Anda di halaman 1dari 16

Lindungi Sumber Air, Tiga Kementerian Teken Kerja Sama

Reporter:

Vindry Florentin
Editor:
Martha Warta

Selasa, 10 Oktober 2017 13:08 WIB

Danau Segara Anak dari jalur Senaru, Lombok. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga kementerian menandatangani kerja sama untuk melindungi dan
mengoptimalkan sumber air lewat fungsi situ, danau, embung, dan waduk (SDEW). Mereka
adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang, serta Kementerian Dalam Negeri.

Kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air
(GN-KPA) yang diteken delapan menteri pada 2015. Gerakan itu dibentuk untuk mengatasi
masalah penurunan kualitas sumber daya air akibat pertambahan penduduk, peningkatan
kegiatan budi daya, alih fungsi lahan yang tidak terkendali, dan penegakan hukum yang kurang
tegas.

Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono mengatakan perlindungan SDEW dilakukan


melalui jalur hukum. "Kami mau situ, danau, embung, dan waduk memiliki sertifikat," katanya
di kantornya, Jakarta, Selasa, 10 Oktober 2017.

Sertifikasi dinilai penting untuk menjaga keberadaan SDEW. Pasalnya, selama ini terjadi
penyusutan jumlah SDEW, baik karena alam maupun perilaku manusia, seperti mengalihkan
fungsi lahan. Data selama 2007-2017 menunjukkan tren jumlah situ, misalnya, semakin
berkurang di wilayah Jabodetabek. Tercatat ada 23 situ yang hilang di wilayah tersebut.

Pemerintah berencana melaksanakan pilot project di kawasan metropolitan Jakarta, Bogor,


Depok, Tangerang, dan Bekasi dengan mendaftarkan tanah SDEW. Pemerintah juga akan
menyusun instrumen pengendalian pemanfaatan ruang secara lengkap, yang terdiri atas peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, penerapan insentif disinsentif, serta penerapan sanksi bagi pelanggar
di kawasan SDEW.

Basuki menuturkan program tersebut akan dilakukan melalui sinergi antara pemerintah pusat dan
instansi vertikalnya di daerah. Pusat dan daerah juga akan berkoordinasi.

SDEW merupakan bagian dari sistem daerah aliran sungai. Keberadaannya memiliki fungsi
penting, baik sebagai tempat penampungan air untuk pengendalian banjir, konservasi sumber
daya air (pemasok air tanah), pengembangan ekonomi lokal, maupun tempat rekreasi. Kerja
sama ini diharapkan mampu mengamankan SDEW.

Penyulingan Air Pulau Untung Belum Maksimal, Ini Alasan PAM


Jaya
Oleh :

Tempo.co
Sabtu, 12 Agustus 2017 16:13 WIB

Ilustrasi air dan kesehatan. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat membenarkan penyulingan
air laut menjadi air tawar dengan seawater reverse osmosis (SWRO) di Pulau Untung Jawa
belum beroperasional secara maksimal.

"Betul sampai saat ini baru produksi 50 meter kubik air selama delapan jam per hari," kata Erlan
di kantor Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Sabtu, 12 Agustus 2017.

Erlan menjelaskan, yang menjadi kendala belum dioptimalkannya SWRO ialah aset ini masih
tercatat sebagai milik Kementerian Pekerjaan Umum. Sebab, jika terjadi kerusakan, terutama di
bagian membran, Kementerian PU lah yang bertanggung jawab. "Kalau kerusakan yang bersifat
operasional, PAM Jaya masih bisa tanggung," katanya.
SWRO di Pulau Untung Jawa dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum, pada 2015.
Pengelolaan SWRO kemudian diserahterimakan kepada pemerintah DKI, lalu diswakelola PAM
Jaya mulai Februari 2017.

Semestinya, kata Erlan, SWRO yang dioperasikan secara optimal dapat memproduksi air minum
hasil penyulingan air laut sebanyak 216 meter kubik.

Erlan mengatakan PAM Jaya tidak berani mengoperasikan secara optimal lantaran masih
menghitung sejumlah risiko kerusakan yang mungkin terjadi, khususnya pada membran yang
berfungsi sebagai pemilah kandungan material air laut agar bisa menjadi air tawar.

"Kami tahu kenapa tidak optimal karena beberapa bagian SWRO masih tanggung jawab PU.
Kalau rusak dan kami mau perbaiki, sama PU dikasih izin enggak," ujarnya.

Lurah Pulau Untung Jawa Ade Slamet sebelumnya mengeluhkan belum optimalnya SWRO di
wilayahnya. Sebab, SWRO saat ini baru memproduksi 50 meter kubik air selama delapan jam.

Padahal, ada sekitar 500 rumah di pulau seluas 40 hektare tersebut, dan hanya 310 pelanggan
yang baru terkoneksi dengan jaringan pipa. "Nilai proyeknya cukup besar dan bangunan megah,
cuma sejak diresmikan Februari 2017 sampai sekarang belum beroperasi maksimal," kata Ade.

FRISKI RIANA

Lurah Pulau Untung Jawa: Debit Air Suling Hanya 50 Meter Kubik
Oleh :

Tempo.co
Sabtu, 12 Agustus 2017 15:38 WIB

Ilustrasi air dan kesehatan. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta – Lurah Pulau Untung Jawa, Ade Slamet, mengeluhkan sistem
penyediaan air minum dengan teknologi seawater reverse osmosis (SWRO) atau penyulingan air
laut menjadi air tawar di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Hal ini karena sistem
penyulingan air tersebut belum beroperasi secara penuh meski SWRO sudah diresmikan sejak
awal 2017.

"Nilai proyeknya cukup besar dan bangunan megah, cuma sejak diresmikan Februari 2017
sampai sekarang belum beroperasi maksimal," kata Ade di kantor Kelurahan Pulau Untung Jawa,
Kepulauan Seribu, Sabtu, 12 Agustus 2017.

Ade mengatakan SWRO di Pulau Untung Jawa disebut-sebut dapat menghasilkan air sebanyak
80 meter kubik per hari pada awal pembangunannya. Faktanya, air yang dialirkan ke rumah
warga hanya sekitar 50 meter kubik per hari. "Sementara di sini ada lebih dari 500 rumah. Jadi
masih kekurangan," katanya.

Menurut Ade, pengelola SWRO saat ini hanya menghidupkan mesin lalu mengalirkan air selama
delapan jam setiap hari. Sisanya, kata dia, warga setempat bergantung pada air minum isi ulang
hasil penyulingan air tanah dengan reverse osmosis (RO), yang dibangun Suku Dinas Tata Air
Kepulauan Seribu pada 2013.

Di Pulau Untung Jawa sendiri, Ade menyebutkan, hanya ada satu unit RO untuk memenuhi
kebutuhan 2.400 penduduk. Untuk menikmati air ini, masyarakat harus membawa sendiri
jeriken, dengan satu galonnya dihargai sekitar Rp 2.000. Sedangkan, air yang dihasilkan dari
teknologi SWRO bisa dialirkan melalui jaringan pipa yang sudah terpasang.

Kebutuhan air bersih laik konsumsi di Pulau Untung Jawa, Ade menjelaskan, akan terus
meningkat. Apalagi pulau seluas 40 hektare itu juga menjadi salah satu lokasi kunjungan wisata
yang cukup ramai. Sebagai contoh, saat Lebaran kemarin, Pulau Untung Jawa menempati urutan
teratas di antara enam kelurahan yang dipadati 47 ribu wisatawan.

SWRO di Pulau Untung Jawa dibangun pada 2015 oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Kementerian yang dipimpin Basuki Hadimuljono itu melakukan serah terima pengelolaannya
kepada pemerintah DKI, pada Januari 2017. Kemudian, pemerintah DKI menugaskan PAM Jaya
untuk mengelola penyulingan air ini.

FRISKI RIANA
Air Keran Pemukiman Tak Semuanya Steril dari Racun
Oleh :

Tempo.co
Senin, 31 Juli 2017 17:18 WIB

TEMPO.CO, Jakarta -Air keran di pemukiman, tak semua steril dari racun yang berbahaya
bagi tubuh.

Antara tahun 2010 dan 2015, Environmental Working Group atau EWG memeroleh data lebih
dari 50 ribu penyuplai di 50 negara. EWG mengidentifikasi ada 250 penyuplai yang airnya
terkontaminasi, 160 diantaranya digunakan tanpa batas.

Berdasarkan Tap Water Database, sebuah kompilasi dari 28 juta air yang diteliti di Amerika
Serikat, sebagian besar mengandung bahan kimia yang berdampak buruk bagi kesehatan. Meski
dinyatakan legal, kontaminasi zat tersebut erat kaitannya dengan masalah kesehatan, seperti
kanker hingga keterbelakangan mental.

Salah satu racun yang terdeteksi adalah hexavalent chromium, carcinogen yang populer berkat
film Erin Brockovich. Menurut data yang dihimpun oleh EWG, 77 persen air minum penduduk
Amerika mengandung hexavalent chromium tinggi dibanding dengan batas aman yang
diperkirakan oleh para ilmuwan.

Hanya California yang masih berada di ambang ‘normal’ dibanding kota lain. Namun, ‘normal’
nya kadar hexavalent chromium di California masih anggap sangat tinggi.

Lalu jika Anda hidup di kota New York, Anda harus mewaspadai 14 kontaminan, yang
kebanyakan merupakan produk sampingan. Air keran di kawasan Los Angeles mengandung 21
racun, yang kebanyakan datang dari (hasil) limbah pabrik. Di Madison dan Wisconsin, terdapat
32 zat yang harus diwaspadai.

Chloroform, hasil dari klorin dan desinfektan lain ditemukan pada 46 negara berbeda. Zat kimia
tersebut dikaitkan dengan kanker dan gangguan perkembangan janin.
Carcinogen bentuk lain, nitrate yang berasal dari sisa pupuk buatan ditemukan di 49 negara
berbeda. Di tingkat yang lebih tinggi, nitrate dapat menyebabkan sesak napas (kekurangan
oksigen) pada bayi. Totalnya, 19 ribu sistem air yang dites terkontaminasi dan berbahaya bagi
anak-anak.

Kabar baiknya, kebanyakan zat berbahaya yang terdapat di dalam air keran itu dapat dihilangkan
dengan filter (penyaring) yang bagus. Ada sebauah database, yakni ewg.org/tapwater, yang bisa
membantu menemukan filter (penyaring) sesuai dengan kondisi air keran di tempat tinggal Anda.

MEN’S JOURNAL | ESKANISA RAMADIANI

SPAM Umbulan, Pasokan Air Bersih Jangkau 1,3 Juta Warga


Jatim
Oleh :

Tempo.co
Jumat, 21 Juli 2017 09:00 WIB

Sumber mata air Umbulan di Desa Winongan, Pasuruan, Jawa Timur. TEMPO/Bibin Bintariadi

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendukung


proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan yang terletak di Desa Winongan,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Proyek ini disinyalir akan melayani air bersih bagi 1,3 juta
penduduk atau 31 ribu sambungan rumah (SR) baru di Jawa Timur.

Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono menyampaikan dukungan kementerian untuk


percepatan penyelesaian proyek SPAM Umbulan yang terjangkau bagi masyarakat. “Kami sejak
awal telah terlibat dalam pendampingan dan penyusunan studi kelayakan, rencana teknik rinci
dan rencana bisnis, hingga perjanjian jual-beli air antara Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB)
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan PDAM,” kata Basuki dalam siaran persnya, Kamis, 20 Juli
2017.

Dukungan tersebut akan diberikan melalui Ditjen Cipta Karya dan Badan Peningkatan
Penyelenggaraan SPAM (BPPSPAM). Salah satunya dukungan konstruksi berupa pembangunan
pipa dari titik offtake sampai ke distribusi utama dengan biaya Rp 400 miliar pada 2017-2019.
Selain itu, kementerian memberi dukungan terhadap pembangunan instalasi pengolahan air dari
Kali Rejoso dengan kapasitas 300 liter per detik.

“Kami juga memberikan izin penempatan pipa pada jalan tol yang dilalui antara lain ruas jalan
tol Pasuruan-Gempol, Gempol-Pandaan, Surabaya-Gempol, Surabaya-Mojokerto, dan Surabaya-
Gresik, serta pengurangan biaya sewa lahan di jalan tol,” ujar Basuki.

SPAM Umbulan akan memasok air bersih perpipaan di kota atau kabupaten di Jawa Timur, yaitu
Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten
Gresik.

Proyek air minum regional Umbulan telah diinisiasi sejak 40 tahun lalu dan mulai 2017 akan
dibangun melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) antara pemerintah dan
PT Meta Adhya Tirta Umbulan selaku pemenang lelang. Besarnya investasi Rp 2,05 triliun
dengan besaran dukungan kelayakan atau viability gap fund (VGF) dari pemerintah sebesar Rp
818 miliar.

Tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum, melalui Ditjen Cipta Karya, akan membangun SPAM
senilai Rp 40 miliar di dua kecamatan di Jawa Timur, SPAM Kota Surabaya sebesar Rp 21
miliar, dan SPAM di 12 kecamatan rawan air di Kabupaten Pasuruan. Adapun total besaran
anggaran dukungan kementerian tersebut sebesar Rp 450 miliar di luar dukungan VGF dari
Kementerian Keuangan.

SPAM Umbulan mampu memproduksi air bersih dengan kapasitas 4.000 liter per detik. Air
bakunya berasal dari mata air Umbulan di Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, yang
disalurkan melalui pipa transmisi air bersih sepanjang 93 kilometer. Air minum tersebut akan
dikelola PDAB untuk kemudian disalurkan ke lima PDAM kabupaten dan kota.

LARISSA HUDA
Jakarta Siapkan Empat Instalasi Air Baru
Oleh :

Tempo.co
Kamis, 23 Maret 2017 10:11 WIB

Ilustrasi air bersih. sndimg.com

TEMPO.CO, Jakarta- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya berencana membangun
empat instalasi pengolahan air (IPA) baru untuk menambah pasokan air bersih di Jakarta.
Keempatnya adalah IPA Buaran III, Kanal Banjir Barat, Pesanggrahan, dan Pejaten, dengan
kapasitas produksi total 4.450 liter air per detik.

“Dari keempat lokasi tersebut, Banjir Kanal Barat paling maju statusnya,” kata Direktur Utama
PDAM Jaya, Erlan Hidayat, Rabu 22 Maret 2017.

Erlan mengatakan, detail desain teknik dan rancangan instalasi pipa di keempat instalasi itu akan
selesai pada pertengahan tahun ini. Dengan target kapasitas produksi 500 liter per detik, IPA
Kanal Banjir Barat diproyeksikan memenuhi kebutuhan air bersih warga di Kamal Muara,
Jakarta Utara, hingga Tegal Alur, Jakarta Barat.

“Kami punya target selesai pertengahan tahun depan,” ujar Erlan. Dengan begitu, dia
menambahkan, “Sebanyak 50 ribu sambungan baru bisa terbangun.”

PDAM Jaya mencatat, hingga setahun yang lalu, baru sekitar 8 juta dari 12 juta jiwa warga
Jakarta menikmati layanan air bersih. Saat ini produksi air 18.025 liter per detik. Warga yang
belum menikmati layanan terutama tersebar di Kalideres dan Cengkareng, keduanya di Jakarta
Barat; serta Kamal Muara, Penjaringan, hingga Marunda, seluruhnya di Jakarta Utara.

“Belum ada jaringan pipa yang tersambung ke seluruh wilayah itu sejak 20 tahun lalu,” kata
Erlan.

PDAM Jaya akan menggandeng PT Jakarta Propertindo (JakPro), selaku pemilik lahan, untuk
membangun IPA Banjir Kanal Barat senilai hampir setengah triliun rupiah. JakPro, perusahaan
daerah milik DKI Jakarta, akan membiayai instalasi water treatment plant senilai Rp 110 miliar.
Sedangkan PDAM akan membiayai sendiri pemasangan jaringan pipa baru senilai Rp 350 miliar.
“Nanti PAM beli air punya JakPro,” kata Erlan.

Tiga IPA lainnya masih menunggu perizinan. Padahal Buaran III sudah direncanakan sejak 1997.
Direktur Operasi PT Aetra Air Jakarta, Lintong Hutasoit, berharap bisa segera menggarap
pembangunan instalasi pengolahan air yang bisa memasok 3.000 liter air per detik ini. “Kami
tunggu kepastian dari PDAM,” kata dia kemarin.

Kepala Divisi Corporate Communication dan Social Responsibility PT PAM Lyonnaise Jaya
(Palyja), Meyritha Maryanie, mengatakan perusahaannya telah mengoperasikan tiga IPA, yakni
di Pejompongan, Jakarta Pusat; Cilandak, Jakarta Selatan; dan Taman Kota, Jakarta Barat.

Sejak Februari lalu, Meyritha menambahkan, Palyja mencatat rekor produksi air bersih tertinggi,
yakni 9.400 liter dari rata-rata kapasitas sebelumnya 8.600 liter per detik. Selain menambah
pasokan, Meyritha mengatakan, “Tantangan Palyja adalah peningkatan jaringan distribusi.”

AMRI MAHBUB | EGI ADYATAMA | LINDA HAIRANI

Hari Air Sedunia, BUMDes Pengelola Air Bersih Desa Ponggok


Oleh :

Tempo.co
Rabu, 22 Maret 2017 22:10 WIB

Warga mengambil air bersih di bak penampungan yang terletak di Kampung Pulerejo, Klaten,
Jawa Tengah, 7 Agustus 2015. Bantuan air bersih dari pemerintah desa setempat dan PMI sudah
dilakukan sejak sumur-sumur warga mengering sebulan yang lalu. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Klaten - Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,
memiliki badan usaha milik desa (BUMDes) yang mengelola jaringan air bersih untuk
masyarakatnya.

“Setelah dua tahun berfokus pada pembangunan infrastruktur, pada 2009 kami mulai
berkonsentrasi pada pemberdayaan masyarakat. Kami ingin punya badan usaha milik pemerintah
tingkat desa yang fokus mengelola sektor-sektor tertentu,” kata Kepala Desa Ponggok Junaedi
BUMDes itu dinamai Tirta Mandiri. Salah satu unit usahanya adalah mengelola jaringan air
besih desa. Modal awal BUMDes Tirta Mandiri sebesar Rp 100 juta. Dana hibah dari Desa
Ponggok itu dikelola untuk kredit bunga rendah demi mencegah masuknya renternir. Sebanyak
Rp 70 juta langsung digunakan untuk melunasi dan memindahkan pinjaman warga dari renternir
ke BUMDes.

Modal BUMDes Tirta Mandiri lainnya juga datang dari pemerintah. “Ada bantuan dari
Kimpraswil (Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah) Jawa Tengah Rp 250 juta,” kata
Junaedi. Dari modal itu dikembangkanlah unit usaha yang membangun jaringan pipa air ke
rumah-rumah penduduk untuk menyalurkan air dari Umbul Ponggok yang telah melalui proses
penyaringan. Saat ini, pelanggan air bersih BUMDes sekitar 350 keluarga dari total 609 keluarga
di Desa Ponggok.

Sebelum ada unit usaha jaringan air bersih, warga biasa menggunakan sumur atau langsung
mengambil dari Umbul Ponggok. Karena air berlimpah, tidak sedikit warga yang memasang pipa
tanpa keran sehingga air mengucur nonstop 24 jam.

Selain menjamin kelayakan air yang dikonsumsi, Junaedi berujar, BUMDes juga bertujuan
menanamkan kesadaran pentingnya menghemat air. “Karena dipungut retribusi, warga jadi lebih
bijak menggunakan air,” kata Junaedi. Harga air bersih BUMDes terbilang murah. Tiap 1-15
kubik air bersih, pelanggan hanya dikenai Rp 6.000 per bulan. Jika kebutuhan per bulan lebih
dari 15 kubik, tarifnya Rp 600 per kubik.

“Untuk perbandingan, tarif air PDAM Klaten pada 2016 berkisar Rp 20.000-Rp 30.000 untuk 1-
10 kubik per bulan. Makanya warga Ponggok tidak ada yang pakai PDAM,” ujar Junaedi sambil
tersenyum.

Tahun ini, Pemerintah Desa Ponggok menambah jaringan air bersih baru di Dusun Umbulsari
yang sumbernya dari Umbul Sigedang. Namun, usaha penyaluran air bersih itu sementara masih
dikelola panitia dari warga setempat alias belum di bawah naungan BUMDes Tirta Mandiri.

DINDA LEO LISTY


Separuh Warga Jakarta Tak Nikmati Air Bersih
Oleh :

Tempo.co
Rabu, 22 Maret 2017 07:53 WIB

AP/Heng Sinith

TEMPO.CO, Jakarta- Separuh warga Jakarta tidak memperoleh akses pelayanan air bersih.
Jumlahnya, menurut PT Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, mencapai 4 juta jiwa. Wilayah
paling parah berada di Kalideres dan Cengkareng, Jakarta Barat; serta Kamal Muara,
Penjaringan, hingga Marunda, Jakarta Utara. Air bersih yang dimaksudkan adalah air bebas
bakteri dan patogen.

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, jutaan warga tersebut memanfaatkan air tanah dan
sungai. Padahal, menurut studi Amrta Institute, yang melakukan penelitian air tanah dan sungai
di DKI, 93 persen air sungai dan tanah di Jakarta terpapar bakteri Escherichia coli. Jumlahnya
mencapai 2 juta per 100 milimeter kubik air. Batas toleransi bakteri ini hanya 2.000 per 100
milimeter kubik.

“Air PAM enggak ada. Air tanahnya bau tak sedap,” kata Misasri, 45 tahun, warga Kapuk
Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, kepada Tempo, pekan lalu. Misasri harus berjalan kaki sekitar
3 kilometer untuk membeli air bersih dari pedagang air keliling. Harga air bersih per jerikan Rp
2.000.

Cerita Misasri dan ribuan warga lain menunjukkan bahwa pemerintah masih jauh dari memenuhi
target bisa menyalurkan air bersih ke seluruh warga pada akhir 2019. Sampai hari ini, ketika
dunia memperingati Hari Air Sedunia, warga Jakarta masih mendapat pasokan air dari sumber
yang terbatas. Sebanyak 81 persen air di Jakarta berasal dari saluran Tarum Barat yang
bersumber dari Waduk Jatiluhur. Dari kebutuhan air Jakarta sebanyak 21 ribu liter per detik, PT
PAM Jaya baru bisa memasok 18 ribu liter per detik.

Direktur Utama PT PAM Jaya, Erlan Hidayat, mengatakan jumlah pasokan air tak bertambah
sejak 1997. Padahal kebutuhan air di Ibu Kota akan melonjak mencapai 25 ribu liter per detik
tahun depan. “Bayangkan kalau jumlah air yang kita kelola masih sama dengan 20 tahun lalu,”
kata dia. Kondisi itu diperparah oleh tingkat kebocoran pipa yang mencapai 50,6 persen akibat
pipa yang sudah tua dan pencurian.

Warga Jakarta juga mengeluhkan harga air PAM yang mahal, Rp 8.359 per meter kubik. Sekadar
perbandingan, harga air di Surabaya Rp 2.800 per meter kubik, tapi cakupan areanya mencapai
95,6 persen penduduk. “Di Surabaya, pengelolaannya efektif karena tidak melalui perantara
swasta,” kata peneliti air dari Amrta Institute, Nila Ardhianie, Selasa 21 Maret 2017.

Tak cuma Jakarta, Kota Bekasi dan Kabupaten Tangerang mengalami nasib serupa. Sekitar 80
persen dari 2,6 juta warga Kota Bekasi belum mendapatkan pelayanan air bersih. Meski jaringan
utama sudah terpasang di sejumlah wilayah utama, seperti Pondok Gede, Mustikajaya, dan
Bantargebang, air belum bisa didistribusikan. Adapun di Kabupaten Tangerang, jumlahnya
mencapai 74 persen dari 3,3 juta penduduk.

Warga Kota Bogor jauh lebih beruntung. Sudah 85 persen dari 1 juta penduduk Kota Hujan ini
sudah tersambung dengan pipa air bersih. Hanya, menurut Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor, Syaban Maulana, air Sungai Cisadane yang menjadi bahan baku tercemar oleh
limbah industri dan rumah tangga.

Firdaus Ali, peneliti air dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Indonesia,
menduga jumlah warga di Jabotabek yang belum mendapatkan pelayanan air bersih jauh lebih
tinggi. “Dari data kami, jumlah keluhan pelanggan air berkutat pada ‘hanya dapat angin, bukan
air’,” ujar pendiri Indonesia Water Institute itu.

AMRI MAHUB, EGI ADYATAMA (JAKARTA) | ADI WARSONO (BEKASI) |


JONIANSYAH HARDJONO (TANGERANG) | SIDIK PERMANA (BOGOR)

Hari Air Sedunia, Separuh Warga Jakarta Tak Nikmati Air Bersih

Oleh :

Tempo.co
Rabu, 22 Maret 2017 15:10 WIB

Penjual air bersih keliling mengantarkan derigen berisi air bersih di kawasan Muara Baru,
Jakarta, 21 Maret 2017. Sebagian besar kawasan Muara Baru belum teraliri air PAM, akibatnya
warga di kawasan tersebut harus membeli air bersih seharga 4 ribu rupiah per derigen (10 liter)
untuk kebutuhan sehari-hari. TEMPO/Frannoto

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Air Sedunia pada 22 Maret diwarnai oleh ketidakadilan terhadap
warga miskin kota. Di Jakarta, separuh warganya tidak memperoleh akses pelayanan air bersih.
Jumlahnya, menurut PT Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, mencapai 4 juta jiwa.

Wilayah paling parah berada di Kalideres dan Cengkareng, Jakarta Barat; serta Kamal Muara,
Penjaringan, hingga Marunda, Jakarta Utara. Air bersih yang dimaksudkan adalah air bebas

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, jutaan warga tersebut memanfaatkan air tanah dan
sungai. Padahal, menurut studi Amrta Institute, yang melakukan penelitian air tanah dan sungai
di DKI, 93 persen air sungai dan tanah di Jakarta terpapar bakteri Escherichia coli.

Jumlah bakteri tersebut mencapai 2 juta per 100 milimeter kubik air. Batas toleransi bakteri ini
hanya 2.000 per 100 milimeter kubik. “Air PAM enggak ada. Air tanahnya bau tak sedap,” kata
Misasri, 45 tahun, warga Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, kepada Tempo, pekan lalu.

Misasri harus berjalan kaki sekitar 3 kilometer untuk membeli air bersih dari pedagang air
keliling. Harga air bersih per jerikan Rp 2.000.

Cerita Misasri dan ribuan warga lain menunjukkan bahwa pemerintah masih jauh dari memenuhi
target bisa menyalurkan air bersih ke seluruh warga pada akhir 2019.

Sampai hari ini, ketika dunia memperingati Hari Air Sedunia, warga Jakarta masih mendapat
pasokan air dari sumber yang terbatas.

Sebanyak 81 persen air di Jakarta berasal dari saluran Tarum Barat yang bersumber dari Waduk
Jatiluhur. Dari kebutuhan air Jakarta sebanyak 21 ribu liter per detik, PT PAM Jaya baru bisa
memasok 18 ribu liter per detik.

Direktur Utama PT PAM Jaya, Erlan Hidayat, mengatakan jumlah pasokan air tak bertambah
sejak 1997. Padahal kebutuhan air di Ibu Kota akan melonjak mencapai 25 ribu liter per detik
tahun depan.

“Bayangkan kalau jumlah air yang kita kelola masih sama dengan 20 tahun lalu,” kata dia.
Kondisi itu diperparah oleh tingkat kebocoran pipa yang mencapai 50,6 persen akibat pipa yang
sudah tua dan pencurian.

Warga Jakarta juga mengeluhkan harga air PAM yang mahal, Rp 8.359 per meter kubik. Sekadar
perbandingan, harga air di Surabaya Rp 2.800 per meter kubik, tapi cakupan areanya mencapai
95,6 persen penduduk.

“Di Surabaya, pengelolaannya efektif karena tidak melalui perantara swasta,” kata peneliti air
dari Amrta Institute, Nila Ardhianie, Selasa, 21 Maret 2017.
Tak cuma Jakarta, Kota Bekasi dan Kabupaten Tangerang mengalami nasib serupa. Sekitar 80
persen dari 2,6 juta warga Kota Bekasi belum mendapatkan pelayanan air bersih. Meski jaringan
utama sudah terpasang di sejumlah wilayah utama, seperti Pondok Gede, Mustikajaya, dan
Bantargebang, air belum bisa didistribusikan. Adapun di Kabupaten Tangerang, jumlahnya
mencapai 74 persen dari 3,3 juta penduduk.

Warga Kota Bogor jauh lebih beruntung. Sudah 85 persen dari 1 juta penduduk Kota Hujan ini
sudah tersambung dengan pipa air bersih. Hanya, menurut Direktur Teknik PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor, Syaban Maulana, air Sungai Cisadane yang menjadi bahan baku tercemar oleh
limbah industri dan rumah tangga.

Firdaus Ali, peneliti air dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Indonesia,
menduga jumlah warga di Jabotabek yang belum mendapatkan pelayanan air bersih jauh lebih
tinggi. “Dari data kami, jumlah keluhan pelanggan air berkutat pada ‘hanya dapat angin, bukan
air’,” ujar pendiri Indonesia Water Institute itu.

AMRI MAHUB, EGI ADYATAMA (JAKARTA) | ADI WARSONO (BEKASI) |


JONIANSYAH HARDJONO (TANGERANG) | SIDIK PERMANA (BOGOR)

Hari Air Sedunia, PDAM Sulit Capai Bandung Timur, Barat, Selatan

Oleh :

Tempo.co
Rabu, 22 Maret 2017 19:40 WIB

Penyaringan air PDAM. TEMPO/Rully Kesuma

TEMPO.CO, Bandung - Akses terhadap air bersih masih menjadi persoalan klasik bagi
masyarakat perkotaan. Seperti warga Kota Bandung yang mengeluhkan pelayanan dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening. Berbagai keluhan itu seperti pasokan air
yang kecil dan tak lancar hingga air yang hanya mengucur pada dinihari.

"Kalaupun ada keluar, ngocornya cuma sebesar lidi," kata Arie Nugraha warga perumahan di
daerah Ujung Berung, Bandung timur yang mengomentari instalasi PDAM yang sudah terpasang
di rumhanya selama 12 tahun.
Sehari-hari, Arie dan tetangganya mengandalkan air tanah yang disedot dengan mesin pompa.
Namun airnya berwarna kuning. "Airnya merusak pakaian dan nggak layak diminum," ujarnya,
Rabu, 15 Maret 2017.

Nasib yang sama dialami Sukarno, di komplek perumahan Jalan Terusan Buah Batu, Cipagalo,
Kota Bandung selatan. Lebih parahnya lagi, jaringan PDAM belum menjangkau daerah itu.
Sebagai gantinya, warga kompleks menjadi pelanggan sumur artesis.

Tapi air dari sumur artesis warnanya keruh kekuningan karena tingginya zat besi. Seperti air
gambut, residu air juga meninggalkan endapan dan mengotorkan ember atau bak. Air kuning itu
dipakai buat mandi, cuci, kakus, juga mencuci kendaraan. "Buat masak dan minum pakai air
galon," katanya, Kamis, 16 Maret 2017.

Bukan hanya wilayah Bandung timur dan selatan, kawasan barat pun mengalami masalah
pasokan air PDAM. Arie mengaku, orang tuanya yang tinggal di sekitar Jalan Jatayu, Kota
Bandung, harus meronda untuk menunggu air yang hanya mengalir pada pukul 01.00 dinihari.

Setengah jam sebelumnya sudah harus siap membuka keran. “Kalau telat memble. Selama 28
tahun tinggal di sana tidak ada perubahan,” ujarnya.

Direktur Utama PDAM Tirtawening Kota Bandung, Sonny Salimi mengakui, air baku selama ini
sulit meluncur ke wilayah selatan, timur, dan barat Kota Bandung. “Karena jaraknya cukup jauh
dari instalasi pengolahan air di sini, sudah keburu dipakai orang lain sebelum sampai ke sana,”
kata dia di kantornya, 16 Maret 2017. Tempat pengolahan air PDAM dan kantor pusatnya
terletak di Jalan Badak Singa, daerah utara Bandung.

Jumlah pelanggan air PDAM Kota Bandung kini tercatat 156.766 orang. Menurut Sonny, jumlah
sebanyak itu telah menjangkau 72 persen dari jumlah penduduk, misalnya 2,4 juta orang pada
2015. “Itu pun mengalirnya tidak 24 jam. Ada yang 12 jam, 4 jam, bahkan ada yang masih dua
hari sekali,” kata dia.

Adapun tingkat kebocoran air baku PDAM masih cukup tinggi, lebih dari 40 persen. Kebocoran
itu utamanya akibat pipa pecah karena umurnya telah 25 tahun lebih sehingga rapuh.

PDAM Tirtawening Kota Bandung, memiliki puluhan sumber air, dari sungai, mata air, juga
sumur artesis. Namun begitu, jumlah total debit airnya belum memadai hingga ratusan pelanggan
baru tiap bulan harus antre menunggu giliran.

Tahun ini, PDAM Kota Bandung mulai melakukan studi kelayakan pada semester pertama untuk
membangun enam instalasi pengolahan air (IPA) skala kecil. Lelang proyek ditargetkan pada
semester kedua.

Tujuan IPA itu, kata Sonny, untuk meningkatkan kualitas layanan ke pelanggan lama sekaligus
menambah pelanggan baru. Sumber airnya berasal dari beberapa sungai terdekat seperti
Cikapundung di daerah Antapani, dan Citepus, serta Cinambo.
Diperkirakan debit air yang bisa diperoleh PDAM berkisar 20-60 liter per detik. Dengan angka
rata-rata 40 liter per detik, olahan air baku tersebut bisa digunakan bagi 4.000 pelanggan. “Target
tahun ini harus di atas 20 ribu pelanggan baru,” katanya.

PDAM Tirtawening Kota Bandung, saat ini juga menjalin kerjasama bisnis dengan Perusahaan
Daerah Tirta Jawa Barat untuk memasok tambahan debit air sebanyak 200 liter per detik.
“Secara teori, air sebanyak 1 liter per detik bisa untuk 100 pelanggan,” kata Sonny.

Menurut dia, debit air yang diolah PDAM sejauh ini belum konstan dan stabil. Pengaruh musim
kemarau yang panjang lebih dari enam bulan misalnya, menurunkan pasokan air hingga sekitar
50 persen.

ANWAR SISWADI

Anda mungkin juga menyukai