Anda di halaman 1dari 5

1.

Perubahan fasa
Transformasi atau perubahan dari suatu fasa menuju fasa lainnya merupakan
pengertian dari perubahan fasa. Perubahan fasa sendiri akan terjadi ketika sejumlah
energi (yang biasanya berbentuk panas) ditambahkan atau dilepaskan dari suatu zat.
Perubahan fasa juga bisa diukur melalui keteraturan molekul yang terlihat; molekul
dalam fasa gas memiliki keacakan yang besar, dan molekul dalam fasa padat memiliki
keteraturan yang besar.

Gambar 1.
Ilustrasi perubahan dari cairan menjadi uap air pada tekanan konstan (1 atm)

Seperti yang terlihat pada gambar 1, terdapat sebuah sistem torak-slindier tertutup
yang berisi H2O sebanyak satu satuan massa ( 1 kg atau 1 lb) pada temperature 20 oC.
Pada gambar tersebut, keadaan awal ditandai oleh titi (a). Lalu air dipanaskan secara
perlahan hingga titik didih air yaitu 100oC dengan terus menjaga tekanan konstan di
setiap bagian sistem. Pada gambar dapat dilihat bahwa pada keadaan dua di titik (b),
mulai muncul uap air akibat air yang dipanaskan pada titik (a). Lalu pada titik (c) air
yang awalnya berada pada fasa cair, berubah seluruhnya menjadi uap air.
A. Keadaan cair

Gambar 2. Ilustrasi diagram temperature-volume spesifik air yang


menampilkan daerah cair, dua fase cair-uap, dan daerah uap.
Mengacu pada gambar 2, bisa dilihat bahwa ketika sistem dipanaskan pada tekanan
yang sama, maka temperature akan meningkat sedangkan volume spesifiknya hanya
meningkat sedikit. Alhasil, sistem akan mencapai keadaan cair jenuh yang
ditunjukkan oleh titik F pada gambar 2. Untuk air pada 1,014 bar dan temperattur
jenuhnya 100OC. Pada garis bagian i-f, terdapat keadaan cair yang disebut dengan
keadaan cair sub-dingin, keadaan tersebut dinamakan keadaan cair sub-dingin karena
kondisi cairan di titik tersebut temperature nya ada di bawah titik didihnya (T<T sat)
pada tekanan yang ditentukan. Keadaan tersebut juga disebut dengan keadaan cair
tekan karena pada setiap keadaan tekanannya lebih ttinggi dari tekanan jenuh yang
berhubungan dengan temperature pada keadaan tersebut.
B. Campuran dua fase cair-uap
Saturasi atau kejenuhan adalah suatu kondisi dimana ada campuran uap dan air secara
bersamaan pada tekanan dan temperature yang sudah ditentukan. Pada air,
temperature penguapan yang mulai bersaturasi pada tekanan tertentu disebut
temperature jenuh atau titik didih. Ketika sistem berada pada titik f (keadaan cair
jenuh), adanya penambahan energi berupa kalor pada tekanan tertentu menyebabkan
pembentukan uap tanpa terjadinya perubahan temperature, namun ada perubahan
volume spesifik yang cukup terlihat. Meninjau gambar 1 di titik (b), sistem setelah
pemberian kalor terdiri dari campuran dua fase cair-uap. Pada keadaan setimbang
tersebut, fase cair termasuk dalam cair jenuh dan fase uap termasuk uap jenuh. Jika
sistem pada gambar 1 di titik (b) terus dipanaskan sampai melewati batas titik didih,
maka tercapailah di titik g pada gambar 2 yang dinamakan dengan keadaan uap jenuh.
C. Mutu
Ketika pada kondisi jenuh ada zat sebagai bagian cairan dan bagian uap, maka
mutunya (x) ditentukan sebagai perbandingan dari massa uap ke massa keseluruhan
dari uap dan cair. Mutu juga bisa digunakan sebagai pembeda antara campuran dua fase
cair-uap. Untuk suatu campuran dua fase cair-uap, mutu dapat dihitung dengan rumus
berikut.
M uap
X=
M cair +M uap
Dimana,
X = Mutu
Muap = Massa dalam wujud uap
Mcair = Massa dalam wujud cair
Mutu memiliki nilai dari nol – satu: dimana paling rendah ada pada keadaan cair jenuh
dan tertinggi ada pada keadaan uap jenuh. Mutu juga biasa disebut dengan kualitas
dalam beberapa jurnal lain dan juga didefinisikan sebagai nilai perbandingan. Meskipun
sering disebut dengan nilai perbandingan, namun mutu seringkali disebut .
D. Keadaan Uap

Ketika suatu sistem berada pada keadaan uap jenuh (titik g pada gambar 2), adanya
pemanasan lanjut pad tekanan konstan akan menyebabkan peningkatan temperature
dan juga volume spesifik sehingga sistem akan menjadi seperti pada gambar 1 titik
(c). keadaan yang ditandai oleh titik h pda gambar 2 menunjukkan keadaan yang
akan dicapai ketika terjadi pemanasan lebih lanjut dengan mempertahankan tekanan
tetap. Keadaan tersebut biasa disebut dengan keadaan uap panas lanjut
(superheated vapor) karena sistem sedang berada pada temperature yang lebih
tinggi dari temperature jenuh pada tekanan yang ditentukan.

Jika kita mengacu pada titik h dengan tekanan tetap lainnya yaitu, 10 Mpa (1450
lbf/in2), 22,09 Mpa (3204 lbf/in2) seperti tampak pada gambar 2. Pada kasus
pertama, tekanan berada di bawah tekanan kritis air. Pembahasan diawali dengan
sistem yang dipanaskan secara perlahan pada 10 Mpa. Pada tekanan tersebut, uap
akan terbentuk pada tekanna yang lebih tinggi dibandingkan pada contoh
sebelumnya, karena tekanan jenuhnya juga lebih tinggi. Pada gambar 2, ada sedikit
peningkatan volume spesifik daric air jenuh menuju ke uap jenuh yang ditandai
dengan adanya penyempitan kubah uap. Berikutnya, ketika sistem dipanaskan pad
tekanan yang lebih tinggi. Terlihat bahwa tidak terjadi perubahan fase dari cair ke
uap dan hanya terdapat satu fase. Pada keadaan dimana tekanan lebih tinggi dari
tekanan kritis, istilah uap akan kehilangan definisinya. Dengan demikian,
penguapan dapat terjadi apabila tekanannya lebih rendah dari tekanan kritis, namun
untuk memudahkan acuan dari keadaan tersebut, istilah cair akan tetap digunakan
jika temperature lebih rendah dari temparatur kritis dan istilah uap akan digunakan
ketika temperature lebih tinggi dari temperature kritis

E. Pencairan dan Sublimasi

Meskipun dalam diagram volume spesifik lebih sering membahas mengenai fase
perubahan daric air ke uap (penguapan), namun unuk memahami secara
menyeluruh sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui proses lain seperti fase
padat ke cair (pencairan) dan dari fase padat ke uap (sublimasi).

Gambar 3. Diagram fase triple point

Pada gambar 3, terdapat suatu sistem berisi satu satuan massa es yang berada pada
tiitk temperature dibawah titik temperature triple point. Pada kasus pertama, sistem
berada di titik sublimasi dengan tekanan lebih besar dari triple point. Jika sistem
dipanaskan secara perlahan dengan menjaga tekanan konstan, maka temperature
akan meningkat hingga mencapai titik pencairan. Pada titik pencairan, es sudah
berubah menjadi padatan jenuh. Penambahan kalor pada tekanan tetap
memungkinkan terbentukna cairan tanpa adanya perubahan temperatur. Lalu, ketika
sistem dipanaskan lebih lanjut, es akan terus mencair sampai butir terakhir menair,
hingga sistem hanya berisikan cairan jenuh. Karena volume spesifik cairan air lebih
kecil dari volume spesifik air berfase padat, maka volume spesifik zat tidak
meningkat. Penambahan kalor lebih lanjut akan mengakibatkan peningkatan
temperature hingga mendekati garis vaporisasi. Lalu, pada kasus kedua sistem
mempunyai keadaan awal di titik sublimasi, dengan tekanan lebih rendah dari triple
point. Apabila sistem dipanaskan dengan tekanan konstan, sistem akan melalui
daerah dua fase padat-uap dan masuk ke daerah fase uap sublimasi. Lalu pada kasus
penguapan yang sudah dibahas sebelumnya ditunjukkan pada titik vaporization.

DAFTAR PUSTAKA

Waskito, K., Subandowo, M., & Rusmawati, R. (2020). The key to thermodynamics. In

Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan (1st ed., Vol. 7). Universitas PGRI Adi Buana

Surabaya.

Pelton, A. D. (2013). Thermodynamics and Phase Diagrams of Materials. Materials Science

and Technology. https://doi.org/10.1002/9783527603978.mst0384

Kirom, M. R., Ajiwiguna, T. A., & Utami, A. R. I. (2021). Termodinamika Teknik.

Amsterdam University Press.

Daryus, A. (2019). Termodinamika Teknik Volume 1 (1st ed., Vol. 1). Universitas Darma

Persada.

Brazhkin, V. V., Fomin, Y. D., Lyapin, A. G., Ryzhov, V. N., & Trachenko, K. (2012). Two

liquid states of matter: A dynamic line on a phase diagram. Physical Review E, 85(3).

https://doi.org/10.1103/physreve.85.031203

Gully, P., Bonnet, F., Nikolayev, V. S., Luchier, N., & Tran, T. Q. (2014). EVALUATION

OF THE VAPOR THERMODYNAMIC STATE IN PHP. Heat Pipe Science and


Technology, an International Journal, 5(1–4), 369–376.

https://doi.org/10.1615/heatpipescietech.v5.i1-4.410

Moran, M. J., Shapiro, H. N., Boettner, D. D., & Bailey, M. B. (2020). Fundamentals of

Engineering Thermodynamics (9th ed.). Wiley.

Anda mungkin juga menyukai