Oleh:
UNIVERSITAS SILIWANGI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan laporan tentang IDENTIFIKASI
MASALAH KESEHATAN PADA INDUSTRI SAPU IJUK SUMBER MULYA
PERKASA DI JALAN HZ MUTAKIN NO 48 LINGAJAYA MANGKUBUMI KOTA
TASIKMALAYA. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan Lingkungan Sektor Informal.
1. Andik Setyono, S.KM, M.Kes sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Kesehatan
Lingkungan Sektor Informal.
2. Bapak Indrayana selaku pemilik industry sapu ijuk Sumber Mulya Perkasa.
Laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab ini, penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga laporan ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis dan bagi pembaca. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Deskripsi Produk .............................................................................................. 3
BAB II Gambaran Umum
A. Profil Usaha ..................................................................................................... 6
B. Bahan Baku Utama, Bahan Pembantu/Penolong, Energi ............................... 7
C. Proses Produksi ...............................................................................................18
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan banyaknya peminat sapu ijuk, banyak juga berdiri industry rumahan
yang membuat sapu dari bahan ijuk. Dalam proses pembuatannya perlu ditinjau aspek
keselamatan pekerja dan factor resiko bahaya apa saja yang dapat terjadi, serta aspek
terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkannya. Oleh karena itu, kami melakukan
observasi ke industry rumahan pembuatan sapu ijuk di Jln. HZ Muttaqin No.48
Linggajaya, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya.
B. Deskripsi Produk
Pada awal tahun 1990 perkembangan sapu ijuk atau injuk begitu pesat, ketika itu di
dukung banyaknya permintaan dan pasokan bahan baku yang mencukupi sehingga
berapa pun permintaan pasti terpenuhi dengan tepat waktu, begitu menurut para
pengrajin sapu ijuk di kota Tasikmalaya.
Sapu ijuk produk Tasikmalaya mempunyai kualitas yang cukup bagus dan
sangat terkenal ke berbagai daerah, Para pengrajin sapu ijuk Tasikmalaya
berada di jalan HZ Mutakin NO 48 Lingajaya, Mangkubumi, Kota
Tasikmalaya. Dahulu pengrajin sapu ijuk Tasikmalaya pernah mengalami
masa kejayaan. Hal itu terlihat dari banyaknya pengrajin dalam membuat sapu
ijuk, hampir sebagian warga di sana dalam mencari sumber ekonominya
membuat sapu ijuk.
Dalam perkembangannya jumlah pengrajin sapu dari waktu ke waktu
sekarang mulai berkurang, mungkin karena berbagai hal mereka tidak
melanjutkan usahanya, bahan baku, modal usaha serta kurangnya permintaan
menjadi masalah utama termasuk persaingan usaha yang makin tidak bisa
mereka hindari. Bahan baku utama pembuatan sapu ijuk adalah ijuk dan kayu.
Bahan bahan ini yang harus di datangkan dari daerah lain di sekitar wilayah
Tasikmalaya, seperti Subang, Majalengka, Ciamis dan Malangbong.
Selain di pasarkan ke tempat tempat pemasaran terdekat yakni pasar
tradisional terdekat produk sapu ijuk juga dikirim ke berbagai daerah di
wilayah Jawa Barat, Jakarta, Surabaya bahkan sampai ke luar pulau Jawa
seperti Medan dan Bali.
Umumnya produk kerajinan tradisional mendapat persaingan dari produk
serupa yang proses pembuatannya menggunakan mesin mesin modern dengan
bahan sintetis yakni bahan dari plastik. Sapu ijuk yang dibuat para pengrajin
sekarang mempunyai saingan yang begitu berat terutama sapu sapu yang
dibuat dengan skala indrustri dengan modal yang cukup besar.
Di pasaran saat ini sangat jarang menemukan produk sapu ijuk yang
menggunakan bahan bahan sapu ijuk seperti dulu, paling banyak sapu dengan
bahan bahan sintetis dari plastik. Namun, sapu ijuk asli produk Tasikmalaya
yang menggunakan bahan bahan alami dari kayu dan ijuk, jika dipakai atau
digunakan akan cukup awet dan tahan lama.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Profil Usaha
Pada saat ini, Sumber Mulya Perkasa telah melakukan pengembangan untuk
meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas produk ijuk yang terus mendorong
percepatan diversifikasi produk, supaya perusahaan bisa menjangkau kebutuhan
pasar lebih spesifik dengan harga yang kompetitifdengan cara memproduksi
berbagai produk dari ijuk seperti tali ijuk, ijuk untuk atap, ijuk saringan, ijuk
resapan, ijuk kakaban ikan. Perusahaan ini telah mengirimkan berbagai produk
yang diproduksinya ke beberapa kota di Pulau Jawa seperti Tasikmalaya, Jakarta,
Malang dan Surabaya. Namun, pembahasan iniakan lebih memfokuskan pada
pembuatan produk sapu ijuk.
Sumber Mulya Perkasa memiliki jam kerja sekitar pukul 08.00-16.00. Jam
istirahat yang diberikan kepada pekerja sekitar pukul 11.00-13.00 yang
disesuaikan dengan keinginan pekerja.Perusahaan ini memiliki pekerjatidak tetap
sekitar 20 orang dikarenakan adanya penerapan kerja sistem borongan. Sistem
borongan disini memiliki arti upah yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan
kuantitas/jumlah yang dihasilkan dari jenis pekerjaan masing-masing dan tidak
mementingkan absensi/kehadiran. Terdapat 5 jenis pekerjaan di perusahaan ini,
yaitu pemilah serabut aren, penyisir serabut aren, pembuat sapu, pemotong
serabut aren, dan pengemas produk. Masing-masing pekerjaan tersebut diberikan
upah yang berbed. Rata-rata upah yang diberikan kepada pemilah dan penyisir
serabut aren adalah Rp 252.000,- per minggu sedangkan kepada pembuat sapu,
pemotong serabut aren, dan pengemas produk adalah Rp 224.000,- per minggu.
Upah yang diberikan kepada pekerja tersebut sudah termasuk biaya akomodasi,
transportasi dan makan.
3. Energi
Energi yang digunakan dalam pembuatan sapu ijuk (Sumber Mulya Perkasa)
adalah: listrik yang digunakan untuk menghidupkan mesin sisir paku untuk
membersihkan ijuk dari kotoran dan merapikan ijuk yang akan dibuat sapu.
4. Proses Produksi
1. Pekerja mengambil kumpulan serat aren yang telah disediakan di tempat kerja ke
tempat pemilahan di lantai dua dengan cara dipanggul di atas bahu. Kemudian
pekerja melakukan pemilahan menggunakan pisau untuk memisahkan serat aren
yang bagus digunakan dalam pembuatan sapu ijuk dari serpihan kelapa aren.
Kumpulan serat aren yang terletak di pinggir jalan diangkut ke lantai dua
yaitu tempat proses selanjutnya, cara pekerja mengangkut dengan meletakkan
beban diatas punggung mereka, Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika
tidak dilakukan dengan benar dan hati-hati dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Oleh sebab itu maka teknik
mengangkat dan mengangkut yang benar serta alat mengangkat dan mengangkut
yang ergonomis sangat diperlukan untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi
kerja.
Pekerja sering terpapar debu saat melakukan tahap ini dan mereka tidak
memakai masker, dengan alasan tidak nyaman bila menggunakan masker.
KESMAS (2017) menyatakan menurut Depkes RI ukuran debu yang
membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Partikel debu selain memiliki
dampak terhadap kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut:
a) Gangguan aestetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan
pelunturan warna bangunan dan pengotoran
b) Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori- pori
tumbuhan sehingga mengganggu jalannya photo sintesis
c) Merubah iklim global regional maupun internasional
d) Mengganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya mengganggu kegiatan
social ekonomi di masyarakat
e) Mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi,
gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru. Efek debu terhadap
kesehatan sangat tergantung pada: solubity (mudah larut), komposisi kimia,
konsentrasi debu, dan ukuran partikel debu.
2. Lalu petugas melakukan penyisiran serat aren supaya lebih rapi dengan
menggunakan mesin sisir paku. Serat aren yang telah disisir kemudian diikat
menjadi satu dengan kuantitas 13kg. Serat aren yang telah diikat tersebut
kemudian diletakkan di pinggir lantai dua yang memiliki ruangan terbuka untuk
dijatuhkan ke lantai satu.
Tahapan penyisiran ini debu tidak sebanyak tahapan sebelumnya, namun
kebisingan dari mesin berperan disini. Pengaruh bising terhadap kesehatan
tergantung pada intesitas, frekuensi, lama paparan, jenis bising dan sensitivitas
individu. Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi
untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang
batas 85 dBA.
Pekerja di tahapan ini sering tertusuk paku karena tahapan ini menggunakan
mesin sisir paku. Mereka tahu apa efek yang akan mereka terima bila tidak
ditangani lukanya. Namun, karena mengejar target mereka hanya memberi obat
merah pada luka dan tidak melakukan pemeriksaan lanjut karena bagi mereka
tertusuk paku adalah hal yang biasa.
3. Serat aren yang sudah dijatuhkan kemudian diambil oleh pekerja yang berada di
lantai satu untuk dilakukan pemasangan lakop. Pekerja melakukan pemilahan
serabut aren dari kayu-kayu kecil yang berada didalamnya dengan menggunakan
tangan. Kemudian pekerja melakukan pengikatan serat aren pada lakop dengan
menggunakan tali dan songket. Serat aren yang telah dipasangi lakop kemudian
disisir kembali dengan menggunakan mesin sisir paku.
Sama halnya seperti tahapan pertama, duri atau serat yang keras ini membuat
pekerja sering tertusuk saat mereka memilih serabut aren untuk dipasangkan
pada lakop, pekerja pun merasakan keluhan jika malam tiba tangan mereka
kram/kesemutan. Alodokter (2018) menyatakan kesemutan padatangan yang
berlangsung sementara biasanya disebabkan oleh adanya tekanan pada tangan.
Dengan menghilangkan tekanan tersebut, kesemutan berangsur hilang. Namun,
untuk mengobati tangan kesemutan yang tidak hilang-hilang, hal pertama yang
wajib dilakukan adalah mencari akar permasalahan. Tanpa mengobati penyebab
utama, sulit untuk menghilangkan gangguan ini.
4. Setelah itu dilakukan pemotongan di bagian bawah serat aren supaya lebih rapi
dengan menggunakan alat jepit pemotong. Lalu, jadilah sapu ijuk.
Pada tahap ini pekerja beresiko mengalami pegal-pegal pada tangan serta kaki
sebab harus bekerja dalam keadaan berdiri. Dalam hal ini sebaiknya mesin atau
alat-alat yang digunakan disesuaikan dengan tubuh pekerja agar lebih ergonomis
dan nyaman saat digunakan, sehingga produktifitas pekerja dapat meningkat.
5. Sapu ijuk yang telah jadi tersebut kemudian dikemas menggunakan plastic merek
lalu direkatkan menggunakan alat perekat plastik. Terakhir, pemberian label
merek pada sapu ijuk yang sudah dikemas.
Jika tidak dikerjakan secara teliti, pekerja mungkin saja bisa terkena alat
perekat plastik. Meskipun tidak dikategorikan berbahaya, namun jika
berlangsung terus-menerus tentu akan menimbulkan efek.
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
B. Identifikasi masalah K3
Pekerjaan adalah suatu hubungan yang melibatkan dua pihak antara tempat
kerja dan karyawan untuk mendapatkan suatu hasil yaitu upah. Sumber Mulya
Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan ijuk yang ada
di kota Tasikmalaya. Perusahaan ini memiliki beberapa pekerja yang melakukan
beberapa tahap berbeda untuk mendapatkan hasil produk yaitu sapu ijuk. Suatu
pekerjaan tidak luput dari keluhan pekerjaan itu sendiri.
Ada beberapa keluhan pekerja pada perusahaan ijuk tersebut yaitu ketidak
nyamanaan posisi saat bekerja yang mengharuskan pekerja berdiri berjam-jam
yang membuat otot menjadi pegal, seringnya terjadi luka akibat alat yang
digunakan dan sering tertusuknya tangan oleh ijuk dan adanya gangguan
pernafasan karna asap pembakaran sisa ijuk dan debu dari ijuk itu sendiri.
Pada pekerjaan juga membahas tentang angka absensi dan perusahaan ijuk ini
tidak menerapkan sistem absensi karna memakai sistem kerja borongan, semua
tergantung pada pekerja mau masuk bekerja atau tidak. Dan di pekerjaan juga
membahas tentang frekuensi kecelakaan kerja pada pekerja di perusahaan ijuk ini
memiliki frekuensi kecelakaan kerja yang lumayan besar dikarenakan setiap
pekerja tidak memakai pelindung dalam bekerja.di perusahaan ijuk ini tidak
memberikan fasilitas pelindung saat bekerja, hanya menuntut bagaimana
kesadaraan pekerja itu sendiri, dan pekerjapun mengatakan sudah pernah
mencoba memakai pelindung seperti sarung tangan, masker dan sepatu tetapi
pekerja malah merasa tidak nyaman bekerja. Tidak nyamannya pekerja memakai
alat pelindung diri sendirilah yang membuat frekuensi kecelakaan kerja besar.
Pada perusahaan ijuk ini tidak adanya perpindahan pekerja dari bagian satu ke
bagian lain karena sudah adanya pembagian pekerjaan di setiaap tahap dan pada
perusahaan ijuk ini juga tidak ada masalah rendahnya produktifitas pekerjaan
karna sistem perusahaan yang borongan dan membuat setiap pekerja memiliki
target dalam pekerjaan itu sediri.
PENANGANAN MASALAH
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 4. Dokumentasi