.

 Bila air mentah langsung diminum saja tanpa diolah, bakteri tetap ada di
dalam air dan sangat mungkin menginfeksi tubuh, salah satu contohnya yaitu
bakteri Escherichia coli atau yang biasa disingkat E. coli. Sehingga itulah
mengapa air yang akan dikonsumsi oleh tubuh kita sebaiknya bukan air mentah,
melainkan air bersih yang sudah diolah dan yang sudah bebas dari bakteri.

4. Penanya : Anita Farlina (Kelompok 2)


Pertanyaan :
Seperti yang diketahui, terdapat 2 jenis air sadah, pada air sadah sementara, kita bisa
menggunakan metode pemanasan saja dalam proses pengolahannya, mengapa air sadah
sementara bisa diolah dengan cara pemanasan saja?
Jawaban :

5. Penanya : Syabania Saputri (Kelompok )


Pertanyaan :
pH dari air minum itu idealnya adalah 6-7, namun kangen water memiliki pH dimana
lebih dari 7, jadi apakah kangen water bisa dikategorikan sebagai air yang baik untuk
diminum?
Jawaban :

34
DAFTAR PUSTAKA

https://faynaproject.wordpress.com/2010/12/21/softening-pelunakan-pada-air-sadah/.

Diakses pada 10 Maret 2019

Azwari, Fikri. 2011. Pengolahan Air Baku Secara Koagulasi dan Flokulasi

https://www.scribd.com/doc/51451579/KOAGULASI-DAN-FLOKULASI-PADA-
PENGOLAHAN-AIR-BAKU-PBPAM. Diakses pada 9 Maret 2019.

Pengantar Pengolahan Air Tl 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi


Teknik Lingkungan ITB

Awaluddin, N. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air Minum
Pada Skala Rumah Tangga, Seminar "Peran Mahasiswa Dalam Aplikasi
Keteknikan Menuju Globalisasi Teknologi"

35

Anda mungkin juga menyukai